Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Tujuan yang suka berubah

 Semangat pagi yang mencerahkan buat semua, hari ini adalah kesempatan untuk memperbaiki hari sebelumnya yang belum dikerjakan atau yang mau diperbaiki. Kesempatan ? Iya, bersyukur atas semua ini. lakukan yang semakin baik hari ini yang membuat saya tidak ingin menyia-nyiakan waktu demi waktu sampai saya bisa berbuat yang lebih baik. Insya Allah saya dimampukan oleh pemilik alam semesta ini.

Saya pernah memiliki tujuan atau keinginan. Saking pengennya, tujuan itu sangat berarti dan mendorong saya untuk mewujudkannya. Mulailah saya kerja/beraktivitas, tapi ditengah perjalanannya saya merasa ada yang tidak bener dengan tujuan saya, 

a. Bisa karena tidak mudah dicapai, "apa ya saya bisa capai ?" Mulailah ada keraguan dan menurunkan semangat untuk mencapainya.

b. Kok tujuan ini menurun dan ada tujuan lain yang lebih menarik. Mulailah imajinasi saya mengarah kepada tujuan lain untuk dicapai. Ada ketidakpastian untuk memilih meneruskan tujuan awal atau berganti tujuan baru.

c. Dengan sibuknya aktivitas/kerja rutin yang dituntut mesti diselesaikan, membuat waktu yang pendek untuk mengejar tujuan sehingga melemahkan semuanya. Akhirnya saya hanya berharap,"suatu hari saya bisa meraih tujuan saya itu".

d. Misalkan tujuan itu pengen beli rumah. Apa cukup dengan gaji saya membeli rumah ? kalau saya bisa membeli tapi rumahnya jauh banget dari tempat kerja, bikin keluar uang lagi ? Apa nggak saya kontrak rumah saja dulu ? begitu banyak tujuan awal bisa berubah menjadi lebih rendah atau lebih tinggi tergantung suasana saat itu.

Semua itu terjadi pada setiap orang sesuai tujuannya. Atau ada yang bilang,"saya mah nggak pengen apa-apa, jalani aja hidup ini". Tapi tetep aja tujuan itu bisa berubah, waktu bergaul sama temen yang punya rumah sederhana ... hadirlah tujuan pengen punya rumah dan lainnya.

Apapun tujuan atau keinginan itu baik asal dihadirkan oleh emosional. Tujuan yang emosional  cenderung tidak baik, awalnya juga tidak baik dan biasanya diikuti oleh tindakan yang tidak baik pula. Sebaiknya diam sejenak (bisa juga beberapa hari) saat ada tujuan atau keinginan. Buat apa ? Untuk memastikan tujuan atau keinginan itu diuji oleh akal sehat sebagai kebutuhan. Selanjutnya tujuan atau keinginan itu dianalisis oleh akal sehat agar menjadi nyata untuk diwujudkan. 

Tujuan atau keinginan yang sudah bulat untuk dicapai itu menjadi bener menurut saya saat itu. Apa yang terjadi ? Ada lintasan pikiran yang menghambat untuk memulai tujuan itu, ada rencana bagus yang disusun, ada banyak cara untuk mewujudkannya. Sempurna ! Langkah pertama berjalan mulus, semua hambatan atau persoalan yang dihadapi dapat dilewati. Masih ada semangat besar ...

Apakah iya saya memiliki tujuan itu saja ? pasti tidak, banyak sekali tujuan lain. Kalau mau ditulis, kayaknya lebih dari 10 tujuan, tujuan keluarga, tujuan pasangan, tujuan anak-anak dan sebagainya. Tujuan mana yang lebih dulu untuk dicapai ? Disini mulai bercabang dan salah satu tujuan bisa melemah saat itu. Tidak bisa disalahkan bahwa tujuan hadir dan berkembang sesuai waktunya. Bahkan bisa jadi tujuan awal melemah dan berganti dengan tujuan lain.

Apa yang terjadi ? Tujuan itu sebaiknya mesti memiliki batas waktu pencapaiannya, terjadwal dan memiliki komitmen untuk mencapainya. Batas waktunya tidak terlalu lama, sebaiknya dalam rentang maksimal 1 bulan atau lebih sedikit oke saja. Bagaimana kalau 6 bulan atau 1 tahun ? Bisa juga, sesuai dengan besar kecilnya tujuan. Alangkah baiknya, tujuan itu dipecah menjadi beberapa tujuan kecil bertahap. Tujuan yang pendek memudahkan pikiran untuk meraihnya dan memberi semangat tambahan saat mendekati waktunya. Selanjutnya tujuan berikutnya menjadi menarik untuk diwujudkan. Ini adalah cara menyikapi saya tidak berubah-berubah terhadap tujuan yang berubah.

Tujuan bisa saja berubah sesuai waktunya. Saya bisa mengubah tujuan asal masih sejalan dan lebih baik. Yang terpenting adalah tujuan itu pasti untuk dicapai, jadi hindari untuk meninggalkan tujuan tersebut. Alangkah indahnya, saat saya memiliki tujuan dan tujuan itu saya sampaikan kepada Allah agar diberi rahmat lewat doa. Doa yang tidak memaksa untuk diizinkan (dikabulkan) atas tujuan saya. Kalimat yang pantas saya sampaikan kepada Allah untuk tidak mendikte tapi hanya menyampaikan apa yang saya alami, "Ya Allah hari ini saya memiliki tujuan membeli rumah, tujuan ini sesuai dengan apa yang saya rasakan penting bagi saya dan keluarga. Kalaulah tujuan ini Engkau rahmati, mampukan dan mudahkan jalan menuju tujuan itu. Tapi kalau tujuan ini belum Engkau rahmati dan belum baik bagi saya sekarang, maka sudilah Engkau yang Maha Penyayang dari yang paling sayang di bumi ini memberi saya yang lebih baik. Bimbing, arahkan dan mampukan saya untuk menjalaninya" Dalam doa ini saya berharap dengan tujuan saya, tapi saya tahu bahwa Allah Maha Tahu yang terbaik buat saya dan saya memohon petunjuk yang lebih baik buat saya. Tidak memaksa dikabulkan tapi berharap rahmat Allah untuk saya.




Demikianlah apa yang bisa saya bagikan untuk menghadapi tujuan yang suka berubah. Tujuan yang berubah tak perlu disesali, tapi perlu disikapi dengan ilmu yang lebih baik. Inilah kultum motivasi yang bisa menginspirasi saya untuk lebih baik, memberdayakan diri untuk jauh lebih baik.

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...