Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

28.1.23

Tumpukan masalah adalah tumpukan kesalahan

 Dalam hidup selalu ada masalah, ada yang memiliki kemampuan menyelesaikannya dan ada yang tidak mampu menyelesaikannya serta ada yang tidak mudah dapat menyelesaikannya. Masalah mesti dilewati atau diselesaikan, selesai satu masalah dan hadir lagi masalah baru. Terkadang atau sering satu masalah belum selesai, sudah hadir masalah kedua dan seterusnya. Keadaan seperti ini membuat kita dikatakan bermasalah dan menjadi tumpukan masalah

Tumpukan masalah itu bila ditelusuri disebabkan beberapa hal :

1. Pertama karena kita tidak mengerjakan dengan tepat, artinya ada kesalahan yang diperbuat sehingga hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan menjadi masalah jika disikapi secara emosional (bukan akal sehat dan hati). Menyikapi hasil dari kesalahan membawa kita kepada hadirnya masalah.

2. Sekalipun kita bisa meningkatkan kemampuan untuk tidak salah lagi dapat menyelesaikan masalah. Bisa jadi belum selesai masalahnya sudah hadir masalah baru. Dan menjadi semakin bertumpuk jika kesalahan masih terjadi dan kemampuan tidak ditingkatkan.

Saya dapat simpulkan tumpukan masalah karena tumpukan kesalahan. Kejadian ini seringkali terjadi tanpa disadari, karena kita merasa tidak perlu belajar untuk meningkatkan kemampuan dan mengambil referensi ilmunya yang tidak tepat. Sudah merasa nyaman dengan kehidupannya dan "cuek" aja kalau ada masalah. Beberapa indikasi yang dirasakan seperti cepat lelah atau capek, berat dan lama mengerjakan (sulit), tertekan menghadapi sesuatu. Ada yang bilang,"saya sudah tidak muda jadi gampang capek". Hal ini bisa bener, tapi bisa juga orang yang tidak muda masih semangat dan mampu mengerjakan yang dikerjakannya. Tetep saja kemampuan sampai tidak muda itu menjadi referensi, apakah kita mampu menyelesaikan masalah sekalipun dengan usia yang tidak muda ?

Agar masih kita tetap dapat menjalani hidup dengan tenang dan tanpa masalah yang berarti, maka sebaiknya kita melakukan manajemen syukur dari sekarang :

1. Perbanyaklah istighfar untuk membersihkan hati agar semakin mudah untuk menerima kebenaran (petunjuk) dari Allah. Hati yang semakin bersih mampu menangkap hikmah dari kebaikan yang kita lakukan.

2. Teruslah mengembangkan sikap yang bener dalam menghadapi masalah. Sikap seperti apa ? Sikapi masalah dengan mengatakan bahwa masalah itu adalah harapan sehingga kita dapat menghadapinya tanpa perlu "takut" (malah seneng) karena ingin meraih harapan itu. Sikap ini mesti dilanjutkan dengan berpikir dengan akal sehat, memahami masalahnya dan mendetailkannya agar semakin mudah solusinya. Ini langkah manajemen syukur dengan menyadari kita dimampukan Allah untuk mengelola sikap dan akal sehat.

3.  Langkah selanjutnya adalah memaksimal potensi yang ada untuk bergerak/aktivitas langkah demi langkah sesuai kemampuan yang dioptimalkan. Langkah demi langkah itu mesti diikuti dengan belajar kepada referensi yang mutlak kebenarannya, yaitu Al Qur'an.

Tumpukan masalah bisa diselesaikan dengan menambah kemampuan yang sekaligus mengurangi kesalahan. Berdoa menjadi pamungkas kita agar Allah menyempurnakan untuk menjadi semakin baik.

Kultum kali ini memberikan wawasan agar mampu mengatasi masalah dengan pemberdayaan diri. Wawasan ini memotivasi kita untuk menjadi lebih baik. Insya Allah kita selalu diberdayakan untuk selalu bersyukur dengan apa yang Allah telah berikan.

