Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri
Showing posts with label artikel motivasi. Show all posts
Showing posts with label artikel motivasi. Show all posts

Apa makna jika shalatnya bener maka semua jadi baik

 Ungkapan yang sudah umum bagi semua muslim bahwa diakhirat nanti di cek dulu adalah shalatnya. Jika shalatnya bener maka perilaku yang lain aman. Tapi sebaliknya jika shalat belum bener, maka mesti dihisab perilaku lainnya. Bukankah shalat adalah yang paling utama bagi umat muslim. Ternyata ungkapan hadist itu yang sebenarnya berbunyi seperti berikut :

Dalam sebuah hadits riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah yang disebutkan juga oleh An Nasa'i, dikatakan bahwa amalan yang pertama kali dihisab adalah sholat. Adapun Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.

Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah sholatnya. Maka, jika sholatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta'ala berfirman, 'Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki sholat sunnah.' Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari sholat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya." (HR. Tirmidzi dan An Nasa'i)

Tapi jika melihat dampak di luar shalat dalam diri kita sendiri, banyak perilaku yang tidak baik dan tidak mengikuti petunjuk Allah. Maknanya shalat kita belum bener. Apakah yang kita lakukan ? Kita lebih memperbaiki perilaku kita dengan berbagai cara daripada memperbaiki shalatnya. Bisa jadi kita belum yakin bahwa shalat itu bisa memperbaiki perilaku kita. Bahwa pesan di atas adalah sabda Nabi Muhammad saw, yang wajib kita kerjakan. Shalat itu adalah shalat wajib yang disempurnakan shalat sunnahnya. Sudahkah kita mengerjakannya ? Menjelang bulan puasa yang segera hadir, maka alangkah indahnya kita hiasi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas shalat kita. Dengan terbiasa selama sebulan, Insya Allah dapat ditingkatkan lagi setelah bulan puasa.

Dalam hadist yang lain, shalat kita menghapus kesalahan kecil sebelumnya. Dalam Al Qur'an difirmankan bahwa shalat itu mencegah yang keji dan mungkar. Bukankah sudah memberi keyakinan kepada kita bahwa shalat itu menjadi utama dalam membentuk perilaku kita. Mungkin komitmen shalat itu sampai hari ini masih berorientasi kepada permohonan kita kepada Allah, shalat lebih berkualitas saat membutuhkan dan setelah kita cenderung formalitas dan seadanya (menggugurkan kewajiban).

Ayat yang difirmankan Allah, bahwa shalat itu mencegah yang keji dan mungkar ... sudah cukup memberi petunjuk bahwa jika ada hal yang tidak beres dari kita, shalatlah dan perbaiki kualitas shalat kita, serta sempurnakan dengan shalat sunnahnya. Jika kita gagal dalam bekerja, bukankah kita melakukan kesalahan yang kecil sampai yang besar. Oleh karena itu bisa jadi kegagalan itu bentuk kesombongan tanpa pasrah mengikuti petunjuk Allah. Selain istighfar, shalat dan sabar menjadi penolong kita. Shalat yang bener mengampuni kita dari kesalahan itu dan bersiap untuk memperbaikinya dan dibimbing Allah. hal kecil saja, jika kita marah maka dapat diturunkan tensinya dengan shalat, lalu meminta maaf dan memperbaiki diri. Kita merasa bahwa keterpurukan, masalah dan sejenisnya bukan masalah yang berhubungan dengan Allah dan shalatnya. Maka kita jarang untuk memperbaiki kualitas shalatnya, dan cenderung hanya memperbaiki perilaku dengan ilmunya.

Kita ini hanya mendengar (seruan dari iman yang Allah berikan) dan taat mengerjakannya. Terkadang kita ingin bertanya, mengapa begini dan mengapa begitu ? Sebagai hamba yang diciptakan Allah, maka hak kita adalah menjadi hamba yang terbaik dengan menjalankan petunjuk Allah. Bukan untuk protes, bertanya dan sebagainya. Bisa jadi penasarannya kita untuk terjawab dengan menjalankan petunjuk Allah. Yuk kita segerakan shalat, sempurnakan shalat sunnahnya, tingkatkan kualitas shalatnya, perbanyak shalatnya, mengamalkan hikmah shalat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bekal iman yang sudah ada, Insya Allah shalat yang semakin meningkat itu mengantarkan kita kepada kehidupan yang lebih baik.

Kultum motivasi ini ingin me


nyakinkan diri saya untuk semakin baik dalam beriman dan beramal saleh. Caranya ? memberdayakan diri dari potensi yang saya miliki agar menjadi hamba yang bersyukur. Shalat dan minta pertolongan dengan shalat dan sabar saat menemui kesulitan.



Teman terbaik adalah musuh kita

 Judul di atas adalah beberapa pengalaman banyak orang, yaitu teman terbaik atau anak buah yang baik itu adalah orang yang memusuhi kita, atau selalu ada orang yang mengkritik dan tidak sependapat dengan kita. Seorang bos senang dengan bawahan yang penurut dan hanya menjadi pelaksana yang baik. Apakah anak buah ini mampu atau mau memberi kritik atau komentari dengan apa yang terjadi ? Mereka selalu memuji atasannya dan bilang,"yes sir". Jika ini yang terjadi, maka mulailah sebagai atasan mengambil tindakan evaluasi.

Sama halnya dengan teman. Teman yang baik merasa tidak enak kalau protes, jadi lebih baik pilih aman juga. Sikap dan perilaku seperti ternyata bisa "merusak" kinerja atasan atau temen kerja. Keadaan inilah yang membuat nyaman semua orang. Tidak ada yang kritik, tidak ada protes, tidak ada masukan atau sejenisnya ... yang ada adalah anak buah atau temen yang sudah merasa keadaannya sendiri mulai terganggu atau mengalami kesulitan. Inilah alasan mengapa anak buah atau teman tidak mau kritik. Mereka membuat atasan dan temen nyaman sehingga mereka pun merasa nyaman. Mereka bilang,"bos orangnya baik dan hebat". Dibalik ungkapan itu mereka memiliki kepentingan yaitu kenyamanan dengan bos yang baik, dan untuk menjaganya mereka selalu "yes sir".

Hal ini banyak terjadi di dalam perusahaan atau bahkan dalam masyarakat. Bagaimana kita dapat menguji hal tersebut ? 

1. Yang pertama, kita mesti membuat kebijakan atau sikap yang drastis. Di kantor atasan bisa membuat keputusan yang tidak nyaman aja dimana meminta kebijakan yang selama dilonggarkan menjadi sangat ketat. Maka yang pertama protes adalah bawahan yang dekat dengan kita (atau temen deket). Dengan membuat kebijakan atau sikap, kita mesti mulai membuat jarak dan tegas dalam mengambil keputusannya. Siapapun yang bilang,"yes sir" merasa mulai terganggu. Jika hasilnya bener, maka ini adalah penyesuaian yang dilakukan anak buah sebagai pelaksana.

2. Anak buah yang baik atau temen yang baik mestinya membangun diri kita menjadi lebih baik lagi BUKAN sekedar "yes sir". Yang kita butuhkan adalah bukan temen baik atau anak buah yang baik, tapi kita butuh diperhatikan untuk menjadi semakin baik. Inilah loyalitas dari temen baik. Tapi hal ini jarang kita dapatkan. Maka selama bertemen atau menjadi atasan tidak pernah atau sedikit memberikan kritik untuk menjadi semakin baik ... Mereka adalah orang yang mengambil keuntungan dari kata temen baik atau anak buat yang baik buah mereka, yang pasti mereka mau kenyamanan.

3. Bersikaplah menerima kritikan dari luar temen baik atau anak yang baik. Jika point 1 dan 2 tidak membangun kita, maka lakukan sikap ketiga ini menjadi penting. Siapapun yang mengkritik, baik membangun atau tidak mesti diperhatikan. Tidak perlu melihat dari siapa yang mengemukakan kritik itu, tapi kita fokus dengan isi materinya. Bangunlah diri kita dengan sikap menerima kritik dengan senang hati. Inilah yang dapat membangun kita menjadi semakin baik.

4. Syukur-syukur kita menjadi orang yang pembelajar yang selalu ingin lebih baik dengan ukuran yang benar.

Syukuri ada temen baik atau anak buah yang baik, tapi hal itu tidak cukup untuk membangun diri kita menjadi semakin baik. Jangan sampai kita terlena dengan teman baik atau anak buah yang baik, karena semua itu terjadi karena ada kepentingan yang mengamankan kenyamanan mereka. Jadi teruslah belajar dari mana saja dan tidak percaya 100% kepada temen baik atau anak buah yang baik. Sikap open mind mengajak kita banyak tahu tentang kita dan team, sikap open mind bisa terjadi jika kita bener-bener mengendalikan emosi dan berpikir akal sehat.


