Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Pilih kata yang baik bagi diri

 Dalam beberapa hal memang tidak mudah untuk memilih kata yang baik bagi diri, apalagi dalam kondisi emosional. Lagi tidak nyaman, maka yang terucap adalah kata yang tidak mensupport saya menjadi lebih baik. Lagi malas, saya berkata,"Jangan ganggu saya dengan tensi suara tinggi". Kata "Ganggu" seolah membuat orang lain agak tidak nyaman, karena bisa jadi ada sesuatu yang baik mau disampaikan. Akibatnya saya selalu tidak dapat berpikir jernih (positif).

Mana yang lebih baik berkata :

"Saya sakit sudah 2 minggu ini" atau 

"Saya kurang sehat 2 minggu ini".

Kata "sakit" dan "sehat" memiliki dampak yang berbeda. Kata "sakit" mempengaruhi diri memang merasa sakit dan saya merasakan keadaan tidak nyaman. Sebaliknya menggunakan kata "kurang sehat" memberi semangat untuk sehat.

Bayangkan kalau saya terus mengatakan kata "sehat" daripada kata "sakit", maka dalam pikiran saya terus berakumulasi kata sehat dan dapat mendorong saya untuk selalu sehat. Untuk itu, saya melatih diri untuk menggantikan kata-kata berikut ini

1. Kata "akan" saya hilangkan dalam kalimat

2. Kata "besok" saya ganti dengan waktu dimaksud, misalkan hari Selasa, tgl sekian, bila perlu pukul sekian atau bisa mengatakan kata "hari berikutnya". Atau gantikan kata "nanti" dengan waktu yang dimaksud atau dihilangkan.

3. Kata "mungkin" memberi makna ya dan tidak. Sangat memberi motivasi jika saya menggunakan kata "Insya Allah" atau "bisa jadi". 

4. Selalu menggunakan kata "saya"  daripada kata "kita", "kami" dan sejenisnya. Hal ini untuk mengambil peran aktif dari saya sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain (melibatkan orang lain)

5. Kata yang bermakna negatif diganti dengan menambahkan kata "tidak" atau "kurang" pada lawan katanya. 

    a. Kata "sakit" diganti dengan "tidak sehat"

    b. Kata "malas" menjadi "tidak rajin"

    c. Kata "gagal" menjadi "belum sukses"

    d. dan lainnya

6. Bisa juga saya membuat kalimat positif, dimana didalam kalimatnya ada kata negatif. Kata negatif yang digunakan belum ada yang bisa menjelaskan dengan baik dan dikhawatirkan kalimat menjadi kurang dipahami.

Sebenarnya yang terpenting bagaimana saya membangun sikap dengan menggunakan kalimat yang baik dan membalas respond dengan kalimat yang baik pula terhadap apa yang saya alami. Perhatikan dalam kondisi cuaca yang panas, saya cenderung mengatakan "panas bener hari ini". Ini sudah tidak baik buat saya karena menyimpan memori yang kuat dalam pikiran (emosional saat itu merasakan bener panasnya). Alangkah baiknya saya mengatakan "Alhamdulillah cuaca hari ini bisa menyemangati saya". Selain dalam cuaca panas tersebut semua orang seperti buru-buru dalam berkendara. Maka respon saya mesti yang baik, yaitu tetap berkendara tanpa emosional.

Memilih kata yang baik bisa tercermin dari perilaku saya. Misalkan saya bisa membangunkan anak saya dengan suara bahkan dengan tekanan suara lebih tinggi. Ini bentuk "kekecewaan" karena anak susah dibangunkan. Alangkah baiknya saya membangunkan anak saya dengan menepuk pundak atau badannya agar bisa bangun. Banyak hal lain yang bisa saya bangun untuk membangun diri menjadi semakin baik, lewat kata baik dan perilaku baik.

Insya Allah, ini adalah amal saleh dari sebuah keyakinan (iman) saya kepada Allah sehingga saya mendapatkan kekuatan untuk istiqamah menjalaninya. Laa haula Wa Laa Quwwata illa billah. 

