Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

29.12.22

Bagaimana caranya saya bisa berpikir positif ?

Selamat malam semuanya. Malam ini saya ingin berbagi petunjuk Allah dan mengajak saya untuk mengamalkannya. Kesulitan hidup itu datang dari diriku saya sendiri, datang dari apa yang sudah saya lakukan sebelum ini. Allah tidak pernah dzalim atas apa yang saya lakukan. Sekarang saya yakini betul bahwa kesulitan saya hari ini BUKAN disalahkan kepada orang lain atau lingkungan. Pengakuan ini menjadi penting karena pengakuan inilah yang mengantarkan saya berpikir positif. Berpikir positif dari hati yang bersih, bersama Allah

Banyak orang tidak menyadari sebuah kesalahan ringan (urusan dunia) dan beberapa keyakinan seperti percaya kepada akhirat merupakan dosa yang mesti dimintakan segera ampunannya dari Allah. Penumpukan kesalahan dan dosa itu dapat menutupi hati, dan akhirnya hati tidak mudah untuk dibersihkan. Akal sehat dan hati tidak optimal dalam memahami tindakan yang bener. Lalu tindakan yang tidak optimal itu berdampak kepada kesulitan hidup. 
Kesalahan yang terjadi bisa jadi karena saya tidak memperoleh ilmu dan petunjuk serta pendampingan dari Allah. Allah sudah memberi petunjuk agar tidak salah lewat Al Qur'an, apakah saya bersyukur untuk memanfaatkan petunjuk itu ? atau saya kufur ? Saya mengajak saya sendiri untuk membaca, memahami, dan mengamalkan petunjuk Al Qur'an itu agar saya dapat mencegah kesalahan dan saya paham apa ayng dilakukan ketika salah.

28.12.22

Apakah tujuan itu bisa dicapai ?

 Seseorang tanya,"mas, apa bisa tujuan itu dicapai terutama tujuan dalam kerja ?" Pertanyaan ini hadir karena memang selama ini kerjanya "tanpa" tujuan atau target dan bisa juga memang jarang bisa mencapai tujuan atau target kerja. Keseringan hal ini terjadi membuat seseorang tidak yakin untuk berhasil. Apa sih yang bisa dilakukan untuk merencanakan pencapaian tersebut ? Mengapa hal ini penting ? Karena setiap orang ingin menjadi lebih baik dalam hidupnya.

Target atau tujuan saya adalah sebuah rencana, rencana saya itu adalah merencanakan keberhasilan. Tidak ada rencana saya buat untuk sebuah kegagalan. Bahkan rencana yang tidak baik pun untuk keberhasilannya (misalkan merampok yang bener mesti direncanakan untuk berhasil). Jadi saya mesti sungguh-sungguh membuat rencana (tujuan/target) saya. Saya mesti membuatnya agar apa yang saya rencanakan itu memberikan hasil terbaik.

Seringkali rencana (target) itu hanya dibuat saja dan tidak dilakukan. Padahal pencapaian target itu karena saya melakukan rencana itu dengan bener, jika belum mencapai maka saya melakukan perbaikan. Semua itu mengatakan saya (harus) berubah, dengan melakukan hal yang jauh lebih banyak dari apa yang saya lakukan sekarang.

Apakah saya berani menghadapi target atau apakah berani membuat tujuan ? Berani dong ! Keberanian itu menghadirkan semangat untuk berani melanjutkannya, merubah sikap, menyisihkan waktu dan banyak fokus untuk belajar yang terkait dengan target atau tujuan saya :

1. Beranilah bangun pagi dengan aktivitas yang bener, saya harus beranikan mengalahkan kekhawatiran bangun pagi bisa membuat ngantuk (kurang tidur) dan capek. Beranikan pula untuk melatih fisik menjalankan rencana seperti kerja keras, pantang menyerah, tidak malas (selalu beraktivitas). Langkah fisik ini menjadi latihan untuk merubah tubuh menjadi sesuai dengan target/tujuan saya. Orang yang berhasil itu selalu bangun pagi. Semakin sering saya berani melakukan aktivitas fisik ini membuat saya siap berubah dengan aktivitas yang menuju tujuan/target saya.