Kultum motivasi kali ini semoga mampu memberdayakan diri untuk selalu menjadi semakin baik hari ini. Praktek kan dan lihatlah apa yang terjadi. 

Fokuslah beraktivitas pasti menyenangkan

 Semua orang ingin fokus, tapi jarang bisa. Kalaupun bisa hanya sebentar, lalu kurang fokus dan akhirnya hilang fokusnya. Beralih kepada hal lain yang lebih menarik. Fokus dapat membantu konsentrasi yang lebih baik. Fokus membutuhkan kesabaran sampai tuntas pekerjaannya, dan ini perlu komitmen untuk lama waktunya. Biasanya fokus tidak mengikat kepada waktu, padahal fokus itu mesti diikat dengan waktu. ketidaksabaran menuntas kerja atau menuntaskan pada waktunya selalu diiringi perasaan senang dan kadang bete.


Keadaan di atas menjadi beban, kalau senang sih oke tapi kalau bete karena kesulitan atau hasil tidak sesuai maka untuk fokus mulai terganggu. Inilah awal ujian dari fokus, terus atau pindah ? Saat kita kehilangan fokus cenderung mengajak kita mau senangnya aja terus atau mengajak kita melakukan yang menarik saat itu atau memang diganggu oleh pekerjaan lain. Agar tidak terhindar dari gangguan, maka kita mesti mempersiapkan segala hal untuk berkomitmen dan menciptakan suasana yang kondusif untuk fokus. 

Soal senang dan bete selama fokus, maka kita mesti merubah persepsinya. Apa itu ? Kita mesti menganggap bahwa senang dan bete itu biasa terjadi, maka tidak perlu khawatir dan ditanggapi saat terjadi. Tetaplah fokus dalam mengerjakannya. Saat kita mengerjakan sesuatu, yang terjadi adalah pekerjaan itu bisa menghasil senang atau bete. Jadi fokus kepada pekerjaan dapat memberi perasaan senang karena kita sudah mengerjakannya dan melanjutkannya lagi.

Misalkan kerja bikin laporan, maka kita persiapkan suasana yang nyaman agar kerjanya enak. Lalu siapkan data dan report. Mulailah dengan kerja melalui tahapan yang benar, yang mudah dan ringan. Saat bertemu kesulitan, maka kita mesti mengganti "kesulitan itu = pekerjaan yang lebih detail lagi". Seperti kalimat matematika berikut ; A + B, saat B adalah kesulitan, maka ganti B = C + D, maka C dan D adalah detail dari B.

Insya Allah kita bisa berlatih fokus terus, pengalaman dalam berfokus dapat memberikan dorongan positif untuk terus mengerjakan segala hal dengan menyenangkan sekalipun ada kesulitan. Kultum motivasi ini untuk memberdayakan diri agar kita mampu mengendalikan diri BUKAN kita dikendalikan oleh keadaan sehingga mampu menjadi apa yang kita inginkan.

Allah bertanya bukan ditanya

 Sebagai muslim, kita wajib menjalankan perintah Allah. Apakah perlu kita mempertanyakan buat apa yang menjalaninya ? Terkadang memang begitulah dasar manusia yang ingin tahunya tinggi, tapi tidak pada tempatnya. Buat apa sih zakat ? buat apa sih shalat ? buat apa sih berbuat baik ? dan banyak lagi pertanyaan yang hinggap di pikiran kita, sekalipun perintahnya dikerjakan.


Jangan pernah "membantah" tentang Allah tanpa ilmu yang benar. Ilmu yang kita dapati sampai ini adalah izin dari Allah. 
1. Alangkah indahnya pertanyaan kita kepada Allah disampaikan kepada ahlinya. Dan hindari jawabannya bisa mempengaruhi kita dalam beriman dan beramal saleh.
2.  Utamakan mendengar atau membaca Al Qur'an lebih banyak agar pemahaman kita menjadi sangat baik. Insya Allah amalan yang kita kerjakan semakin mantap. Bisa jadi saat mengerjakan perintah Allah tadi kita mendapatkan petunjuk atas pertanyaan kita. "Kami dengar dan kami taat"
3. Daripada bertanya kepada Allah, maka lebih baik kita bertanya kepada diri sendiri tentang kualitas dari amalan kita. Dengan demikian amalan kita bisa terus ditingkatkan.

Bagaimana dengan perintah orang lain kepada kita ? Sebenarnya sama juga selama perintah itu baik dan dengan niat baik juga. Biasanya kita dinilai sama orang lain (atasan) karena kepatuhan dan hasil dari apa yang kita kerjakan. Bertanya boleh saja, jika kita belum tahu detail perintahnya. Fokus kepada apa yang kita kerjakan.

Insya Allah kultum motivasi ini dapat memberdayakan diri kita menjadi semakin meningkat imannya dengan selalu banyak beramal.

Beraktivitaslah

 Yang terpikir oleh kita adalah beraktivitas itu melelahkan dan tidak mudahnya memulai yang menghabiskan energi. Ini bagian yang membuat kita rada malas, kecuali sangat menarik dan menguntungkan. Apa yang terjadi jika hasilnya tidak sesuai harapan kita ? Memori yang buruk yang sangat tersimpan dalam pikiran kita, dan menjadi pemicu jika ada rangsangan yang sama. Yang segera hadir saat ingin beraktivitas adalah "malas".

Lalu kapan kita beraktivitas ? Kita beraktivitas karena "terpaksa", bangun pagi dipaksa oleh sinar Matahari, bekerja karena kita dipaksa untuk mencari uang, makan karena memang perut sudah lapar, atau kita hanya beraktivitas rutin setiap hari yang sudah pernah kita lakukan. Kapan kita beraktivitas yang membuat kita bahagia ? Sekarang beraktivitaslah dengan apa yang kita inginkan.

Aktivitas itu memang tidak mudah, tapi saat kita melakukannya dapar memberikan pelajaran dan pengalaman yang luar biasa. Apa yang kita bayangkan sebelumnya ... tidak terjadi saat kita beraktivitas atau kita tahu cara mengatasinya. Kayuh sepeda menjadi belajar yang menarik ... bisa tahu bagaimana berkeseimbangan dalam bersepeda dalam berbagai kondisi, tahu agar tidak jatuh dalam kondisi ekstrim sekalipun pernah jatuh, bisa menikmati suasana yang dilewati, dan banyak lagi. Belajar bersepeda itu ada jatuhnya, maka jangan pernah berpikir bahwa belajar bersepeda itu takut jatuh. Siap jatuh, maka kita bisa belajar bersepeda yang bener.


Bagaimana aktivitas bersepeda itu kita ganti dengan belajar ilmu, beraktivitas atau beramal saleh, berkomunikasi dengan orang lain, dan banyak lagi yang bisa kita lakukan, saat kita berani memutuskannya. Semua aktivitas itu ada beratnya dan ada capeknya. Maka siaplah menghadapi "keberatan" dan capeknya agar kita bisa beraktivitas yang bermanfaat.

Zalim terus, masak nggak istighfar

 Dalam keseharian saya merasa bahwa saya tidak melakukan hal negatif tapi juga tidak mengupayakan juga hal baik. Hal baik yang sesuai petunjuk Allah, maka itu amal saleh. Sebaliknya sesuatu yang diluar yang baik itu buruk, yah bisa juga mau dibilang sikap dan perbuatan yang buruk. Misalkan kita disuruh atau diperintahkan shalat. Faktanya saya tetap shalat tapi shalatnya tidak tepat waktu dan kurang khusyuk. Apakah saya berdosa (perbuatan buruk) ? Saya renungkan tidak berdosa dalam hal shalatnya, karena tetap dijalankan. Tetapi saya telah zalim terhadap diri saya sendiri karena tubuh saya membutuhkan shalat tepat waktu sebagai tasbih kepada Allah. Semakin zalim saya karena melalaikan waktu, dan shalat yang kurang khusyuk pun tidak dibarengi ilmu yang mestinya saya cari. Saya tidak melakukan sebagaimana mestinya. 

Berikut pengertian zalim, perbuatan yang ditempatkan pada tempat yang bukan semestinya. Kata ini biasa digunakan untuk melambangkan sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan. Menurut bahasa Arab, kata zalim dalam ajaram Islam berarti Dholim, yang maknanya sebuah perkara atau sesuatu yang kondisinya bukan selayaknya. Orang yang melakukan perbuatan zalim dinamakan dengan zalimin. Sedangkan secara etimologi, kata zalim merupakan kata pengadopsian dari bahasa Arab, yaitu dho la ma, yang maknanya gelap. Namun, kata zalim dalam Al-Qur'an menggunakan kata baghyu dan zhulm, yang berarti hak orang lain yang dilanggar oleh perbuatan seseorang. Nabi Adam melakukan zalim saat diingatkan jangan makan pohon yang dilarang, maka nabi Adam as, memohon ampunan atas kezalimannya.

