Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Katanya mau belajar

Kata belajar itu sering ditafsirkan berkaitan dengan sekolah formal, belajar di sekolah SD, SMP, SMA sampai Universitas. Lanjutannya belajar di sekolah formal tadi menjadi UKURAN kemampuan seseorang untuk bisa melanjutkan kerja di perusahaan. Jika seseorang tidak lulus atau tidak lengkap pendidikan belajarnya, maka nilainya dianggap dibawah yang belajar sampai tinggi.

Sebagai contoh, seseorang lulusan SMA tidak sama kedudukannya dalam kerja di perusahaan karena belajarnya. Sama halnya dengan seseorang yang lulus S2 lebih tinggi kedudukannya terhadap lulusan S1. Belum lagi melihat dimana mereka sekolah (belajar). 

Ok lah, belajar itu adalah menambah pengetahuan dan ketrampilan, Orang yangi elajar di sekolah lebih dominan memahaminya dengan sedikit praktek sehingga banyak lulusan itu mesti banyak beradaptasi dengan lagi. Bahkan saking saat menerima tugas-tugas dalam kerja yang diberikan dan menjadi sibuk denga kerjanya. Dan lupa belajar lagi

Belajar membuat kita berada di posisi lebih baik. Demikian juga saat kita belajar di tempat kerjaan. Bukankah hasil belajar dalam kerja itu memberi dampak proses kerjanya lebih mudah dan cepat serta mampu mengerjakan banyak hal. Ujung-ujungnya duit alias pendapatan meningkat. Belajar berarti menaikkan nilai duit. Penjelasan ini bisa menjadi motivasi dan keinginan semua orang, Tapi faktanya banyak orang mengeluh pendapatannya kurang. Pendapatan kurang berarti kemampuannya kurang, kemampuan kurang karena tidak belajar lagi. Anda mau bantah, "saya belajar kok". Bener sih kita belajar tapi outputnya (hasilnya) tidak ada, alias hanya tahu dan paham saja. Buktinya ? Kita semua masih mengerjakan kerjaan dengan cara yang sama setiap hari dan setiap bulan ... belajar kita tidak kontinu seperti halnya kita belajar dari kelas 1 naik kelas 2 dan seterusnya.

Dalam kerja bisa jadi kita telah belajar, tapi belajar hanya sekali dan setelah tidak lagi. Padahal kerja kita semakin hari semakin tinggi dan banyak. Apakah cukup hanya belajar hari ini saja ? Tidak cukup, setiap hari mesti belajar. Buktinya kita tidak belajar kontinu adalah kita mengalami stress, tidak terkendali emosi dan suka mengeluh. Ditambah lagi kita tidak suka belajar. Semua dikerjakan sebagai rutinitas saja, lalu bosen.

katanya mau belajar

Apa yang mesti kita lakukan dan dari mana memulainya ? Mulailah dengan niat belajar untuk Allah, maksudnya belajar itu karena banyak melakukan amal saleh dengan kerja yang kita lakukan. Yakinlah bahwa Allah memudahkan kita belajar. Setelah itu melihat satu kerjaan yang kita jalani, apakah ada masalah ? pasti ada mau bilang tidak ada masalah. Bukan itu maksud saya, jawablah pertanyaan berikut, Apakah ada cara yang lebih mudah dan cepat serta memiliki nilai yang tinggi dalam mengerjakan kerjaan tadi ? Pertanyaan ini dapat mengantarkan kita kepada aktivitas belajar. Jawaban kita,"saya mesti belajar lagi". Dari sinilah kita didorong untuk membuka buku lagi, bertanya kepada orang, melihat referensi apa saja dan bahkan kita dituntut mencarinya. Dan jangan lupa belajar itu bukan sekedar pengetahuan teknis saja, tapi bisa jadi belajar non teknis yaitu mengendalikan diri terutama emosional kita (perasaan kita). Dalam banyak kondisi, kita pintar tapi tidak mau mengamalkannya karena gengsi, emosi negatif dan sejenisnya.

Katanya mau belajar, nanti hasilnya kebaikan buat kita. Semoga jalan menuju kehidupan lebih baik di dunia dan di akhirat kita dapatkan bersama Allah dengan niat yang ikhlas.

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...