Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Kepada siapa saya mengeluh ?

Mengeluh ? Semua orang mengalaminya. Saat ini dalam era media sosial. lebih mudah untuk melihat orang itu mengeluh dari status atau tulisannya di media sosial. Bisa langsung mengeluarkan keluhannya atau menuliskannya yang baik sebagai ungkapan keluhannya. Memang media sosial dipakai untuk mengungkapkan keluhan atau curhat mereka agar perasaannya menjadi lebih lega. Tapi isi keluhan atau curhat itu membuat yang membaca tidak tahu makna yang sebenarnya. Untuk siapa pun kita tidak tahu. Akhirnya memunculkan banyak prasangka tidak baik dan beberapa orang tidak menyukai hal seperti ini. Keluhan itu pun membuat aib kita sendiri dan ada pula orang yang memutuskan diri dari pertemanan (silaturahmi). Jadi banyak keburukannya daripada kebaikan. Yuk hindari untuk mengeluh atau curhat di media sosial, kalaupun ada mari bersikap mendiamkan tanpa membalas (tidak ditanggapi) agar perlahan menjadi berkurang mengeluhnya atau curhatnya.

Seorang karyawan yang sering bertemu beberapa orang yang selevel (senasib) dan merasa nyaman berkomunikasi memunculkan sikap saling percaya sehingga menjadi tempat mengeluh dan curhat. Keluhan itu dianggap masalah awalnya, tapi sebenarnya adalah mengungkapkan aib diri sendiri. Temen kita hanya bisa menjadi pendengar yang baik, itulah yang kita harapkan, karena belum tentu temen kita itu memiliki solusi. Atau kita bisa mencurahkan keluhan kita kepada "atasan" atau orang yang dianggap mampu. Keluhan kita hanya dimanfaatkan untuk keuntungannya. Tahu aibnya dan memberikan ala kadarnya solusi yang juga menguntungkan "atasan" kita.

Mengeluh kepada pasangan dan keluarga masih lumayan, karena merasakan hidup bersama. Tetapi sekali lagi tidak semua bisa membantu karena memang tidak yang ada tahu tentang kita adalah kita sendiri dan Allah. Solusi terbaik adalah menahan untuk mengeluh,  karena manusia itu 

Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. (QS. [70] Al-Ma'arij : 19

Kecuali mereka yang beriman, bersabar ketika ada masalah dan bersyukur ketika mendapat nikmat. Salah satu bersabar adalah mengendalikan keluhan atas masalah yang kita hadapi, menerima dengan ikhlas masalah dan mencari petunjuk Allah untuk menyelesaikan masalah kita. Lanjut dengan doa dan mengamalkan petunjuk Allah.



Kalaupun tetep ingin mengeluh agar perasaan menjadi lega, mulailah berpikir seperti nabi Ayub AS.yang diuji dengan sakit. "Saya baru merasakan sakit ini 15 tahun, sedangkan mengalami sehat lebih dari 15 tahun, Engkau yang rahman ya rahiim".

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (QS. [21] Al-Anbiya' : 83)

dan sudah seharusnya kita mengeluh kepada Allah, karena kita percaya dengan sepenuh hati hanya kepada Allah. Tuhan yang Esa, Tempat kita bergantung segalanya, Dia yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tiada yang setara denganNya. Orang yang kita keluhkan saja mengeluh kepada Allah.


Dia (Yakub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. [12] Yusuf : 86)

Begitulah seharusnya kita mengeluh hanya kepada Allah, Insya Allah kita diberi petunjuk dan diberi pertolongan dari sisi Allah. Kita tidak hanya mengeluh kepada Allah, barengi keluhan itu dengan ibadah yang tulus (sabar dan shalat), banyak mengingat Allah dan berbuat baik kepada orang lain. Banyak membantu orang yang kesusahan, maka Allah bantu kesusahan kita dan menutupi aib/kesalahan orang lain agar aib/kesalahan kita dimaafkan dan diampuni Allah. 