Saya membayangkan seperti shalat di atas, saya cenderung menjalankan kebaikan tapi tidak mengupayakan yang semestinya. Contoh lagi saya makan bismillah, tapi saya saya makannya berlebih. Saya merasa makannya zalim. Saya keluar rumah, semestinya saya berdoa sebagai makhluk yang butuh Allah. Tapi saya tidak berdoa ... bisa menunjukkan diri saya "sombong". Saya merasa inipun saya zalim. Saya menyekolahkan anak saya ke sekolah, bukan berarti saya menyerahkan sepenuhnya anak saya ke sekolah. Dalam diri saya tetap ada bagian untuk mendidik anak (sekalipun anaknya baik). Saya pun saya telah zalim kepada anak saya. Ternyata banyak sekali kezaliman yang saya perbuat tanpa saya sadari. Maka Allah meminta saya untuk banyak istighfar, memohon ampun kepada Allah. Shalat pun menjadi bagian untuk menghapus kesalahan/kezaliman saya, "shalat saat ini bisa menghapus kesalahan/kezaliman sebelumnya".

Sekalipun saya orang baik, rasanya tetap ada kezaliman yang saya perbuat baik terhadap diri sendiri atau kepada keluarga atau orang lain. Perbuatan zalim yang perbuat menutupi hati menjadi gelap, maka tak ada cara lain untuk membersihkannya yaitu dengan memohon ampun dari Allah (istighfar). Kalau saya tidak banyak istighfar, maka semakin jauh (tertutup hati) dengan Allah. Keadaan ini semakin tidak mudah mendapatkan petunjuk Allah (Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang zalim). Maknanya semakin tidak istighfar setiap hari atau shalat, maka kehidupan saya semakin tidak ada petunjuk ... semakin dibiarkan Allah apa yang saya lakukan. Astagfirullahaladzim.


Masihkah kita merasa tidak melakukan dosa besar itu tidak perlu istighfar ? Padahal doa besar itu terjadi dari kumpulan kezaliman kecil yang terus-menerus. Berbuat baik terus ditingkatkan jumlah dan kualitasnya, terutama niat yang ikhlas dan BARENGI dengan perbanyak istighfar. 

Insya Allah kultum singkat ini menjadi motivasi saya untuk memberdayakan diri semakin bertambah iman dengan menjalankan apa yang Allah beri petunjuk dalam Al Qur'an. Tidak mudah, tapi saya beranikan diri memulai dari hal kecil dan bertambah setiap harinya. Insya Allah hal ini disambut Allah dengan memberi petunjuk dan kemudahan

Distraksi adalah pengganggu yang abadi

 Kata distraksi belum umum di telinga banyak orang, distraksi adalah sesuatu yang menganggu orang dalam fokus kerja atau aktivitas. Gangguan ini menyebabkan orang berpindah kepada gangguan tersebut. Pekerjaan atau aktivitas utama jadi tertunda dan tidak tuntas. Distraksi bekerja bisa dari luar diri kita dan bisa juga bersumber dari adalam diri saya. Dalam sehari banyak sekali terjadinya distraksi dan menghabiskan waktu seorang karyawan atau pribadi. Apakah kita menyadarinya ?

Distraksi yang terjadi tidak pernah hilang, distraksi hanya hilang sebentar lalu hadir kembali saat kita tidak fokus. Bisa juga terjadi saat kita lelah, istirahat dan sedang berpikir. Distraksi dari luar yang terjadi pada diri kita merupakan izin dari kita sendiri dan kita kalah, artinya kita lebih mengikuti distraksi itu daripada apa yang harus kita lakukan. Inilah yang mesti kita hadapi dalam hidup sehari-hari, apakah kita mampu mengalihkan distraksi kepada fokus aktivitas/kerja yang mesti kita lakukan. Apa yang mesti kita lakukan adalah keinginan kita. keinginan yang tidak kuat semakin memudahkan distraksi bekerja.

Sebagai karyawan, pasti semua ada tugas dan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan hari ini. Bisa jadi kita mampu mengerjakannya, tapi mengingat masih ada waktu. Maka distraksi itu mengalihkan pekerjaan itu dengan menunda beberapa jam saja. Terus penundaan itu dialihkan dengan mengerjakan yang kita senangi atau rutinitas. Akibatnya pekerjaan berikutnya pun tertunda. Akhirnya pekerjaan yang tadi mesti dikerjakan menjadi tertunda besok karena sudah datangnya waktu pulang. Atau distraksi kerja datang dari temen atau bos, awalnya bertemu menanyakan kerjaan dan tanpa disadari berlanjut ngobrol yang cukup lama (karena menarik). Pekerjaan yang tadi harusnya selesai jadi tertunda. Kejadian ini terjadi terus-menerus jika kita tidak kuat atau tidak fokus dengan apa yang ingin dikerjakan.

Yang menarik adalah karena kita mudah didistraksi, maka waktu kerja kita seolah sibuk alias tidak ada waktu lagi untuk kerjaan yang lain. Dengan tidak ada waktu lagi, kita jadi tidak mudah untuk meningkatkan kemampuan (belajar). Biasanya karyawan seperti ini

1. Merasa dirinya sudah nyaman dan merasa tersinggung jika distraksi yang dilakukannya diganggu (ditegur/dinasehati). 

2. Kenyamanan itu membuat orang betah bekerja di tempat tersebut dan posisinya stabil (jabatan maupun pendapatannya). 

3. Memiliki sikap dan perilaku menolak "kemajuan". Mudah menolak kerja tambahan, mudah menolak amanah baru dan sejenisnya.

Ada distraksi yang paling kuat dan hebat menghabiskan waktu kita sampai saat ini adalah HP (handphone), entah itu WA, Tiktok, berita, FB, IG dan sejenisnya. Bangun tidurnya aja langsung buka HP, lagi makana aja masih buka-buka HP, di kendaraan apalagi masih sempat bermain HP sekalipun lagi nyupir, dalam kerja ... sekali-kali lihat HP. Ada yang mengundang kita untuk buka HP karena temen, bos atau siapa saja yang telpn,"baca dong WAnya". Karena hal ini kita merasa "bersalah" kalau tidak lihat HP terus. 

Kita ya kita, hidup ini kita yang kendalikan. Mengapa kita kalah dengan distraksi tersebut ? Kita perlu menguatkan keinginan kita dengan rencana yang benar yaitu menyisihkan waktu untuk mengerjakannya. Keinginan yang kuat tanpa berani menyisihkan waktu, maka jadi mimpi. Tanpa keinginan yang kuat dan memiliki waktu, maka kita pun mudah didistraksi dan hasilnya nggak jelas. Sangat perlu kita menguatkan keinginan dan fokus dengan waktu yang tersedia setiap hari. Kita semua memiliki waktu yang sama 24 jam, tapi ada yang hebat dan ada yang biasa-biasa saja. Orang yang hebat memiliki keinginan untuk berubah lebih kuat dan memiliki waktu untuk mewujudkannya.

Sudahkah kita memiliki keinginan ? Pasti ada, tapi apakah kita memiliki keinginan yang kuat untuk diwujudkannya ? Mesti dibangun dari dalam diri. Apakah kita memiliki waktunya ? Inilah yang menentukaan keberhasilan kita.

Insya Allah kultum motivasi ini memberikan sikap positif untuk memberdayakan diri semakin baik hari ini. Teruslah sadar dan terus pula memahami makna hidup setiap hari agar dapat mengoreksi menjadi semakin tinggi.


kerja yang tidak mudah

Kerja lagi dan kerja lagi. Apa yang kita rasakan saat mengerjakan pekerjaan kita. Tidak ringan, tidak nyaman, atau tidak sedikit atau waktu yang tidak banyak. Sepertinya apa yang kita kerjakan membuat kita tertekan, bisa jadi kita memikirkan hasilnya, apakah selesai dan sesuai harapan nggak ? Kalau dikerjakan takut salah dan sebagainya. Lalu bagamana kita menyikapi semua ini ? Darimana ya kita mulainya ?
Memulai bisa dari mana saja, tapi kita mulai dari awal saja. Tulis saja apa yang dikerjakan. Hindari berpikir banyak tentang yang dikerjakan.  Jangan menilai apa-apa tentang yang kita kerjakan dan hasilnya. Lalu kita bisa memulai dengan menciptakan apa-apa bisa kita lakukan. Jangan pernah berharap banyak dan hanya mengerjakannya saja. Kondisi untuk menjadikan kita fokus kepada pekerjaannya. Fokus kepada pekerjaan mengantarkan kita kepada kesungguhan atau keseriusan. Hal ini mengantarkan hasil yang lebih baik.
Agar lebih mudah fokus dalam kerja dapat dilakukan dengan menciptakan suasana dalam diri kita dengan tenang dan relax. Kondisi ini dapat membantu kita untuk bersikap positif. Sikap positif terhadap apapun yang kita hadapi dapat membuka akal sehat dan mengabaikan emosional kita. Sikap positif memberi energi dan kesenangan yang mendorong kerja menjadi lebih mudah dan nyaman. 