Dampak tidak berpikir positif

 Ada beberapa hal yang bisa saya ungkapkan untuk menemukan beberapa orang belum mampu berpikir positif. Alasan kuat adalah adanya dorongan emosional, gengsi, ketersinggungan, membela harga diri, pernah kecewa dan sejenisnya. Semua keadaan ini adalah trigger belum mampu berpikir positif. Akibatnya interaksi dua orang atau lebih dengan belum mampu berpikir positif adalah konflik ringan sampai besar.

Berita TV yang mengabarkan hanya soal uang parkir yang diperebutkan 2 kelompok menyebabkan perkelahian masal yang menyebabkan korban meninggal. Begitu juga persoalan rumah tangga, hanya karena cemburu mengundang cekcok sampai kepada KDRT. Hampir setiap hari saya mendengar berita ketidakmampuan berpikir positif menjadi konflik yang besar. Apakah saya mau mengalami hal seperti ini ? Terlihatnya sepele tapi dampaknya luar biasa tidak baiknya.

Ketidakmampuan seorang karyawan berpikir positif dapat mengundang pola pikir yang tidak baik, demotivasi dan menurunnya produktivitas. Karyawan yang tidak terima hanya karena ditegur atasannya, yang menyebabkan karyawan menjadi tidak nyaman dan membalas dengan kerja yang produktif. 

Setiap orang selalu ada kecenderungan untuk membalas dengan hal yang sama, jika menerima perlakukan tidak positif. Semua ini berawal dari pola tidak berpikir positif. Terus, apa yang bisa saya lakukan ? Berempati ... merasakan orang yang belum mampu berpikir positif, yang sebenarnya ingin berpikir positif tapi belum menguasai dirinya dengan benar. Karena saya atau Anda tidak bisa mengontrol dan menguasai orang lain untuk berpikir dan bertindak kepada saya. Maka  sayalah yang harus memulai berpikir positif dan selalu membalas perlakuan yang tidak positif dengan pikiran positif. Tidak mudah, karena dalam diri saya pun selalu ada dorongan atau bisikan untuk membalas yang sama,"enak aja saya diperlakukan begitu, saya pun bisa".

Apa yang sih yang diharapkan orang yang belum mampu berpikir positif dari saya ? Orang seperti ini merasa benar dan ingin menyampaikan orang lain itu salah. "Kamu itu kerjanya tidak bener", kata temen. Respon pikiran saya di awal adalah membantah dan membela diri, tapi sejatinya saya tak perlu menanggapi hal tersebut. Cukuplah berterima kasih atas ucapannya dan selanjutnya saya perbaiki apa yang dikatakan. Interaksi tersebut tidak lama, tapi jika saya meladeni ucapan itu dapat menyebabkan perdebatan yang panjang dan menyakitkan. Cara ini adalah cara terbaik dan sangat baik buat diri saya untuk menjaga dapat berpikir positif terus dan bisa juga memberi cermin kepada orang lain bahwa berpikir positif itu sehat dan nyaman.

Disisi lain, saat orang lain berpikir tidak positif tidak perlu saya ikutan. Yang menjadi persoalan bukan pada diri saya, dan saya tidak mau meracuni pikiran saya dengan ikut-ikutan menjadi tidak positif. Keadaan ini menjadi dorongan motivasi saya untuk menjaga dan memelihara selalu berpikir positif. Dan akhirnya, berpikir positif bukan sekedar untuk kebaikan diri saya, tapi merupakan rasa syukur saya kepada Allah yang telah memberi pikiran dan hati. Jika ini saya lakukan, maka kekuatan untuk berpikir positif menjadi semakin besar karena ada energi Allah bersama saya. 

