Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

11.6.25

Sikap terhadap pekerjaan atau profesi

 Semangat pagi semuanya. Insya Allah selalu ada kebaikan yang diperbuat hari ini, minimal memberi rasa bahagia bagi diri sendiri.

Bagaimana sikap kita terhadap pekerjaan yang dijalani sekarang ? Apakah pekerjaan atau profesi itu tuntutan kebutuhan ? Kalau iya, yang sering terjadi adalah sikap dan tindakan kita terhadap profesi itu telah cukup membebani diri. Kalau nggak kerja, pasti berdampak tidak positif. Perhatikan apa yang terjadi sekian lama dengan pekerjaan sekarang, ada yang baru dan ada juga yang sudah lama bekerjanya. Mungkin 3 tahun cukup untuk menilai hasilnya, ternyata tidak memberi tambahan, bisa jadi gaji ? bisa juga ilmu ? bisa juga terapan ilmunya ? Dan yang lebih mengherankan adalah perasaan kita yang tidak baik-baik saja.

Misalkan dalam 3 tahun bekerja, mestinya sudah banyak kita dapatkan. Yang paling banyak bisa jadi ilmu dan pengalaman. Tadinya tidak bisa menjadi bisa dan semakin mahir. Tapi faktanya kita tidak memberikan yang terbaik dari apa yang sudah kita miliki dalam pekerjaan, kita biasa-biasa saja dan belum menjadi orang yang dipercaya atasan dan perusahaan. 

Apa yang mesti kita lakukan ? Yang pertama apapun pekerjaan kita adalah amanah. Amanah yang diizinkan Allah kepada kita, dimana kita mengemban khalifah dibumi ini, dimana pekerjaan sekarang merupakan amanah (menjadi wakil Allah). Kok bisa ? Kalau kita tidak diterima perusahaan, maka pekerjaan yang kita lamar bukanlah amanah kita. Disisi lain, kita diterima di perusahaan tapi tak berapa lama kita pindah atau tidak dibutuhkan, ini menunjukkan pekerjaan itu bukan juga amanah Allah. Amanah itu melekat pada perusahaan dengan pekerjaannya. Amanah Allah, itu menunjukkan kita mesti mempertanggungjawabkan juga kepada Allah. Bagaimana dengan atasan dan perusahaan ? Mempertanggungjawabkan kepada Allah sudah pasti melewati pertanggungjawabkan kita kepada atasan dan perusahaan. Kita mesti melakukan pekerjaan yang terbaik yang kita miliki dengan ilmu yang terus berkembang dan tidak ada tindakan (kerja) yang tidak baik atau tidak bertanggung jawab. Jika kita mampu mengemban amanah Allah dan bertanggung jawab, maka kita pun bisa memberi kerja yang benar kepada atasan dan perusahaan.

Salah satu perwujudan amanah Allah dalam pekerjaan adalah disiplin. Atasan kita pasti suka karyawannya yang disiplin, baik waktu kerja yang disiplin dalam tanggung jawab. Emang ada atasan yang tidak suka dengan disiplin ? Maka amanah pekerjaan dari Allah itu memastikan bahwa kita menjadi karyawan produktif. Terus bagaimana kalau tidak bertanggung jawab, dengan mengerjakan yang biasa-biasa saja. ? Sehebat apapun kita menutupi hal itu, Allah Maha Tahu dan Melihat sekalipun atasan dan perusahaan tidak melihatnya. Ini tentang iman, pahami bahwa dengan memahami pekerjaan itu amanah artinya kita sudah percaya kepada Allah. Allah telah menetapkan rezeki kita di perusahaan tersebut.Lalu bagaimana dengan masalah yang terjadi ? Sekalipun masalahnya tentang atasan dan perusahaan, hal ini merupakan kehendak Allah untuk menguji dan menaikkan kemampuan kita. Tapi kita masih suka mengeluh. Lalu mau dibiarkan saja masalah terjadi ? Pastinya tidak dan jangan mengalah untuk pindah perusahaan. Bagaimana perasaan kita bisa menyelesaikan masalah ? Pasti senang dan puas. Bagaimana dengan atasan dan perusahaan ? Pasti memberi performance tinggi.