Kesimpulannya adalah kerja itu tidak mudah sangat tergantung suasana dan keadaan yang tenang dan relax. Jika keadaan kita tenang dan relax, maka keadaan yang sangat mendorong kita untuk merespon positif (SIKAP POSITIF). Sikap positif mendorong kita untuk bekerja yang positif sehingga memudahkan apa yang kita kerjakan.
Kultum motivasi ini sangat mendorong kita untuk selalu memberdayakan diri agar menjadi semakin produktif. Siapkan diri kita dan jadilah hidup semakin nyaman.

Berselisih tentang keinginan dan kebutuhan

 Ada penjelasan yang menarik tentang keinginan, yaitu selalu ada hubungannya dengan kebutuhan. Dikisahkan seorang wanita senang membeli baju dan wanita ini merasakan kepuasan batin saat memilikinya. Kebahagiaan itu semakin tingi saat membelinya dengan discount. Dan tidak terasa, wanita ini sudah memiliki baju yang banyak dan memenuhi lemari. Saat membeli baju itu, dirinya bilang,"saya butuh baju ini untuk acara pesta pernikahan dan sebagainya". Tapi disisi orang lain, wanita itu berlebihan dan bilang kepemilikan baju itu bukan lagi kebutuhan dan bisa dibilang keinginan. Ada yang bilang kebutuhan, tapi sisi lain merupakan keinginan. Bagi yang cukup uang, membeli beberaja itu kebutuhan karena memiliki pergaulan yang luas bagdan memang butuh baju dalam setiap eventnya. Tapi yang uangnya tidak cukup, maka dia tidak membeli baju yang banyak, beli yang butuh saja.

Kalau kita ditanya, makan itu kebutuhan atau keinginan ? kebutuhan dong. Tapi renungkan saat kita makan, yang terjadi kita memilih makan yang sehat dan enak. Bukankah ini keinginan ? Terkadang kita mempersepsikan kebutuhan itu memiliki nilai "rendah" atau murah, dan yang mahal itu sebagai keinginan. Makan sehat itu mahal atau murah ? Bisa mahal dan murah. Ada makanan yang sehat itu murah. Makanan sehat itu bisa menjadi mahal kalau kita makannya di resto. Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah kita mampu membedakan keinginan atau kebutuhan dengan benar ? Semua relatif terhadap sesuatunya dan waktunya. Terus bagaimana kita menghadapi sikap saat hadir keinginan atau kebutuhan ?

Mari kita merenungkan dari sisi lain untuk melihat keinginan atau kebutuhan. Mana yang lebih dulu kebutuhan atau keinginan. Tak pernah ada ujungnya. Boleh dong kita mulai bersikap :

1. Keinginan atau kebutuhan, maka kita mesti berani meraihnya. Jadi fokuslah dan konsisten mengejarnya dengan cara yang benar. Cara yang benar itu sesuai petunjuk yang benar.

2. Selalulah memanfaatkan apa yang sudah kita raih (keinginan dan kebutuhan) dengan optimal. Jika keinginan atau kebutuhan itu banyak, maka sudah banyak yang kita miliki sekarang jika dikerjakan dengan baik. Misalkan keinginan seperti wanita di atas memiliki baju dan ternyata bajunya banyak, apakah semua baju itu dipakai ? Ada yang jarang dan ada yang dipakai setiap hari. Baju yang dipakai setiap hari merupakan kebutuhan wanita tersebut, dan yang jarag dipakai merupakan keinginan. Maka kita dapat mengujinya apakah apa yang sudah kita miliki itu dipergunakan ? Terus bagaimana dengan yang jarang sekali dipakai ? mestinya menghadirkan keinginan untuk berbagi kepada orang lain.

3. Adakalanya kita butuh, tapi manfaatnya kurang maksimal. Contoh saya butuh makan, yang penting makan aja. Apa yang terjadi ? Tubuh kita menjadi kurang sehat. Apakah kebutuhan seperti ini yang kita inginkan ? Pasti tidak, makan yang kita sebagai kebutuhan mesti juga dibekali ilmu agar makannya memberi kebaikan. Bagaimana dalam memenuhi kebutuhan atau keinginan memberi kebaikan ? Sadarilah apa yang kita butuhkan atau kita inginkan ... dapat menjadi kebaikan jika Allah izinkan. Maka jadikan kebutuhan atau keinginan itu menjadi sesuatu yang dizinkan (dirahmati) Allah. Bagaimana caranya tahu ? Cari tahu referensinya, apakah kebutuhan atau keinginan itu adalah sesuatu yang baik, yang ada petunjukNya dari Allah. kalaupun kita tidak tahu, mohonlah (berdoa) petunjuk Allah. Agar lebih afdol, maka kita cari tahu caranya. Apakah ada cara (petunjuk yang benar) untuk meraihnya dari Allah ? Kalau ada, maka fokuslah dan dituntaskan dengan petunjuk Allah.

Keinginan kita banyak, kebutuhan kita banyak juga. Kalau keinginan okelah tidak bisa kita raih seperti tidak ada masalah. Tapi bagaimana dengan kebutuhan, satu kebutuhan saja belum terpenuhi dan kebutuhan lain hadir. Tetaplah fokus bahwa satu kebutuhan itu mesti dipenuhi, jika mengalami hambatan. Boleh dong kita memohon kepada Allah. Bukankah Allah yang menjadi tuhan kita dapat membantu kita, bisa jadi bantuan Allah itu sebagai skenario Allah memelihara ciptaanNya. Saat hambatan itu hadir, ada pesan dari Allah bahwa cara kita memenuhi kebutuhan itu tidak sesuai dengan petunjuk Allah, baik itu sikap dan perilaku kita. Jadilah orang yang tidak mengadili Allah bahwa Allah itu tidak kasihan kepada kita dalam memenuhi kebutuhan kita. Allah tetap memberinya, perhatikan apa yang kita lakukan adalah pesan koreksi buat kita untuk lebih bener lagi dalam memenuhi kebutuhan kita. Keadaan ini dapat kita terapkan pula terhadap keinginan kita.


Bersikap dan berperilakulah dengan benar apapun itu, keinginan atau kebutuhan. Yang utama itu adalah fokus dan selalu menggunakan cara yang bener untuk mewujudkannya. Pastikan apa yang sudah kita dapatkan dari keinginan atau kebutuhan ... Mesti selalu dimanfaatkan (tidak berlebih dan bahkan tidak digunakan). Yang tidak terpakai sebaiknya diteruskan kepada yang membutuhkannya. 

Apa yang terjadi dengan wanita di atas ? Saking  banyak bajunya, maka ada diteruskan kepada orang lain. Dengan cara ini sikap dan perilaku wanita menjadi terkoreksi lebih baik. Apa yang terjadi jika baju itu tidak diteruskan kepada orang lain ? Menjadi usang dan semakin tidak menarik lagi ... menjadi beban dan hambatan untuk memiliki baju lagi. Insya Allah tulisan ini dapat memberdayakan diri kita untuk menjadi semakin baik. Tulisan (kultum) ini dapat dijadikan sebagai motivasi kita untuk terus lebih baik.


Keinginan itu bak virus

 Saat saya memiliki keinginan menjadi karyawan yang bener, maka saat melihat ada referensi tentang jadi karyawan yang bener, berjodoh keinginan saya dengan support referensi tersebut. Senanglah hati. Rasa sudah saatnya saya menerapkannya. Tapi ternyata belum juga saya terapkan, sembari itu saya buka-buka lagi medsos ... Ternyata banyak lagi yang bisa memberikan referensi untuk semakin baik menjadi karyawan yang bener. Kejadian ini tidak pernah berhenti dan saya menemukan banyak hal, tapi saya tidak menerapkan yang seharusnya saya lakukan. Begitulah virus keinginan itu menjadi liar dan membuat saya semakin diambang angan-angan kosong.


Atau keinginan kosong atau angan-angan kosong terjadi saat saya menerapkan yang hasilnya tidak mudah. Selalu ada keinginan baru yang membangkitkan semangat saya. Selalu ada keinginan baru dan tidak pernah berhenti. itulah keinginan kosong atau angan-angan kosong. Terbersit dalam hati, apa ini yang namanya rayuan setan yang memberi angan-angan kosong. Angan-angan tanpa dikerjain, pemimpi atau pengkhayal. Sudah banyak keinginan atau angan-angan yang ada di benak saya tentang kerja yang bener, belajar kerja setiap hari, kerja yang ikhlas, memberdayakan diri semakin kerja produktif. Saya tahu dan paham ... tapi saya menyempurnakannya dengan penerapannya. Kalau bicara saya bisa dan sangat ahli. Tapi apakah itu yang saya mau ? 