Berdasarkan hal terakhir di atas, berpikir positif bukan lagi tidak mudah, tapi menjadi ringan dan ikhlas (tidak dipaksakan). Misalkan saat menunggu orang yang janjinya terlambat, maka tak perlu ada prasangka tidak baik kepada orang tersebut. Tapi saya bisa berpikir positif, seperti saya mendoakan orang tersebut dimudahkan dan dilancarkan untuk selamat bertemu dengan saya, dan waktu menunggu saya gunakan untuk hal positif apa saja. Sesampainya orang tersebut, sayapun tak perlu membahas keterlambatannya tapi membicarakan pertemuan yang sudah disiapkan. Apa yang terjadi setelah itu ? Orang yang terlambat memuji kepribadian saya dan selalu mendukung saya. Inilah yang balasan kebaikan (berpikir positif) itu kepada saya, dan memang begitulah lidah dan hati saya diciptakan Allah bukan untuk tindakan yang tidak baik, tapi mengajak lidah dan hati untuk berdoa. Tak perlu juga membalas dengan mengatakan tidak profesional dan sebagainya, tapi mengajak untuk fokus kepada apa yang dibicarakan. 

Tulisan ini menjadi ulasan dari buku kami "semangat kerja yang konsisten"


Insya Allah berpikir positif itu berdampak baik bagi diri saya sendiri, yang membuat pikiran saya sehat dan mampu mengendalikan diri, serta mendapatkan kekuatan dari Allah. Akhirnya saya mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat.

Berpikir positif ya bicara positif

 Seringkali saya menerima nasehat tentang berpikir positif. Tapi faktanya begitu tidak mudah untuk melaksanakannya. Selalu ada kecenderungan tidak positif terhadap orang yang kerja tidak benar. Lalu bagaimana caranya untuk lebih baik ?

Berpikir positif tidak bisa terjadi begitu saja. Berpikir berarti mengolah apa yang ada dalam pikiran. Sekarang apa yang ada di pikiran saya ? Apakah lebih banyak yang positif atau yang tidak positif ? Apakah hal yang tidak positif itu memiliki emosional yang kuat ? Maka jawaban pertanyaan ini adalah menentukan berpikir positif saya. Kalau ada nasehat berpikir positif, maka saya mesti sesering mungkin untuk mengisi lebih banyak hal positif untuk ditampung dalam pikiran saya, baik secara sadar maupun tidak sadar. Saya mesti membaca, melihat, mendengar dan berbicara yang positif, Insya Allah saya lebih semakin mudah untuk berpikir positif.

Ada hal lain yang bisa saya lakukan untuk berpikir positif yaitu mengaktifkan hati saya. Hati berisi hal positif dan benar. Saya dapat berpikir dengan mengoptimalkan hati saya sebelum berpikir (merenungkan). Atau dengan kata lain saya mesti menciptakan kondisi yang tenang untuk mengakses ke dalam hati saya (mencegah keadaan yang membuat emosional lebih dulu mengambil alih pikiran dan hati saya).

Berpikir tidak positif itu sebenarnya adalah kondisi dimana saya dengan cepat merespon segala sesuatu tanpa memberi ruang dan waktu untuk berpikir jernih. Kondisi ini disebut pembajakan amygdala. Oleh sebab itu, saya perlu melatih diri untuk tidak buru-buru (perbuatan setan) dalam bertindak apapun, karena kecenderungannya tidak positif/tidak baik. 


Berpikir positif ? Ya perlu latihan. Apa itu ? 

1. Mengisi pikiran dengan hal yang positif sebanyak-banyaknya. Bersikap dan bertindak positif pun mesti dibangun tanpa perlu mempedulikan apa pun respon orang lain.

2. Aktifkan hati yang selalu baik dan benar. 

3. Hindari bersikap dan bertindak dengan terburu-buru.

Insya Allah nasehat yang baik itu "berpikirlah positif" tidak serta merta dapat dijalani, tapi butuh ilmu dan latihan. Mungkin sekali bisa, tapi selanjutnya tidak mampu lagi. Buktikan dan tunjukkan berpikir positif itu dengan BICARA POSITIF.


Yang baik itu menutupi yang tidak baik

 Dalam keseharian saya, ada sikap dan tindakan yang tidak baik. lalu terjadi dan berlalu begitu saja. Beberapa jam kemudian terjadi lagi dan lagi. Awalnya saya kesal dengan hasil yang kerjakan, karena tidak sesuai harapan. Lalu merembet kepada respon atas orang lain pun jadi tidak nyaman. Satu bulan yang lalu, satu minggu yang lalu, satu hari yang lalu, sekarang dan bagaimana dengan hari berikutnya, apakah masih terjadi ? Mau jawab tidak, tapi terjadi lagi.

