Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Semangat yang melemah

Keseringan saya "malas" alias semangat melemah, padahal sebelum betul-betul semangat. Apa sih yang terjadi ? Memng kebiasaan saya cenderung malas, maunya hasil cepat dan sedikit perbuatan .. dan milih-milih lagi yang mudah dan cepat. Misalkan saya ingin menulis motivasi, apa iya saya sendiri kurang termotivasi ? Menulis sih, tapi apa ya ? apa yang ingin ditulis tidak muncul ...lama di komputer mengundang saya untuk melihat yang lain browsing. Akhirnya tulisan yang hanya beberapa kalimat pun terhenti.

Ada lagi, karena hobi saya memasak. Pengen banget masak yang sehat. Motivasi yang bagus saya bersemangat ke pasar membeli bahan-bahannya. Seampai di rumah terasa capek ... mau cuci-cuci bahannya diundur dan beberapa lama kemudian belum juga di cuci. Masak pun jadi malas.

Soal ibadah juga sering begitu, sudah waktunya shalat Zuhur. Sudah tahu mesti segera shalat tapi karena sambil kerja yang lain shalatpun ditunda. Atau terkadang kondisi fisik yang kurang oke ... shalat pun ditunda. Ada kala saya segera shalat tapi shalatnya "pengen buru-buru selesai" dan ada shalat itu rada oke tapi waktunya sudah lewat waktu. Seperti tidak ada semangat untuk shalat.

Apa yang saya perbuat ? Saya merasakan semangat awal yang besar TIDAK diikuti dengan ilmu yang benar. Maksudnya ilmu adalah tidak ada prasangka yang baik terhadap semangat itu. Adakah ilmu tentang apa yang saya semangati ? Jika ada maka semangat saya diperkuat dengan ilmu berupa prasangka baiknya. Misalkan semangat menulis itu ada, maka ikuti semangat itu dengan prasangka baik tentang kebaikan dari menulis itu seperti berbagi ajakan kebaikan, amal saleh yang bisa jadi dibutuhkan orang yang belum mengetahuinya. baiknya menulis sebagai cara belajar/memahami ilmu Allah, dan banyak lagi. Semua itu tidak datang begitu saja sebagai prasangka baik kepada Allah, maka saya mesti belajar tiap hari setiap saat. Tanpa belajar petunjuk Allah, maka prasangka saya tidak tumbuh dengan baik untuk mendukung semangat saya. Bayangkan saat saya bersemangat menulis diikuti dengan prasangka baik kepada Allah maka semangat itu semakin bertumbuh sebagai upaya saya untuk beramal saleh. Prasangka baik itu ada dalam imajinasi saya. Imajinasi yang semakin kuat membuat emosional saya merasa senang (terlihat jelas) apa yang ingin saya tulis MESTI segera menulis (kalau tidak, banyak godaan yang menghalangi menulis itu terjadi). 

Contoh dalam semangat memasak agar terjadi dan tidak ditunda-tunda. Maka saya mesti memiliki prasangka baik dari petunjuk/ilmu yang benar. Petunjuk/ilmu berprasangka baik itu tidak terjadi jika saya tidak belajar. Belajar hikmah masak, bukankah masak itu bukan perkara wanita yang memasak. Tidak ada yang melarang laki-laki memasak dan jika saya lakukan dengan ikhlas maka memasak saya menjadi bagian yang menyenangkan. Saat masak saya mengolah makanan sambil berzikir, maka masakan terasa dimasak dengan hati ... rasanya nikmat. Prasangka baik berupa imajinasi memasak itu menjadi sangat menguatkan semangat. Bersegeralah memasak untuk mewujudkan prasangka baik itu (imajinasi kebaikan). Prasangka baik itupun bisa berupa hasil masak sebagai amal saleh yang sya persembahkan kepada keluarga.

Semangat dan Prasangka  baik

Begitu saya menyemangati diri saya untuk menguatkan semangat karena saya percaya dan yakin kepada Allah. Saya beriman dan saya beramal saleh. Iman yang ada di hati ini sebagai hidayah dari Allah mesti diikuti dengan ilmu dari Al Qur'an. Belajar ilmu dan petunjuk Allah dari Al Qur'an wajib juga saya pahami dan amalkan untuk menyakinkan (menguatkan) semangat yang tumbuh untuk beriman yang sebenarnya. Proses belajar itu membentuk prasangka baik yang terjadi dalam imajinasi yang baik. Insya Allah iman yang dihati ini bisa semakin kaya dengan semangat karena Allah dan menjadi nyata dalam amal saleh. Belajar itu wajib setiap hari agar saya mampu meneruskan semangat yang Allah hadirkan di hati ini. 

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...