Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

13.1.23

Ngga ada masalah

 Nggak ada masalah mas ? Begitu seseorang bilang kepada saya. Saya balik bertanya,"kok bisa nggak ada masalah ?" Sedangkan orang lain selalu curhat masalahnya yang banyak dan sampai saat itu solusinya tidak ada. Kalau seseorang menyatakan tidak ada masalah dengan keuangannya, berarti dia banyak uang. Apakah orang yang banyak uang itu pasti tidak ada masalah ? Seolah-olah kehidupan ini bisa dibeli mereka yang punya banyak uang.

Masalah ? Masalah itu terjadi saat kita tidak mendapatkan apa yang kita harapkan. Mereka yang banyak uang itu terlihat tidak masalah, tapi ternyata mereka menyembunyikan masalahnya dengan uang yang banyak. Hidupnya nyaman dan senang-senang. Mari kita perhatikan, masalah yang utamanya adalah mereka khawatir kalau uangnya berkurang. Mereka cenderung untuk "pelit". Keadaan ini masalah nggak ? Sebenarnya masalah tapi tanpa disadari terjadi. Kekhawatiran itu tidak mereka harapkan tapi terjadi, sesuatu yang tidak diharapkan terjadi, itulah masalah. Semua orang kalau bisa tak ada kekhawatiran. Ini saja sudah menghadirkan "prasangka tidak baik" kepada orang lain. Belum lagi mereka cenderung pelit, tidak disukai banyak orang. 

Mau tahu lagi masalahnya, saat mereka membelanjakan sesuatu, dan mereka tak ingin mengeluarkan uang yang banyak. Kalau bisa barang bagus harga murah. Apa yang terjadi ? Mereka suka kecewa atas apa yang mereka beli. Ini masalah bukan ? Ini juga masalah.

Masalah itu sebenarnya bukan tabu untuk diakui, tapi sudah ada dan terus ada selama hidup. Masalah membuat seseorang memikirkan solusinya, yang dapat meningkatkan kemampuan seseroang menjadi semakin baik. Bahkan seseorang mesti mencari masalah dirinya agar dirinya bisa lebih baik dengan masalahnya. Mencari masalah bukan tidak pede dengan kemampuan kita, tapi selalu ingin menyempurnakan kemampuan lebih tinggi. Allah selalu menguji hambanya dari sesuatu yang baik dan yang buruk. Kekayaan adalah ujian, apakah mereka dapat memanfaatkan kekayaannya untuk semakin bertambah imannya. Bukan kekayaan itu untuk diakui sebagai orang hebat, orang yang senang hidupnya dan sebagainya. Demikian juga tidak memiliki uang yang banyak juga ujian, apakah bisa bersyukur untuk mendapatkan rahmat (nikmat) Allah yang banyak ? 

Mari kita pahami semakin seseorang tidak ada masalah, berarti menunjukkan dia ada masalah (mungkin masalahnya besar) tanpa disadarinya. Memang masalahpun tidak perlu juga diungkapkan, tapi mesti berusaha untuk menyelesikannya. Kemampuan yang selalu meningkat untuk menyelesaikan masalah itu adalah yang mesti kita fokuskan. Nggak ada masalah, nggak ada kemampuan yang teruji dan meningkat. 


12.1.23

Pasrah atau "menunggu"

 Dalam keseharian kita, banyak orang mengatakan,"saya mah pasrah aja". Hal ini dimaknai menerima keadaan dan bagaimana nanti aja. Seolah menyerahkan persoalannya kepada Allah. Saya pasrah aja lah dengan pendapatan yang tidak cukup. Bisa jadi kita sendiri yang bilang begitu.