27.1.23

Tumpukan kesalahan

 Ada pertanyaan yang mengintrospeksi, "apakah saya banyak salah ?" Jawabannya pasti. "Salah kepada siapa ?" Pasti salah pada diri sendiri, salah kepada orang terdekat dan orang lain. Bagaimana dengan salah kepada Allah ? Apakah semua kesalahan yang pebuat itu menjadi kesalahan saya kepada Allah ? Apa yang terjadi jika kesalahan itu sudah menumpuk ? Biasanya membuat saya malu bertemu dengan orang yang saya buat salah. Lama-lama komunikasinya menjadi jarang dan seperlunya. 

Karena dampak kesalahan itulah membuat saya "mengecilkan sendiri" dunia yang saya jalani. Kesalahan saya pada seseorang sudah pasti mengurangi nilai hubungan saya dengan orang tersebut. Saa bikin kesalahan dengan atasan, maka saya jadi "menghindar" dari atasan. Bagaimana dengan kesalahan kepada Allah ? Kalau saya sadar maka saya meminta maaf, kalau tidak maka Allah seolah membiarkan saya dalam kesalahan itu.

Berbuat salah itu bukan tidak boleh, sebenarnya salah itu bisa terjadi karena memang tidak tahu awalnya. Dengan ketidaktahuan itu saya melakukan hal baru, bisa berhasil (benar) dan bisa tidak tepat (salah). Contoh atasan saya sangat senang dengan saya, tentu ada sebabnya. Misalkan saya adalah orang yang penurut. Saat saya tidak tahu apa yang diperintahkan oleh atasan saya, maka atasan saya mau mengajari dan membimbing saya agar hasilnya bener. Dan kalau salah saya dimaafin setelah saya minta maaf dan dilanjutkan dengan hal yang bener. Sebenarnya semua orang mengalami yang sama, dan bisa jadi saya melakukan yang benar itu karena dibimbing oleh hati (tenang dan mengikuti petunjuk yang bener). Jika Allah menghendaki kebaikan kepada saya, maka Allah telah menyempurnakan apa yang saya lakukan. 

Yang menyebabkan saya cenderung salah, karena menganggap kesalahan sebelumnya dicuekin dan tidak apa-apa kalau salah. Maka terjadilah penumpukan kesalahan. Tumpukan ini secara pribadi membuat saya malu dan tidak nyaman, sehingga akal sehatnya tidak hadir. Maka kesalahan itu terus menutupi kebenaran yang ingin dikerjakan. Kalau bohong dianggap membela diri supaya saya tidak turun nilainya, maka saya dapat terus berbohong dan sangat kecil untuk berbuat tidak bohong. Dalam hati kecil saya ingin sekali berbuat yang bener. terus bagaimana ?

Belajar dan berlatih untuk meminta maaf kepada orang yang kita lakukan dengan tindakan salah, meminta maaf kepada Allah karena sudah berbuat yang tidak bener. Kedua hal ini sebenarnya saya sudah menganggap bahwa kesalahan itu boleh tapi mesti diperbaiki. Caranya adalah mengakui kesalahan dan meminta maaf. Insya Allah langkah ini dapat "menghapus" kesalahan saya (dimaafkan dan dimaklumi). 

Selanjutnya tidak ada cara lain bagi saya untuk melakukan beberapa hal :

1. Belajar dan menerapkan petunjuk yang bener (ilmu dan petunjuk Allah). Jika ada salah maka mohon maaf lagi. Minta maaf itu perbanyak istighfar, tujuannya agar hati menjadi lebih bersih. Dengan hati yang lebih bersih membuat saya mudah untuk menerima petunjuk dan ilmu yang bener. Saya mesti memperbanyak istighfar karena saya sebagai manusia suka lalai dengan kesalahan (tidak disadari saat berbuat kesalahan).

2. Memperbanyak kebaikan yang sudah saya kuasai (jarang salah). Hal ini juga dapat menghapus kesalahan yang sudah saya lakukan.