2. Beranilah untuk mengalahkan perasaan tidak enak/nyaman dengan sikap yang positif. Perlu saya bangun prasangka baik agar apapun yang saya hadapi bisa menjadikan aktivitas yang baik untuk kebaikan saya. Misalkan sikap (respon) senang menerima pekerjaan tambahan adalah kunci untuk berubah. Jadikan pekerjaan tambahan itu untuk menambah kemampuan saya dan jika sumbernya dari orang lain, maka memiliki peluang untuk membantu orang lain (amal saleh). Sebenarnya aktivitas yang baik dapat saya lakukan, tapi karena sikap yang tidak bener membuat aktivitas baik yang membangun kemampuan itu tidak terlaksana. Sederhana saja, saat sibuk kerja saya menjadi tidak mudah tersenyum atas sapaan atau senyuman orang lain. Tanpa disadari orang menjadi tidak respek kepada saya. Akibatnya orang lain enggan mau membantu saya. Atau saya malas bangun pagi karena suasana dingin. Sikap seperti ini telah menghabiskan waktu, dimana waktu itu menjadi sangat berarti untuk beraktivitas yang baik.

3. Yang berat juga saya lakukan adalah tidak menyediakan waktu untuk belajar atau menyisihkan waktu "tambahan" untuk beraktivitas lebih. Yang ada di pikiran saya adalah capek dan tidak ada waktu lagi. Dengan aktivitas yang sekarang saja sudah tidak mudah alias sibuk. Kalau saya berpikir sudah tidak ada waktu dan semangat untuk belajar, bagaimana saya bisa berada di tujuan akhir tanpa beraktivitas yang luar biasa ? Saya sebagai karyawan ingin mencapai target kerja, berani saya mesti bersikap dan berilmu serta beraktivitas sesuai dengan target tersebut atau bahkan lebih. 

Beranikah saya ? Keberanian saya mesti saya yakini lagi dengan percaya tanpa ragu saya memiliki Allah. Yang melihat saya 24 jam, yang mengamati saya 24 jam, yang siap membantu saya 24 jam ... masak sih saya bersamaNya. Dengan dekat Allah, saya diberi semangat, saya diberi petunjuk caranya, saya diberi pengawasan agar tidak jauh menyimpang, saya diberi ampunan kalau saya salah, saya diberi izin memanfaatkan fasilitas alam semesta ini, dan harapan terbesar saya Allah pun siap mengabulkan tujuan/target saya jika saya beraktivitas yang bener sesuai petunjukNya. Insya Allah, tujuan/target dapat saya raih bersama Allah. Karena hanya Allahlah semua bisa terjadi. Tiada Tuhan selain Allah.


HP membajak kehidupan kita

Hari-hari ini dimana sedang liburan bagi siswa menjadikan mereka lebih banyak tidak beraktivitas, santai dan banyak istirahat. Apa yang dilakukan mereka ? Cenderung tidak produktif. Padahal waktu libur itu menjadi waktu emas untuk melakukan banyak hal seperti hobby mereka atau aktivitas lainnya. Mereka hanya bermain dengan Handphone (HP).

Dengan HP mereka dilarutkan dengan dunia maya yang tidak produktif, cenderung hanya chatting-chatting WA, nonton you tube, nonton tik tok, dan hal lain. Mereka melakukan sampai berjam-jaman. Keadaan ini membuat nyaman dan jika diganggu, maka mereka merasa bete dan "emosional". HP telah menghilangkan produktivitas seseorang dan menyita waktunya. Semestinya HP sebagai media untuk produktivitas. Mencari informasi atau mencari ilmu atau mengkomunikasikan dan sebagainya. Tanpa ada aktivitas yang kuat ingin dikerjakan, maka mata selalu melirik HP.