Bagaimana caranya ? Apakah bisa instan merubah hal tersebut. Tidak ada cara yang instan, caranya mesti berproses dan butuh waktu. Konsepnya adalah mengganti yang tidak baik itu dengan yang baik. Misalkan saya tidak nyaman dengan sikap pasangan yang tidak sesuai harapan. Apakah mesti terus disikapi yang sama ? Saya pasti tidak bisa mengontrol pasangan saya, maka sayalah yang mesti mengganti dengan sikap dan tindakan yang baik terhadap apa yang saya alami. Lalu, apakah saya bisa mempertahankan sikap dan tindakan baik itu ? Disinilah saya butuh amunisi yang kuat agar saya bisa konsisten. Pengulangan menjadi mudah dilakukan dan bisa menguatkan. Dan saya selalu memperbarui makna yang baik itu dengan sesuai situasi dan kondisi saat itu sehingga menjadi dinamis dalam bersikap dan bertindak yang baik tersebut.

Misalkan kalau saya melihat temen jadi tidak senang. Pertama saya mesti melihat temen adalah orang yang bisa membantu saya. Lalu saya bersikap dan bertindak dengan senyum aja saat bertemu. Bisa jadi hanya bicara seperlunya. Lalu pada pertemuan berikutnya, saya mengganti sikap dan perilaku saya dengan memulai untuk berbicara tentang kesukaan temen. Berikutnya saya mengganti lagi sikap tidak senang dengan bertanya tentang kesuksesan temen saya dalam kerja dan seterusnya. Keadaan ini membuat saya menjadi semakin baik dan bisa mempengaruhi temen saya untuk bersikap dan bertindak baik pula kepada saya.

Tulisan ini untuk memperkuat buku semangat kerja yang konsisten. 

Bayangkan air teh dalam gelas bila diisi terus dengan air putih, maka dengan berjalannya waktu air dalam gelas itu menjadi air putih. Kebaikan membutuhkan waktu dan ketekunan untuk menggantikan sikap dan tindakan yang tidak baik. Tapi sebaliknya sikap dan tindakan yang tidak baik SEGERA merubah sikap dan tindakan yang baik.
Insya Allah saya bisa belajar untuk terus konsisten melakukan sikap dan tindakan yang baik tanpa perlu respon atau pujian dari orang lain. Ini adalah hak saya untuk menjadi baik.



Besok ... apakah ada ?

 Dalam keseharian saya, penggunaan kalimat dalam berbahasa menjadi rutin diucapkan tanpa saya sadari berdampak kurang positif. Misalkan kata "besok", seperti "Besok saya kerja agak tidak tepat waktu" atau saya janji dengan temen,"Besok saya ke rumah kamu" atau ada lagi komitmen saya dalam kerja,"Besok saya tuntaskan pekerjaan hari ini". Apakah ada yang tidak benar dari kalimat saya buat dengan kata "besok" ? Sekilas kalimat itu bener.

Saya membahas kata "besok", apa yang terjadi ?

- Hari ini, misalkan Senin ... kata "besok" itu hari setelah hari ini (setelah hari Senin yaitu hari Selasa). Dalam pergaulan kata "besok" itu sering ditafsirkan bisa hari Selasa atau memang besok-besok dimana waktu tidak detail).

Dalam pikiran atau memori saya tersimpan kata "besok" saja.

- Pada hari berikutnya, hari Selasa ... pikiran yang tersimpan adalah kata "besok". Maka yang terjadi adalah pikiran memerintahkan saya untuk mengerjakan besok hari lagi yaitu hari Rabu. Tapi karena selalu tersimpan kata "besok", maka perintah pikiran saya tidak pernah bisa dilakukan, kecuali ada keterdesakan atas pekerjaan itu.

