Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri
Showing posts with label artikel motivasi. Show all posts
Showing posts with label artikel motivasi. Show all posts

Program pikiran dengan buku Semangat kerja yang konsisten

 Buku "Semangat kerja yang konsisten" mengupas banyak hal lain dari semangat kerja. Umumnya semangat membahas yang terpacu oleh eksternal dan internal yang kekuatannya relatif sehingga tidak bertahan lama. Semangat yang diciptakan karena satu hal, misalkan bersemangat karena uang. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah iya uang bisa menyemangati saya. Bukankah saya sendiri yang menyemangati saya sendiri, dimana uang ? Benda mati dan nilainya relatif yang tergantung persepsi saya saat ini. Saat ini saya butuh uang, maka saya mempersepsi uang itu sangat penting dan nilainya tinggi. Seolah dengan uang itu urusan saya selesai.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana saya bisa berkomunikasi dengan uang tentang persoalan yang saya hadapi ? Uang itu materi yang tidak bicara, tidak mikir dan sebagainya, kok bisa saya jadikan pendorong semangat saya ? 

Dan berikutnya adalah saat saya tidak mendapatkan uang sesuai harapan. Apakah uang juga dapat menambah semangat saya ? Seringnya saya kecewa dan bisa juga menurunkan semangat saya. Semua tentang uang adalah bukanlah penyemangat, karena uang itu hasil yang saya harapkan dan tidak bisa memberi apa-apa kepada semangat saya. Pemantik bisa saja dan tidak memberi energi apa-apa. Semangat itu tergantung diri saya sendiri.

Buku Semangat kerja yang konsisten BUKAN saja untuk karyawan atau pelaku usaha. Tetapi Semangat kerja ditujukan kepada siapa saya yang segera beraktivitas. Bisa pelajar/mahasiswa, guru, dokter, atau ibu rumah tangga. Maka semangat kerja berganti semangat beraktivitas yang konsisten. Ingin merubah perilaku menjadi baik ? Perlu semangat beraktivitas yang konsisten agar perilaku baik itu menjadi kebiasaan dan karakter.

Penyajian buku semangat kerja yang konsisten berbeda dalam bahasanya. Bahasa yang digunakan adalah bahasa positif, dan sangat minimal menggunakan kata tidak positif. Misalkan sakit menggantikan tidak sehat. Dampak dari penggunaan bahasa positif ini ikut memberi kontribusi kepada pikiran (alam bawah sadar) positif sehingga dapat mendorong saya untuk melakukannya.

Untuk lebih jelas uraian di atas ada di dalam buku "Semangat Kerja yang konsisten" berikut ini

Praktekkan kalimat positif dan rasakan hal berikut ini :
Saya yang biasa mengucapkan "akan", saya ganti "Insya Allah". Awalnya saya hilangkan kata "akan" sudah membuat kalimat menjadi lebih optimis, sebagai muslim saya menggunakan kata "Insya Allah" membuat saya semakin meningkat imannya dan optimisme dengan selalu bergantung kepada Allah.
- Saya akan berangkat ke Bandung besok pagi (hari selasa)
saya bisa juga menghilangkan sama sekali kata akan menjadi kalimat berikut :
- Saya berangkat ke Bandung hari Selasa.
kalimatnya saya ganti dengan kalimat berikut 
- Insya Allah saya berangkat ke Bandung hari Selasa

Lakukan kalimat positif ini sesering mungkin dan koreksilah saat berucap kata "akan". 

Inilah yang membedakan buku "Semangat kerja yang konsisten" yang membawa pembaca melakukan pemrograman alam bawah sadar tanpa disadari.

Insya Allah buku "Semangat Kerja yang konsisten" memberi inspirasi dan dorongan menjadi semakin baik dalam beraktivitas/kerja.




Emang ada buku untuk semangat ?

 Buku tentang semangat kerja banyak beredar di marker place dan beberapa toko. Sebagian membahas bagaimana cara menemukan semangat dari memperkuat dari tujuan.

Buku berikut ini mengulas yang sedikit berbeda dari yang ada, membahas semangat yang tidak perlu dicari, tapi semangat yang dapat bangkit dengan cara meningkatkan keyakinan kepada yang memiliki semangat itu.

Tidak hanya itu aja, buku ini memaparkan pilihan untuk bersemangat. Ada satu semangat kerja yang bisa konsisten dibahas dalam buku ini. Buku "semangat kerja yang konsisten" diawali dengan ebook dan sekarang sudah terbit dan berISBN sehingga memudahkan untuk membacanya. Dipasarkan lewat digital gramedia, google book, tokopedia, shopee dan lainnya

http://wa.me/c/6287823659247






Investasi yang murah hanya Rp 76.000


Buku Semangat kerja yang konsisten

 Miliki buku "Semangat kerja yang konsisten" agar Anda dapat menikmati kerja yang berujung kepada akhir dari keinginan Anda.



Manajemen syukur 4

 Saya melanjutkan penjelasan manajemen syukur 4, yaitu melanjutkan apa yang sudah kita kerjakan secara optimal dengan ikhlas, dengan menjadikan aktivitas itu berjalan konsisten. Tidak sekedar satu kali saja, atau dua kali atau hanya seminggu atau satu bulan. Tapi dikerjakan terus-menerus.

Manajemen syukur 4 ini mengandung beberapa hal :

1. Aktivitas kita hari ini tidak cukup untuk kebaikan hidup kita hari berikutnya. Dengan dasar itulah kita terus beraktivitas yang lebih baik, baik kualitatif maupun kuantitatif. Terus ada pertanyaan, kapan kita menikmati hasil aktivitas kita (hasil) ? Ada yang bilang beraktivitas lalu menikmati dan dilanjutkan lagi dengan aktivitas dan menikmati lagi. Kata menikmati bukan berarti kita tidak beraktivitas, cenderung santai dan relax menikmati hasil. Tapi boleh dong kata menikmati itu adalah menikmati aktivitas yang sedang kita lakukan. Aktivitas kita hari ini dapat berdampak kepada aktivitas kita hari berikutnya berupa kemudahan dan kelancaran atau kebaikan dalam aktivitas tersebut.  Bahkan ada yang merasakan bahwa kebahagiaan itu saat kita bisa melakukan aktivitas yang sedang kita kerjakan.

Yang terpenting dalam point manajemen syukur ini adalah terus-menerus beraktivitas. Karena Allah melihat aktivitas kita, sekecil apapun, dan Allah membalasnya dengan pahala kebaikan. Jika kita terus-menerus shalat, puasa, sedekah, membantu orang lain, berbuat baik, berkata yang baik, maka kita adalah apa yang kita lakukan tersebut. 

2. Kontinuitas atau terus-menerus beraktivitas secara kualitatif atau kuantitatif dapat "menurunkan" semangat beraktivitasnya atau bosen. Mestinya kita selalu referensikan aktivitas kita dengan niat kepada Allah, maka aktivitas itu semakin membuat kita senang dan ingin mengerjakannya lagi. Ini adalah yang utama mesti kita lakukan, yang kedua kita mesti selalu mengevaluasi secara ilmu. Apakah ada cara yang lebih mudah ? Apakah ada cara yang lebih cepat ? Apakah ada cara yang hasilnya lebih tinggi ? Pertanyaan ini selain membuat kita kepo ingin mengerjakannya lagi dan juga menghilangkan rasa bosen yang membuat kita mendapatkan nikmat yang lebih besar dan setiap hari. Pertanyaan tadi adalah evaluasi syukur diri BUKAN untuk bersaing dengan orang lain (melihat keberhasilan orang lain), tapi terus berlomba banyak bersyukur karena Allah telah lebih banyak (tak terhitung) memberi kebaikan kepada kita. Apa nggak capek ? Perhatikan point pertama, aktivitas itu adalah menikmati hasil. Akhirnya apa yang kita lakukan semakin baik itu untuk berbagi kepada banyak orang dan membantu orang lain.

Dengan kata lain, manajemen syukur 4 ini mengajak kita semakin banyak beraktivitas sebagai bentuk syukur setiap hari. Tiada hari kecuali bersyukur.