Hati-hati keinginan itu memang bagaikan virus yang terus berkembang dan membawa saya kedalam impian kosong. Yang namanya virus pasti penyakit, maka mesti saya hentikan penyebarannya. Tidak lain agar saya menjadi karyawan yang produktif. Hentikan pada satu keinginan dan teruskan dengan menerapkannya sampai tuntas, dan pastikan saya tidak tergoda dengan apapun yang menyebabkan virus keinginan itu berkembang lagi.

Jangan sampai terjadi saat memiliki keinginan kerja yang semangat, ada keinginan kedua untuk semangat yang luar biasa, dan diterusin dengan keinginan ketiga untuk dihargai dengan apa yang saya kerjakan dengan semangat yang luar biasa. Jika saya menerapkan keinginan yang terakhir, maka pasti tidak mudah. Bukankah keinginan yang pertama lebih mudah untuk diterapkan dan tuntaskan. barulah saya mengikuti keinginan yang kedua dan seterusnya. Semakin lama saya menerapkan keinginan yang pertama, mendorong saya semakin berada di keinginan berikutnya dan bisa jadi terus berkeinginan. Tidak ada penerapannya.

Kadangkala dalam keinginan itu muncul keberatan waktu ingin mengerjakannya. Misalkan keinginan yang bersemangat kerja, ada hambatan atau keberatan dalam pikiran ... Percuma semangat karena yang lain tidak semangat dan gajinya juga tetep. Keinginan itu semakin berat untuk diterapkan, keadaan ini mendorong saya membayangkan keinginan lain. Tetaplah fokus kepada keinginan yang pertama dan terapkan segera, sempurnakan dan tuntaskan.

Insya Allah kultum motivasi kali ini agar dapat memberdayakan diri kita menjadi semakin meningkat kemampuannya. Semua ini menjadikan kita untuk bersyukur atas rahmat dan karunia Allah. 

Keinginan sejalan dengan kerja

 Apa yang saya cari ? Tentunya saya mengupayakannya atau apa yang sekarang saya kerjakan. Tetapi dalam kenyataannya apa yang saya cari belum tentu sesuai dengan apa yang saya kerjakan. Contoh Saya mencari uang dalam bekerja, bukankah kerja yang tinggi dapat diikuti dengan uang yang sesuai. Pertanyaannya adalah mengapa saya tidak mau kerja yang tinggi ? Mestinya saya bekerja dengan kinerja yang selalu meningkat setiap periode. Sadarkah saya bahwa banyak keinginan saya belum tercapai karena memang belum dikerjakan tuntas.

Apa yang salah dengan saya ? Saya ingin mendapatkan uang yang lebih banyak. Tapi mengapa saya merasa tidak ringan untuk bekerja lebih banyak ? Bisa jadi saya terhambat dari dalam diri saya sendiri, orang sih bilang mental blok. Mental blok itu berupa program bawah sadar yang sangat kuat dan menjadi penentu apa yang saya kerjakan. Perhatikan saat awal saya bekerja, saya begitu disiplin, saya pantang menyerah dengan kerja yang diberikan kepada saya, saya tidak begitu mempersoalkan uang yang saya dapat (saya berpikir saya kerja pastilah dihargai yang sesuai), saya berani memberikan waktu lebih untuk pekerjaan saya demi tuntasnya pekerjaan saya, saya berusaha untuk dipercaya dalam kerja, dan sebagainya. Rasanya tidak ada yang salah dengan apa yang saya kerjakan, kerja yang banyak dan berkualitas menjadi nilai kepercayaan perusahaan dan yang menentukan nilai diri saya (uang yang dapat saya peroleh). Sebenarnya mental blok itu sudah ada, tapi kekuatan dari diri saya mengalahkannya.


Seiring perjalanan waktu, saya yang bekerja lebih dari 1 tahun mengalami penurunan kekuatan yang saya miliki dan saya dikuasai lagi dengan mental blok saya. Saya mulai malas bekerja dan sudah berubah persepsi saya. Dulu saya bekerja untuk cari uang, sekarang mau kerja diukur dengan apa yang saya dapat. Keadaan ini menguatkan mental blok yang tadinya dikalahkan menjadi muncul dan kuat. Misalkan dulu menyenangi pekerjaan, sekarang sudah mulai bosen dan dianggap beban. Hal inilah yang menyebabkan saya menjadi tidak ingin mencapai apa yang saya inginkan dengan apa yang saya kerjakan. Tanpa sadar saya mengerjakan banyak hal rutin daripada mengerjakan yang seharusnya saya kerjakan untuk mencapai apa yang saya inginkan. pekerjaan saya itu lebih banyak diajukan untuk dikerjakan dengan persyaratan tertenu. Saya bisa mengerjakan itu asal dibayar yang sesuai, saya bisa menjadi lebih baik asal lingkungannya kondusif.

Keadaan di atas terus terjadi dari hari ke hari sampai hari ini. Saya sudah meninggalkan semangat kerja di awal kerja yang tinggi. Dulu saya bisa mengerjakan segalanya dan mengalahkan diri saya yang menghambat. Bagaimana saya bisa mengerjakannya lagi ? Saya mestinya bisa, saya mesti fokus kepada apa yang saya inginkan dengan mengerjakannya yang proporsional. Fokus bisa mengalihkan pikiran yang menghabiskan waktu dan energi saya dengan mental blok yang terus menganggu saya.

Saya mesti fokus kepada disiplin kerja, saya mesti bangun pagi dan hadir lebih awal, saya mesti bekerja lebih awal dengan pikiran yang masih fresh, saya mesti bertanggung jawab untuk mengerjakan pekerjaan dengan tuntas dan bila perlu lembur, saya mesti disiplin karena saya mau dipercaya, dan lainnya. Bukankah semua itu mengantarkan saya kepada uang saya dapat ?

Saya mesti fokus dengan semangat dan keadaan yang membuat saya senang. Saya fokus untuk tidak menjadikan pekerjaan itu beban, tapi pekerjaan itu adalah aktivitas yang menyenagkan, jika saya tidak menyenanginya, hal itu menunjukkan saya tidak mampu mengendalikan diri saya. Saya mesti mengubah sikap dan perilaku saya atau saya belajr lagi agar mampu mengarahkan diri saya sesuai apa yang saya inginkan.

Fokus dan fokus ... semakin tajam dan semakin detail serta tuntas. Tidak ada yang tidak sejalan dengan keinginan saya. Kerja saya adalah media untuk meraih keinginan saya. 

1. Saya ingin sukses, maka saya mesti membangun kerja saya menjadi bernilai di mata banyak orang lain. Saya mesti meningkatkan nilai kerja saya.

2. Saya ingin kaya, maka saya mesti banyak mengerjakan hal agar semakin meningkat kepercayaan kepada saya. Semakin tinggi pekerjaan yang saya kerjakan dapat memberi kepercayaan yang tinggi. Saya mesti bertanggung jawab dan tuntas atas kerja, dan selalu senang dengan bertambahnya kerja (amanah).

3. Saya ingin bahagia, maka saya mesti banyak memberi tenaga, pikiran, dan perhatian untuk selalu meningkatkan pekerjaan saya. Ada kepuasan dan ada kebahagiaan saat saya mampu mengerjakan apa yang saya kerjakan, baik itu perintah atau saya kerjakan dengan keinginan sendiri. Saya mesti menjadikan kerja itu sebagai wadah saya untuk memberdayakan diri dan memberi manfaat bagi orang lain.

4. Saya ingin ahli ibadah (hamba yang soleh), maka saya mesti melihat kerja itu sebagai amanah Allah yang dipercaya kepada saya. Saya mesti bersyukur dan menjadikan kerja sebagai ibadah. Tidak hanya pahala yang saya dapatkan, tapi Allah memberi tambahan kenikmatan.

Kita mesti mulai mengevaluasi diri yang sampai hari ini menganggap kerja itu memang lahan mencari uang, tapi kerja adalah sarana kita untuk mencapai keinginan kita. Ada orang yang sukses karirnya dengan kerja yang ditekuninya, ada orang yang ahli (pakar) dengan kerja yang konsisten, ada orang murah senyum (bahagia) dengan kerja yang dijadikan sebagai media untuk beribadah, ada orang kaya dengan kerja dioptimalkan terus-menerus, dan lihatlah kita ... sudahkah kita menjadikan kerja dengan imajinasi apa yang kita inginkan.

Insya Allah kultum motivasi saya ini dapat menyadarkan kita untuk selalu memberdayakan diri menjadi semakin baik hari ini. Ingatlah orang yang sukses itu adalah orang yang mampu mengalahkan dirinya sendiri, dan kalaupun saat ini tidak memang, sadarkan diri untuk bangkit dan fokus meraih apa yang kita inginkan.

