Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Tidak mudahnya berpikir positif

Saya sudah membaca tentang berpikir positif dari berbagai buku, dan ada pula nasehat dan sebagainya. Yang menjadi pertanyaan adalah "bagaimana caranya ?" Kok saya merasa belum mampu berpikir positif untuk terus-menerus. Kalau hanya sekali dan dua kali, saya merasa bisa. Bahkan dalam proses berpikir positif itu selalu ada respond dari luar yang tidak menghambatnya yang tertuju kepada emosional saya. Ada kalanya saya bilang begini,"harusnya dia yang berpikir positif dulu".

Sampai kapan hal seperti di atas terjadi terus ? Artinya saya tidak bisa berpikir positif dan efeknya saya tidak semakin baik hari ini. Lalu ? Bagaimana kalau saya berpikir tidak positif ? Mestinya boleh saja. Tapi akibatnya itu yang bikin saya tidak tahan dan membuat saya semakin tidak nyaman. Respon orang lain menjadi semakin membuat hubungan semakin jauh. Misalkan hal kecil di rumah saja, rumah yang tidak bersih. Pastilah ada yang tidak senang, lalu dengan perkataan yang ringan hanya,"tolong dibantu bersihin ya". Apa yang ada dibenak saya ? lalu muncul pertanyaan bukan mengerjakannya, Kok saya ? dan dilanjutkan "dilanjutkan aja sekalian". Antara ya dan tidak. Mau, tapi malas atau nggak mau tapi tidak bersih dan tidak nyaman. Dalam wawasan ilmu agama, saya paham kebersihan itu bagian dari iman. Apakah hanya sebatas ilmu saja ? harusnya saya mengamalkan ilmu itu dengan beramal yaitu membersihkan dan sekaligus merapikannya. Apa yang terjadi ? Belum tentu terjadi apa-apa. Begitulah perjalanan tidak mudah berpikir positif yang dilanjutkan dengan amal positif/baik (amal saleh).

Perhatikan selanjutnya, kalau saya tidak kerjakan maka reaksi lanjutan semakin tidak positif dengan sikap yang lebih tidak baik. Ada konflik dan terjadi hubungan yang kurang harmonis dengan persepsi tidak baik terhadap saya. Lalu ? lihatlah apa sih yang saya inginkan sebenarnya ?

Saya pasti ingin bersih, saya ingin banget mendapatkan kebaikan dari perbuatan saya, saya ingin pula menjadi teladan bagi semua. Semua keinginan itu hanya bisa terwujud jika saya yang melakukannya sendiri. Kok gitu ya ? Emangnya bersihin itu menghabiskan waktu tidak sedikit ? Pastinya waktu membersihkan itu tidak banyak dan sama waktunya saat saya mengerjakannya dengan terpaksa, tapi hasilnya berbeda. Saya yang membersihkan, Allah melihatnya langsung, dan saya pula yang mendapatkan kebaikannya. Jadi saya mesti bersemangat diberi kesempatan Allah oleh orang di rumah untuk beramal saleh. Amal saleh lebih mudah ditindaklanjuti setelah saya memiliki ilmu dan bisa berpikir positif. 

Sudah berilmu positif, sudah bisa berpikir positif dan kesempurnaan itu hanya untuk Actionnya (amal salehnya aja). Waktu tidak pernah kembali, jadi saya mesti senang untuk mengambil kesempatan dari Allah itu dalam hal apa saja. Bukankah Allah memberi kesempatan sesuai kemampuan saya dan Insya Allah saya bisa. Untuk meluruskan jalan berpikir positif itu mesti tenang agar reaksi positif saya tidak dikuasai oleh perasaan atau emosional saya, yang cenderung mengalihkan semua hal positif menjadi tidak positif.

Saya menghindari dari reaksi cepat atas segala hal, karena disinilah akal sehat saya  belum berfungsi. Saya tenangkan diri dan selanjutnya segera mengambil kesempatan untuk meneruskan sikap dan berpikir positif. Dalam contoh ini, Bismillah dengan amalan membersihkan dan merapikan. Insya Allah kebaikan itu hadir berupa semangat, energi dan respond positif dari orang lain.

Saya berhati-hati dengan apa yang saya sudah bisa saya lakukan. mengapa begitu ? Saya khawatir,"tersanjung" sehingga nilai kebaikannya tidak saya dapatkan lagi. Saya terus memelihara pikiran positif itu dengan beramal positif lagi sehingga saya tidak hanya berpikir positif saja, tapi berpikir positif yang diikuti tindakan positif.

Bayangkan satu hal saja dapat memberi banyak kebaikan, bagaimana dengan dua, tiga dan empat dan seterusnya. Tak terbayangkan oleh saya, saat saya berpikir positif terus ... Insya Allah menjadi berkah.



No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...