Demikianlah manajemen syukur yang saya susun dari apa yang saya pahami tentang agama Allah. Manajemen syukur ini tidak hanya berlaku pada pekerjaan saja, tapi juga mendasari kita dalam segala aktivitas. Manajemen syukur sebagai anak, sebagai murid/mahasiswa, sebagai ibu rumah tangga, sebagai orang tua, dan sebagai apa saja yang baik.



Produktivitas dan manajemen syukur

 Beberapa orang berpersepsi bahwa manajemen syukur yang berasal atau didasarkan agama tidak mensupport dalam produktivitas kerja. Agama hanya mengurus kehidupan akhirat (iman, ibadah dan amal saleh), sedangkan kerja dan produktivitas yang mengatur teknis kerja untuk hasil yang baik. Tetapi apakah begitu ? Agama itu memberikan petunjuk hidup termasuk kerja dan bahkan Allah menyatakan bahwa Dia yang mengurus segala hal di dunia  ini, mengizinkan semua terjadi termasuk kerja, ilmu Allah terdapat di semua hal dan apa yang kita peroleh (ilmu) saat ini adalah apa yang Dia kehendaki. Dengan demikian bahwa Allah dengan manajemen syukurnya adalah petunjuk untuk bersikap dan berperilaku yang benar sebagai manusia.

Di zaman dahulu, ilmuwan Islam merupakan orang yang mendasari Al Qur'an sebagai petunjuk untuk menggali dan menemukan ilmu (Ilmu kedokteran, ilmu arsitek, ilmu bisnis, ilmu matematika dan sebagainya). Ilmuwan seperti Ibnu Sina sebagai ilmuwan kedokteran Islam sangat menguasai Al Qur'an. Sebenarnya Iman - manajemen syukur - produktivitas itu sejalan.

Kalimat bersyukur yang menghasilkan nikmat bermakna, bersyukurnya itu bekerja/beraktivitas dengan ilmu dan petunjuk Allah (proses yang benar), dimana hasilnya (tambah nikmat) itu benar-benar menghasilkan hal baru. Bersyukur ini tidak berhenti di saat itu saja, tapi menjadikan bersyukur yang lebih baik lagi agar nikmat (hasilnya) bertambah besar lagi. Keadaan ini menjadikan proses (bersyukur)nya menjadi produktivif karena setiap periode bersyukur berubah menjadi lebih baik. Apakah ada orang yang hanya bersyukur hari ini saja ? Pasti tidak, karena orang ingin hidupnya lebih baik lagi setiap hari. Maka bersyukur itu pasti terus-menerus.

Belum beriman kita bila tidak didukung ilmu dan petunjuk Allah. Menjadi sempurna itu iman kita jika diamalkan (amal saleh) yang terus-menerus. Artinya iman, ilmu dan petunjuk Allah, amal saleh terus berkualitas dan berkuantitas secara periodik.

Bayangkan seorang atasan atau pemilik perusahaan pasti suka dengan karyawan yang produktif,

a. Yang percaya kepada Tuhannya sehingga terhindar dari perbuatan buruk. Bertanggung jawab, disiplin, jujur dan suka beramal saleh (bekerja yang baik).

b. karena memiliki sikap dan perilaku positif dengan prasangka baik dengan siapapun (terutama kepada Allah). selalu bersyukur dengan nikmat yang ada dan memaksimalkan pemanfaatannya.

c. Yang mampu mengendalikan emosional sehingga dapat bekerja dengan cerdas (pikiran sehat). Buah dari iman yang mampu mengaktifkan hati dalam setiap perbuatan.

Produktif dulu dengan ilmu atau bersyukur dulu ? Yang terbaik adalah bersyukur dengan manajemen syukur dan Insya Allah menjadi produktif.


Insya Allah kultum motivasi kali ini untuk selalu memberdayakan diri menjadi semakin berkualitas hidup kita. Dengan memahami agama sebagai petunjuk hidup di dunia dan di akhirat, maka kita menjadi terbimbing oleh Allah dalam hidup ini.


Manajemen syukur 3

 Alhamdulillah sebelumnya saya sudah memahami manajemen syukur 1 dan 2, Merasakan nikmat yang ada pada diri kita. Dilanjutkan dengan menyadari nikmat itu datang dari Allah, lalu berterima kasih dan memujinya. Manajemen syukur 3 ini merupakan upaya memanfaatkan nikmat dengan ilmu dan petunjuk Allah dengan optimal dengan ikhlas, merupakan perbuatan dari manajemen syukur.

Tulisan sebelumnya, menyadari nikmat otak/pikiran dari Allah. Terima kasih kita diberikan otak/pikiran untuk mengorganisasikan tubuh kita, karena ada beberapa orang tidak diberikan otak yang sempurna (ada yang sakit kepala, sakit stroke, kelainan otak sejak lahir dan sebagainya). Oleh karena rasa terima kasih kita diungkapkan dengan memuji Allah. Setelah itu ? Kita mesti mewujudkan terima kasih dan pujian itu dalam tindakan, yaitu memanfaatkan otak/pikiran sesuai ilmu dan petunjuk Allah untuk kehidupan kita dan orang lain. Dalam memanfaatkan otak/pikiran, maka kita mesti ikhlas. Kita belajar dan berbagi ilmu (dan penerapannya). Bukan sekedarnya saja dalam memanfaatkan otak/pikiran, tapi terus mengembangkan diri untuk menjadi otak/pikiran kita menjadi semakin baik. 

Apakah tidak cukup kita hanya menerima dalam bersyukur ? Misalkan kita diberikan uang, maka bersyukurnya tidak berakhir dengan menghabiskan uang untuk kebutuhan kita saja, tapi kita mesti lebih optimal dengan ilmu dan petunjuk Allah. Bagaimana menginvestasikan uang yang kita terima ? Ada yang digunakan untuk kebutuhan kita, ada hak orang lain dengan bersedekah, dan kalau memungkinkan kita investasikan uang itu menjadi nilai tambah. Begitu juga dengan otak, bukan sekedar untuk berpikir dalam kehidupan kita. Tapi dapat dimaksimalkan dengan otak yang bisa bermanfaat bagi kehidupan yang jauh lebih baik (diri dan ummat).

Insya Allah dengan terus menafsirkan syukur sebagai manajemen yang bener, kita dapat terus menggali dan menyempurnakan syukur kita kepada Allah.

1. Dalam hidup ini, rahmat Allah begitu banyak dan tak terhitung. Rahmat dan karunia Allah itu jauh melebihi dari kemurkaanNya. Jika rahmat dan karunia Allah itu didasarkan ibadah dan amal kita, maka saat ini kita banyak menerima balasan Allah. Karena ibadah dan amal kita pasti lebih kecil dari dosa dan kesalahan kita. Faktanya kita masih hidup dengan keadaan yang baik, ada musibah dan sejenisnya. Tapi itu semua tidak seberapa kenyamanan hidup kita. Oleh sebab itu sudah menjadi kepantasan kita selalu menyadari rahmat dan karunia Allah sepanjang hari dan sepanjang usia kita begitu besar sehingga kita dapat beraktivitas dengan baik tanpa ada halangan yang berarti, dan bersyukur. "bersyukurlah, maka Allah menambah nikmat kepada kita, dan sebaliknya jika tidak bersyukur Allah memberikan azabNya" (Surah Ibrahim, 14 : 7)


2. Azab Allah bisa berupa kesulitan kecil, sakit, musibah dan sejenisnya. Jika kita tidak bisa lebih baik, maka dapat diartikan bahwa kita belum bersyukur. Belum bersyukurnya kita karena kita tidak mengikuti ilmu dan petunjuk Allah. Dalam surah An Nisa, 4 : 111, Allah berfirman kesulitan hidup kita karena disebabkan kesalahan/dosa kita. kesalahan/dosa kita adalah karena tidak sesuai dengan ilmu dan petunjuk Allah. Masih di An Nisa, 4 : 147, Allah berfirman Allah tidak menghukum hambanya yang beriman dan bersyukur. Ada ayat lain yang difirmankan,"Allah telah memberikan kita pendengaran, penglihatan dan hati, tapi hanya sedikit yang bersyukur".