Yang terpenting lagi dalam menyikapi amanah Allah dengan profesi kita adalah membuat semua berjalan dinamis, tanggung jawab kita mesti diupgrade agar Allah semakin takjub dengan apa yang kita kerjakan. Tentu semua ini perlu belajar banyak ilmu dan ketrampilan.  Dinamis mendorong kita konsisten yang tidak bosanin (berubah setiap waktu). Artinya pekerjaan kita itu dapat memberi peluang untuk menjadi semakin berkemampuan tinggi dan terbukanya karir yang lebih baik. 

Renungkanlah dengan hati yang tenang, Allah itu ternyata memiliki rahmatNya kepada siapa saja. Kalau kita bersikap "terpaksa" menerima pekerjaan saat ini karena butuh uang. Mulailah menyingkirkan sikap seperti ini, terimalah takdir Allah itu dengan pekerjaan saat dengan ikhlas dan sikapi sebagai amanah Allah. Tidak penting perusahaannya, yang penting kita bersyukur dengan menjalani amanah Allah dan mempertanggungjawabkannya. Fokuslah dengan pekerjaan itu dengan kerja yang benar dan baik. Kalau belum ada ilmunya, belajarlah. Abis belajar praktekkan  (belajar dan menerapkan ilmu dalam pekerjaan, malah dibayar (digaji). Teruslah mengembangkan diri dengan terus belajar untuk memperlihatkan pekerjaan kita kepada Allah. Kerja yang bisa dipertanggungjawabkan dan memberi kebaikan pada diri dan dampaknya kepada team dan perusahaan. 

Bayangkan saat itu menyikapi pekerjaan karena kemampuan kita, maka yang ada adalah merasa diri lebih dari yang lain. Efeknya tidak baik dalam team. Bagaimana dengan pekerjaan yang tidak kita sukai dan butuh uang ? Yang pasti kita bekerja apa adanya, dan kalau tidak bisa, tidak dikerjakan. Apalagi pekerjaan itu dipaksakan ... Jadi sikap terhadap pekerjaan itu menjadi baik dengan menganggap pekerjaan itu adalah amanah dari Allah. Menjadi wakil Allah untuk memberi kebaikan kepada sesama.


Ternyata .. hati-hati dengan bersikap. Sikap sangat dipengaruhi iman dan ilmu. Iman dan ilmu yang lemah mendorong sikap yang tidak tepat. Sebaliknya iman dan ilmu yang benar bisa mengantarkan kita bersikap yang benar, yang positif. 


Insya Allah tulisan ini bisa menginspirasi dan membuka pikiran kita menjadi semakin baik. Jadikan motivasi untuk mengembangkan diri dengan selalu memberdayakan diri menjadi orang yang lebih baik hari ini.

Sahabatmu

Munir Hasan Basri

10.6.25

Karyawan bisa kaya

 Semangat pagi semuanya. Insya Allah selalu dalam kebaikan dan dalam rahmatNya.

Hari ini saya menulis tentang karyawan kaya dengan menyediakan waktu yang saya berikan untuk memenuhi keinginan saya. Apa memang ada waktu itu ? Dengan cepat saya menjawab waktu itu ada. Lalu saya tanya lagi, kapan ? dan berapa lama ? Ternyata saya dan sekian banyak orang tidak mampu menjawabnya. Waktu yang ada adalah untuk kerja rutin saja dengan apa yang dipilih sebagai profesi. Seorang karyawan menghabiskan waktu untuk pekerjaannya yang telah diberikan untuk dipertanggungjawabkan. Apakah pekerjaan itu adalah keinginannya dalam hidup ? Ya dan tidak. Pekerjaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan, bukan keinginan karyawan tersebut. Bisa jadi karyawan ingin kaya ? Apakah iya dengan pekerjaan itu menjadi seseorang itu kaya ? 



Keinginan itu adalah hal yang diatas kemampuan saya, Kalau saya ingin kaya, maka sekarang saya belum kaya. Artinya saat ini saya memiliki kemampuan A yang memberi saya kekuatan untuk mengerjakan A. Kondisi A ini adalah saya belum kaya. Maka untuk menjadi kaya saya mesti mengerjakan di atas A, yang bisa menjadikan saya luar biasa dari level A. Pertanyaannya adalah apakah saya sudah siap ? Kebanyakan orang tidak meningkatkan kemampuan sehingga apa yang dikerjakannya masih sama, alias tidak berubah. Di awal mungkin iya bersemangat, tapi selanjutnya kalah dengan rutinitas yang ada. 

