Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Manajemen syukur 2

 Semangat pagi semua, Insya Allah diberikan kebaikan hari ini. Tulisan kali ini adalah melanjutkan Manajamen syukur 1, yaitu langkah melihat, merasakan potensi (nikmat) Allah pada diri kita sendiri. Dimana merasakannya itu dalam keadaan sadar kepada Allah. Apa yang kita lakukan setelah itu ? Bersaksi kepada Allah dengan memujiNya.

Dalam manajemen syukur 1 ini kita berupaya mengungkapkan apa yang kita rasakan atas nikmat Allah itu. Jika merasakan tangan itu bermanfaat bagi kita, maka kita berterima kasih dan memuji yang memberikan tangan kita. Sebaliknya jika kita menerima dari seseorang yang kita tidak butuh, maka rasa terima kasih dan pujiannya ala kadarnya. Dengan Allah tidak seperti itu, kita bukan tidak menerima nikmat Allah tapi bisa mampu melihat dan merasakan kebaikannya ... Maka kita tidak mampu berterima kasih dan memujinya. Misalkan kita memuji Allah yang Maha Pemberi Rezeki tanpa mampu melihat rezeki itu, maka pujian itu hanya di bibir saja. Kalau rezeki itu berupa kesehatan, maka kita mampu melihat bahwa sampai hari ini keadaan kita sehat dan ada kala sakit (merasakan rezeki sehat itu luar biasa), maka kita memuji Allah itu dengan Ya Razzaq menjadi bermakna (tulus datang dari dalam diri).

Pernahkah kita mampu merasakan otak kita, fisik dan lainnya ? Renungkan sesaat, saat pusing berkelanjutan membuat kita baru merasakan bahwa kita memiliki otak/pikiran. Kita bisa bertanya, siapa sih yang memberi otak/pikiran kita ? Dengan otak itu bisa berpikir dan beraktivitas. Allah menitipkan semua nikmat itu dan kita sering menafsirkan yang berbeda dengan "ini otak saya". Bagaimana kalau sakit ? Maka kita merasa sedih tidak berpikir (merasa kehilangan). Sebenarnya kita merasa kehilangan karena kita merasa "mengakui" milik kita, padahal itu hanya titipan Allah. Kapan pun Allah berhak mengambilnya jika kita tidak amanah dengan titipannya. Sebaliknya jika kita memanfaatkan otak yang dititipkan itu untuk kebaikan banyak orang (amal saleh), maka Allah ridho dan merahmatinya. Allah bisa saja menambah nilai otak yang dititipkannya menjadi lebih tinggi atas apa yang sudah kita manfaatkan. Sudahkah kita memanfaatkan otak/pikiran menjadi memberikan nilai tambah ? 

Bulan puasa ini mengajari kita untuk membuka hati melihat nikmat Allah. Tidak makan dan tidak minum menunjukkan kita mesti berterima kasih karena dalam keadaan itu kita bisa lebih cerdas (bayangkan kalau kenyang kita jadi malas). Menahan nafsu menunjukkan kita berterima kasih bahwa kita bisa tidak emosional dalam berpikir dan bertindak (bayangkan di luar puasa kita mudah emosi untuk perkara yang kecil). Berinteraksi dengan Al Qur'an dan banyak amal saleh mesti kita syukuri karena amal itu jarang kita lakukan, bahkan di bulan ini kita terdorong banyak beristighfar karena bulan dimana Allah siap mengampuni dosa kita (bayangkan diluar puasa jarang kita melakukannya)

Manajemen syukur 2 ini mengajak kita berterima kasih dan memuji Allah dengan sepenuh hati. Paling mudah adalah merasakan nikmat Allah pada kondisi tidak menyenangkan, lagi sakit dan tidak memiliki atau kehilangan, maka kita dapat merasakan bahwa nikmat dapat diambil Allah (sebagai titipan).  Perbanyak pujian kepada Allah dan hanya kepada Allahlah pujian kita hadirkan.


Insya Allah kultum motivasi ini dapat memberdayakan kita untuk bergerak dan beraktivitas yang optimal di jalan Allah. langkah bersyukur menjadi semakin baik

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...