Bagaimana dengan ibu-ibu yang suka gaul ? Di rumah suka bikin bete kalau sudah mengerjakan tugas rumahan (atau terkadang tugas rumahan itu dikerjakan seadanya). Keadaan cenderung mengundang ibu-ibu menggunakan HPnya untuk ngobrol atau chatting. Sama halnya seperti siswa yang libur tadi, ibu-ibu banyak menghabiskan waktu berjam-jaman untuk "ngegosip".

Ada yang menggunakan HP untuk bisnis atau kerja, tapi tetep diusahakan tidak menghabiskan waktu mereka. Karena saat sudah memegang HP cenderung godaan bermain dari apa yang ada di HP tinggi. Karyawan saja banyak yang bermain HP saat sedang kerja, alasannya mau info atau terima info. Alasan banyak dibuat-buat agar mereka bisa bermain HP.

Yang lain adalah saat makan bersama di resto, masing-masing orang sibuk dengan HP nya dan tidak ada ngobrol dalam suasana makan bersama di resto. Yang satu upload makanan dan fotoin keadaan saat itu sebagai status, yang lain sibuk chatting. Aktivitas makan bareng seperti ini menjadi hambar. Tapi keadaan seperti sudah maklum. Tidak hanya itu ada orang yang sedang naik kendaraan pun masih bisa menggunakan HP untuk chatting atau Wa-an. 

Kesimpulannya HP sudah menyita banyak orang untuk fokus kepada hal yang kurang produktif. Saat bermain HP dengan alasan yang dibuat-buat,"produktif kok", bermain HP itu hanya ghaib atau maya. Produktivitas sebagai ibu rumah tangga, siswa, karyawan atau siapa saja adalah sebuah amal saleh yang kita persiapkan untuk kehidupan di dunia dan di akhirat. Saat kita bisa menghabiskan waktu dengan HP, maka mesti diteruskan dalam bentuk perbuatan nyata (amal saleh). Itu kalau yang kita dapatkan konten positif, tapi bagaimana kalau konten negatif ? Kita sering meresponnya dengan negatif pula. Malah tidak beramal saleh.

Siapkan diri kita dengan sikap yang bener agar dapat mengambil hikmah dari HP untuk dijadikan amal saleh kita. Membuat status yang bener agar mengingatkan orang lain, menyampaikan informasi yang bener, mengajak orang untuk berbuat baik, berbagi ilmu dan sebagainya. Ini saja sudah cukup menghabiskan waktu, jadi hindari untuk yang tidak produktif. Sikap seperti ini menjadi penting, lalu tambahkan ilmu agar kita mampu memperlakukan HP untuk hal baik saja, dan terakhir HP semakin memudahkan kita dekat kepada Allah dimana referensi Al Qur'an, tafsir, cara mengaji, kajian agama dan sebagainya sangat mudah di peroleh. Referensi ini tidak menghalangi kita lagi untuk semakin beriman dan bertaqwa.

Insya Allah HP sebagai media mengantarkan kita kepada aktivitas yang produktif. 

27.12.22

Bagaimana menjadikan bahagia tujuan kita ?

 Judul di atas hanya salah satu pertanyaan, apakah salah saya menjadikan bahagia sebagai tujuan hidup ? Tetapi saya tidak mudah untuk mewujudkannya. Mengapa ? Karena saya tidak memiliki nilai untuk diukur dan untuk dievaluasi. Sama halnya dengan tujuan seseorang untuk menjadi orang baik. terus gemana dong agar tujuan itu mendorong saya untuk mewujudkannya ?

Bahagia menjadi porsinya hati, yang bersifat kualitatif (bukan kuantitatif). Sudahkah saya bahagia hari ini ? Bisa sudah. Bahagia karena dapat beribadah lebih baik. Terus bagaimana hari berikutnya ? Saya juga bahagia karena ibadah. Apakah hari berikut itu lebih baik dari hari sebelumnya ? Disinilah saya rada bingung. Untuk memudahkannya, saya mendefinikan bahagia menurut padangan saya terlebih dahulu. Misalkan yang membuat saya bahagia, salah satunya bersedekah. Untuk mengukurnya saya bisa membuat parameter sedekah :

1. Nilai ikhlasnya yang bisa diterjemahkan dalam nilai 0 - 10 (angka terbesar adalah paling ikhlas). Kesempurnaan angka 10 tidak saya gunakan karena kesempurnaan itu milik Allah, dan ikhlas saya tidak sempurna. Angka 0 bisa saya gambarkan untuk niat saya tidak ikhlas, dimana saya bersedekah untuk tujuan tertentu.