Yang pertama kali saya mesti mempersiapkan waktu. Waktu adalah segalanya, waktu untuk menambah kemampuan adalah belajar. Sudah ada waktunya juga belum tentu saya bisa konsisten belajarnya. Sudah cukup ? Tidak. Karena ilmu yang dipelajari bukan untuk ditunjukkan kepada orang lain, tapi mesti dipraktekkan oleh diri sendiri. Apakah sudah ada waktunya ? Apakah juga termotivasi dengan lahan prakteknya ? Sekali lagi praktek ini perlu waktu. Resiko mempraktekkan adalah menyediakan waktu untuk mengevaluasi dan memperbaikinya. Ini memakan waktu yang banyak, ada cek data, analisa data dan memberi penilaian dan koreksi. Dari mereka yang setiap hari bekerja sebagai karyawan ... apa iya ada waktunya ? dan ada juga hal yang mesti dikerjakan menuju keinginan ?? Bagaimana pulang kerja ? Kayaknya sudah tidak kuat lagi untuk melakukan banyak hal. Dari sini saya dapat memberi catatan bahwa ketersediaan waktu itu butuh tenaga untuk mengerjakannya ..mempersiapkan diri sehat sepanjang hari.



Bayangkan keinginan karyawan itu ingin kaya bukanlah keinginan atau tujuan terakhir. Agar keinginan itu memiliki frekuensi yang sama dengan alam dan orang lain, alangkah baiknya keinginan menjadi kaya itu ditemukan alasan baiknya. Misalkan ingin kaya itu untuk niat yang baik diantaranya :

1. Ingin menjadikan saya orang yang dermawan

2. Ingin membuat saya semakin dekat dengan Allah, karena Allah itu Maha Kaya.

3. Membahagiakan keluarga dan tetangga dengan memberi kebaikan dari kekayaan saya.

4. Semakin kaya semakin rendah hati.

5. dan seterusnya

Dari alasan di atas, bukankah semua orang dan lingkungan bisa mendukung. Niat dan alasan ini menjadi daya tarik yang bisa mendorong saya bisa mengerjakannya dengan lebih baik dan mudah. Bagaimana dengan Allah ? Tentunya niat baik ini mesti dijaga dan dipertanggungjawabkan sehingga mengundang ridhai Allah.

Mengapa hal ini saya jelaskan seperti di atas ? Inilah jalan terbaik yang membuat saya (karyawan) dapat menyediakan waktu memenuhi keinginan saya dengan saya bekerja. Langkah kaya itu dapat dipecah menjadi beberapa tahapan, diantara adalah bekerja sangat produktif, memperoleh kepercayaan dan meraih karir yang tinggi. Soal waktu ? Jadikan waktu kerja itu sebagai waktu untuk belajar dan waktu untuk mempraktekkan, serta mengevaluasi dan memperbaiki. Kalau waktu tidak cukup, maka bisa menambahkan waktu di awal masuk kerja dan mengambil waktu istirahat. Seiring waktu, maka kemampuan yang dimiliki bertambah tinggi sehingga dapat mengerjakan diluar apa yang telah diberikan sebagai job descnya. Apa yang terjadi ketika karyawan telah bekerja dengan kemampuan tinggi ? Pasti performancenya tinggi dan ini membuka peluang karyawan untuk dipercaya. Siap dipercaya, Insya Allah ada peluang karir yang lebih tinggi. Siap digaji tinggi.

Jangan lupa untuk mempersiapkan diri jadi sehat, jasmani dan rohani. Hal kecil yang bisa membangun diri jadi sehat itu, bangun pagi dan menjaga makanan agar diri terhindar dari mood yang tidak baik. Lakukan pekerjaan dengan sendiri, bila perlu meminta bantuan orang lain. Berikan waktu, perhatian, tenaga dan lainnya untuk membahagikan keluarga. Kondisi batin yang bahagia dapat mendorong bekerja menjadi produktif. Saat menghadapi masalah dan stress, maka hadirkan Allah dan berkomunikasi dengan inten agar semua dimudahkan.