Kedua hal ini sangat berarti untuk memelihara perbuatan saya menjadi semakin baik. 


Dalam dunia kerja juga sama, kalau saya salah maka mau tidak mau saya mesti mengakui kesalahan itu agar bisa bangkit untuk memperbaikinya. Meminta maaf jalan untuk terus dapat berkomunikasi dengan baik (tidak dicuekin). Upaya untuk mengoreksi adalah langkah terbaik untuk "menutupi kesalahan". Agar kesalahan itu terhapuskan, maka mesti dilakukan hal-hal lain yang positif untuk menumbuhkan kepercayaan baru.

Tak berbeda jauh, dalam kehidupan keluarga pun bisa terjadi hal di atas. Untuk mencegah kesalahan itu terjadi, perbanyaklah istighfar agar kita bisa mengerjakan banyak hal dengan hati. Belajar dan memahami banyak hal untuk mendukung kesalahan itu sangat minim terjadi. Perbanyak pula kebaikan-kebaikan agar mampu menghapus kesalahan yang sudah terjadi.

Insya Allah kultum kali ini dapat menggugah kita semua untuk memberdayakan diri agar mampu terus banyak istighfar dan banyak pula berbuat baik. Inilah yang dapat kita jadikan motivasi untuk just do itnya.







26.1.23

Tidak mau takut, ikuti petunjuk Allah

Bismillahirrahmanirrahiim, malam ini masih diberi waktu untuk membaca dan memahami petunjuk Allah. Cukup dengan satu ayat aja, yaitu Surah Al Baqarah, ayat 38. Ayat yang bercerita tentang Nabi Adam, dikeluarkan dari kesalahannya.

Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. [2] Al-Baqarah : 38)

Insya Allah kita diberi petunjuk pula untuk memahami dan mengamalkannya :

1. Nabi Adam as telah berbuat kesalahan yang fatal dan resikonya kehilangan kehidupan di Surga. Di ayat lain Nabi Adam as menindaklanjuti dengan permintaan maaf kepada Allah dan diterima. Membayangkan kehidupan kita sekarang ini, jika kita salah fatal seperti Nabi Adam as dan Allah membalas segera kesalahan itu. Maka apakah kita mampu menanggung balasan Allah itu ? Mungkin Allah tidak membalas sempurna, tapi bisa jadi kesulitan kita sampai hari ini adalah balasan atas kesalahan kita. Yang menjadi pertanyaan adalah kita tidak sadar dengan kesalahan itu dan selalu menganggap kesulitan itu biasa. Kesulitan yang seharusnya ditindaklanjuti dengan memperbanyak istighfar. Oleh karena itu istighfar itu menjadi mesti sering kita ucapkan karena kita tidak pernah tahu kesalahan mana yang membuat Allah murka dan membalasnya.

2. Langkah selanjutnya, Allah memerintahkan kita untuk memperbaiki kesalahan itu dengan memahami Al Qur'an. karena tadi kita tidak saadr dengan kesalahan yang kita perbuat, maka membaca dan memahami Al Qur'an mesti dilakukan untuk mencegah kesalahan lain yang bisa terjadi. Insya Allah dengan memahami Al Qur'an sebagai petunjuk untuk memperbaiki kesalahan dapat menambah keyakinan kita dalam menjalani hidup ini, rasa takut yang terkendali dan tidak merasa sedih dengan apa yang hilang atau tidak kita dapatkan.

3. Masihkah kita tidak mau berpegang kepada petunjuk Allah ? Bukan Allah menjanjikan kebaikan dari mengikuti petunjukNya. Apakah mendahulukan petunjuk selain Allah untuk menyelesaikan persoalan hidup kita yang takut (khawatir) dan selalu sedih ? Petunjuk Allah itulah yang bener, maka ikuti dengan kesungguhan dan sepenuuh hati. Tidak perlu khawatir atau sedih, Insya Allah dengan mengikuti petunjuk dengan bener itulah Allah membimbing akal sehat kita dan mensupport tindakan kita (Allah menyempurnakan iman kita kepada petunjukNya).

