Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

16.12.22

Hanya bersyukur

 Kata bersyukur sudah dipahami banyak orang, tapi mungkin sebatas berterima kasih. Beberapa petunjuk menunjukkan Allah telah memberi pendengaran, penglihatan dan hati, tidak banyak orang bersyukur. Ada petunjuk Allah memberi ujian pun untuk menguji apakah saya bersyukur atau tidak ? Bahkan Allah telah menangguhkan azabnya dan mendahulukan rahamtNya, untuk memberi saya mensyukurinya. 

Berucap yang baik adalah rasa syukur sudah diberikan mulut yang bisa bicara, Membantu orang lain adalah rasa syukur sudah diberikan tangan dan kekuatan, sedekah pun merupakan rasa syukur karena Allah sudah memberi rezeki kepada saya, saya shalat untuk menyatakan rasa syukur dengan menghambakan diri, saya kerja mencari "uang" untuk bersyukur karena Allah telah taklukan alam ini untuk manusia, apapun yang saya kerjakan mestinya sebagai ungkapan syukur kepada Allah. Sudahkah rasa syukur itu dilakukan dengan ikhlas ? Insya Allah saya diberi petunjuk di hati untuk mampu bersyukur dalam keadaan lapang maupun sempit.


Masalah dan emosional

 Masalah sering dipersepsikan tidak baik bagi sebagian orang. Dengan persepsi ini mereka begitu berat menghadapinya. Perasaan tidak nyaman dan persepsi tidak baik tersebut membuat tidak mudah menemukan solusinya. Emosi yang berperan besar karena persepsi yang tidak baik itu tidak membuka pikiran untuk menemukan logika sehat sebagai solusi, yang muncul adalah solusi berdasarkan emosi. Contoh masalah yang biasa adalah karyawan yang jauh dari lokasi kerja sering terlambat, dan diperingatkan oleh atasannya. karyawan menjawab dengan anggukan dan besoknya pun masih terlambat.

Karyawan itu menganggap bahwa masalah itu sebagai hal biasa dan meminta memaklumkan keterlambatannya. Bahkan dalam hatinya,"atasan saya nggak mau tahu alasan saya terlambat". Jawaban ini merupakan tingkat kesulitan karyawan untuk menyelesaikan masalah, yang jika ditelusuri keterlambatannya adalah karena merasa tidak termotivasi lagi. Ujung-ujungnya karyawan menganggap  gaji saya udah nggak cukup. Mestinya keterlamatan dihukum, maka harapannya kalau datang lebih awal dapat tambahan dong. Masalah yang tadi sederhana soal keterlambataan merambat menjadi besar karena berpikir secara emosional.

Bagaimana dengan atasannya ? Kalau bisa tidak mau pusing, bisa aja memberi surat peringatan dan dilanjutkan dengan ceramah yang tak didengar oleh karyawan. Atau bisa jadi terus mengingatkan dan agar memberi efek jera, maka seringkali memotong insentif. Solusi yang tidak memberi solusi terbaik, bahkan solusi ini dan respon karyawan seperti lingkaran setan yang tidak pernah berujung. Solusi ini pun berindikasi dominannya emosional dalam mengambil keputusan.

Tetapi apakah semua solusi yang didominasi oleh emosional ini tidak berdampak positif ? Bisa juga solusi itu menyelesaikan masalah. Ada karyawan yang takut karena atasannya jadi tidak terlambat lagi. Karyawan sih masuk lebih awal, tapi itu semua dilakukan dengan terpaksa. Perasaan takut dipecat, takut dikurangi pendapatannya, dan tidak dipercaya mendasari keterlambatannya. Bagus nggak ? Bisa bagus saat karyawan menyadari semua itu menjadi awal untuk berubah dan semakin hari menjadi tidak terlambat dengan merasakan manfaatnya. Kalau tidak merasakan manfaatnya, maka menjadi berdampak kepada kerja yang tidak optimal. Kerja dengan perasaan takut dan sebagainya dan jarang ada produktivitas. Padahal perusahaan membutuhkan produktivitas. 