Bayangkan saat saya mengganti kata "besok" dengan kata hari yang saya maksud, misalkan kalau besok itu Selasa, maka saya berkata

"Hari Selasa saya ke rumah kamu", maka pikiran menyimpan dan pada waktunya memerintahkan apa yang saya harus kerjakan. Kalimat itu semakin detail semakin baik, misalkan "Hari Selasa, tgl 20 Agustus 2023 saya ke rumah kamu" dan semakin detail saat saya menambahkan pula waktunya, "Hari Selasa, tgl 20 Agustus 2023, Pukul 10:00 saya ke rumah kamu. Apa yang terjadi pikiran menyimpan jadwal yang detail yang pada saatnya saya diperintahkan memori untuk mengerjakannya.

Begitulah proses kerja pikiran berfungsi, otak (pikiran) memerintahkan apa yang ada di dalamnya dan tubuh melaksanakan perintah pikiran. Apa yang terjadi kalau tubuh tidak bisa menterjemahkan perintah ? Tidak ada tindakan apapun, dan selanjutnya saya melaksanakan yang telah rutin dilakukan tubuh pada waktu itu.



Saya menerapkan penggunaan kalimat positif di atas dalam buku saya "Semangat kerja yang konsisten" menggunakan kalimat positif, memang tidak 100% dapat saya lakukan. Ada beberapa kata yang belum dapat saya temukan padanan positifnya. Seperti untuk mengganti kata "masalah" atau "persoalan". Misalkan kata "masalah" saya ganti dengan "lancar", saya paham detailnya tapi belum tentu dapat ditangkap dengan baik oleh pembaca. "Tidak ada masalah" diganti dengan "Berjalan lancar", bisa jadi oke saja. Tapi saya ingin menekankan proses dalam kalimat "tidak ada masalah" adalah sebenarnya masalah dapat diselesaikan. Tetapi dalam kalimat "berjalan lancar" terasa tidak ada ungkapan tentang adanya masalah yang diselesaikan. Mengapa sih kalimat positif itu penting ? Kalimat yang ditulis dan dibaca secara langsung tersimpan dalam memori saya tanpa filter (tidak bisa ditolak). Dalam contoh di atas, yang tersimpan adalah kata "masalah" dan "lancar". Apa yang terjadi kalau kata "masalah" yang mendominasi dalam pikiran alam bawah sadar saya ? Saya cenderung berpikir tentang "masalah" dan setiap ada sesuatu menjadi beban karena kata "masalah" itu saya persepsi saya tidak sukai. Sebaliknya kata "lancar" menjadi baik buat saya. Segala sesuatu membuat saya berkata "lancar". Penerapan kalimat positif dalam buku, membuat pembaca tanpa disadari sudah memprogram pikiran bawah sadarnya. Dan ini menjadi dorongan untuk diamalkan. 

Insya Allah penjelasan dari tulisan membantu untuk memahami makna dari kalimat yang saya tulis dalam buku "semangat kerja yang konsisten". Miliki buku "Semangat kerja yang konsisten" di shopee, tokopedia, digital gramedia, goole book, atau bisa menghubungi WA 087823659247


Program pikiran dengan buku Semangat kerja yang konsisten

 Buku "Semangat kerja yang konsisten" mengupas banyak hal lain dari semangat kerja. Umumnya semangat membahas yang terpacu oleh eksternal dan internal yang kekuatannya relatif sehingga tidak bertahan lama. Semangat yang diciptakan karena satu hal, misalkan bersemangat karena uang. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah iya uang bisa menyemangati saya. Bukankah saya sendiri yang menyemangati saya sendiri, dimana uang ? Benda mati dan nilainya relatif yang tergantung persepsi saya saat ini. Saat ini saya butuh uang, maka saya mempersepsi uang itu sangat penting dan nilainya tinggi. Seolah dengan uang itu urusan saya selesai.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana saya bisa berkomunikasi dengan uang tentang persoalan yang saya hadapi ? Uang itu materi yang tidak bicara, tidak mikir dan sebagainya, kok bisa saya jadikan pendorong semangat saya ? 

Dan berikutnya adalah saat saya tidak mendapatkan uang sesuai harapan. Apakah uang juga dapat menambah semangat saya ? Seringnya saya kecewa dan bisa juga menurunkan semangat saya. Semua tentang uang adalah bukanlah penyemangat, karena uang itu hasil yang saya harapkan dan tidak bisa memberi apa-apa kepada semangat saya. Pemantik bisa saja dan tidak memberi energi apa-apa. Semangat itu tergantung diri saya sendiri.