 

Berbuat baik itu tidak mudah ... tersenyum dong

 Sebagai manusia biasa, saya masih tidak mudah untuk berbuat baik. Memang berbuat baik itu perintah Allah dan sebagai rasa syukur saya kepada Allah. Sebagai perintah mesti wajib dijalankan, berbuat baik apa saja. Misalkan tersenyum saja, disebutkan tersenyum itu baik buat kesehatan dan jadi amal. Fakta tidak banyak orang bisa senyum ikhlas. Kalau senyum nggak ikhlas banyak terjadi atau tersenyum karena aturan untuk mendapatkan hasil. Ini menunjukkan fakta berbuat itu tidak mudah.

Tersenyum saja sebagai perbuatan baik itu selalu banyak hambatan. Hambatan itu adalah upaya musuh manusia agar tidak berbuat baik. Ada sih yang bisa melewati hal ini dengan berbuat baik ... hanya sesekali dan beberapa waktu saja. Sejak awal ingin tersenyum saja sudah ada dalam pikiran saya yang menghambat, "kalau tersenyum entar orang komentar, tumben senyum", "senyum saya dibilang ada maksud tertentu", "saya tersenyum kepada orang lain, tapi mereka tidak membalas senyum saya" dan banyak lagi dalam pikiran saya mau menghambat saya tersenyum. Terakhir saya berucap dalam hati,"buat apa tersenyum, yang penting saya baik". Tidak mudah tersenyum.

Lalu ? sekalipun saya bisa tersenyum. Hari selanjutnya, saya mesti tersenyum lagi. Apa yang terjadi ? Pengalaman saya sebelumnya, semakin menguatkan saya tidak mudah tersenyum. Pikiran saya berkembang lagi, "Saya senyum ke pasangan/atasan/bawahan/temen, tapi mereka hanya biasa saja. Lalu buat apa saya senyum". Pikiran dari hasil pengalaman ini mendorong saya tidak ingin tersenyum lagi. Alhasil, saya senyum beberapa hari saja dan selanjutnya senyum seperlunya.

Semua orang tahu senyum itu baik, tapi itu hanya sebatas pikiran saja. Atau senyum itu masih saya lakukan secara emosional karena ingin direspon baik (dicintai/dikasihi). Bagaimana saya bisa tersenyum "ikhlas". 

1. Perintah senyum itu ibadah, dapat saya pahami sebagai rasa syukur atas kebaikan Allah yang telah memberikan saya bibir, mulut dan sebagainya. Saya senyum bukan karena siapa-siapa, saya tersenyum kepada Allah. Apakah tidak malu kepada Allah yang melihat saya 24 jam dengan sedikit senyum ? Saya sering berdoa meminta sesuatu tapi kok nggak senyum kepada Allah ?

2. Jadilah masuk kedalam manusia yang bersyukur, dan hanya sedikit yang bersyukur itu. Allah mencintai orang yang bersyukur.

3. Pemahaman di atas sudah cukup dan teruslah difokuskan agar hambatan dalam pikiran bisa melemah. Sekalipun ada upaya menghambat, 

4. Just do it Now, saat tersenyum dan fokuslah kepada senyumnya. Inilah proses yang hanya butuh tindakan (senyum), bukan lagi untuk berpikir. Apa pun respon orang kepada saya , saya tidak perlu menanggapinya. Tetaplah tersenyum terus

5. teruskan tersenyum sampai Allah mencintai saya, yaitu senyum telah menjadi mudah dan memberi banyak kebaikan pada diri saya.

Insya Allah kultum motivasi ini membangkitkan saya untuk terus tersenyum kepada siapa saja, dan dalam keadaan apapun, dimanapun saya berada. Memberdayakan diri saya untuk menguatkan keyakinan kepada Allah, agar senyum itu membuat saya terbiasa senyum untukMu.


Berbuat baik

Berbuat baik bukan sekedar amalan dalam agama saja, tapi semua aktivitas atau kerja yang baik yang sesuai ketentuan Allah. Ada orang yang menyingkirkan duri di jalan pun sebuah kebaikan, kebaikan yang saya lakukan dengan ikhlas menjadi dicintai Allah. Masak ada yang tidak mau dicintai Allah.

Beraktivitas, kerja, atau beramal yang baik itu mesti ikhlas. Tidak perlu melihat keadaan dan status orang yang saya hadapi. Jangan pernah berharap dari orang yang saya berikan kebaikan, karena pasti kecewa. Karena ingin dihargai, ingin dibalas, ingin jadi hutang budi, ingin tidak dizalimin ... Semua berakhir kepada kekecewaan. Just do it aja karena Allah telah berbuat baik kepada saya.

Kerja yang baik di kantor bukan karena ingin dihargai, bukan karena ingin mendapatkan insentif yang tinggi, bukan karena ingin dipercaya atasan, dan sebagainya. Semua itu kadang memberi kesenangan dan cenderung kecewa. Jika kerja saya ikhlas di kantor, maka Allah lah yang membalasnya. Allah mencintai orang yang berbuat baik.

Insya Allah kultum motivasi ini dapat memberdayakan diri saya menjadi semakin baik.

Berkomunikasi itu menarik dan bikin penasaran

 Belajar kok bisa penasaran ? Banyak orang rada "malas" untuk belajar, tapi ada orang yang belajar itu bikin menarik dan penasaran untuk tahu lebih banyak. Berawal dari kebutuhan untuk tahu sesuatu agar persoalan yang dihadapi menjadi selesai, belajar dapat memacu keadaan kita menjadi lebih nyaman. Belajar berkomunikasi dibutuhkan agar kita selalu sering salah komunikasi. Mau ngomong A, tapi diterima orang menjadi A-. Akhirnya komunikasi tidak berjalan sempurna. Perlukah kita belajar komunikasi ? Siapapun kita sangat perlu belajar komunikasi dengan benar agar orang lain bisa memahaminya dengan benar. 

Ada kepuasan jika kita bisa menyampaikan pesan dengan pas kepada orang lain. Keadaan seperti inilah yang bikin kita penasaran untuk belajar komunikasi. Menarik dan memberikan kebaikan yang banyak. Atau semakin penasaran bagi kita, mengapa seseorang tidak mengerti apa yang kita maksud ? Jika kita tidak belajar komunikasi, maka kita menjadi orang yang tidak dipercaya atau tidak mampu berkomunikasi dengan benar. Saat kita tidak memahami apa yang disampaikan orang, maka apa yang ingin kita lakukan menjadi tidak jelas. Akhirnya terjadi kesalahpahaman.

Setiap orang memiliki karakter dan pengalaman yang berbeda, maka komunikasi menjadi tidak membosankan untuk dipelajari. Semakin mampu memahami banyak orang membuat kita semakin disukai banyak orang. Salah satu tip untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain adalah jadilah pendengar yang baik. Mendengar dengan sengaja (bukan sekedar mendengar saja), ingin tahu lebih detail apa yang disampaikan. Menjadi pendengar yang baik itu mendorong kita untuk bertanya, bertanya tentang banyak hal yang disampaikan agar kita memahami pesan yang sesungguhnya.

Banyak kegagalan berkomunikasi itu disebabkan langkah awal yang tidak mau menjadi pendengar yang baik dan tidak mau bertanya. Seolah kita sudah paham. Kalimat yang sama belum tentu sama maknanya pada situasi yang berbeda. 

Bukan sekedar berkomunikasi, tapi pesan komunikasi itu dapat menaikkan level kita menjadi orang yang bisa berempati. Orang yang disenangi banyak orang. Menjadi pendengar yang baik pun sudah disenangi orang. Yuk belajar menjadi pendengar yang baik dan dorong diri kita untuk bertanya agar komunikasipun menjadi menarik (dua arah).

Insya Allah kultum motivasi ini dapat memberdayakan diri kita untuk menjadi komunikator yang baik. Masak sih kita menjadi orang yang "diasingkan" karena tak pandai berkomunikasi ? 

Belajar dari guru yang tepat

 Dalam dunia kerja, saya sering membutuhkan ilmu dan pengetahuan agar pekerjaan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan mudah dan ringan. Saat menghadapi atasan yang memberi tugas tanpa  membimbing tapi maunya,"pokoknya beres". Saya sebagai bawahan mau bertanya "takut" dan ada perasaan,"masak begitu aja nggak bisa".  Maka mau tidak mau saya menggali kemampuan saya untuk mengerjakannya. Disinilah saya menjadi karyawan yang belajar karena harus menyelesaikan tugas. Bagaimana cara saya belajar ?

Belajar bisa dari mencari referensi ilmu dari buku dan lainnya. Secara saya pelajari dengan otodidak. Mau bertanya dengan temen kerja, jawabannya sederhana,"maaf saya tidak ada waktu dan sibuk". Atau mungkin juga temen kerja saya belum cukup ilmu juga untuk mengajari saya dan ada kekhawatiran takut disamai ilmunya. Alhasil saya tetap harus mencari ilmunya.