Masalah ini mesti didudukkan dengan mencari akar masalahnya. BUKAN mencari solusi berdasarkan keterlambatan saja. Ada penyebab dari keterlambatan tersebut ? Disini perlu ada komunikasi karyawan dan atasan. Misalkan saja atasan memberi kepercayaan kepada karyawan untuk memberikan pekerjaan yang besar, dimana datang lebih awal itu menjadi bagian dari kepercayaan yang diberikan. Karyawan yang terlambat diberi tugas pengawasan untuk memonitor karyawan yang produktif di awal kerja. Atasan meminta karyawan yang telambat untuk mempelajari mungkinkah karyawan produktif di awal kerja ? Dan bisa saja dengan langkah solusi yang mengajak karyawan untuk dipercaya dalam hal lain.





 







Orang hebat

 Orang hebat ? Pasti menyebut hal itu pasti menjadi sebuah keinginan banyak orang. Apa sih yang terjadi jika saya menjadi orang hebat ? Cenderung saya dipuji karena kehebatannya,"hebat ya, kok bisa ?" Misalkan saya bisa menyembuhkan penyakit, maka saya diminta tolong karena dipercaya. Dalam bayangan saya juga selain dipuji, menjadi terkenal dan dapet banyak uang. Apa iya ?

Imajinasi orang hebat itu hampir sama semua orang. Tapi memang kehebatannya berbeda-beda setiap orang. Ada yang hebat pidato sehingga pendengarnya terpana, ada yang hebat jualannya sehingga apa saja bisa dijual, Ada yang hebat dalam mengobati orang sehingga orang percaya untuk berobat dan lainnya. Ada juga yang bilang "kehebatan negatif" tapi hal ini tidak lazim, hebat maling, hebat marahnya dan sebagai. Sekalipun memang hebat maling misalkan, tapi tidak lazim dan tidak dipuji.

Ada persepsi lain tentang hebat yang sebenarnya yaitu orang yang hebat itu adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya. Saat dia bisa marah, tapi dia tidak marah. Inilah orang hebat. Ada juga orang yang berkuasa, tapi tidak menggunakan kekuasaannya. Pada prinsipnya orang hebat BUKAN yang mampu menaklukan orang lain, tapi orang yang mampu menaklukan dirinya sendiri. Tapi tidak hebat kalau orang tersebut tidak melakukan karena alasan tertentu. Misalkan ada orang yang tidak bisa marah karena dia memang tidak berkuasa atas orang lain. Hal ini belum hebat. Seorang karyawan tidak berani marah kepada atasannya.

Setiap hari saya diberi kesempatan untuk menjadi hebat, mengapa tidak diambil kesempatan itu ? 

1. Bukankah saya diberi kesempatan untuk tidak emosi, saat melihat orang salah. Tapi dalam hati masih dongkol.  Agar kesempatan itu dapat saya ambil, maka saya lebih baik mengerjakan sendiri untuk orang lain sekalipun tidak diminta. Dalam bahasa agama, amalan sunnah. Mengerjakan yang tidak diwajibkan.

2. Bukankah saya diberi kesempatan untuk bangun pagi dan beraktivitas, setelah dibangunkan. Tapi saya masih malas bangun karena capek atau dingin. Agar kesempatan itu dapat saya ambil, maka saya lebih baik segera bangun dan mengerjakan banyak hal. 

3. Bukankah saya juga diberi kesempatan untuk kerja dengan ikhlas pada jam kerja. Tapi saya masih mempertimbangkan untung ruginya, nyaman dan tidak nyamannya.  Agar kesempatan ini dapat saya ambil, maka saya fokus dan berniat mengerjakan sungguh-sungguh. Urusan hasil tak perlu dipikirkan. Niat dan kerja yang sungguh-sungguh itu tidak pernah dibohongi oleh hasil.

4. Membayangkan banyak aktivitas BUKAN sekedar kewajiban atau disuruh, tapi dikerjakan untuk membangun diri menjadi semakin baik dan orang lainlah yang bilang,"Kamu hebat !"

Insya Allah saya diberi kemampuan melihat kesempatan itu dengan hati agar dapat membuat diri saya mengendalikan diri saya dan siap mengerjakan apapun menjadi semakin mahir dan profesional.