Buku Semangat kerja yang konsisten BUKAN saja untuk karyawan atau pelaku usaha. Tetapi Semangat kerja ditujukan kepada siapa saya yang segera beraktivitas. Bisa pelajar/mahasiswa, guru, dokter, atau ibu rumah tangga. Maka semangat kerja berganti semangat beraktivitas yang konsisten. Ingin merubah perilaku menjadi baik ? Perlu semangat beraktivitas yang konsisten agar perilaku baik itu menjadi kebiasaan dan karakter.

Penyajian buku semangat kerja yang konsisten berbeda dalam bahasanya. Bahasa yang digunakan adalah bahasa positif, dan sangat minimal menggunakan kata tidak positif. Misalkan sakit menggantikan tidak sehat. Dampak dari penggunaan bahasa positif ini ikut memberi kontribusi kepada pikiran (alam bawah sadar) positif sehingga dapat mendorong saya untuk melakukannya.

Untuk lebih jelas uraian di atas ada di dalam buku "Semangat Kerja yang konsisten" berikut ini

Praktekkan kalimat positif dan rasakan hal berikut ini :
Saya yang biasa mengucapkan "akan", saya ganti "Insya Allah". Awalnya saya hilangkan kata "akan" sudah membuat kalimat menjadi lebih optimis, sebagai muslim saya menggunakan kata "Insya Allah" membuat saya semakin meningkat imannya dan optimisme dengan selalu bergantung kepada Allah.
- Saya akan berangkat ke Bandung besok pagi (hari selasa)
saya bisa juga menghilangkan sama sekali kata akan menjadi kalimat berikut :
- Saya berangkat ke Bandung hari Selasa.
kalimatnya saya ganti dengan kalimat berikut 
- Insya Allah saya berangkat ke Bandung hari Selasa

Lakukan kalimat positif ini sesering mungkin dan koreksilah saat berucap kata "akan". 

Inilah yang membedakan buku "Semangat kerja yang konsisten" yang membawa pembaca melakukan pemrograman alam bawah sadar tanpa disadari.

Insya Allah buku "Semangat Kerja yang konsisten" memberi inspirasi dan dorongan menjadi semakin baik dalam beraktivitas/kerja.




Emang ada buku untuk semangat ?

 Buku tentang semangat kerja banyak beredar di marker place dan beberapa toko. Sebagian membahas bagaimana cara menemukan semangat dari memperkuat dari tujuan.

Buku berikut ini mengulas yang sedikit berbeda dari yang ada, membahas semangat yang tidak perlu dicari, tapi semangat yang dapat bangkit dengan cara meningkatkan keyakinan kepada yang memiliki semangat itu.

Tidak hanya itu aja, buku ini memaparkan pilihan untuk bersemangat. Ada satu semangat kerja yang bisa konsisten dibahas dalam buku ini. Buku "semangat kerja yang konsisten" diawali dengan ebook dan sekarang sudah terbit dan berISBN sehingga memudahkan untuk membacanya. Dipasarkan lewat digital gramedia, google book, tokopedia, shopee dan lainnya

http://wa.me/c/6287823659247






Investasi yang murah hanya Rp 76.000


Tidak mudahnya berpikir positif

Saya sudah membaca tentang berpikir positif dari berbagai buku, dan ada pula nasehat dan sebagainya. Yang menjadi pertanyaan adalah "bagaimana caranya ?" Kok saya merasa belum mampu berpikir positif untuk terus-menerus. Kalau hanya sekali dan dua kali, saya merasa bisa. Bahkan dalam proses berpikir positif itu selalu ada respond dari luar yang tidak menghambatnya yang tertuju kepada emosional saya. Ada kalanya saya bilang begini,"harusnya dia yang berpikir positif dulu".