3. Penjelasan point 1 dan 2 adalah dasar kita bersyukur. Manajemen syukur menjadi langkah sederhana untuk menjalani syukur yang lebih mudah.

a. Menyadari nikmat, rahmat dan karunia Allah. Merasakan kebaikan dan sadar bahwa itu pemberian (titipan Allah).

b. Berterima kasih dan memuji atas segala nikmat tersebut

c. Memanfaatkan (bersyukur) dengan kerja/aktivitas sesuai ilmu dan petunjuk Allah agar menjadi ibadah/amal saleh yang berkah untuk semua orang.

Insya Allah dengan tulisan ini yaitu bersyukur kepada Allah itu semakin mendorong kita dekat kepada Allah (iman bertambah). Tulisan kultum motivasi ini dapat memberdayakan kita semakin baik.


Manajemen syukur 2

 Semangat pagi semua, Insya Allah diberikan kebaikan hari ini. Tulisan kali ini adalah melanjutkan Manajamen syukur 1, yaitu langkah melihat, merasakan potensi (nikmat) Allah pada diri kita sendiri. Dimana merasakannya itu dalam keadaan sadar kepada Allah. Apa yang kita lakukan setelah itu ? Bersaksi kepada Allah dengan memujiNya.

Dalam manajemen syukur 1 ini kita berupaya mengungkapkan apa yang kita rasakan atas nikmat Allah itu. Jika merasakan tangan itu bermanfaat bagi kita, maka kita berterima kasih dan memuji yang memberikan tangan kita. Sebaliknya jika kita menerima dari seseorang yang kita tidak butuh, maka rasa terima kasih dan pujiannya ala kadarnya. Dengan Allah tidak seperti itu, kita bukan tidak menerima nikmat Allah tapi bisa mampu melihat dan merasakan kebaikannya ... Maka kita tidak mampu berterima kasih dan memujinya. Misalkan kita memuji Allah yang Maha Pemberi Rezeki tanpa mampu melihat rezeki itu, maka pujian itu hanya di bibir saja. Kalau rezeki itu berupa kesehatan, maka kita mampu melihat bahwa sampai hari ini keadaan kita sehat dan ada kala sakit (merasakan rezeki sehat itu luar biasa), maka kita memuji Allah itu dengan Ya Razzaq menjadi bermakna (tulus datang dari dalam diri).

Pernahkah kita mampu merasakan otak kita, fisik dan lainnya ? Renungkan sesaat, saat pusing berkelanjutan membuat kita baru merasakan bahwa kita memiliki otak/pikiran. Kita bisa bertanya, siapa sih yang memberi otak/pikiran kita ? Dengan otak itu bisa berpikir dan beraktivitas. Allah menitipkan semua nikmat itu dan kita sering menafsirkan yang berbeda dengan "ini otak saya". Bagaimana kalau sakit ? Maka kita merasa sedih tidak berpikir (merasa kehilangan). Sebenarnya kita merasa kehilangan karena kita merasa "mengakui" milik kita, padahal itu hanya titipan Allah. Kapan pun Allah berhak mengambilnya jika kita tidak amanah dengan titipannya. Sebaliknya jika kita memanfaatkan otak yang dititipkan itu untuk kebaikan banyak orang (amal saleh), maka Allah ridho dan merahmatinya. Allah bisa saja menambah nilai otak yang dititipkannya menjadi lebih tinggi atas apa yang sudah kita manfaatkan. Sudahkah kita memanfaatkan otak/pikiran menjadi memberikan nilai tambah ? 

Bulan puasa ini mengajari kita untuk membuka hati melihat nikmat Allah. Tidak makan dan tidak minum menunjukkan kita mesti berterima kasih karena dalam keadaan itu kita bisa lebih cerdas (bayangkan kalau kenyang kita jadi malas). Menahan nafsu menunjukkan kita berterima kasih bahwa kita bisa tidak emosional dalam berpikir dan bertindak (bayangkan di luar puasa kita mudah emosi untuk perkara yang kecil). Berinteraksi dengan Al Qur'an dan banyak amal saleh mesti kita syukuri karena amal itu jarang kita lakukan, bahkan di bulan ini kita terdorong banyak beristighfar karena bulan dimana Allah siap mengampuni dosa kita (bayangkan diluar puasa jarang kita melakukannya)

Manajemen syukur 2 ini mengajak kita berterima kasih dan memuji Allah dengan sepenuh hati. Paling mudah adalah merasakan nikmat Allah pada kondisi tidak menyenangkan, lagi sakit dan tidak memiliki atau kehilangan, maka kita dapat merasakan bahwa nikmat dapat diambil Allah (sebagai titipan).  Perbanyak pujian kepada Allah dan hanya kepada Allahlah pujian kita hadirkan.


Insya Allah kultum motivasi ini dapat memberdayakan kita untuk bergerak dan beraktivitas yang optimal di jalan Allah. langkah bersyukur menjadi semakin baik

Bersyukur adanya puasa

 Kemarin saya menulis tentang puasa dan ibadah lainnya dapat dikerjakan dengan sedikit paksaan untuk memulainya. Bagaimana caranya untuk mengalihkan paksaan itu menjadi dorongan yang lebih baik, khususnya dalam bulan puasa ?

Yang baik adalah hadirnya kesadaran kita untuk menikmati bulan puasa dengan ikhlas, tapi tidak mudah dengan iman yang rendah. Selama ini kita memiliki persepsi bahwa puasa itu kewajiban untuk mendapatkan kebaikan bagi kita. Sebagai kewajiban dalam menjalani puasa agak berat. Maka paksaan itu menjadi langkah awal memulainya. Saya berpikir untuk merubah persepsi itu agar lebih mudah dan ringan serta membuat kita ingin menjalaninya. Apa ya ?


Allah menghadirkan bulan puasa untuk menghapuskan kesalahan, jalan menuju taqwa dan kebaikan yang berlipat. Dengan kata lain Allah memberikan KESEMPATAN kepada kita untuk mengambil kebaikan itu semua, bukankah kita banyak dosa dan kesalahan. Penghapusan dosa itu memperlebar kedekatan kita kepada sehingga kita berharap kepada rahamtNya. KESEMPATAN bulan puasa belum tentu dapat kita jalani setiap bulan, karena Allah hanya memberikan KESEMPATAN ini 1 bulan dari 12 bulan yang ada. Kita dapat membangun persepsi baru tentang bulan puasa yaitu mengambil KESEMPATAN ini untuk memperbaiki diri dan meningkatkan hubungan kita kepada Allah. Masak sih ada orang beriman yang tidak mau diampuni dosa dan diberikan rahmat dari Allah ? Jika KESEMPATAN ini tidak dapat kita ambil, berarti hati ini begitu gelap sehingga tidak mampu lagi melihat KESEMPATAN Allah ini sebagai langkah menjadi bertaqwa. Jika ini terjadi maka kita bener-bener mesti memaksakan diri untuk membersihkan diri.

KESEMPATAN selama bulan puasa ini mesti kita sikapi dengan bersyukur, apakah ada waktu lain ? Sekali pun masih ada di tahun depan, tapi apakah kita masih diberi kesempatan lagi ? Mari kita syukuri bulan puasa ini sebagai KESEMPATAN terakhir dari Allah untuk menjadi kita orang yang bertaqwa. Sikap ini dapat mendorong kita menjalani puasa dengan mudah dan nyaman.

Insya Allah kultum motivasi kali ini bener-bener memberdayakan diri kita dapat berpuasa dengan lebih baik, dan berharap Allah menyempurnakan puasa. 

Paksain baru bisa

 Pada bulan puasa kalau lagi libur atau tidak kerja, suasana bikin malas. Mau ngapain rada malas dan pengennya istirahat dan tidur. Puasa jadi malah tidak produktif, padahal balasan kebaikan menjadi 2 kali lipat dari hari biasa. Bagaimana caranya ?