Kultum tentang ayat ini menjadi sangat berarti untuk mengingatkan kita untuk memperbaiki keadaan kita sekarang. Ayat ini bisa memotivasi kita untuk terus memberdayakan diri agar selalu memahami petunjuk Allah, yang mutlak kebenarannya. Kalau tidak pernah memahaminya, kalau keyakinan kita melemah.  Seperti ayat sebelumnya, akal sehat mesti kita syukuri untuk memahami dengan bener tentang petunjuk hidup dari Allah yang Maha Tahu segalanya. 

Harga diri kok serendah itu

 Dalam seharian saya sering menyebut saya memiliki harga diri. Pertanyaan yang muncul adalah, berapa harga diri tersebut ? Apakah satu juta atau lebih ? Tidak mudah untuk menjawabnya. kalau saya tidak jawab dan tidak tahu, berarti kan harga diri saya rendah. Dilain waktu saya atau Anda pernah mengatakan kalau ada yang merendahkan saya atau Anda,"Saya punya harga diri dan tidak begitu caranya". Apa sih harga diri dan berapa nilainya ?

Saya atau Anda menganggap harga diri itu penting, kalau nggak orang menilai diri kita rendah. Harga diri itu penting untuk dihargai dan disegani orang lain. Kalau harga diri itu penting, apakah ada upaya untuk menaikkan harga diri saya atau Anda ? Selalu dijawab ada dong. Apa itu ? sembari mencari jawabannya,"iya saya tingkatkan kemampuan saya". Ternyata harga diri itu bukan sekedar kemampuan saja, tapi merupakan kemampuan x action. Untuk menambah harga diri, bisa kemampuan ditingkatkan atau actionnya yang diperbanyak. Jika ada orang tersinggung karena direndahkan, maka sebenarnya memang harga diri orang itu rendah. Seseorang yang mempunyai harga diri tinggi tidak menanggapinya. Karena semua keadaan itu berada dalam situasi emosional atau responsif.

Lalu berapa nilai diri kita sekarang ? Dinilai dengan uang adalah berapa jumlah uang kita dapatkan sekarang. Karyawan bisa disebut nilainya sebesar pendapatannya, dan pedagang (bisnis) senilai keuntungannnya. Tapi harga diri itu bisa dinilai dari perbuatannya (actionnya), dimana perbuatannya yang memberikan kebaikan untuk orang lain. Orang ringan tangan dapat mempunyai nilai tinggi karena disenangi banyak orang, dan menjadi kepercayaan orang. Orang yang senang berbagi juga menambah nilai dari harga diri, karena orang yang selalu dinanti banyak orang. 

Agar harga diri kita tidak direndahkan orang, maka teruslah untuk meningkatkan kemampuan dan pastikan dilakukan setiap hari. Hendaknya semua itu tidak dilakukan atas dasar "uang", tapi jadilah manusia yang bermanfaat buat orang banyak. Maka nilai diri itu menjadi sangat tinggi. Pada sisi Allah, manusia yang taqwa lah yang paling mulia. Dengan dasar iman, kita dapat membangun harga diri melalui tindakan yang baik yang diperintahkan Allah dan meninggalkan yang dilarang Allah. Soal rezeki (uang), Allah yang mengaturnya. Jadi menjadi sangat bernilai harga diri kita jika dimulai dengan membangun diri lewat jalan ketaqwaan. Harga diri yang tinggi di mata Allah dan pasti juga bernilai tinggi di mata dunia.


Kultum singkat ini merupakan sharing untuk saling mengingatkan tentang kebaikan. Kultum yang bisa memotivasi dan memberdayakan diri kita untuk semakin baik setiap hari. Insya Allah kita menjadi orang yang  bertaqwa yang mulia (dan memiliki harga diri tinggi) yang santun.

 

25.1.23

Hikmah dan akal sehat

Selamat malam, setelah seharian kita luangkan waktu mencari rezeki Allah, sepantasnyalah ada waktu yang khusus kepada Allah. Salah satunya kita belajar memahami petunjuk Allah. Ada banyak referensi untuk memahaminya. Yang Allah senangi adalah perbuatan yang dilakukan terus-menerus.


