Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Dampak tidak berpikir positif

 Ada beberapa hal yang bisa saya ungkapkan untuk menemukan beberapa orang belum mampu berpikir positif. Alasan kuat adalah adanya dorongan emosional, gengsi, ketersinggungan, membela harga diri, pernah kecewa dan sejenisnya. Semua keadaan ini adalah trigger belum mampu berpikir positif. Akibatnya interaksi dua orang atau lebih dengan belum mampu berpikir positif adalah konflik ringan sampai besar.

Berita TV yang mengabarkan hanya soal uang parkir yang diperebutkan 2 kelompok menyebabkan perkelahian masal yang menyebabkan korban meninggal. Begitu juga persoalan rumah tangga, hanya karena cemburu mengundang cekcok sampai kepada KDRT. Hampir setiap hari saya mendengar berita ketidakmampuan berpikir positif menjadi konflik yang besar. Apakah saya mau mengalami hal seperti ini ? Terlihatnya sepele tapi dampaknya luar biasa tidak baiknya.

Ketidakmampuan seorang karyawan berpikir positif dapat mengundang pola pikir yang tidak baik, demotivasi dan menurunnya produktivitas. Karyawan yang tidak terima hanya karena ditegur atasannya, yang menyebabkan karyawan menjadi tidak nyaman dan membalas dengan kerja yang produktif. 

Setiap orang selalu ada kecenderungan untuk membalas dengan hal yang sama, jika menerima perlakukan tidak positif. Semua ini berawal dari pola tidak berpikir positif. Terus, apa yang bisa saya lakukan ? Berempati ... merasakan orang yang belum mampu berpikir positif, yang sebenarnya ingin berpikir positif tapi belum menguasai dirinya dengan benar. Karena saya atau Anda tidak bisa mengontrol dan menguasai orang lain untuk berpikir dan bertindak kepada saya. Maka  sayalah yang harus memulai berpikir positif dan selalu membalas perlakuan yang tidak positif dengan pikiran positif. Tidak mudah, karena dalam diri saya pun selalu ada dorongan atau bisikan untuk membalas yang sama,"enak aja saya diperlakukan begitu, saya pun bisa".

Apa yang sih yang diharapkan orang yang belum mampu berpikir positif dari saya ? Orang seperti ini merasa benar dan ingin menyampaikan orang lain itu salah. "Kamu itu kerjanya tidak bener", kata temen. Respon pikiran saya di awal adalah membantah dan membela diri, tapi sejatinya saya tak perlu menanggapi hal tersebut. Cukuplah berterima kasih atas ucapannya dan selanjutnya saya perbaiki apa yang dikatakan. Interaksi tersebut tidak lama, tapi jika saya meladeni ucapan itu dapat menyebabkan perdebatan yang panjang dan menyakitkan. Cara ini adalah cara terbaik dan sangat baik buat diri saya untuk menjaga dapat berpikir positif terus dan bisa juga memberi cermin kepada orang lain bahwa berpikir positif itu sehat dan nyaman.

Disisi lain, saat orang lain berpikir tidak positif tidak perlu saya ikutan. Yang menjadi persoalan bukan pada diri saya, dan saya tidak mau meracuni pikiran saya dengan ikut-ikutan menjadi tidak positif. Keadaan ini menjadi dorongan motivasi saya untuk menjaga dan memelihara selalu berpikir positif. Dan akhirnya, berpikir positif bukan sekedar untuk kebaikan diri saya, tapi merupakan rasa syukur saya kepada Allah yang telah memberi pikiran dan hati. Jika ini saya lakukan, maka kekuatan untuk berpikir positif menjadi semakin besar karena ada energi Allah bersama saya. 

Berdasarkan hal terakhir di atas, berpikir positif bukan lagi tidak mudah, tapi menjadi ringan dan ikhlas (tidak dipaksakan). Misalkan saat menunggu orang yang janjinya terlambat, maka tak perlu ada prasangka tidak baik kepada orang tersebut. Tapi saya bisa berpikir positif, seperti saya mendoakan orang tersebut dimudahkan dan dilancarkan untuk selamat bertemu dengan saya, dan waktu menunggu saya gunakan untuk hal positif apa saja. Sesampainya orang tersebut, sayapun tak perlu membahas keterlambatannya tapi membicarakan pertemuan yang sudah disiapkan. Apa yang terjadi setelah itu ? Orang yang terlambat memuji kepribadian saya dan selalu mendukung saya. Inilah yang balasan kebaikan (berpikir positif) itu kepada saya, dan memang begitulah lidah dan hati saya diciptakan Allah bukan untuk tindakan yang tidak baik, tapi mengajak lidah dan hati untuk berdoa. Tak perlu juga membalas dengan mengatakan tidak profesional dan sebagainya, tapi mengajak untuk fokus kepada apa yang dibicarakan. 

Tulisan ini menjadi ulasan dari buku kami "semangat kerja yang konsisten"


Insya Allah berpikir positif itu berdampak baik bagi diri saya sendiri, yang membuat pikiran saya sehat dan mampu mengendalikan diri, serta mendapatkan kekuatan dari Allah. Akhirnya saya mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat.

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...