Mengulang pikiran yang sama

Mengulang pikiran yang sama, maksudnya saya suka mengulang cara berpikir yang sama dan sudah tahu ada yang tidak pas. Tidak pas itu mengarahkan saya tidak melakukan apapun atau melakukan yang salah lagi. Hal sederhana, banyak orang makan pada waktunya padahal masih kenyang. Cara berpikir ini bukan perkara logika tapi nafsu (emosional). Tetep aja kita makan walaupun ala kadarnya ... selanjutnya makan beneran. Cara "berpikir" ini adalah salah tapi dilakukan juga. Akibatnya badan menjadi tidak sehat, baru sadar setelah merasakan badannya sakit atau tidak nyaman. Disisi lain, bagi mereka yang sibuk kerja, cara berpikir untuk menyelesaikan pekerjaan jauh lebih penting daripada makan. Saat waktu makan tiba, tetep mereka tidak makan. katanya,"tanggung makannya nanti saja". Cara berpikir seperti inipun tidak bener, bisa mengakibatkan stress dan sakit. Setelah itu barulah kita sadar dan tidak ingin mengulangnya lagi. Yang lebih heboh lagi adalah kita tahu solusinya tapi tidak dijalankan dengan bener.

Bagaimana jika kita mengimajinasikan keinginan, kita pengen meraihnya. Tapi apa yang terjadi ? Pada saat itu pula kita berpikir tentang ketakutan tidak bisa diwujudkan karena banyak hambatan. Sepertinya cara berpikir seperti ini sudah jadi paket, ada keinginan maka ada pula pikiran negatif yang menghambat. Apakah kita tahu ? Sudah berulang kali, masak sih kita tidak tahu ? Kita tahulah itu berujung kepada tidak melakukan apapun terhadap keinginan kita atau kita melakukan kesalahan yang berulang. Sekali lagi, kita sudah tahu harus berbuat apa. Boleh dong kita berpikir tidak seperti biasanya, setiap ada keinginan tidak dilanjutkan dengan berpikir hambatannya tapi fokus bagaimana cara mewujudkan keinginan. Misalkan kita pengen bepergian ke rumah saudara, jangan berpikir negatif,"takut ngga ada dirumah" atau "apakah saudara saya ada waktu" dan sebagainya. Keinginan untuk bepergian ke rumah saudara, maka terus berpikir menaiki kendaraan dan jalan. Kalau pun hujan, maka tinggal pake jas hujan dan terus jalan. Akhirnya kita sampai di tujuan. Yuk ubah cara berpikir kita selama ini sangat serius memikirkan hambatannya daripada memikirkan bagaimana cara mewujudkan keinginan kita. Nggak usah dipikirin aja hambatan itu pasti ada, jadi fokus melangkah dan sikapi hambatan agar fokus kita semakin tajam

Bagaimana keinginan saya kerja yang bener ? Hilangkan pikiran negatif dan gantikan dengan pikiran positif, kerja yang bener itu mesti disiplin. Tapi apakah saya bisa bangun pagi dan berangkat kerja lebih awal ? Singkirkan pikiran ini. Tidurlah lebih awal dan dibantu alarm HP, Insya Allah saya bisa bangun pagi. Lanjutan berpikir positifnya adalah mandi dan sarapan, lanjut berangkat kerja. Sampai di kantor lalu mempersiapkan diri untuk siap kerja dan seterusnya. pasti ada masalah seperti jalanan macet, nggak masalah sebetulnya karena berangkat lebih pagi. Yang masalah adalah perasaan saya yang nggak enak (nggak tenang). Sikapi masalah ini dengan banyak zikir dan bila perlu dengerin musik. Maka macet bukan lagi masalah, bisa saya lewati. Begitu juga dengan hambatan yang ada, sebenarnya hanya ingin mengajak saya berpikir semakin bener.