Dalam Al Qur'an surah Al Baqarah ayat 269, 

1. Allah memberi hikmah kepada siapa yang dikehendakiNya. Sebagai hambaNya kita tidak bisa meminta hikmah itu tersebut. Karena hak memberi itu ada pada Allah. Katanya meminta dapat kita terjemahkan dalam bentuk mempersiapkan diri dengan kemampuan yang cukup dalam menerima hikmah. Menjadi siap menerima hikmah jauh lebih baik daripada meminta.
2. Mengapa kita mesti mempersiapkan diri untuk menerima hikmah ? Allah memberikan penjelasan tentang hikmah, yaitu kebaikan yang banyak. Kebaikan yang banyak dari Allah itu menjadikan kita lebih baik dalam hidup. Inilah yang menjadi motivasi kita untuk bersiap diri dengan kemampuan yang tinggi untuk meraih hikmah tersebut.
3. Hikmah dan kebaikan itu hanya dapat dipahami dengan baik oleh mereka yang berakal sehat. Bagaimana kita bersyukur dengan akal sehat kita agar siap menerima hikmah Allah ? Akal sehat itu mestinya kita manfaatkan untuk memikirkan penciptaan Allah dengan benar. Akal sehat yang bisa meredam nafsu dapat membangkitkan hati menjadi berdaya. Bagaimana akal sehat mengambil makna memahami dan mengamalkan Al Qur'an sebagai pedoman hidup sebagai rasa syukur .... Bagaimana akal sehat melihat perbuatan yang bukan saja tersurat tapi yang tersirat, sedekah bukan sekedar berbagi tapi mengalirkan apa yang Allah berikan dengan berbagi kepada sesama (berbuat baiklah karena Allah telah berbuat baik kepada kita). Jangan pernah akal sehat itu dilemahkan oleh nafsu atau emosional kita. Bersyukur dengan akal sehat mesti mengantarkan kita untuk berbuat banyak hal dengan ikhlas, yang semakin menambah iman kepada Allah. Jika itu tidak terjadi, maka rasa syukur itu kurang pas dan mesti dikoreksi. Dengan kata lain semakin banyak perbuatan dengan akal sehat dapat memberi rasa tenang di hati. 
Terakhir kita selalu mengiringi perbuatan kita untuk disempurnakan oleh Allah lewat doa kita. Insya Allah kultum ini dapat memotivasi kita untuk selalu memberdayakan diri menjadi semakin baik.
 

masalah gitu kalau nggak lebih baik

 Judul di atas menjadi sebuah pertanyaan bagi mereka, entah itu pemilik perusahaan, direktur, manager, atau karyawan atau siapa saja Anda. Tanpa disadari banyak orang merasa tidak ada masalah untuk tidak menjadi baik. Mereka yang jadi bos, bisa mengikuti keadaan yang berubah (lebih baik) itu dengan uang mereka miliki sekarang. Seorang lingkungan itu bisa dibayar. Gaya ini juga ditiru oleh profesional untuk selalu mendapatkan uang dan bisa mengikuti zamannya. Ada yang bertahan dan banyaknya tidak bisa bertahan. Paling tidak kehidupan ini menjadi semakin tidak ringan dan tidak mudah.

Bisa jadi orang sudah merasakan waktu yang tidak cukup untuk mengerjakan yang seharusnya dilakukannya. Ini menunjukkan indikasi bahwa kemampuan kita sudah tidak cukup untuk menghadapi keadaan sekarang, apalagi di masa depan. Atau kita merasa selalu capek atau lelah setelah seharian kerja. Ini adalah akibat dari tidak adanya kemampuan yang diupayakan untuk lebih baik. Tidak menjadi lebih baik itu BUKAN sekedar biasa-biasa saja, mungkin seorang manager merasa nyaman selama anak buahnya tidak lebih baik atau atasan yang tidak mengusik kinerjanya. Maka keadaan ini tidak memaksa dirinya untuk meningkatkan kemampuannya lebih tinggi. Kemampuan bertahannya hanya bisa ditunjukkan oleh hasil yang 80% atau 100% kinerja. Hasil ini sudah dikerjakan dengan seoptimalkan (kerja keras). 