Didalam belajar ilmu tersebut, kadang kala saya menemukannya. Tapi saya butuh waktu lama untuk memahaminya, bisa jadi saya yang tidak mudah memahaminya atau penyampaian ilmu yang tidak mudah dipahami. Jika pemahaman saya yang tidak mudah, maka mengerjakann tugas tersebut menjadi lama, "bisa tapi lama". Sampai disini bisa jadi saya selesaikan tugas atasan. Tapi ada rasa penasaran yang tumbuh agar ilmu tadi mudah dipahami ... disinilah saya membutuhkan kesabaran untuk menemukan guru (referensi) yang membuat saya mudah memahaminya dan bisa menerapkannya. Dengan demikian saya tidak boleh berhenti belajar untuk menemukan guru (referensi) yang memudahkan saya memahami banyak ilmu.

Saya membayangkan begitu banyak ilmu (referensi) yang disampaikan seseorang dan belum tentu cocok (mudah dipahami) oleh pencari ilmu. Ada kecocokan gaya (pengalaman dan cara memahami) dari seorang guru yang menyampaikan kepada muridnya. Ada kala guru A cocok dengan murid C, dan bisa juga guru A tidak cocok dengan murid D. Atau saat saya tidak mudah mengerjakan tugas, maka saya menggali ilmu yang sudah dimiliki untuk didetailkan dan dikembangkan agar mendapatkan kemudahan. Pemahaman ilmu seperti dapat menjadi cara memahami yang baik karena saya dapat memahami kesulitannya dan tahu caranya. Jika ini dikembangkan terus bisa membuat saya menjadi "guru" buat mereka yang memiliki keadaan yang sama.

Sekalipun seseorang itu pintar, tapi belum tentu dapat mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Bisa tapi menjadi agak susah dipahami. Oleh karena itu jangan menganggap bahwa seseorang yang kurang pintar tidak dapat menjadi guru yang baik. Jangan pernah berhenti mengajarkan dan mengembangkan diri dari ilmu yang dimiliki menjadi lebih baik agar kemampuan menjadi semakin mudah untuk dipahami banyak orang. Belajar lalu mengajarkan, belajar lagi dan mengajarkan lagi dan seterusnya.

Berterima kasihlah kepada atasan seperti di atas, dengan itu saya bisa meningkatkan kemampuan saya. Disinilah sikap positif yang mesti saya lakukan agar melihat yang tidak saya suka menjadi kebaikan. "Saya bisa mengerjakan tugas atasan, berarti saya dipercaya". kepercayaan itu mahal dan butuh waktu dan tenaga untuk mendapatkannya. Apalagi rasa berterima kasih ini saya sadari sebagai bentuk iman (percaya dan yakin) kepada Allah, yang telah memberi potensi pikiran, hati, perasaan dan tubuh yang sehat. Hanya karena rahmat dan karuniaNya lah saya dapat melakukan hal di atas. Dan sudah seharusnya saya memuji Allah atas semua itu, Segala Puji hanya bagiMu ya Allah atas kekuasaan dan kekuatanMu. Pujian ini menjadi sangat berarti saat saya menerukannya dengan kerja yang semakin meningkat kemampuan saya, dan upaya untuk terus belajar. Engkau beri izinMu oleh ilmu yang saya dapat dalam meraih rezekiMu. Tiada Tuhan Selain Allah dan Engkau Maha Besar.

Insya Allah kultum motivasi ini selalu memberdayakan diri tanpa perlu orang lain, berprasangka baik kepada Allah. Allah yang mengizinkan "tugas" dan Engkau juga yang memiliki cara menjalankan tugas itu.

Hadirkan diri untuk terlibat dalam setiap perbuatan

 Apa yang terjadi saat kita berbagi atau sedekah ? Kita berusaha untuk ikhlas tanpa berharap balasan dari penerima, bukankah ini menjadi upaya menyempurnakan ikhlas dalam berbagi. Tapi mungkin ada yang mengalami seperti ini, senang dipuji saat berbagi, berbagi itu bisa jadi untuk menghindari penerima dari komunikasi saat itu. Atau ada juga merespon tidak baik atas reaksi penerima. Inilah keadaan dimana kita berbagi dan hadirnya emosional kita. Dimana kehadiran logika, bahasa tubuh dan hati ?

Kehadiran logika, bahasa tubuh dan hati hanya hadir sebentar saja. Apa yang terjadi setelah kehadiran tersebut ?

1. Diawal hati, bahasa tubuh dan logika hadir saat memulai berbagi, setelah itu ketiganya tidak dominan dan perasaan (emosional) mengambil alih dalam perbuatan tersebut.

2. Perasaan (emosional) kita selalu ingin tahu tentang bagaimana proses itu berlangsung (merasakan) dan bagaimana respon atas apa yang kita lakukan.

a. Saat kita berbagi, emosional merasakan susahnya proses berbagi sehingga sering memunculkan keraguan. 

b. Saat berbagi, emosional "melihat" reaksi orang terhadap kita. Kok kurang respect ? dibagi kok biasa saja, atau kok hanya sekedar mengucapkan terima kasih yang datar. Bahkan ada yang menolak halus pemberian kita dan bisa juga mereka malah meminta yang lain. Dan banyak lagi. Secara emosional kita hadir dalam proses berbagi itu, tapi disisi lain hati, logika dan bahasa tubuh tidak hadir dengan positif.

c. Setelah berbagi logika yang cenderung negatif menguatkan dominasi emosional saat berbagi. Logika kita bilang,"kalau begini ya cukup sampai disini aja, tidak ingin berbagi lagi". 

d. Akumulasi dominasi emosional yang cenderung negatif dan tidak terbimbing oleh hati membuat kita "berpikir" menjadi tidak sungguh-sungguh dan tidak ingin menginginkan proses berbagi sempurna.

Sebaiknya kehadiran kita (diri yang meliputi hati dan logika) dapat membimbing emosional dan bahasa tubuh yang positif. Misalkan saat berbagi hati selalu ingat Allah (ihsan) dengan terus membayangkan Allah Maha Melihat kita sehingga kita tidak ingin berbagi itu hanya sekedar formalitas saja, tapi mengundang hati yang bersilaturahmi, berempati, dan lainnya. Maka logika kita terus menggali kemampuan kita untuk hadir dalam berbagi dengan mudah dan ringan. Keadaan ini mengantarkan kita dengan perasaan senang.

Hati-hati dengan perasaan yang merasa mau cepat selesai, yang penting saya sudah lakukan, memikirkan pekerjaan lain, dan sebagainya, karena semua itu mengalihkan fokus untuk hadirnya hati, logika dan bahasa tubuh yang positif.

Dalam shalat juga menjadi tidak berkualitas, karena kita ingin cepat selesai shalatnya, yang penting saya sudah shalat dan merasa tidak penting dengan kualitasnya. Hanya dengan menghadirkan hati saja, shalat itu menjadi bermakna. Misalkan bagaimana hati memahami bacaan shalat sebagai doa kita kepada Allah. Maka perasaan (emosional) kita sangat senang membayangkan doa itu dikabulkan Allah. 

Kerja kita ? Kalau sudah dekat waktu pulang kantor, kita sudah terbius untuk bersiap pulang. Sebaliknya di saat kita memulai pekerjaan membuat kita merasa berat dan susah. Bayangkan jika hati hadir dalam kerja tersebut, memulai kerja itu bagian penting dari rasa syukur kepada Allah sehingga kita bersegera bekerja dan memberikan yang terbaik. Yuk berlatih menghadirkan diri (hati) dalam setiap perbuatan kita.

Dmikian kultum motivasi kali ini untuk selalu memberdayakan diri menjadi semakin menikmati kehidupan dengan mudah dan ringan. Sekalipun yang kita hadapi itu besar dan banyak masalah, maka sikap dan perbuatan tetap dengan selalu menghadirkan hati yang besar sehingga apa pun yang diperbuat menjadi mudah dan ringan


Berharap pasti kecewa

 Apa yang Anda pikirkan saat mengerjakan pekerjaaan ? Bisa jadi banyak yang berpikir apa Anda bisa mengerjakan pekerjaan itu benar. Lalu fokus Anda tertuju kepada hasilnya. Walaupun Anda tahu tenatng pekerjaan tersebut tidak dikerjakan dengan sempurna, tapi selalu berharap hasilnya baik. Apa bisa ? Fokus kepada hasil menjadi lebih besar daripada fokus melakukan kerja dengan lebih baik.