2. Yang kedua,  saya mengukur sedekah itu dari angka yang saya berikan (berupa uang). Semakin besar nilai Rp yang berikan semakin bahagia. Saya juga membuat penilaiannya 0 - 10. Angka 0 saya tidak bersedekah dan angka 1 uang minimal yang saya sedekah misalkan Rp 1000.

3. Cara saya bersedekah yang saya ukur dari tidak ada yang melihat atau dilihat orang lain. 0 - 1, angka 0 sedekah yang dilihat orang dan 1 untuk sedekah yang orang tidak lihat. Kondisi inipun bisa menjadu ukuran kebahagiaan saya

4. Sedekah karena sengaja (rencana) atau sedekah dadakan. Sama juga ada angka 0 dan 1.

5. dan saya bisa menggali lebih banyak faktor lain dari sedekah yang membuat saya bahagia.

Tetapi saya juga mesti membuat faktor lain selain sedekah yang membuat saya bahagia. Faktor lain adalah saya mendapatkan rahmat Allah (dikabulkan doa saya), seberapa besar saya memberi bantuan berupa amal jariyah, kualitas salat saya dan seterusnya. banyak dong ? Betul banyak dan sangat tergantung dari wawasan seseorang. Tapi tidak perlu juga semuanya menjadi parameter kebahagiaan. Saya bisa memulainya dengan 3 parameter dulu, 3 bulan berikutnya saya tingkatkan menjadi 5 dan seterusnya. 

Saya berpikir bahwa tujuan itu mesti didefinisikan dengan benar agar pikiran saya dapat memahaminya. Misalkan saya tetap ngotot tujuan saya adalah ingin bahagia. Renungkan, apa yang diperintahkan pikiran saya tentang bahagia kepada tubuh ? ... Tidak ada. Kata bahagia tidak memberi perintah apapun. Sama halnya jika tujuan kita menjadi orang baik, apa perintah pikiran kepada tubuh (pelaksana) untuk menjadi orang baik ? Tidak ada. Ada yang bilang,"ada pak, berbuat itu membantu orang lain". Lalu berbuat baik itu kan banyak. jadi pikiran saya bingung untuk memerintahkan berbuat baik yang mana ? Disinilah pikiran menjadi tanpa perintah, dan membuat saya menjadi pemimpi saja. Agar tidak bingung, tujuan saya itu mesti saya definisikan menjadi spesific (penjelasan dari bahagia, seperti contoh di atas).


Bagaimana dengan urusan kantor, target saya tahun ini 2023 adalah kerja keras. kerja keras pun tidak bisa dilaksanakan oleh tubuh. Bayangkan "saya kerja keras", kerja seperti apa ? Ada yang bilang,"kerja sampai malam". kerja sampai malam itu adalah definisi dari kerja keras, maka pikiran saya bisa menjalankannya. kalau begitu kerja keras bisa juga didefinisikan kerja yang sungguh-sungguh sampai menuntas. Atau yang lainnya. 

Bisa jadi selama ini saya tidak mencapai tujuan saya karena saya tanpa disadari membuat tujuan merasa sudah bener, tapi pikiran saya tidak memahaminya sehingga saya tidak melakukannya. Insya Allah penjelasan di atas sebagai sudut pandang saya, yang saya alami. Setiap orang memiliki sudut pandang sesuai latar belakangnya. Semakin luas wawasannya semakin memudahkan mereka untuk membuat tujuan yang bener-bener bisa diwujudkan. 

   

Bagaimana tujuan menjadi nyata ?