Inilah cara yang lebih untuk baik karyawan memenuhi keinginannya. Waktu untuk memenuhi keinginan itu tersedia selama kerja dan belajar, ada tempat prakteknya ... bahkan karyawan masih dibayar. Perusahaan tempat kerja mendapatkan efek dari apa yang dikerjakan oleh karyawan berupa performance perusahaan meningkat. Tak kalah pentingnya adalah keinginan itu memiliki niat baik bagi semua orang dan lingkungan. Sempurnakan langkah ini dengan terus ibadah dan berdoa.

Jadikan apapun sebagai motivasi positif dan mampu memberdayakan diri semakin baik hari ini.

Sahabatmu

Munir Hasan Basri

9.6.25

Sesungguhnya

Kata "Sesungguhnya" yang saya pernah baca dalam Al Qur'an belum menggugah apapun terhadap dulunya. Biasa saja. Bisa jadi memang begitulah saya membaca dengan penglihatan dan hanya sebagai kata biasa, tapi saat ini saya membacanya dengan penuh hikmah. ternyata kata "sesungguhnya" memiliki makna yang luar biasa untuk menggugah saya untuk berbuat yang baik dan berusaha untuk taat kepada Allah. 

Kata "sesungguhnya" dalam ayat-ayat Al-Qur'an umumnya bermakna penegasan atau penguatan akan kebenaran suatu pernyataan atau fakta. Ini dapat berarti "sungguh-sungguh," "benar-benar," "sesungguhnya," atau "sesungguhnya" dalam bahasa Indonesia. Dalam persepsi saya, Allah menggunakan kata "sesungguhnya" untuk menyakinkan saya tentang petunjuk yang disampaikan.

Ada beberapa makna dari kata "sesungguhnya" ;

Pertama, Penegasan Kebenaran.  "Sesungguhnya janji Allah itu benar" berarti janji Allah pasti akan ditepati, tidak ada keraguan.

Kedua, Penguatan Pernyataan. "Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak disukai Allah" menegaskan bahwa sikap sombong adalah hal yang dibenci Allah. 

Ketiga, Penjelasan yang Lebih Jelas.  "Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan" memberikan penjelasan bahwa setiap kesulitan akan diikuti dengan kemudahan. 

Keempat adalah Penekanan pada Keutamaan. "Sesungguhnya Al-Qur'an adalah syafaat bagi pembacanya di hari kiamat" menekankan pentingnya membaca Al-Qur'an. 

Kelima memberi makna Pernyataan yang Pasti. "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali" menyatakan kepastian bahwa semua makhluk adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. 

Singkatnya, "sesungguhnya" dalam Al-Qur'an berfungsi untuk mengukuhkan kebenaran, memberikan penjelasan lebih jelas, menekan keutamaan, atau menegaskan suatu pernyataan yang pasti.

Berikut ini adalah makna spesifik dari kata "Sesungguhnya" dari ayat-ayat Al Qur'an 

"Sesungguhnya janji Allah itu benar." (Artinya: Benar-benar janji Allah itu benar.)  Memberikan penekanan: "Sesungguhnya manusia itu tidak ada yang sempurna." (Artinya: Benar-benar manusia itu tidak ada yang sempurna.)

Menyatakan suatu fakta, "Sesungguhnya Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang." (Artinya: Benar-benar Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang.)

Secara umum, "sesungguhnya" dalam Al-Quran berfungsi untuk:

Menegaskan kebenaran: Memastikan bahwa suatu pernyataan itu benar dan tidak dapat disangsikan.

Menambah penekanan: Membuat suatu pernyataan menjadi lebih kuat dan memiliki dampak yang lebih besar.

Memberikan informasi dengan lebih jelas: Mengatakan suatu fakta dengan jelas dan tegas, sehingga tidak ada keraguan atau kesalahpahaman.