Perhatikan mereka yang kerja yang "tertekan" harus selesai dengan hasil yang sesuai harapan. Apa yang terjadi ? Mereka tidak mendapatkan keadaan yang membuat situasi nyaman sehingga apa yang dikerjakan yang terbaik. Keadaan ini cenderung membuat capek dan sering kecewa. Kerja yang melelahkan dan hasil yang tidak direspon lebih baik sudah cukup mendorong kita untuk kecewa. Bagaimana sebaliknya ?

Anda boleh mempraktekkan. Apa itu ? Buatlah suasana menjadi nyaman dan mengerjakan dengan efektif, step by step. Tekanan paling minimal, dan suasana ini membuka hal untuk mengerjakan lebih baik. Keadaan yang membuat kita selalu ingin memberikan yang terbaik dalam kerja, dan hasil mengikuti. Suasana ini sejalan dengan alam bawah sadar kita.

Pilih yang mana ? Insya Allah kultum ini membuka pikiran kita untuk menjalani hidup dengan lebih baik. Kultum motivasi yang memberdayakan diri.

Suasana  

Tidak ada hari tanpa capek

 Setiap orang selalu merasa capek setiap hari, wajar dong ? Pastilah ada capeknya, baik yang kerja sungguh-sungguh atau tidak maupun yang pengangguran. Bagaimana itu bisa terjadi ? Kerja atau tidak kerja tubuh kita memerlukan energi yang cukup. Energi yang tidak cukup itu membuat kerja menjadi tidak tuntas, alias capek. Lalu apa yang membedakan capek setiap orang ?

Yang tidak bekerja bukan berarti tidak beraktivitas, pasti ada aktivitasnya. Bisa jadi aktivitasnya tidak banyak atau berat, tapi pikirannya menguras energi. Pikiran dan aktivitas banyak bertentangan, pikiran maunya kerja dan tubuh merasa tidak ada yang dikerjakan, konflik ini menguras energi. Itulah capeknya orang tidak bekerja.

Bagi yang bekerja, ada kesungguhan dalam mengerjakan pekerjaannya. Yang bekerja sungguh-sungguh pasti merasa "puas" saat capek itu hadir dipenghujung hari. Inilah perbedaannya dengan yang tidak ada pekerjaan. Hati-hati, kita jangan terpengaruh kepada "kemalasan kerja" karena capeknya menjadi luar biasa tanpa hasil. Keadaan inilah yang bisa mengundang orang sedikit kerja tapi berharap hasil banyak.

Jika capek itu ada, mengapa kita tidak memiliki sikap positif ? Tidak perlu merasakannya, tapi cukup disikapi dengan memberi asupan energi baru atau beristirahat. Keadaan Capek mengundang kita menjadi emosional, tidak mudah untuk berpikir logis. Yuk kita bangun sikap positif saat capek dengan bersyukur bahwa kita sudah melakukan sesuatu yang positif dan memberi kebaikan kepada kita sendiri. Dan lanjutkan sikap terhadap capek itu dengan pikiran logis yaitu menambah energi dan beristirahat.

Kultum motivasi kali ini terus ingin memberdayakan diri menjadi manusia positif dengan apapun yang kita hadapi, baik yang positif maupun yang negatif. 

Zikir itu tidak hanya ingat tapi dekat

 Zikir kepada Allah menunjukkan kesungguhan saya untuk mengingat Allah, baik itu berupa lisan atau perbuatan. Lisan atau perbuatan saya dalam mengingat Allah mengandung makna saya sadar terhubung dengan Allah. Maka tidak lain zikir yang sebenarnya adalah sadar terhubung dengan Allah, menyebut nama Allah, ingat Allah, dan semakin dekat kepada Allah.

Saat shalat sebagai zikir kepada Allah, maka shalat itu mesti sadar terhubung kepada Allah, menyebut (ingat) nama Allah, merasakan kehadiran Allah, dan semakin dekat kepada Allah dalam setiap bacaan dan gerakan shalat saya. Sudahkah saya shalat sebagai zikir kepada Allah ? Mulailah berlatih memahami bacaan shalat agar dapat merasakan lisan dan hati tersambung dengan benar. Bacaan itu dapat saya maknai dengan hati yang tunduk dan selalu memuji Allah sehingga diri saya merasa selalu ingat dan dekat dengan Allah. Efek dari shalat pun mesti saya rasakan membuat saya tetep ingat dan dekat dengan Allah, yang mendorong saya ingin shalat lagi. Inilah pemahaman saya dan sangat ingin mewujudkannya. Selalu ada setan yang menghalanginya, dan tetaplah iringi dengan doa.

Bahkan doa yang juga sebagai zikir kepada Allah, selalu semakin ingat saya kepada Allah dan dapat merasakan kehadiran Allah (dekat). Bukankah saat berdoa saya yakin tersambung kepada Allah ? Sama halnya pula zikir yang lain seperti istighfar. Semua zikir mesti membuat saya terhubung dengan Allah, semakin ingat dan semakin dekat.

Dalam setiap zikir mesti diawali dengan sedikit "memaksa", lalu memahami makna zikir, merasakan zikir dan semakin hari semakin merasakan kehadiran Allah (selalu diingat dan dekat). Insya Allah semakin hari Allah berikan hidayah untuk mampu berzikir dengan benar

Insya Allah kultum ini mampu memberdayakan diri untuk semakin bertambah iman saya. Hal ini dapat menjadi motivasi semakin banyak berzikir dan beribadah.

Sakit itu baik buat diri sendiri

 Dalam hidup ini kita kadang mengalami sakit, susah, dan masalah atau musibah. Bagaimana saya bersikap dengan hal tersebut ? Sesuai kondisinya, jika sakit saya bertahan untuk sembuh dengan istirahat dan baru ke dokter saat sakitnya semakin parah. Jika ada kesusahan, maka meminta bantuan mereka yang lebih paham. Dan bersabar saat terjadi musibah. Semua itu seperti berjalan baik, apakah iya ?

Secara logika di atas, saya menjadi orang yang dapat mengatasi semuanya. Tapi saat saya mengalaminya, tidak mudah. Saat sakit, ternyata sakitnya membuat saya tidak nyaman dan banyak hal negatif yang hadir saat sakit. Kok bisa ya saya sakit ? Saat uang saya tak cukup bayar dokter, maka saya diamkan sakitnya dan berharap bisa sembuh seiring waktu. Sakit saya itu membuat saya terhambat dalam kerja dan membuat saya tidak nyaman. Saya berusaha tetap kerja sekalipun sakit, tak ada pilihan. Begitulah apa yang terjadi saat sakit, demikian juga dengan kesusahan dan musibah. 

Terus apa yang bisa saya lakukan ? Saat sakit hadir, maka mau tidak mau saya mesti menerima sakit dengan ikhlas. Sekuat mungkin tidak mengeluh tentang sakitnya, dan wajarlah kalau ada rasa sakit yang dikeluhkan sesaat. Tidak mengeluh itu sebagai tanda penerimaan sakit dengan ikhlas. Menyakini bahwa sakit itu diizinkan Allah untuk diri saya, untuk mengingatkan saya tentang hidup sehat itu baik dan mesti dipelihara. Saya sakit karena ada hal yang salah dalam mengelola hidup saya sehingga terjadi sakit. kesalahan itu adalah dosa (mengabaikan nikmat Allah sehingga Allah cabut kenikmatannya). Bersyukur pula atas sakit, karena Allah ingin membersihkan diri saya dari dosa dan kesalahan. Atas dasar itulah saya mesti banyak melakukan kebaikan, mulai dari memohon ampun Allah dan berbuat baik dalam hidup lewat ibadah dan amal saleh (kerja yang semakin dirahmati Allah).

Saat saya beriman kepada Allah, maka saya mesti memelihara iman itu dengan menjalankan petunjuk Allah. Beribadah dan beraktivitas (amal saleh). Bukan berarti juga yang tetap sehat itu tidak ada kesalahan atau dosa. Setiap manusia tak lepas dari dosa dan kesalahan. Sikapilah untuk selalu introspeksi diri dengan terus bersyukur saat tidak sakit, dan bersabar saat sakit.  Saat tidak sakit pun saya mesti juga ingin meminta ampun kepada Allah. 

Bayangkan saat sehat, dimana saya mendapatkannya lebih banyak dari saat sakit. Sakit mungkin hanya 1 minggu, sedangkan sehat mungkin bertahun-tahun. Kok saya lebih fokus sakit yang hanya sebentar dengan mengeluh dan sebagainya. Bandingkan sakit dan tidak sakit ... Alhamdulillah saya masih diberi sakit dan tak perlu khawatir. Insya Allah saya mendapatkan kebaikan dari apa yang saya alami, sakit maupun tidak sakit.

Kultum motivasi ini tidak lain untuk mengambil hikmah dari kehidupan saya. Saya mesti memberdayakan diri untuk selalu menjadi semakin sehat, semakin mudah dalam beraktivitas (hidup), semakin pandai menghadapi masalah. 

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...