 Ketemu lagi untuk melanjutkan tulisan sebelumnya tentang tujuan. Tulisan kali ini ingin menjelaskan lebih jelas tentang tujuan yang mengantarkan saya untuk mewujudkannya. Mengapa saya mesti mengungkapkan hal ini ? Karena banyak orang sudah menganggap tujuan sudah selesai tanpa perlu merumuskan tindakan detail yang mesti dilakukan. "yang penting kerja aja". Pertanyaan renungan, "buat apa saya membuat tujuan tanpa ingin mewujudkannya ?"

Saya lanjutkan tujuan saya ingin menjadi manager sales dengan nilai 1 M dalam 2 tahun (2024). Maka yang perlu saya siapkan adalah langkah-langkah untuk mencapainya. langkah-langkah itu mesti dapat diterjemahkan oleh otak (pikiran) dan bisa dilaksanakan dengan kekuatan fisik saya.

Apa sih yang mesti saya lakukan ? 

1. Mulai sekarang saya mesti membangung sikap sudah seperti manager. Saya bukan lagi staf atau asisten manager, sekarang saya adalah manager sales. Seorang sales manager mesti bisa memimpin (mengarahkan) diri sendiri dan orang lain menuju tujuan. Sikap manager menuntut saya untuk mengarahkan diri saya dan mulai mengajak temen atau orang lain untuk melakukannya.

2. Angka 1 M yang saya buat mestinya melebihi apa yang sudah dicapai oleh manager saat ini. Hanya dengan cara melebihi target manager saat ini, saya bisa dipercaya oleh perusahaan untuk menjadi manager selanjutnya. Bisa manager sales untuk produk baru atau di perusahaan lain. Untuk mencapai itu 


a. saya wajib mempersiapkan waktu yang lebih atau waktu yang berkualitas untuk mengerjakan dengan kesungguhan. 

b. Tak hanya waktu saya persiapkan fisik untuk siap dan mendukung langkah-langkah yang saya lakukan (tentu kerja yang melebihi dari kerja sebelumnya). 

c. Diantara waktu itu saya mesti mengisinya dengan belajar dan mengamalkannya (praktek).

d. Sengaja pula untuk mencatat apa yang sudah dilakukan, baik langkah-langkahnya dan pencapaian angkanya. Untuk apa ? Untuk dimonitor dan dianalisa agar selalu ada evaluasi.

3. Ingat menjadi manager itu tidak bisa dicapai dengan kemampuan yang sama dengan sekarang. Mesti bertambah dari apa yang sudah dilakukan :

a. Biasa masuk tepat waktu, sekarang mesti datang lebih awal dan langsung kerja.

b. biasa kerja tanpa rencana, sekarang kerja dengan rencana dan cek list pelaksanaannya dan dievaluasi.

c. Biasa jualan hanya 150 juta, sekarang bertambah aktivitas sales dengan berbagai cara untuk meraih secara bertahap 500 juta, 750 juta dan 1 M.

d. Biasa rada stress, maka sekarang target itu bukan membuat saya tertekan, tapi membuat saya menyenanginya karena itu kan buat saya. iringi dengan sikap hidup prasangka baik kepada Allah.

e. Biasanya kerja tepat waktu, sekarang boleh saja sedikit menambah waktu kerja di kantor atau melanjutkannya di rumah.

f. Biasanya sering ngobrol dalam kerja, sekarang ngobrolnya mesti berorientasi menghasilkan penjualan dengan membuat jaringan (silaturahmi).

g. Biasanya tidak semangat, sekarang menguatkan keyakinan agar semangat itu terus meningkat BUKAN semangat yang tidak konsisten.

h. Teruskan dengan langkah-langkah lain yang menunjang menjadi managernya dan menunjang meraih penjualan 1 M serta langkah-langkah mendekat kepada Allah agar mendapatkan kekuatan dan bimbingan dalam meraihnya.