15.12.22

Ujian dan sabar

 Selamat malam, semoga malam tetap sehat dan iman yang terjaga. Malam ini, saya berbagi petunjuk Allah agar kita semakin banyak ilmu yang bener yang kita serap dan sungguh-sungguh untuk diamalkan. 
Surah Al Baqarah, ayat 155. Terlampir berikut 

1. Ujian dari Allah itu terjadi setiap hari. lalu ? Bisa dong kita tidak panik, tenang dan berpikir dengan hati agar dapat menemukan solusinya. 
2. Karena ujian itu setiap hari, maka kita dilatih Allah untuk sabar setiap hari. Masak kita belum bisa sabar juga. Paling tidak untuk menghadapi satu hal kita bisa sabar
3. Sabar itu berarti menerima dengan ikhlas, memahami dengan hati, berpikir dan menjalani proses demi proses. Dan terus menyempurnakan perjalanan proses tersebut. Berdoa pula agar Allah menyempurnakannya
4. Karena  Allah yang menguji, maka kita pun belajar kepada Allah lewat petunjukNya. Seringlah membaca dan memahami Al Qur'an.

Insya Allah kita dapat menerima petunjuk Allah ini di hati kita dan segera mengamalkannya. 



Kok belum dijalani ?

 Dalam kerja sering ditemui seorang karyawan tidak mengerjakan apa yang diperintahkan. Dalam pertemuannya, seseorang bisa diminta untuk memperbaiki apa yang sudah dikerjakan. Seorang staf yang mengerjakan laporan diminta membuat laporannya lebih cepat. Perintah ini sangat jelas menurut orang memerintahkan. Tapi beberapa hari kemudian laporan itu tidak terjadi lebih cepat. Apa sebabnya ?

Sebenarnya membuat laporan itu mudah, tapi tidak terjadi. Ada beberapa faktor penyebabnya :

1. Hal yang baru tidak mudah dikerjakan, karena yang sekarang saja sudah membuat kerepotan. Tidak ada waktu dengan banyaknya pekerjaan. Biasanya orang seperti ini selalu memberi alasan tidak ada waktu untuk melakukannya, karena masih ada kerjaan lain yang harus diselesaikan.

Salah satu solusinya adalah terus melakukan kontrol untuk laporan yang lebih cepat itu terjadi. Perhatikan aktivitasnya selama kerja, apakah memang waktunya sudah tidak ada lagi ? Jika tidak ada waktunya, maka sebaiknya lakukan berikut ini 

2. Berikan waktu untuk bersama mengerjakannya dan tunjukkan bahwa untuk melakukannya itu mudah. Salah satunya, berpikir bahwa pekerjaan itu ringan dengan memilah menjadi semakin kecil. Langkah kecil itu mudah. Setelah itu yang memerintahkan tetep mesti mengontrol sampai laporan itu terjadi.

3. Jika laporan itu tidak dibuat karena hal emosional, maka perlu digali dengan ngobrol samapi menemukan sebabnya. Bisa jadi tidak dilakukan karena merasa dirinya sendiri yang dibebani pekerjaan itu, mengapa saya ? Dilanjutkan emosionalnya dengan mengatakan,"kerjaannya seolah tambah banyak, sedangkan orang ini tersirat minta ada tambahan atas pekerjaan itu". orang seperti ini suka menunda dan bilang,"nanti saya kerjakan, tapi dikerjakan juga". 

Apa yang bisa Anda lakukan ? Memberikan motivasi yang bersifat emosional. Jika kita jelaskan secara logika sering diterima tapi dikerjakan, maka berikan rasa nyaman bagi orang tersebut mengerjakannya. 

4. Ada juga yang tidak mengerjakannya, karena memang tidak paham apa yang dimaksudkan. Secara garis besar tahu, tapi tidak paham detailnya. Sewaktu mau mengerjakannya muncul pertanyaan dalam dirinya,"cepatnya itu seberapa cepat ?", "apakah ada yang diprioritas dan yang lain seperti biasa ?", "kalau laporannya minta cepat, pekerjaan lain saya  tinggalkan" dan banyak lagi pertanyaan yang membuat orangnya bingung. Ditambah lagi dia sendiri tidak bisa mengerjakannya. Seringnya orang seperti ini merasa takut untuk bertanya, tapi kalau ditanya paham. Dan orang ini sering bicaranya tidak detail, tapi bicarakan hal besar terus, how to tidak tahu.

Yang memerintahkan mesti melanjutkan perintah dengan detail, bila perlu diberikan contoh. Jika orangnya tidak bertanya, maka mesti diuji dengan bertanya agar yang memerintahkan menjadi paham bahwa perintahnya sudah dipahami dengan baik.