Kata "sesungguhnya" dalam Al-Qur'an memiliki makna yang penting dan beragam, tergantung pada konteksnya. Berikut beberapa makna yang umum terkait dengan kata "sesungguhnya" dalam Al-Qur'an:

1. Penegasan: Kata "sesungguhnya" digunakan untuk menegaskan kebenaran atau kepastian suatu pernyataan.

2. Peringatan: Kata "sesungguhnya" digunakan untuk memberikan peringatan atau ancaman kepada orang-orang yang tidak beriman atau melakukan kesalahan.

3. Pengumuman: Kata "sesungguhnya" digunakan untuk mengumumkan atau memberitakan kabar baik atau buruk kepada orang-orang.

4. Penjelasan: Kata "sesungguhnya" digunakan untuk menjelaskan atau memperjelas suatu konsep atau prinsip.

Dalam Al-Qur'an, kata "sesungguhnya" sering digunakan untuk:

- Menegaskan kebenaran Allah dan Rasul-Nya

- Memberikan peringatan kepada orang-orang yang tidak beriman

- Mengumumkan kabar baik kepada orang-orang yang beriman

- Menjelaskan konsep dan prinsip agama

Contoh ayat Al-Qur'an yang menggunakan kata "sesungguhnya" adalah:

- "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS Ar-Ra'd: 11)

- "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." (QS Al-Bayyinah: 7)

Dengan demikian, kata "sesungguhnya" dalam Al-Qur'an memiliki peran penting dalam menegaskan kebenaran, memberikan peringatan, mengumumkan kabar baik, dan menjelaskan konsep agama.

Mungkin saya dulunya membaca kata “sesungguhnya” tidak berdampak besar dalam hidup. Alhamdulillah saya dapat merasakannya sebagai nikmat Allah.

Sudahkah saya sangat yakin dengan janji Allah,” Sesungguhnya  janji Allah itu benar”

Oleh sebab itu saya tidak boleh sombong,”Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong”

Mengapa saya tidak yakin dengan membaca Al Qur’an itu menjadi syafaat di akhirat nanti,”Sesungguhnya Al-Qur'an adalah syafaat bagi pembacanya di hari kiamat”

Saya tidak ingin berputus asa, karena selalu ada kemudahan Bersama kesulitan,”Sesungguhnya Bersama kesulitan ada kemudahan”

Dan yakinlah Allah Maha melihat semuanya karena Dialah yang memiliki semuanya dan saya diminta pertanggunganjawabnya,” Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami akan Kembali”

Sadarkah ternyata saya diciptakan tidak sempurna, maka saya mesti bergantung kepada yang Maha Sempurna, "Sesungguhnya manusia itu tidak ada yang sempurna.“

Oleh sebab itu saya berharap kasih sayang Allah dalam ketidaksempurnaan saya, “"Sesungguhnya Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”

Sesungguhnya adalah ucapan Allah yang patut saya pahami dengan benar dan saya mesti yakini (imani) agar saya bisa mengamalkannya dan bisa merasakannya. Tidak ada cara lain agar semua itu bisa saya pahami dengan cara sesering mungkin membaca Al Qur'an. Saya tidak "merasakan" saat saya mendengarkannya sendiri dengan membacanya, bisa saja orang lain adalah jalan menuju Allah. Maka mendengarkan segala sesuatu itu mesti dengan seksama, dengan mengosongkan ilmu yang sudah saya miliki.

Apa iya saya tidak terdorong kuat untuk mendalami Al Qur'an sesering mungkin, kadangkala hanya sekedar membacanya saja, tapi dilain hari saya bisa mendapatkan hikmah dari Allah. Mau menjadi beriman itu tidak bisa hanya menunggu, maka saya mesti terus mengamalkan apa yang sudah saya dapatkan dari Al Qur'an yang membuat saya semakin yakin.  Beriman dan beramal soleh.

Insya Allah tulisan ini dapat mendorong saya dan siapa saja yang membaca tulisan ini di











berikan hikmah dari Allah. Inilah motivasi saya dan aktivitas yang memberdayakan diri menjadi semakin baik.

Sahabatmu
Munir Hasan Basri 




Featured post

Sikap terhadap pekerjaan atau profesi

 Semangat pagi semuanya. Insya Allah selalu ada kebaikan yang diperbuat hari ini, minimal memberi rasa bahagia bagi diri sendiri. Bagaimana ...