Tujuan merubah saya dari keadaan sekarang menuju keadaan nanti dengan sikap lebih baik, ilmu yang semakin tinggi sehingga kemampuan pun meningkat, memiliki ketrampilan yang luar biasa dan akhir membuat saya semakin banyak beribadah (iman) kepada Allah.


26.12.22

Bagaimana tujuan mudah diraih ?

 Tujuan ? Punya dong. Terus apakah sudah sampai tujuannya ? Belum nyampe dan lagi diusahain. Kapan tujuan tersebut rencana dicapai ? Terus aja dikerjakan sampai dicapai. Ini dapat menunjukkan tujuan tersebut tidak mendorong kita untuk mencapainya. Tujuannya tidak salah tapi kurang detail dan terarah. Jadinya tujuan masih jadi tujuan dan tidak mudah diraih.

Anda bisa jadi sudah paham tentang membuat tujuan dengan kriteria SMART yang banyak digunakan dalam manajemen. Saya pahami satu huruf demi satu huruf,

Spesific, detail dalam membuat tujuan yang terdefini dengan bener.  Semakin detail semakin dipahami oleh pikiran untuk dijalankan sebagai tindakannya nanti. Misalkan Tujuan kerja saya adalah menjadi manager sales. Apakah tujuan ini cukup ? Bagaimana kalau saya spesific lagi, manager apa ? Manager sales di kantor saya bekerja. Apakah sudah memotivasi ? Bagaimana manager sales yang terukur ? Misalkan menjadi manager sales dengan catatan penjualan 1 M perbulan. Tujuan ini semakin menuntun saya meraihnya. Dapat dicapai nggak ? Insya Allah bisa tidak berlebihan dengan melihat kemampuan saya sendiri. Tapi apakah sudah cukup ? Bagaimana jika saya sebutkan berapa lama pencapaiannya ?  Menjadi manager sales dengan pencapaian 1 M perbulan yang diraih dalam 2 tahun. Nyata nggak tujuan ini ? realistic, bukan angan-angan. Jika pencapaian saya masih ragu dalam 2 tahun, bisa saja saya menggantinya 3 tahun agar realistic. Realistic dapat mendorong semangat saya dan tahap demi tahap mudah saya kerjakan dan tidak membuat saya tertekan. Disinilah yang terpenting mesti saya lakukan :

1. Tujuan mesti mendorong saya untuk mengerjakan dengan mudah dan ringan. Agar dapat menjaga semangat untuk terus kontinu mencapai tujuan.

2. Tujuan dapat saya lakukan dengan step by step dengan target pencapaian secara bertahap. Misalkan 1 Milyar itu dapat saya capai dalam 3 tahun, maka tahun pertama saya mesti meraih 500 juta danri 250 juta saat ini. tahun kedua targetnya saya mesti capai 750 juta dan tahun ketiga saya menuju 1 M.

3. Dengan point 2, saya merasa tidak tertekan sehingga semangat dan motivasi tidak down. Langkah ini lebih baik dibandingkan membuat target tidak dengan smart atau membuat target tinggi yang membuat rasa kahawatir tinggi dan tertekan. 

4. Tujuan yang sudah dibuat mesti dilanjutkan dengan tindakan-tindakan detail yang dipahami oleh pikiran dan mudah dikerjakan fisik saya (saya bahas pada tulisan berikut).

5. Angka dan waktu dalam tujuan mesti dibuatkan evaluasi, apakah sudah tercapai ? Jika belum tercapai, maka mesti ada langkah perbaikan untuk menuju waktu yang telah ditetapkan. Ada monitor angka pencapaian dan apa yang menjadi masalah saat itu (segera dilanjut ada tulisan selanjutnya).

6. Tujuan dapat dijadikan peta perjalanan dalam pikiran saya. Point 4 selalu mengevaluasi perjalanan saya agar tidak menyimpang karena hal tertentu.

7. Tujuan ini menjadi baik jika saya sampaikan kepada Allah yang mengizinkan apapun yang terjadi di alam ini. Agar tujuan saya dapat dirahmati Allah dan bukan sekedar emosional saya karena alasan tertentu. Insya Allah saat Allah merahmati dan mengizinkannya, maka saya dapat mengerjakan bersama Allah. Saya diberi kekuatan, saya diberi petunjuk dan bimbingan, saya ditolong saat menghadapi masalah dan saya pun dilindungi dari godaan setan.