Lalu beneran begitu aja ? Seiring waktu tidak banyak yang berubah. Ingat bahwa kita mendapatkan apa yang kita kerjakan, bukan mendapatkan dari kepasrahan Pasrah itu tidak berkonotasi menjalankan apa yang sudah dikerjakan (diam, sepertinya stabil dan tidak ada perubahan), tapi pasrah itu menunjukkan yakin kepada Allah, dan menyerahkan diri untuk mengikuti apa yang Allah perintahkan. Orang yang pasrah yang bener, mesti terus bekerja menjadi lebih baik dan mengikuti aturan Allah. Barulah hasilnya kita pun pasrahkan kepada Allah. Allah tidak menzalimi hambaNya, pasti membalas sesuai apa yang dikerjakan hambaNya

Apa yang harus dilakukan ? Yang utama pasti istighfar dan berlindung kepada Allah dari yang merusah iman. Cari, pahami dan amalkan petunjuk Allah yang mendekati persoalan yang kita hadapi. Baca Al Qur'an dan terus meningkatkan nilai ibadah kita. Insya Allah kesungguhan ini membuat hati ini diberi petunjuk untuk bersikap dan berperilaku yang bener.

Berbarengan membaca petunjuk Allah dan terus menemukan ilmu yang cukup untuk mengerjakan banyak hal semakin baik. Dengan hati yang bersih dan selalu ingin dibersihkan, maka kita siap menerima petunjuk Allah. Petunjuk itu biasanya mengantarkan kita mendapatkan ide (ilmu) yang bikin banyak hal yang bisa dikerjakan dengan mudah dan nyaman. Alhasil kita pun dimampukan pasrah dengan menjalankan perintah Allah.


11.1.23

Open Mind

 Open mind ditafsirkan pikiran yang terbuka, yang mau menerima pikiran dari luar dengan senang. Sebenarnya pikiran kita selalu terbuka untuk menerima pikiran dari luar, tapi yang membuat pikiran tidak mau menerima itu disebabkan pikiran kita dikuasai oleh Kecerdasan Emosional (nafsu/emosional). Maka saat kita mau menerima pikiran dari luar itu sebenarnya ditutup oleh respon emosional, untuk mempertahankan diri (gengsi, harga diri dan sejenisnya). Ada persepsi bahwa kalau kita menerima pikiran itu membuat diri kita rendah (tidak pintar, tidak hebat). Itulah yang terjadi.

Yuk menjadi tidak responsif dengan nafsu atau emosional atau pembajakan amygdala yang membuat kita tidak berpikir akal sehat, tidak open mind. Tidak perlu terburu-buru merespon apa yang datang dari luar dalam rangka menekan tidak emosional. Siapkan diri untuk memapu mendengar dengan baik tanpa berkomentar atau banyak tanya. Keadaan ini mengantarkan kita kepada open mind. Bila perlu mengatur napas untuk teratur.

Open Mind memberi kesempatan kita untuk belajar hal baru atau memperbarui pikiran yang sudah ada. Tentu dengan open mind ini kita dapat berubah menjadi lebih baik. Mau kan ?


Kerjanya sudah banyak

 Dalam dunia kerja, ada beberapa hal yang menyebabkan orang tidak termotivasi. Diantaranya merasa sudah banyak kerja sehingga membuat karyawan tersebut terlihat sibuk kerjanya. Sikap karyawan ini mudah tersinggung, atau bersikap bertahan/menolak saat ada kerja tambahan (ditingkatkan produktivitasnya). Lalu bagaimana solusi untuk karyawan seperti ini ? 

Di sisi karyawan, kalau bisa tidak ada tambahan kerja. Tambahan kerja berarti tambahan uang. Selalu ada cara untuk memperlihatkan bahwa karyawan tersebut sibuk dan waktunya sudah tidak cukup untuk ditambah kerjaan lagi. Ada kebutuhan perusahaan untuk berkembang menjadi lebih besar dengan pendapatan yang lebih tinggi dan biaya yang minimal. Usulan karyawan adalah tambah karyawan dan kerjaan juga bisa fokus. Tapi bagi karyawan kerjaannya bisa beres, tapi biaya naik. Langkah yang masih mungkin adalah menganalisa pekerjaan dari karyawan yang ada, apakah memang pekerjaannya tidak bisa ditambah lagi atau karyawannya tidak mampu mengerjakannya (tidak didukung ilmu yang cukup) ? 