Mulailah untuk memahami diri kita sendiri sebagai orang yang menerima perintah. Menyadari keadaan kita sendiri dan bener-bener paham apa yang diperintahkan sedetail mungkin dengan banyak bertanya atau kalau tidak berani dapat mencari sendiri. Tidak ada yang salah dengan perintah itu, perintah itu sangat bermanfaat bagi kita :

1. Kesempatan untuk menambah kemampuan. Bagaimana jika kemampuan itu diambil orang lain ? Bahwa kemampuan meningkat itu adalah kepercayaan. 

2. Kemampuan tinggi memudahkan kerja kita dan semakin banyak waktu untuk mengerjakan hal lain dengan lebih baik.

3. Perintah itu mendorong kita untuk menjadi semakin baik. Keadaan yang baik itu menyenangkan buat kita untuk karir dan nilai diri kita.

4. Perintah itu mengundang kita untuk bisa berkomunikasi dengan baik, sehingga bisa saling memahami masing-masing.

5. Jika kita mampu melaksanakan perintah, maka kepercayaan itu meningkat dengan perintah berikutnya. Secara kemampuan yang meningkat dapat membuat level manajemen kita semakin tinggi. Siap menjadi level yang lebih tinggi.

6. Saat menemukan masalah, tidak perlu repot juga. Karena kita bisa bertanya kepada yang memberi perintah atau orang yang mengerti masalah ini. Selalu ada solusi mengatasi masalah. keadaan ini membuat kita semakin senang menemui masalah dan bersemangat menemukan solusinya.

7. Bayangkan saat mengerjakan perintah dengan ikhlas, meluangkan waktu, pikiran dan semuanya untuk menemukan cara terbaik. Bukankah keikhlasan itu membuka hadirnya Allah bersama kita dalam mengerjakan. Ada semangat dan yakin Allah mendampingi dengan memberi petunjuk dan sifat-sifat baik serta menyempurnakan apa yang kita kerjakan.

Insya Allah siapapun kita sebagai yang memerintahkan atau yang menerima perintah dapat menjadi semakin baik tanpa perlu membela diri dengan berbagai alasan. Alasan itu hanya bagi mereka yang tidak mau menjadi semakin baik. Semua langkah ini untuk menguji, apakah kita ini bersyukur dengan pemberian Allah atau tidak mau memanfaatkan apa yang sudah kita miliki ? bersyukurlah karena Allah segera memberi nikmat lagi yang jauh lebih baik. Rugilah yang tidak mengambil rasa syukur, karena Allah memberikan azab baik berupa kesulitan dan sejenisnya.


 

Memberi dengan tersenyum

 Apa bisa memberi dengan tersenyum ? Mestinya iya, tapi banyak orang kurang senyumnya saat memberi. Kalau mau dibilang,"biasa-biasa saja. Senyum nggak dan cemberut juga nggak. Datar aja". Lalu mengapa mesti tersenyum ? Senyuman bisa menjadi indikator kebahagiaan kita saat memberi, perasaan senang saat memberi dan memberinya dengan sepenuh hati. impelementasi ikhlas. Harmonis dari hati - pikiran - emosional dan tubuh yang meneruskan tindakan tersebut. Emang kalau nggak senyum, masalah gitu ?

Senyum bisa dibuat-buat bagi orang tertentu karena memberi ke atasan, atau tersenyum karena SOP atau tersenyum ada maunya. Jadi terkadang banyak orang tidak bisa membedakannya, ya sih karena itu urusan hati. Hati orang tidak bisa dibaca, tapi hati seseorang tercermin dalam tindakannya. Apakah mungkin orang yang ikhlas tapi tidak senyum ? Hati menyuruh ikhlas, tapi pikiran mengatakan rugi saya tersenyum. Begitulah kira-kira. Umumnya tubuh tidak bisa berbohong dengan tindakannya, tapi bisa terjadi mungkin dalam sinetron dan film.