Alhamdulillah ada yang mampu melawan rasa malasnya karena ingin mendapatkan kebaikan bulan puasa. Yang belum mampu, gemana ? Tidak ada cara lain drngan memaksakan diri dan memiliki motivasi untuk menjadi orang yang bertaqwa. Misalkan mau ngaji aja, malasnya minta ampun. Tapi karena ngaji itu baik dan mendapatkan balasan yang berlipat, maka kita memberanikan diri untuk memulainya. Tanpa memberanikan diri pastilah tidak bisa. Dalam perjalanannya kita pun mesti meneruskannya, dengan sedikit memaksa juga. Pada saat mengaji sudah terasa nyaman, maka lanjutkan terus agar kita mendapatkan bulan puasa.

Selain mengaji, kita juga harus merasa nyaman dengan shalat yang terus ditingkatkan. Menyempurnakan wudhu dengan terus menikmati air yang mengalir dan membasahi bagian tubuh kita. Kita memaksakan diri juga untuk mengimajinasikan dosa selama ini keluar dari bagian tubuh. Agar kita tidak lalai dalam berwudhu, maka belajar kembali dan mengikuti petunjuk wudhu yang benar. Yang tidak kalah pentingnya dalam berwudhu adalah merasakan air yang membasahi tubuh, membuat seger dan terlepasnya dosa. Lakukan wudhu dengan seksama. Mungkin kita selama ini berwudhunya tidak berkesan dan sebagai rutinitas. Ingat wudhu syaratnya shalat.

Hal yang sama kita pun mulai meningkatkan kualitas shalat dan memperbanyak belajar agama yang semestinya kita lakukan. Tak mudah, tapi paksain diri kita untuk memulainya. Bacaan sebagai ilmu untuk mengingatkan kita kembali dan meluruskan amalan kita. Ilmu agama yang mengubah sikap dan perilaku orang taqwa.

Insya Allah kultum motivasi ini agar dapat memberdayakan diri menjadi orang yang mendapatkan keberkahan puasa 

Mager ?

 Kata  Mager sudah menambah kosa kata dalam bahasa gaul, terutama anak muda. Mager merupakan singkatan malas gerak alias tidak mau gerak dan tidak mau beraktivitas. Saya ingin mengatakan jika sudah ada kata malas, maka sudah pasti tidak ada aktivitas apapun. Salah satu mager itu seperti santai atau istirahat yang berkelanjutan, tadinya niatnya untuk melepaskan lelah. Atau di lain sisi juga terjadi saat saya tidak memiliki aktivitas.

Malas atau mager adalah distraksi yang merusak produktivitas saya. Tanpa disadari malas atau mager ini terjadi begitu saja dan sangat tidak mudah untuk mengalahkannya. Terkadang malas atau mager saya dihilang karena orang lain yang "menyuruh" (berkuasa). Malas atau mager itu sering ditunjukkan oleh alasan-alasan agar terlihat saya "merasa capek" atau "ada kerjaan abis ini". Adapun alasan itu adalah upaya saya untuk meneruskan kemalasan tersebut, memanjakan saya dan pasti merusak kualitas pribadi saya.

Ada beberapa cara untuk mengalahkan malas atau mager, yaitu memiliki kemauan yang kuat dan dimana saya terdesak dengan waktu. Tadinya saya santai di pagi hari dengan nonton TV, tapi karena waktu saya langsung berangkat kerja. Atau karena ingin mendapatkan sesuatu, maka saya langsung beraktivitas. Semua berujung kepada bersegera beraktivitas, itulah cara saya mengalahkan malas atau mager.

Disisi lain, agama Islam mengajarkan saya untuk berdoa, berlindung dari rasa malas. Rasa malas itu dekat dengan setan. Setan tidak suka dan suka menggoda saya agar jadi malas, bisa jadi dengan beraktivitas memberi kebaikan bagi saya. Apalagi aktivitas itu menuju Allah. Bisa jadi malas atau mager itu dimulai dari diri saya dan dikuatkan oleh setan dengan pikiran yang menyesatkan. Atau sebaliknya setan menggoda dengan pikiran yang sesat dan saya pun mengiyakannya.

Selama puasa, malas itu bisa dijadikan pikiran sesat dari setan. "kalau beraktivitas bikin lapar dan bisa merusak puasa, istirahat aja atau aktivitas seperlu aja". Untuk itu saya mesti mengalihkan malas atau mager dengan berani beraktivitas yang ringan dan bisa dilanjutkan kepada yang saya ingin kerjakan. Intinya saya mesti bergerak atau beraktivitas, apapun itu. Seiring waktu malas atau mager itu berkurang dan sampai hilang. Saya menjauhkan diri dari lokasi atau suasana yang bikin saya mau istirahat atau santai dan memelihara diri saya untuk selalu beraktivitas.

Insya Allah saya dijauhkan dari rasa malas dan sayapun mesti banyak hal yang ingin dikerjakan. Kultum motivasi ini tidak lain untuk memberdayakan diri saya agar selalu menjadi orang yang berkualitas.



 


 


 











Merasa sendiri

 Banyak orang yang sudah lelah, dapat merasa (merenungkan) dirinya bahwa dia tak mampu dan apa yang diraih ternyata tidak seberapa. Saat sakit, kita merasa diri kita yang tidak mampu dan pasrah. Tidak punya uang pun membuat kita merasa ...
Tapi ingatlah bahwa dalam keadaan merasa itu kita juga merasa ada Allah. Tetap terus berharap rahmat Allah agar hidup kita terbimbing
Insya Allah tulisan ini dapat memberdayakan diri kita untuk semakin baik walaupun dalam kondisi tidak menyenangkan. Kultum ini untuk memotivasi diri kita.


Kita adalah kebiasaan kita

 Apakah yang masih terus Anda lakukan ? Seorang karyawan bilang, "Saya selalu datang lebih awal baik masuk kerja atau ada event atau ada meeting". Beginilah kebiasaan menjadikan seseorang dinilai dan merupakan nilai dirinya. Orang sekitarnya bilang,"Dia orangnya disiplin dan tepat waktu". Sebaliknya ada orang dikenal sebagai "suka ngobrol". Mengapa begitu ? Karena memang kebiasaannya yang suka menghabiskan waktunya untuk ngobrol. Kita adalah kebiasaan kita.

Kebiasaan itu telah membuat diri kita tanpa mikir lagi sudah terbentuk aktivitas/kerja di waktu tertentu atau pada waktunya. Kita yang biasa makan jam 12:00 (waktu istirahat), maka tubuh ini secara otomatis segera makan pada jam 12:00. Semua ini terbentuk karena sebelumnya kita selalu makan setiap hari jam 12:00. Ada juga kebiasaan karyawan yang pulang 1 jam setelah jadwal pulang kerja. Maka karyawan tidak bisa pulang kalau belum waktunya kecuali ada keperluan yang genting. Kebiasaan tidak mudah untuk diubah dengan menjadi kebiasaan baru. Kebiasaan itu sudah memiliki waktunya, polanya sendiri.

Apa yang terjadi jika kebiasaan itu tidak dikerjakan ? Misalkan biasa disiplin waktu, pada kondisi tertentu kita ubah menjadi datang terlambat. Bisa saja terjadi, dan dalam pelaksanaannya diri kita dibuat tidak tenang dan ada rasa kekhawatiran. Tetapi bisa saja perubahan hanya terjadi dalam beberapa kali saja dan akhirnya kembali kepada kebiasaan lama. Dalam kondisi memiliki kebiasaan yang "kurang positif" menjadi sangat tidak mudah untuk diubah dengan kebiasaan baru  (yang positif).

Hampir semua karyawan sudah memiliki kebiasaan-kebiasaan dalam kerja. Listkan kebiasaan-kebiasaan itu, ternyata kebiasaan kita itu tidak banyak, tapi menghabiskan banyak waktu. Apa akibatnya ? Kita sebagai karyawan menjadi kurang produktif dan tidak ingin berubah.

