Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Besok ... apakah ada ?

 Dalam keseharian saya, penggunaan kalimat dalam berbahasa menjadi rutin diucapkan tanpa saya sadari berdampak kurang positif. Misalkan kata "besok", seperti "Besok saya kerja agak tidak tepat waktu" atau saya janji dengan temen,"Besok saya ke rumah kamu" atau ada lagi komitmen saya dalam kerja,"Besok saya tuntaskan pekerjaan hari ini". Apakah ada yang tidak benar dari kalimat saya buat dengan kata "besok" ? Sekilas kalimat itu bener.

Saya membahas kata "besok", apa yang terjadi ?

- Hari ini, misalkan Senin ... kata "besok" itu hari setelah hari ini (setelah hari Senin yaitu hari Selasa). Dalam pergaulan kata "besok" itu sering ditafsirkan bisa hari Selasa atau memang besok-besok dimana waktu tidak detail).

Dalam pikiran atau memori saya tersimpan kata "besok" saja.

- Pada hari berikutnya, hari Selasa ... pikiran yang tersimpan adalah kata "besok". Maka yang terjadi adalah pikiran memerintahkan saya untuk mengerjakan besok hari lagi yaitu hari Rabu. Tapi karena selalu tersimpan kata "besok", maka perintah pikiran saya tidak pernah bisa dilakukan, kecuali ada keterdesakan atas pekerjaan itu.

Bayangkan saat saya mengganti kata "besok" dengan kata hari yang saya maksud, misalkan kalau besok itu Selasa, maka saya berkata

"Hari Selasa saya ke rumah kamu", maka pikiran menyimpan dan pada waktunya memerintahkan apa yang saya harus kerjakan. Kalimat itu semakin detail semakin baik, misalkan "Hari Selasa, tgl 20 Agustus 2023 saya ke rumah kamu" dan semakin detail saat saya menambahkan pula waktunya, "Hari Selasa, tgl 20 Agustus 2023, Pukul 10:00 saya ke rumah kamu. Apa yang terjadi pikiran menyimpan jadwal yang detail yang pada saatnya saya diperintahkan memori untuk mengerjakannya.

Begitulah proses kerja pikiran berfungsi, otak (pikiran) memerintahkan apa yang ada di dalamnya dan tubuh melaksanakan perintah pikiran. Apa yang terjadi kalau tubuh tidak bisa menterjemahkan perintah ? Tidak ada tindakan apapun, dan selanjutnya saya melaksanakan yang telah rutin dilakukan tubuh pada waktu itu.



Saya menerapkan penggunaan kalimat positif di atas dalam buku saya "Semangat kerja yang konsisten" menggunakan kalimat positif, memang tidak 100% dapat saya lakukan. Ada beberapa kata yang belum dapat saya temukan padanan positifnya. Seperti untuk mengganti kata "masalah" atau "persoalan". Misalkan kata "masalah" saya ganti dengan "lancar", saya paham detailnya tapi belum tentu dapat ditangkap dengan baik oleh pembaca. "Tidak ada masalah" diganti dengan "Berjalan lancar", bisa jadi oke saja. Tapi saya ingin menekankan proses dalam kalimat "tidak ada masalah" adalah sebenarnya masalah dapat diselesaikan. Tetapi dalam kalimat "berjalan lancar" terasa tidak ada ungkapan tentang adanya masalah yang diselesaikan. Mengapa sih kalimat positif itu penting ? Kalimat yang ditulis dan dibaca secara langsung tersimpan dalam memori saya tanpa filter (tidak bisa ditolak). Dalam contoh di atas, yang tersimpan adalah kata "masalah" dan "lancar". Apa yang terjadi kalau kata "masalah" yang mendominasi dalam pikiran alam bawah sadar saya ? Saya cenderung berpikir tentang "masalah" dan setiap ada sesuatu menjadi beban karena kata "masalah" itu saya persepsi saya tidak sukai. Sebaliknya kata "lancar" menjadi baik buat saya. Segala sesuatu membuat saya berkata "lancar". Penerapan kalimat positif dalam buku, membuat pembaca tanpa disadari sudah memprogram pikiran bawah sadarnya. Dan ini menjadi dorongan untuk diamalkan. 

Insya Allah penjelasan dari tulisan membantu untuk memahami makna dari kalimat yang saya tulis dalam buku "semangat kerja yang konsisten". Miliki buku "Semangat kerja yang konsisten" di shopee, tokopedia, digital gramedia, goole book, atau bisa menghubungi WA 087823659247


No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...