Apa sih yang membuat orang harus menjadi lebih baik :

1. Lingkungan yang setiap hari menjadi lebih baik. Ilmu dan kemampuan mereka itu sudah tidak sanggup menghadapi kehidupan sekarang. Kemampuan mereka mengandalkan kemampuan 2 tahun lalu atau bahkan lebih lama lagi.

2. Usia yang tidak lebih muda lagi menuntut Anda bekerja dengan lebih cerdas BUKAN lagi kerja keras. Seorang yang manager tidak mampu bersaing dengan mereka yang muda dalam soal ilmu dan kemampuan. Setiap Anda berulang tahun boleh menjadi cermin, apakah Anda sudah berkemampuan lebih baik ?

3. Bawahan atau karyawan yang lebih muda dan yang berkemampuan tinggi selalu "bertentangan" dalam pola pikir. Terkadang mereka mencari perusahaan yang menghargai kemampuan tinggi. Akibatnya Anda sebagai manager hanya memiliki anak buah yang kemampuan rendah, yang cenderung patuh kepada atasan dan biasanya memuji kehebatan Anda. Yang terjadi adalah organisasi Anda tidak menjadi lebih baik.

4. Pemilik atau atasan di atas Anda pasti ingin organisasinya terus menjadi lebih baik. Anda mau tidak mau dituntut menjadi lebih baik dalam kemampuan dan ilmu. Jika Anda tidak mampu menerima permintaan pemilik atau atasan di atas Anda, maka Anda tidak dipercaya lagi. Walaupun Anda tidak dipecat, maka Anda hanyalah pelengkap saja menuju pensiun.

5. Yang dapat menggerakkan Anda untuk menjadi semakin baik adalah waktu pensiun (tidak dipakai lagi). Semakin tidak lebih baik tahun ini telah menciptakan kebiasaan yang tidak baik ditaun berikutnya, akhirnya menjadi berat untuk menjadi lebih baik di masa yang lebih tidak muda.

6. Keluarga menjadi pendorong yang baik untuk Anda memiliki kemampuan yang lebih baik. Saat bujangan tanggungan masih kecil, sudah berkeluarga tanggungan semakin besar apalagi anak yang sudah dewasa dan mesti kuliah. Hanya dengan kemampuan yang lebih baiklah dapat membantu kehidupan keluarga yang lebih baik.

Dan mungkin masih banyak lagi. Perhatikan faktor di atas yang telah mengingatkan Anda untuk segera meningkatkan kemampuan Anda sekarang. Kalau tidak perhatikan pula kehidupan Anda ... mulai mengalami kesulitan dalam kerja, semakin tidak cukup waktu dan mudah lelah berat setelah kerja. Masih mau seperti ini terus ? 

Orang yang cerdaslah yang bisa mengambil pelajaran. Bertemanlah dengan orang baru atau temen lama yang sudah banyak berubah menjadi lebih baik karena kemampuannya. Masalah gitu kalau nggak lebih baik ? Pasti masalah dan bertambah masalahnya setiap hari.

Demikina kultum ini saya sampaikan dari pengalaman dan pengamatan saya. Kultum yang memotivasi Anda dan saya sendiri untuk selalu bergerak dan meningatkan kemampuan. Pemberdayaan diri menjadi langkah utama yang mesti dilakukan. Tetap semangat ya. 

Seorang manager dengan aktivitas bawahan

Menurut para profesional, banyak orang yang sudah menjadi manager, faktanya mereka mengerjakan pekerjaan bawahannya. Kok bisa ? Seringkali manager hanya memerintahkan apa yang seharusnya dilakukan bawahan agar kinerja team tercapai. Lalu mau ngapain kalau udah tercapai ? Diterusin aja, job desc biasanya tidak bertambah banyak, maka apa yang sudah dicapai itu dan terus terjadi. Perusahaan menjadi tidak berkembang. Bos terbuai dengan laporan yang aman-aman saja dari para manager dan menjadi tidak mudah menghadapi beberapa tahun berikutnya karena kinerja tetap tidak semakin baik.