Banyak dari karyawan diterima tidak siap dengan perkembangan perusahaan, karyawan hanya disesuaikan dengan kebutuhan saat terima. Akibatnya perusahaan menjadi lambat untuk bertumbuh. Disini perlu ada team training untuk menangani karyawan seperti itu. Team training yang memiliki kualitas as profesional trainer, dapat mendisain/membuat materi training sesuai kebutuhan perusahaan dan perkembangan ke depannya, mampu mengarahkan hasil training kepada aktivitas kerja nyata, bersama manager memonotir dan mengevaluasi hasil training, mampu memotivasi luar dalam karyawan berbagai level. Pengalaman dalam training yang mampu melihat kerjaan karyawan, karyawan yang merasa berat ditambahkan kerjaan lagi lebih disebabkan oleh ketidakmampuan (tidak cukup ilmu) untuk mengerjakan pekerjaannya, dan tidak memiliki kemampuan bersikap yang bener menghadapi berbagai masalah dalam kerja sehingga kerjaan yang ada sudah membuat karyawan berat/sibuk.

Solusi awal adalah memberi ilmu dan ketrampilan karyawan dalam mengerjakan kerjaannya. Ilmu dan ketrampilan ini mesti membuat karyawan merasa lebih nyaman dan lebih mudah dalam mengerjakannya. Lebih nyaman dan lebih mudah membuat karyawan cenderung menerima "pelatihan" ini. Dari langkah ini saja, karyawan menjadi lebih produktif dan waktu yang dihabiskan lebih singkat. 

Selanjutnya team training mengarahkan pemanfaatan waktu untuk menambah kemampuan yang lebih tinggi. kemampuan yang lebih tinggi membuat karyawan naik level dan siap dengan pekerjaan berikutnya. Disini team training mesti mampu membangkitkan motivasi untuk karyawan melakukannya ikhlas (tanpa disuruh). Produktivtas yang meningkat dapat mengangkat pendapatan perusahaan dan dapat pula meningkatkan pendapatan karyawan. Sama seperti training awal, semua ini mesti diwujudkan dalam kerja nyata, dimonitor dan dievaluasi agar sesuai harapan dan terkontrol untuk selalu ditingkatkan. Jika 2 langkah tersebut sudah tidak bisa memberikan hasil, maka pilihan yang masih mungkin adalah mencari karyawan yang mampu dan memiliki motivasi untuk menerima tanggung jawab (langkah pengembangan karyawan). Terakhir dipikirkan untuk menambah karyawan.

Dari kasus itu, banyak perusahaan tidak memiliki team training yang profesional. Biasanya team training hanya sekedar penyelenggara training (fasilitator) saja. Kondisi ini banyak karyawan training di luar perusahaan, hasilnya hanya bikin pinter aja dan jago ngomong/berdebat. Mengapa ? Karena banyak yang habis training tidak menerapkan langsung ilmu dalam kerja. Alasannya adalah tidak sanggup menjalankan tanpa orang yang sepaham. Hanya sebagian kecil yang diterapkan. Banyak karyawan seperti ini hebat dalam interview karena memang banyak mengikuti training saja. Ada 2 solusi yang bisa dijalankan perusahaan adalah solusi pertama memiliki manager yang kuat sebagai trainer atau coach dalam mengelola dan mengembangkan karyawannya. Solusi kedua adalah merekrut trainer yang berpengalaman yang mengerti aspek karyawan dan perusahaan.

Insya Allah karyawan berkembang dan perusahaan pun bertumbuh semakin besar. Perusahaan yang mampu menghargai karyawan, maka karyawan maksimal  melayani konsumen.