Ada beberapa karyawan bisa berubah karena dipaksa, tapi hal ini tidak baik dan berdampak buruk kepada kita sebagai karyawan. Ada cara yang bisa mendorong kita menciptakan kebiasaan baru yang lebih positif :

1. Sisihkan waktu 10 - 30 menit dalam sehari untuk melakukan aktivitas/kerja baru yang menuju kebiasaan yang ingin diciptakan. Pastikan waktu yang disisihkan ini tidak boleh terganggu oleh aktivitas rutin, atau jika terpaksa waktu yang disisihkan ini bisa dijadwalkan

2. Lakukan aktivitas/kerja baru sampai habis waktunya (sesuai waktu yang telah disisihkan.

3. Bekali sikap positif dan ilmu untuk melakukan aktivitas/ kerja baru agar menjadi mudah dan nyaman.

4. Konsistenkan semua point 1 - 3 setiap hari paling minimal 6 bulan ke depan.

5. Insya Allah terbentuk kebiasaan baru. 

6. Dan setiap kebiasaan baru atau lama bisa saja diganggu oleh rasa malas atau hal sejenisnya sehingga kita tidak melakukannya lagi. Sekali tidak mengerjakannya kita bilang,"nggak apa-apa". hati-hati keadaan ini bisa merusak kebiasaan, dan jika tidak kembali kepada kebiasaan yang sudah tercipta, maka hasilnya kebiasaan itu hilang.

Siapa kita adalah apa yang menjadi kebiasaan kita. Yuk ciptakan kebiasaan-kebiasaan positif yang terus diperbarui agar kita dapat menghadapi tantangan hidup hari ini. Kebiasaan adalah tindakan atau kerja atau aktivitas yang dilakukan berulang-ulang setiap hari. Ingin menjadi orang pintar, maka belajar setiap hari. Ingin disiplin, maka hargai waktu dengan benar setiap hari. 

Insya Allah kultum motivasi kali ini dapat menyadarkan kita untuk menjadi semakin baik hari ini. Caranya ? Siapkan diri untuk selalu memberdayakan diri dengan bersyukur dengan memanfaatkan apa yang ada pada diri kita saat ini.



Fokus puasa dengan ibadah taqwa

 Memulai puasa terasa berat dan kebanyakan orang merasakannya. Bisa jadi kita berubah kebiasaan, sebelumnya  normal menjadi bangun lebih pagi untuk sahur dan tidak makan dan minum sepanjang hari, menahan amarah dan kewajiban dalam selama puasa. Keadaan inilah yang mesti dilatih sejak hari pertama dan pasti agak berat di jalani. Kecuali mereka yang sudah terbiasa puasa sunnah, mereka yang terbiasa tidak nafsu makan dan minumnya, mereka yang mampu beradaptasi karena niatnya sangat baik kepada Allah.

Mau tidak mau di awal puasa kita menjalani puasa dengan sedikit ada konflik fisik dan niat yang kita lakukan puasa karena Allah. Fisik dan perasaan menjadi tidak mudah untuk menjalani niat puasa. Dengan kesibukan aktivitas dan kerja, puasa menjadi terasa lebih ringan. Apalagi aktivitas dan kerja itu memang di jalan Allah, diniatkan kepada Allah. Puasa menjadi terasa nyaman.

Puasa adalah niat puasa dan menjalaninya semakin baik (aktivitas/kerja). Niat puasa karena Allah untuk mencapai ketaqwaan. Artinya aktivitas kita pun mesti tertuju kepada nilai-nilai ketaqwaan, menjalani perintah dan petunjuk Allah dengan sabar dan sabar pula dengan tidak mengikuti larangan Allah. Agar puasa kita menjadi bermakna, maka kita mesti mengalihkan fokus tentang persepsi puasa itu menahan lapar dan haus menjadi puasa itu menuju ketaqwaan berupa aktivitas yang baik.

Insya Allah mengalihkan puasa bukan lagi sebagai persepsi menahan lapar dan haus, tetapi puasa adalah ibadah ketaqwaan berupa perbuatan yang baik yang Allah ridhai. Persepsi ini membangun diri kita semakin baik menjalani puasa. Ibadah puasa kita semakin hari semakin mudah.

Kultum kali ini membuat puasa menjadi lebih baik dalam pelaksaannya. Memberdayakan diri lewat pikiran yaitu fokus dengan persepsi yang kita miliki. Yuk motivasi diri kita lebih baik lagi.

Persaudaraan

 Apa makna persaudaraan bagi seseorang ? Tergantung bagaimana persaudaraan itu dibentuk sepanjang hidup, dari kecil sampai besar. Tetapi persaudaraan itu selalu hadir dalam jiwa seseorang, tapi seringkali ditutupi oleh kepentingan atau pola berpikir yang emosional saat terjadi. Misalkan seseorang yang sudah menikah, dapat saja dipengaruhi oleh pasangan dalam menentukan pilihan hidup. Keadaan ini dapat menutupi persaudaraan dengan hubungan dengan saudara kandung atau saudara keluarga besar.

Sebenarnya jika persaudaraan itu terjadi dengan benar, maka kita sebagai saudara kandung atau saudara dalam keluarga besar. Terjadi saling melengkapi dan saling membantu. kehidupan keluarga yang menyenangkan. Saat terpuruk, maka saudaralah yang bisa membantu menyelesaikan apapun masalahnya. Nilai persaudaraan itu mesti dipelihara dan diperkaya dengan interaksi antar saudara.

Apa yang mesti kita lakukan ? Yang pertama adalah selalu ada waktu untuk bersilaturahmi, 

a. Bertemu dan ngobrol bersama.

b. silaturahmi itu juga bisa saling mengunjungi dengan membawa semacam buah tangan sekalipun kecil

c. mengundang saudara di acara keluarga.

d. menyapa lewat HP menanyakan kabar dan bercerita ringan tentang kehidupan.

Selain silaturahmi, kita juga sebisanya memberi sesuatu yang menjadi kebahagiaan kita kepada saudara baik berupa makanan, uang, atau apa saja atas berbagi rezeki yang kita miliki. 

Nilai interaksi persaudaraan itu menjadi semakin kuat dan menikmati hasil interaksi itu dengan baik. Diantaranya bisa saling membantu, mengingatkan dan mensupport serta men-enrichment (meningkatkan kualitas hidup). 

Beberapa orang lebih suka membuat pertemenan  yang didahulukan seperti  saudara, tapi itu seharusnya dilakukan setelah pertalian persaudaraan itu ada. Insya Allah kita merasa penting dan wajib memuliakan pertalian persaudaraan atau pertemenan. Tak lain hal ini merupakan amal kebaikan di mata Allah, agar kita mendapatkan rahmaNya. 

Alhamdulillah renungan kehidupan ini menjadi materi yang tak pernah habis dalam kultum motivasi. Kultum motivasi ini menjadi pendorong untuk ingin memberdayakan diri menjadi semakin baik setiap hari. Alangkah bahagianya memiliki saudara dan memiliki temen yang secara beriringan untuk menjadi semakin baik.


Perjalanan

 Dalam hidup ini adalah sebuah perjalanan yang kadang ada tujuan dan kadang tidak ada tujuan yang jelas, pergi ke suatu tempat ya pergi aja. Yah bisa saja memang tanpa tujuan, hanya ketemu saudara dan menikmati suasana ya saja.

Memiliki tujuan dalam perjalanan hidup itu membuat ada daya tarik dan semangat. Maka dalam perjalanan itu ada yang bikin bete dan ada pula yang menyenangkan. Saat bete, masih ada upaya untuk menghilangkannya karena kita memiliki tujuan. Sikap dan perilaku kita selalu positif saat bete sehingga perjalanan kita menjadi lebih baik. Yang repot adalah saat kita terbawa emosi saat bete, bisa jadi kebeteannya berlangsung lama dan merusak perjalanan kita.

Tetapi adakalanya juga dalam perjalanan yang hanya iseng saja dapat memberikan kenyamanan selama perjalanan. Seperti tidak ada beban menjalani perjalanan tersebut. Tanpa beban tersebut membuat kita tidak perlu risau dan jarang betenya, tapi kurang menarik dan menyenangkan.