Sampai kapan hal seperti di atas terjadi terus ? Artinya saya tidak bisa berpikir positif dan efeknya saya tidak semakin baik hari ini. Lalu ? Bagaimana kalau saya berpikir tidak positif ? Mestinya boleh saja. Tapi akibatnya itu yang bikin saya tidak tahan dan membuat saya semakin tidak nyaman. Respon orang lain menjadi semakin membuat hubungan semakin jauh. Misalkan hal kecil di rumah saja, rumah yang tidak bersih. Pastilah ada yang tidak senang, lalu dengan perkataan yang ringan hanya,"tolong dibantu bersihin ya". Apa yang ada dibenak saya ? lalu muncul pertanyaan bukan mengerjakannya, Kok saya ? dan dilanjutkan "dilanjutkan aja sekalian". Antara ya dan tidak. Mau, tapi malas atau nggak mau tapi tidak bersih dan tidak nyaman. Dalam wawasan ilmu agama, saya paham kebersihan itu bagian dari iman. Apakah hanya sebatas ilmu saja ? harusnya saya mengamalkan ilmu itu dengan beramal yaitu membersihkan dan sekaligus merapikannya. Apa yang terjadi ? Belum tentu terjadi apa-apa. Begitulah perjalanan tidak mudah berpikir positif yang dilanjutkan dengan amal positif/baik (amal saleh).

Perhatikan selanjutnya, kalau saya tidak kerjakan maka reaksi lanjutan semakin tidak positif dengan sikap yang lebih tidak baik. Ada konflik dan terjadi hubungan yang kurang harmonis dengan persepsi tidak baik terhadap saya. Lalu ? lihatlah apa sih yang saya inginkan sebenarnya ?

Saya pasti ingin bersih, saya ingin banget mendapatkan kebaikan dari perbuatan saya, saya ingin pula menjadi teladan bagi semua. Semua keinginan itu hanya bisa terwujud jika saya yang melakukannya sendiri. Kok gitu ya ? Emangnya bersihin itu menghabiskan waktu tidak sedikit ? Pastinya waktu membersihkan itu tidak banyak dan sama waktunya saat saya mengerjakannya dengan terpaksa, tapi hasilnya berbeda. Saya yang membersihkan, Allah melihatnya langsung, dan saya pula yang mendapatkan kebaikannya. Jadi saya mesti bersemangat diberi kesempatan Allah oleh orang di rumah untuk beramal saleh. Amal saleh lebih mudah ditindaklanjuti setelah saya memiliki ilmu dan bisa berpikir positif. 

Sudah berilmu positif, sudah bisa berpikir positif dan kesempurnaan itu hanya untuk Actionnya (amal salehnya aja). Waktu tidak pernah kembali, jadi saya mesti senang untuk mengambil kesempatan dari Allah itu dalam hal apa saja. Bukankah Allah memberi kesempatan sesuai kemampuan saya dan Insya Allah saya bisa. Untuk meluruskan jalan berpikir positif itu mesti tenang agar reaksi positif saya tidak dikuasai oleh perasaan atau emosional saya, yang cenderung mengalihkan semua hal positif menjadi tidak positif.

Saya menghindari dari reaksi cepat atas segala hal, karena disinilah akal sehat saya  belum berfungsi. Saya tenangkan diri dan selanjutnya segera mengambil kesempatan untuk meneruskan sikap dan berpikir positif. Dalam contoh ini, Bismillah dengan amalan membersihkan dan merapikan. Insya Allah kebaikan itu hadir berupa semangat, energi dan respond positif dari orang lain.

Saya berhati-hati dengan apa yang saya sudah bisa saya lakukan. mengapa begitu ? Saya khawatir,"tersanjung" sehingga nilai kebaikannya tidak saya dapatkan lagi. Saya terus memelihara pikiran positif itu dengan beramal positif lagi sehingga saya tidak hanya berpikir positif saja, tapi berpikir positif yang diikuti tindakan positif.

Bayangkan satu hal saja dapat memberi banyak kebaikan, bagaimana dengan dua, tiga dan empat dan seterusnya. Tak terbayangkan oleh saya, saat saya berpikir positif terus ... Insya Allah menjadi berkah.



Buku Semangat kerja yang konsisten

 Miliki buku "Semangat kerja yang konsisten" agar Anda dapat menikmati kerja yang berujung kepada akhir dari keinginan Anda.



Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...