Tersenyum itu ibadah loh. Masak nggak mau ibadah ? Paling murah dan paling mudah, tapi tidak mudah dikerjakan. Padahal dibalas minimal 10 kali oleh Allah. Bisa jadi belum tersenyum karena banyak masalah. Memikirkan masalah dengan emosional dan logika mengabaikan hati untuk berfungsi. Yuk sadarkan diri kita kepada Allah agar hati itu berfungsi dan bisa tersenyum. Dengan senyum bisa mendapatkan pahala. Belum bisa tersenyum juga ?

Masih nggak mau tersenyum ? Pahami secara kesehatan, setiap situasi senyum membangkitkan otot-otot kebahagiaan hadir dan setiap otot ini menyebar ke selutuh tubuh. Maka tubuh merasakan kebahagian dan senang. Sebaliknya saat kita tidak tersenyum, otat-otot menjadi sangat lelah dan melemah tubuh akibatnya menjadi lemah/mudah capek. Kondisi tubuh ini menjadi pertimbangan pula kita untuk tersenyum, murah senyum banyak teman yang menciptakan hubungan silaturahmi dan membuka rezeki. Nggak mau juga sehat dan memiliki jaringan yang banyak ? Kayaknya saat susah tersenyum, mestinya bergaul sama orang yang  banyak tersenyum, semoga ada aura yang mempengaruhi kita untuk tersenyum. 

Mulailah hari ini dengan senyum, bangun tidur tersenyum dengan menghadirkan imajinasi,"Terima kasih ya Allah telah dibangunkan, bisa merasakan udara sehat pagi, lebih banyak aktivitas dan sebagainya". Beribadah dengan senyum dengan menghadirkan seperti bertemu dengan Allah". Bekerja dengan senyum dengan menghadirkan imajinasi mengerjakan pekerjaan untuk bos atau konsumen yang membuat mereka pun tersenyum. Berdagang dengan senyuman dengan menghadirkan imajinasi dapat membantu konsumen yang membeli dan ngobrol kebaikan dan imajinasi Allah hadir saat berdagang sehingga bersemangat dan berdagang yang jujur. Dan iringi senyum kita untuk berbagai aktivitas.

Tidak ada yang tidak nyaman jika tersenyum (perasaan senang), tidak ada yang tidak sehat dengan tersenyum (tidak mudah capek), tidak ada yang tidak dibalas kebaikan dengan tersenyum. Sudah enak, sehat dan berpahala .... kok belum mau tersenyum ? Bismillahirrahmanirrahiim senyum ya.


14.12.22

Al Qur'an bukan sekedar urus agama

 Selamat malam. Saya beranikan diri untuk mengambil hikmah dari petunjuk Allah dalam kehidupan saya. Ayat berikut menjelaskan bahwa Al Qur'an itu menjelaskan segala sesuatu, termasuk cara kita untuk hidup lebih bahagia dan sukses di dunia dan diakhirat.


1. Semakin banyak membaca dengan perlahan dan tak perlu buru-buru hanya ingin membaca, tapi pahami dengan hati. Insya Allah memahami Al Qur'an dan mengamalkannya, kita mendapatkan rahmat dari sisi Allah.
2. mengapa kita tidak mengamalkan Al Qur'an yang sudah dinyatakan oleh Allah sebagai petunjuk hidup manusia ? Salah satunya memang kita memiliki persepsi yang lemah, membaca Al Qur'an itu sudah dapat pahala, dan isi Al Qur'an itu tidak menjelaskan apa-apa tentang cara hidup. Al Qur'an hanya mengurus ibadah saja. Dengan memahami ayat ini, "keraguan" kita menjadi semakin yakin untuk menggali lebih dalam Al Qur'an karena isinya sangat berharga bagi kita dalam hidup.
3. Jika kita sudah percaya dan yakin, maka berserah dirilah untuk mengamalkannya. Maka Allah yang membalasnya.
4. Yakinlah bacalah dan temukan masalah kita di dalam Al Qur'an, Insya Allah kita diberi petunjuk dalam hati oleh Allah untuk menyelesaikan masalah kita. Lakukan dengan sepenuh hati.

Insya Allah kita dapat mengimani ayat ini dan semakin membuat kita percaya tanpa ragu untuk menjadikan Al Qur'an sebagai pedoman hidup.

Featured post

Mencintai tubuh dengan perubahan kecil

  Semangat pagi rekan-rekan. Insya Allah hari ini diberikan kesehatan mental yang kuat untuk bertumbuh menjadi semakin sukses dan bahagia. A...