Insya Allah dengan tujuan yang bener dapat menuntun saya mengerjakan dan meraihnya dengan cara yang bener pula.

Kadang seneng kadang kecewa edisi 2

 Kemarin saya sudah berbagi tentang seneng dan kecewa. Banyak aktivitas agar kemungkinan seneng lebih besar. Semakin sedikit beraktivitas semakin kecil untuk senengnya, tergantung nilai dari aktivitas tersebut. Kali ini ingin berbagi kebanyakan orang merespon dari rasa kecewa. Salah satu larut dalam kekecewaan dan marah sendiri dan curhat kepada orang lain. Yang lebih berbahaya adalah sikap diam (apalagi mereka yang pendiam), maka rasa kecewa semakin sakit dan ingin menyendiri.

Perhatikan saat saya berharap sesuatu yang baik dari pasangan saya atau anak saya, ketika mereka mengecewakan saya. Maka alamiah sebagai manusia cenderung marah, saya nggak marah karena tidak ingin ribut. Saya tahan marah saya dan rasanya pasti sakit. Saya dan banyak orang untuk menghindari kekecewaan itu dengan pergi dari keadaan itu. Biasa menyendiri atau tak ingin diganggu, keadaan bergejolak emosi sekalipun ada aktivitas. Emosi belum terkendali dan berkembang menjadi prasangka, mengapa begitu ? apa mereka begini dan begitu ? Semua tidak ada prasangka baik.  Muka saya pun tidak tersenyum. Seiring waktu dengan semakin aktivitas itu lebih terfokus dan emosinya smekain menurun. Tahu nggak sih, bahwa kejadian itu telah tersimpan dengan baik di memori pikiran saya. Memori itu kuat karena ada emosi yang kuat. Memori ini selalu menemani saya, selalu muncul memori sakit itu saat menerima rangsangan/keadaan yang sama. Ini adalah akibat dari apa yang saya lakukan, merespon emosi dalam diri.

Menyendiri ? Boleh aja sih dalam rangka meredam emosi, aktivitas ini dimaksudkan untuk mengalihkan fokus aktivitas. Pengalihan fokus bisa lebih baik kepada aktivitas dengan banyak orang yang sedang kondisi seneng. Pengalihan secara pikiran memindahkan fungsi emosi ke fungsi fisik (aktivitas) dan fungsi pikiran. Cara ini efektif untuk meredam emosi dan langsung memfungsikan pikiran sehat.

Dalam agama disarankan saat emosi untuk salat sunnah, hal ini merupakan pengalihan fungsi emosi kepada hati. Hati yang sadar kepada Allah membuka pikiran sehat untuk bertindak yang bener. Kalau marah (umumnya berdiri), maka duduklah. Jika masih marah (emosi juga) maka tidurlah. Saya melihat pesan ini bertujuan mengalihkan perhatian dengan gerakan fisik yang lebih "lemah". Misalkan orang emosi diajak ke tempat laiin untuk membicarakannya dengan duduk. Ternyata Agama memberikan solusi untuk hal kecewa. 

Masih kecewa, saya perbanyak aktivitas agama sehingga fungsi hati dapat membimbing saya untuk bisa berakal sehat dan emosi terkendali. Kemudian jika masih terjadi, lakukan pengalihan aktivitas dari posisi tubuh berubah atau bergerak aktivitas lainnya yang banyak orangnya. Kalaupun ingin menyendiri, hindari diam mesti melakukan aktivitas. Insya Allah semua ini mencegah dan merespon kecewa yang berkelanjutan.

Featured post

Mencintai tubuh dengan perubahan kecil

  Semangat pagi rekan-rekan. Insya Allah hari ini diberikan kesehatan mental yang kuat untuk bertumbuh menjadi semakin sukses dan bahagia. A...