                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

10.1.23

bersyukur dimulai melihat potensi

 Apa sih yang dilakukan dengan bersyukur ? Banyak dari kita menafsirkannya dengan berterima kasih dan menerima dengan ikhlas. Misalkan bersyukur dengan gaji. Menerima gaji dengan ikhlas, tapi terkadang kita ikhlas dengan masih adanya keluhan,"gajinya nggak cukup dan curhat banyaknya kebutuhan yang ditekan dan sebagainya". lalu kita pun berterima kasih dengan mengucapkan Alhamdulillah dan berterima kasih. Dari waktu ke waktu, kok sudah bersyukur tapi tidak memperbaiki keadaan kita ? Petunjuk Allah, "bersyukur ditambah nikmatnya".

Bagaimana sih sikap bersyukur yang baik itu ? Sebenarnya cerita di atas itu menyatakan bersyukurnya belum sempurna. Masih ada keraguan dengan petunjuk Allah. keraguannya ditunjukkan dengan keluhan dan tidak memperbaiki dengan kerja dan ibadah yang semakin meningkat. Maka petunjuk di atas ada lanjutannya,"jika tidak bersyukur maka tunggu azab Allah". Bisa jadi tidak ada perubahan dalam hidup kita karena kita tidak bersyukur (syukur yang tidak yakin seperti di atas), maka kita menerima azab, kesulitan dan penderitaan.

Kita dibalas Allah atas apa yang kita kerjakan. Jika ingin bertambah nikmatnya berarti kita bersyukur dengan meningkatkan jumlah dan nilai kerja kita. bagaimana kita kerja yang lebih banyak dan berkualitas ? Pertama kita mesti melihat potensi (apa yang kita miliki) yang disebut juga nikmat saat ini. Saat kita merasa nikmat itu adalah pemberian Allah, maka kita pun memuji Allah atas nikmat saat ini. Pemberian Allah ini tidak mungkin kita "diamkan" tanpa menghadilkan kerja yang lebih baik, maka bersyukur mengajak kita kerja yang lebih lagi. Tambah kerjanya, kualitaskan kerja kita. Karena kerja yang tambah dan kualitas kerja yang lebih tinggi inilah Allah melihat kita bekerja untukNya, maka Allah balas dengan ditambah nikmatNya. Begitulah bersyukur yang bisa kita kerjakan lebih baik.

Lihatlah potensi (nikmat) atau kekuatan kita, dengan mengakui dan merasakan nikmat potensi tersebut. lalu pujilah Allah dengan pemberian itu. Ya Allah ya Maha Pintar yang telah memberi pikiran dan ilmunya, maka mulai maksimal berpikir yang lebih dengan memanfaat tubuh dan potensi sekitar kita. lakukan dengan petunjuk Allah. Setelah kita bisa melakukan kerja sampai tuntas, lalu tambahkan lagi kuantitas kerja tersebut atau tingkatkan kualitas kerja tersebut agar setiap periode kita menjadi lebih baik.


1. Saat awal, kita bertanya apa yang bisa dilakukan dalam kerja. kerjakan.

2. Tambahkan ilmu dengan potensi silaturahmi (belajar dengan orang lain) dan kita bisa mengerjakan lebih baik

3. Selanjutnya bagaimana cara kita untuk meningkatkan nilai kerja yang sudah dilakukan ? Beberapa jawaban langsung dijalankan, Insya Allah kita menjadi lebih berkualitas kerjanya

4. Apa yang bisa kita tingkatkan lagi dari nilai kerja kita ? Jika jawaban memerlukan beberapa hal, maka pelajari dan pahami dengan belajar lagi.

Langkah bersyukur itu mesti membuat kita sadar untuk memperbaiki keadaan dengan kemampuan yang ada secara terus-menerus. Kerja dan kehidupan kita menjadi dinamis dan berkembang. Begitulah sikap dan perilaku bersyukur.


9.1.23

kerja yang suka aja 2

Sebelumnya saya sudah menulis kerja suka aja 1 yang berisi, menjadikan yang tidak disukai mulai disukai dengan cara belajar ilmunya agar kerja yang tidak disukai itu dapat dipahami. Temui cara mudah dan nyamannya. Selanjutnya saya berbagi bagaimana cara lainnya ?