Yang terjadi adalah perusahaan menambah sdm agar kinerja meningkat. Sah-sah aja. Tapi biaya perusahaan meningkat sehingga kebijakan yang diambil adalah menaikkan harga produk/layanan. Kebijakan ini hanya untuk mempertahankan keuntungan bos. Salah nggak ? Nggak salah juga, karena tren yang ada adalah menaikkan harga setiap tahun. Boleh dong kita berpikir tentang produktivitas, bukankah dengan kecanggihan teknologi dan IT telah mampu meningkatkan kinerja karyawan, lebih cepat dan lebih mudah. Harga pelayanan atau produk bisa saja dinaikkan tapi kenaikan itu bisa untuk mendongkrak kesejahteraan karyawan. Karyawan yang sejahtera dapat mendorong karyawan untuk bekerja semakin produktif. Tetapi faktanya semakin harga produk/layanan yang meningkat tidak mampu menaikkan kesejahteraan karyawan. Keadaan ini membuat karyawan tidak termotivasi meningkatkan produktivitas. Lalu ? Karyawan merasa berat mengerjakan pekerjaannya. 

Bagaimana dengan kehidupan saya sendiri ? Saya ingin mendapatkan kesejahteraan lebih tinggi. Bagaimana caranya ? Sama halnya dengan perusahaan. Untuk mendapatkan pendapatan lebih, maka saya mesti memberikan produktivitas yang tinggi. Pendapatan itu seperti kesejahteraan, maka hanya bisa dicapai dengan produktivitas kerja tinggi. Untuk menjadi produktif bisa dengan berbagai cara. Salah satunya adalah meningkatkan kemampuan dengan belajar lebih banyak ilmu dan melatih ketrampilan. kemampuan yang rendah menyebabkan saya tidak mendapatkan pendapatan tinggi, saya tidak percaya orang dan kepercayaan itu diberikan kepada orang yang produktif. 

Sejalan dengan diri sendiri dan sebagai karyawan, menjadi produktif itu penting, meningkatkan kemampuan itu harus dengan belajar atau dengan meningkatkan ketrampilan. Keadaan ini membuat diri saya menjadi produktif, yang berakibat juga pada pekerjaan. Akhirnya kemampuan itu menghasilkan kepercayaan. Disinilah saya mendapatkan nilai dari kepercayaan itu dengan pendapatan yang lebih baik. Teruslah untuk meningkatkan kemampuan saya untuk selalu diap menghadapi persaingan. kalau saya adalah manager, maka saya mesti mulai berpikir menjadi GM atau direksi, maka saya pun mengerjakan tugas GM atau direksi dan saya mesti mulai pula memberdayakan bawahan saya untuk mandiri. Mulailah mempercayai bawahan untuk mampu mengerjakan tugas saya sebagai manager.


Kultum ini menjadi peringatan bagi seorang manager yang mengaku manager tapi masih belum bisa menunjukkan produktif. Seakan ingin menunjukkan kepada bawahannya saya ini hebat sebagai bawahan. Tapi tanpa sadar saya telah menunjukkan pula saya bukan manager dan hanya bawahan yang hebat. Permberdayaan diri sendiri dan memberdayakan bawahan menjadi kunci untuk menjadi semakin produktif. Saya manager tapi kerja saya adalah GM atau direksi. Yuk motivasi diri kita semua untuk selalu berpikir dan bertindak pada level yang lebih tinggi mulai sekarang.



Featured post

Mencintai tubuh dengan perubahan kecil

  Semangat pagi rekan-rekan. Insya Allah hari ini diberikan kesehatan mental yang kuat untuk bertumbuh menjadi semakin sukses dan bahagia. A...