Bolehlah kita mengambil pelajaran dari sebuah perjalanan. Alangkah bijak kita membuat tujuan dari perjalanan agar dapat menjadi dasar dalam semua sikap dan perilaku kita. Ada arahnya dan ada peta perjalanannya, dan yang pasti ada semangat untuk meraihnya. Semua ini mesti tidak menjadi beban selama perjalanan, anggap saja lagi (iseng). Maka hal ini berdampak baik saat kita mengalami hal yang tidak sesuai harapan dan mudah untuk menormalkannya. Contoh dalam kerja, kita niatkan untuk Allah dengan bekerja yang bener dihadapan Allah. Maka ada semangat dalam kerja, lalu semangat ini menjadi menyenangkan karena kerja tersebut dapat memberi kehidupan bagi keluarga. Alhasil kita kerja menyenangkan, tapi juga bete dalam kerja ... dimarahin atasan atau hasil yang jauh dari harapan. Sebelum berlanjut maka kita dapat mencegah kebetean dengan sikap dan perilaku yang berprasangka baik kepada Allah. 

1. Allah ingin menguji kita agar kita bisa mengatasi yang kurang baik, atau 

2. Allah mau ngajarin kita ilmu baru, atau 

3. Allah ingin mengajarkan empati dengan orang yang gagal sehingga dapat menjadi temen yang memberi solusi, atau 

4. memberi pelajaran agar tidak sombong dan sebagainya

Maka kita menjadi tanpa beban untuk menjalaninya. Semua kebetean tersebut untuk kebaikan kita.

Dalam kehidupan rumah tangga pun bisa saja terjadi. Maka niat dan tujuan terhadap apa yang ingin kita lakukan menjadi penting. 

Insya Allah kultum motivasi ini dapat memberdayakan diri kita untuk sadar diri atas apa yang terjadi dan segera dapat memperbaikinya. Kalau tidak diberdayakan sekarang, kapan lagi ?


Menyambut puasa

  Menyambut puasa ? Iya, pasti disambut dengan kalimat Marhaban (agak kearab-araban, tapi nggak masalahlah). Menyambut puasa, maka banyak orang berziarah, mengunjungi sanak keluarga, dan bersih-bersih rumah serta aktivitas lainnya. Ada juga yang mempersiapkan pakaian baru puasa dan makanannya. Tapi jarang sekali yang menyambut puasa itu dengan program yang benar selama berpuasa. Ada sih yang mempersiapkan dan membuat komitmen puasa tahun ini dengan taraweh di berbagai Masjid, mengaji Al Qur'an, menambah ibadah dan amalan.

Sudahkah kita menyambut puasa ? Puasa ya aktivitas puasa untuk menjadi taqwa. Bukan sekedar siap berpuasa di bulan puasa, tapi sudahkah kita berlatih sebelumnya dengan puasa sunnah untuk menyesuaikan suasananya ? Tidak sekedar puasanya tapi program selama puasa, seperti shalat tepat waktu, mengerjakan shalat sunnah dan memperbanyak amal. mengapa ini mesti kita persiapkan ? Agar kita sudah menciptakan kebiasaan. 

BUkan sekedar menyambut puasa saja, selama puasa adalah waktu berlatih untuk menjadi biasa selama 1 bulan. Bisakah kita melakukannya. Bangun pagi, shalat Tahajjud, shalat subuh lebih awal, diikuti dengan membaca Al Qur'an dan tidak tidur lagi, tetap bekerja dengan semangat (tanpa mikir lapar dan haus), memperbanyak ibadah dan amal dan sebagainya. Apa yang diharapkan selama 1 bulan puasa itu ? Kita mesti melanjutkan kebiasaan itu di bulan setelah puasa juga.

Yuk kita mulai merencanakan bulan puasa dengan target yang ingin capai. Sisihkan waktunya dan just do it saja. Ingin sedekah ? siapkan waktu dan persiapannya untuk dijalani di waktu yang tepat dan orang yang tepat. Ingin memperbaiki shalat ? siapkan waktu untuk membaca buku dan mendalami Al Qur'an tentang shalat dan dalam shalat diterapkan ilmunya. Ingin memperbanyak amal ? Siapkan diri tentang amal apa yang ingin diperbanyak dan luangkan waktu untuk mengerjakannya. Ingin mengaji lebih baik ? Siapkan waktu dan ilmu baca dan referensi untuk memahaminya. Ingin berbagi makanan buka puasa ? Siapkan diri dan waktunya untuk berbagi kepada orang yang berhak menerimanya. Semua keinginan itu tidak sekedar keinginan saja, tapi harus berani menyediakan waktunya dan persiapan dengan ilmu yang benar.

Yang terpenting adalah kita sambut puasa dari hari ini seolah kita sudah berada di dalam bulan puasa. Jangan sia-siakan waktu selama berpuasa dan bulan puasa dengan sesuatu yang tidak ada kebaikan (mesti beraktivitas). Awali semua aktivitas itu dengan niat yang ikhlas.

Insya Allah kultum ini dapat memberdayakan diri untuk menyambut puasa dan mendapatkan kebaikan dari puasa. Teruslah memotivasi diri untuk mendapatkan kebaikan dari puasa. 

Jalani dengan kepasrahan ... Tidak mudah

 Kata pasrah itu merupakan langkah terakhir dari upaya yang sudah dilakukan tidak mendapatkan hasil yang sesuai. Tapi ada juga yang membiarkannya situasi tersebut dan beralih kepada aktivitas lain. Selalu diiringi doa agar semua terjadi. Kebutuhan hidup tidak cukup, mau bilang apa lagi ? Pasrah aja dan mengiringinya dengan bersyukur, menerima apa adanya. "Tak ada yang bisa dilakukan lagi".

Kondisi pasrah itu berharap kepada Allah agar persoalan yang dihadapi dapat diberikan jalan keluar. Emangnya sebelum pasrah kemana saja ? Ya berusahalah, tapi hasilnya nggak dapat. Bukankah hasil yang diharapkan itu merupakan izin Allah, yakin nggak sih kita ? Yakin. Yakin apa percaya aja ? Kalau yakin, bukankah kata pasrah tersebut menjadi awal dari semua usaha kita. Kok bisa ? Kata pasrah itu merupakan "menyerahkan diri kita kepada Allah untuk mengikuti petunjukNya agar mendapatkan izinNya". Sudahkah kita melakukan usaha yang sesuai petunjuk Allah ? Jangan sampai kita berharap izinNya tapi tidak mengikuti petunjukNya.

Contohnya, kalau sakit itu datang dari Allah dan Allah pula yang menyembuhkannya. Dalam sabda Nabi Muhammad saw, "sakit itu menghapus dosa". Maka bukan seharusnya kita sudah merasakan sakit yang parah setelah beberapa kali berobat ke mana saja, kemudian pasrah dengan penyakitnya. Kalau ingin izin sembuh, maka mohonlah ampunan kepada Allah dari segala dosa dan kesalahan selama ini. Kemudian mengikuti petunjuk hidup sehat dan berobat ke dokter atas dasar iman. Kepasrahan itu hadir di awal untuk memohon ampunan Allah dan mengikuti petunjukNya. 

Saat ingin mewujudkan keinginan, mulailah memasrahkan diri kepada Allah dengan menyampaikan (doa), apakah keinginan kita dirahmati Allah atau nggak ? Bisa mengeceknya lewat Al Qur'an dan memeriksa niat kita. Lalu kepasrahan itu diikuti dengan memahami apa yang kita inginkan itu kepada Al Qur'an sehingga mendapatkan petunjuk yang benar. Pasrahkan diri kita saat menjalani petunjuk itu kepada Allah. Insya Allah kita dapat mewujudkan keinginan itu dengan melibatkan Allah sejak awal sampai akhir.