Misalkan saya tidak suka membuat laporan, karena ribet dan lama. Langkah pertama saya belajar bagaimana membuat laporan yang nyaman dan mudah. Saya belajar ilmunya dan apa yang dibutuhkan oleh penerima laporan. Bisa jadi saya sudah tahu bahwa membuat laporan itu tidak ribet dan tidak lama, tapi masih berat aja. Keberatan ini membuat saya males dan masih belum suka. Keadaan ini solusi dengan ilmu atau logika. Bagaimana dengan hati ?

Apa bisa dengan hati bisa membuat saya suka ? Bagaimana caranya ? Sebenarnya saya bisa menggunakan hati asal hati saya terbuka dan tidak dipengaruhi oleh nafsu/berpikir emosional. Memahami dengan hati itu adalah mereferensikan kepada Al Qur'an. Saya mulai pertanyaan, siapakah yang memberi saya pekerjaan ? perusahaan atau atasan, tapi hati menjawab bahwa pekerjaan ini adalah amanah dari Allah yang telah mengizinkannya kepada saya. Karena ini amanah, saya pun mesti bertanggung jawab kepada Allah, BUKAN sekedar kepada atasan atau siapa saja yang meminta laporan tersebut. Mungkin bertanggung jawab itu belum membuat saya ikhlas, jika membuat laporan itu adalah ibadah dan menjadi amal saleh saya. Barulah saya merasa senang untuk mengerjakannya. Karena membuat laporan itu untuk kebaikan saya dimana bisa menjadi pembuka pintu rezeki saya. 

Dengan pemahaman di atas saya yakin membuat laporan mulai disukai dan berjalannya waktu saya pun dapat menikmati hasilnya. Hasil yang saya rasakan dan saya dapatkan diantaranya kepercayaan dan laporan saya menjadi dibutuhkan orang. Keadaan ini menjadikan saya semakin menyukainya. Saya membayangkan satu kerja yang tidak disukai sudah bisa disukai, maka ada dampak berikutnya untuk menjadikan yang tidak disukai lainnya menjadi disukai.


Hidup semakin bahagia karena pemahaman dengan hati itu mengantarkan saya semakin menikmati hidup dengan apa yang saya sukai semakin banyak. Kalau sudah suka, maka saya pun selalu ingin meningkatkan jumlah dan kualitasnya. 

8.1.23

Berbuat baiklah

 Terkadang memang berat untuk berbuat baik (kebajikan), karena memang pasti dilawan oleh setan yang menggoda kita dengan berbagai cara. Mulailah kita digoda dengan,"itu kan bukan kerja kamu, ntar keenakan orang lain" sampai,"kalau udah berbuat baik itu sampaikan ke orang bahwa itu saya yang kerjakan". Apalagi kita juga merasa sok sibuk sehingga tidak ada waktu. Mau berbuat baik ntar juga tidak direspon sama orang juga kok ?


Begitulah kita digoda untuk tidak berbuat baik. Itulah pikiran logis yang diajak untuk mengerjakan hal yang menguntungkan bagi kita dan diajak tidak nyaman untuk berbuat baik itu. Padahal petunjuk yang saya tulis dari referensi yang mutlak kebenarannya. Siapa yang berbuat kebaikan dengan iman, Allah menghapus kesalahan kita dan diperbaiki keadaan kita. Ada orang yang tidak mau dihapus kesalahannya. Bukankah kesalahan yang dihapus itu semakin membersihkan hati yang membuat kita semakin mudahberbuat baik. Apakah ada orang yang tidak mau diperbaiki keadaannya menjadi lebih baik ? Bukankah kehidupan yang lebih baik itu menjadi keinginan kita ? Yuk kita berbuat baiklah karena Allah membalasnya dengan yang lebih baik.

Featured post

Mencintai tubuh dengan perubahan kecil

  Semangat pagi rekan-rekan. Insya Allah hari ini diberikan kesehatan mental yang kuat untuk bertumbuh menjadi semakin sukses dan bahagia. A...