Terlepas dari semua itu, kita dapat memulai kepasrahan itu untuk memohon ampunan Allah terhadap apa yang sudah kita kerjakan. Sampaikan mohon ampunan kita kepada Allah dengan mengingat (membayangkan) yang salah dari kita. Apa yang kita alami (tidak mendapatkan hasil) dengan pasrah itu dapat menumbuhkan harapan baru dari Allah. Yakin dan pasrahkan kepada Allah agar kita semakin yakin dengan apa yang kita lakukan.


Apa yang kita dapat kita maknai kali ini adalah kata pasrah bukan sekedar pasrah di akhir usaha kita, tapi kepasrahan itu dimulai sejak awal dengan mengikuti petunjuk karena kita beriman. Kultum motivasi ini tidak lain untuk memberdayakan diri kita agar semakin beriman dan semakin berbahagia

Malam hari

 Malam hari ? Emangnya ada apa ? Ada yang suka dan merindukan, karena ingin menikmati malam hari untuk istirahat dan bertemu keluarga. Tapi ada sebagian kecil yang ingin hari itu bisa lebih panjang, karena mereka ingin bekerja lagi. Sebenarnya karyawan bekerja seharian untuk membahagiakan keluarga. Maka malam hari adalah waktu yang tepat untuk berinteraksi dengan keluarga. Bisa juga interaksi itu di hari Libur, Minggu. Rasanya setiap malam jauh lebih baik daripada hari Libur. 

Malam hari sepanjang waktu itu sudah memberikan kesempatan bagi siapapun untuk menikmatinya. Waktunya sama, tapi ada yang bahagia dan ada yang tidak bahagia. Setiap hari terjadi dan memberi kesempatan, tanpa kita atur. Malam hari terjadi. Apakah kita dapat memanfaatkan waktu malam hari ? Waktu ada, tapi banyak yang menghalanginya. Apa itu ? Fisik kita yang lelah, dan ada kecenderungan kita ingin melepaskan lelah. Kalau sudah begitu maka interaksi keluarga tidak ada, yang berdampak bahagia itu tidak ada. Ada upaya dengan makan malam dan bersih diri agar tubuh lebih fresh. Tapi keadaan yang cukup baik ini masih digoda oleh hal-hal kecil yang mengalihkan fokus kita berinteraksi bersama keluarga. Semua orang sibuk dengan aktivitasnya. Akhirnya interaksi itu sangat kecil, yang ada paling saling menyuruh atau meminta tolong. 

Bisa nggak sih kita menikmati malam hari yang membahagiakan ? Mesti ada keinginan sehingga waktu malam hari itu dapat dimaksimalkan. keinginan itu dapat direncanakan melalui media seperti makan malam, ngobrol abis shalat jamaah,  atau jalan-jalan dan sebagainya. Jika tidak ada media untuk berinteraksi itu, maka semakin tidak mudah terjadi interaksi sekalipun ada waktunya. 

Malam hari dapat memberi ketenangan yang dapat meredam emosional sehingga dapat berpikir jernih. Begitulah Allah menundukkan alam untuk manusia agar bersyukur. Salah satu bersyukur itu adalah berinteraksi bersama keluarga. Apakah kita merasakan nikmat dari bersyukur di malam hari ? Sangat tergantung bagaimana kita memanfaatkan malam hari dengan aktivitas yang bermanfaat. Bersyukur itu mesti diupayakan bukan sekedar "membiarkan" kita beristirahat seiring tubuh yang semakin lemah cenderung malas dan ingin segera tidur (lelah).

Ada kalanya malam hari itu ditunggu banyak orang untuk menikmatinya bersama-sama di warung, resto dan caffe. Media ini sering digunakan untuk saling ngobrol zaman now. Tapi apakah manfaatnya lebih besar dari keburukannya ? Semua orang memiliki sudut pandang yang berbeda. Ada yang menghabiskan gaya hidup tersebut setiap malam, dan kecenderungannya menuju sesuatu yang tidak bermanfaat. Sekali-kali boleh saja, yang penting melibatkan keluarga sehingga diperoleh kebaikan. 

Terlepas dari semuanya, Allah menciptakan malam itu tidak sia-sia. Maknanya ada kebaikan (berupa kesempatan), kesempatan menjadi benar-benar kebaikan jika kita siap dengan fisik yang sehat dan memiliki komitmen yang diwujudkan dalam tindakan (interaksi) berama keluarga. Bayangkan sudah berapa malam hari yang kita lalui ... adakah kita bersyukur dengan mendapatkan kebahagiaan ? Bersyukur di malam hari itu menentukan keadaan kita di pagi hari, untuk memulai kerja (mencari karunia Allah).


Insya Allah kultum kali ini untuk terus memberdayakan diri dan memotivasi diri menjadi semakin baik, mampu melihat kesempatan dan potensi yang ada menjadi menambah nilai diri kita. 

Distraksi ... lawan atau alihkan

 Distraksi atau dikenal sebagai pengganggu fokus kita atau sesuatu yang mengalihkan perhatian kita. Dalam dunia kerja disebut sebagai hacker dari produktivitas. Salah hacker prduktivitas itu adalah HP, hand phone dengan segala aplikasinya. Detik.com atau IG atau FB dan sejenisnya telah menyita waktu kita, entah HANYA sekedar ingin tahu berita atau status orang. Sudah menjadi kecanduan kita untuk pegang HP, baru bangun tidur saja HP duluan yang dilihat. Kecanduan berat dimana kita merasa tidak gaul kalau nggak bawa HP. ketinggalan HP, dibelain ambil HP dulu karena merasa hilang nyawa. Distraksi HP ini menjadi sudah sangat tergantung dan tidak mudah untuk disingkirkan, dengan alasan,"nggak apa-apa kok dibawa dan hanya dibuka kalau perlu". Satu keluarga atau pertemanan saja yang niatnya mau makan bersama lebih sering dipertontonkan masing-masing orang sibuk dengan HPnya. Hal lain yang membuat kita semakin terjebak dengan distraksi HP adalah suara notification setiap ada hal baru dari aplikasi. Suaranya sih tidak besar, terdengar kecil atau geter SUDAH bisa mengalihkan pikiran beralih ke HP. kalau ngga kuat langsugn ingin buka aplikasinya. HP pun sudah menjadi distraksi berjamaah. Bayangkan kita yang ingin istirahat dari HP , langsung ditelpon orang yang WA kita, "kok WA nya tidak dijawab". Bisakah kita hidup tanpa HP 1/2 hari saja ? Kalau mau jujur HP sudah menghack kita minimal lebih dari 2 jam per hari.

Distraksi tidak hanya HP, tapi distraksi itu bisa datang dari dalam diri kita. Dari bangun pagi, telat bangun pagi itu membutuhkan waktu agak lama untuk mulai aktivitas. Dengan alasan suasana dingin, masih capek, hanya sekedar mengatakan "sebentar lagi", dan sejenisnya telah mengambil dari waktu kita untuk memulai aktivitas yang sebenarnya. Shalat Subuh sebagai panggilan Allah, dengan ringan dikalahkan dan terjadi setiap hari. Distraksi ini di pagi hari ini sangat mempengaruhi distraksi berikutnya. Distraksi pagi ini yang terjadi semakin menumbuhkan distraksi "malas".

Distraksi sangat menantikan waktu yang memang tidak ada pemanfaatannya, seperti waktu kosong tanpa ada kegiatan yang berarti, waktu istirahat, aktvitas rutin seperti makan dan sejenisnya. Waktu-waktu seperti itu yang mengundang distraksi. Yang paling sering adalah distraksi untuk memperlama keadaan itu, yang dirasakan menjadi semakin nyaman. Seolah aktivitas yang dikerjakan itu seperti penting. Ada yang bilang, "makan itu perlu dan untuk menambah energi dalam kerja" atau "kan tidak ada kerjaan, maka menikmati itu nggak apa-apa" atau kita sering bilang,"perlu waktu istirahat yang cukup agar fresh kerjanya".

Distraksi juga memasuki dunia kita tanpa kita sadari terjadi. Apa itu ? kerja rutinitas, dimana kerja yang tanpa perlu mikir dan semua berjalan seperti otomatis. Mengapa ini terjadi ? karena kita mengulang-ulang kerja yang sama setiap saat. Tidak rasa dalam kerja tersebut. Bisa juga sih, makan aja bisa rutin sehingga kita tidak merasakan nikmatnya makanan dimana makanan yang dimakan paling enak. Kerja rutin juga demikian seperti kerja sebagai call center, menyetir mobil dan sebagainya. Buktinya ? kerja rutin itu bisa disambi dengan pekerjaan lain. Ada orang nyetir sambil main HP, melayani orang sembari memikirkan pekerjaan lain. Apa yang kita kerjakan bersamaan atau sejenisnya telah mengurangi nilai dari pekerjaan itu, dengan kata lain kerja rutin kita TIDAK PRODUKTIF.

Hati-hati pula kita terhadap keseriusan kerja yang dijalani dan mesti terus dikonsistenkan dan dituntaskan. mengapa ? Jika dalam proses kerja kita itu mengalami kesulitan atau kebuntuan, maka ada hack untuk meneruskannya atau menundanya. Penundaan karena ada kesulitan dan tidak menjadwalkan kembali adalah distraksi juga. Apalagi penundaan itu memang terjadi karena kita merasa bisa dikerjakan besok. 

Distraksi dari luar bisa terjadi dan sangat tidak mudah ditolak. lagi serius beraktivitas, ada ajakan pasangan atau anak untuk mengikuti aktivitas lain. Maka hal inipun sangat menghack produktivitas hidup kita. Ada kala kerja, ada telpon dari rumah untuk disuruh pulang karena ada hal penting, padahal yang penting itu masih bisa dikerjakan oleh keluarga. Tapi kehadiran kita sangat diharapkan saja. Telpon dari keluarga saja yang tidak begitu penting masih bisa menghack kerja kita, karena kita jadi kepikiran. Sebenarnya telpon ini masih bisa dibicarakan saat dirumah.

Sadarkah distraksi seperti hal di atas, telah menjadi hal yang tidak kita sadari dan telah menghack waktu atau produktivitas kita. Seolah kita telah sibuk dan aktivitas penuh. Akhirnya ingin mengatakan kita telah banyak berbuat yang baik, tapi memang "nasib" belum membuat kita berubah nasibnya. Disini tidak terlihat distraksinya. Di waktu-waktu tertentu kita bilang,"mengapa dulu saya tidak kerjakan ini dan itu ?"

Ada tips yang membuat kita mengurangi distraksi hidup/kerja :

1. Distraksi itu bisa saja terjadi tapi jangan diterusin. Siaplah kembali kepada aktivitas utama.

2. Distraksi sebaiknya tidak dilawan, tapi dilakukan pengalihan saja. Caranya : 

a. Ciptakan keinginan beraktivitas itu sangat kuat dan siapkan waktunya. Disarankan waktunya tidak panjang tapi konsisten setiap hari.

b. Maksimalkan diri selalu sehat, terutama pikiran. keadaan yang sehat ini dapat menyemangati diri lebih baik

c. Dengan waktu dan memiliki energi (sehat) sudah mampu mengalihkan distraksi itu kepada aktivitas utama.

d. Distraksi itu semakin rendah saat kita memiliki prinsip selalu menuntaskan pekerjaan.

3. Distraksi itu jika dicari sumbernya adalah setan. Setan tidak mau manusia itu jadi orang baik, orang sukses, apalagi orang yang dekat dan berada di jalan yang bener (Allah). Maka tak salah jika kita pun memohon perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari distraksi yang merusak (hack) kehidupan kita.

Demikianlah bicara distraksi yang bisa hack kehidupan kita atau setan yang merekayasa semua agar kita sadar bahwa hidup ini tidak sia-sia dan mesti disyukuri dengan aktivitas/kerja yang bermanfaat. Kultum motivasi singkat yang membangun diri menjadi berdaya. Daripada lupa kepada Allah karena distraksi (setan), maka perbanyaklah mengingat Allah. Ingat Allah maka Allahpun ingat kita, tidak ada tempat distraksi dalam diri kita. Tingkatkan dan fokus ibadah dan amal maka distraksi pun minimal.


Berterima kasihlah

 Berterima kasih itu tidak menjadi ringan dalam lisan, apalagi diiringi sikap negatif yang didominasi oleh emosional. Atau yang merasa mudah di lisan tanpa diiringi hati. Terima kasih ya. lalu apa hikmahnya  bagi saya ? Apakah saya menjadi orang yang bersyukur dari ucapan terima kasih itu ? Dilain hari saya pun masih mengucapkan terima kasih.

Saya merasa bahwa berterima kasih itu merupakan ungkapan (sikap) atas pemberian dari orang lain atau pemberian dari Allah. Dari orang lain, pemberian itu berupa perhatian, bantuan, sikap dan perilaku baik, materi dan apa saja (tentunya yang baik). Kisah menarik, suatu hari di masa lalu saya memberi nasehat kepada seseorang untuk selalu berprasangka baik kepada orang terdekatnya. Orang tersebut mengucapkan terima kasih dan bener-bener dilaksanakan. Kemudian saya merasakan yang sama seperti orang tersebut. Saya bertemu dan ngobrol. Orang tersebut mengatakan,"kok kamu jadi begini ?" dan dilanjutkan dengan mengulang nasehat saya dulu,"kita mesti selalu memiliki prasangka baik, karena hanya dengan itu adalah pintu menuju keadaan yang lebih baik". Saya pun merasa diingatkan dan saya bilang,"iya saya paham". Dalam hati saya agak tidak mudah untuk mengakuinya. Saya bilang,"oke makasih ya". Padahal jika saya dalam keadaan tidak emosional bilang,"ooh ya ya, masih inget juga kamu. saya kayaknya lagi bete hingga tidak bisa berpikir sehat. Terima kasih banget ya udah mengingatkan saya".

1. Disisi orang yang merasa berterima kasih, bukan sekedar terima kasih saja tapi mesti mampu menerapkan apa yang sudah kita terima. Jika bantuan yang kita terima, maka ucapan terima kasih itu mesti dilanjutkan dengan membalas pemberian itu dengan berbalik memberi sesuatu kepada orang yang sudah memberi kita sebelumnya. Itulah makna kebaikan dari berterima kasih. Hindari kita selalu bilang terima kasih untuk hal yang sama, paling tidak kita membalikkan keadaan agar orang yang memberi dapat bersyukur pula dengan pemberian kita.

2. Untuk berterima kasih, dimana kita pernah memberi kepada orang lain terutama nasehat. Saat kita menegur dan berikutnya kita ditegur, rasa berterima kasih itu mesti ikhlas. Seperti percakapan di atas. Beranikan untuk mengakui dan berterima kasih dengan ikhlas.

3. Berterima kasih itu bukan sekedar lisan saja, tapi kita diberi kesempatan merasakan nikmat yang kita terima dan memberi manfaat positif. Saat kita menerima bantuan orang lain berupa uang dimana kita memang lagi tidak punya. Keadaan saat itu bener-bener kita bisa rasakan sangat membantu dan banyak manfaatnya. Maka ucapan terimanya sangat tulus. Begitu juga jika kita ada persoalan yang tidak mudah, dan saat itu ada yang memberi solusinya. Maka lisan terima kasih itu sangat berasa di hati kita.

Halangan untuk mengucapkan terima kasih dengan tulus itu datang dari respon negatif kita, keadaan kita saat itu. Apakah kita dalam keadaan tenang atau tidak ? Apakah kita dalam banyak masalah atau tidak ? atau Apakah kita orangnya gengsian (harga diri) ? Perbanyaklah zikir agar hati tenang dan selalu prasangka baik kepada orang lain sehingga apapun yang masuk kepada kita menjadi sebuah kebaikan.

Terima kasih ya sudah membaca tulisan ini, Insya Allah diizinkan mendapatkan kebaikan yang banyak. Demikian kultum motivasi kali ini untuk selalu memberdayakan dari agar semakin banyak kebahagiaan karena suka memberi kebaikan.

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...