Kesimpulannya ... perhatikan cara berpikir kita selama ini. Kalau sudah tahu salah atau tidak memberikan kebaikan kepada kita, maka tidak perlu diulangi lagi. Sekali lagi, saat kita harus makan, maka makanlah secukupnya dan lanjutkan kerja. Saat kita kerja dan sudah waktunya makan, maka makanlah. Apapun masalah yang muncul setelah kita makan, maka sikapi dengan bener aja. Saat ada keinginan yang lebih baik, maka berpikirlah untuk mewujudkannya. Adapun hambatan dan masalah yang muncul tinggal disikapi dengan bener aja. 



Saat kita sudah bisa berpikir yang bener, maka cara berpikir itu bisa kita ulangi untuk hal yang berbeda. Insya Allah banyak yang bisa kita dapatkan dan menemukan ilmu yang baru yang sangat berguna menghadapi kerja dan kehidupan kita berikutnya.  



Semoga kita selalu dilimpahkan ilmu dan kesadaran untuk berpikir lebih baik tidak dengan nafsu (perasaan) dan dibimbing oleh hati,



IYA Sampaikan satu ayat

Pesan "Sampaikan walaupun satu ayat" sering saya denger, bahkan selalu tampil di salah satu aplikasi Android terkenal . Tak rasa kadang-kadang saya terapkan dan kadang biasa aja. Secara tersurat adalah menyampaikan kebaikan, amar ma'ruf nahi mungkar. Berharap berbuat kebaikan untuk mencegah keburukan. Kadang pesan "Sampaikan walaupun satu ayat" menjadi alasan saya untuk mengajak orang kepada kebaikan, bisa jadi yang saya ingat memang ayat itu.

Saya sering menyampaikan pesan "sampaikan walaupun satu ayat" tidak dengan sungguh-sungguh, sama halnya kita menasehati orang lain dengan kalimat sabar dan sebagainya. Kok nggak sungguh-sungguh ? Karena kita hanya menyampaikannya di saat itu, setelah kita tidak peduli. Misalkan saya dititipkan pesan dari saudara untuk orang yang saya temui, Apa yang saya lakukan ? Saya mesti tahu banyak tentang pesan itu agar waktu disampaikan dapat diterima dengan jelas dan dipahami untuk dijalankan. Ada pemahaman yang cukup tentang pesan yang disampaikan, amanah dari pemberi pesan yang mesti dipertanggungjawabkan, menyampaikan pesan dengan bener di waktu yang tepat agar dipahami, dan terakhir berdoa untuk dijalani sesuai pesan. Ini pesan dari manusia, ada yang saya sampaikan dan terkadang lalai menyampaikannya juga. Atau ada kalanya saya menyampaikannya seadanya, "yang sudah disampaikan". Saatnya saya mulai memahami makna pesan di atas. Allah ingin saya menjadi bagian dari dakwah Islam kepada siapa saja, dengan bagian dari dakwah itu saya didorong bisa beramal saleh. Masak sih saya nggak mau dititipkan Allah pesan untuk siapa saja ?

Iman dan ilmu : Pesan "Sampaikan walaupun satu ayat" BUKAN menyampaikan kalau ada dan mau, tapi sebenarnya Allah ingin saya membaca dan memahami ayat Al Qur'an minimal 1 ayat sehari, lalu dipraktekkan dan disampaikan kepada orang lain lewat langsung atau tidak langsung melalui media sosial. Saya mulai terbuka untuk memahami pesan "Sampaikan walaupun satu ayat":

1. Saya mesti mengenal Allah lebih lengkap agar merasa berkewajiban untuk menyampaikan pesanNya.

2. Allah mengajak saya untuk memahami satu ayat demi satu ayat, berat nggak ? Al Qur'an itu mudah dan tidak membuat saya kesulitan (Thaha, 20 : 2 - 3). Bandingkan setiap hari saya  bisa membaca medsos lebih dari 30 menit/hari. 

3. Yang pasti saya berusaha mengamalkan ayat-ayat Allah agar dalam menyampaikan pesan ayat tersebut sudah merasa yakin.

4. Menciptakan kesungguhan dalam menyampaikan pesan sebagai peringatan bagi orang lain dan tidak memaksakan kehendak.

5. Mengingatkan kembali pesan jika ada yang belum dikerjakan.

Yakin : Saya tidak perlu repot lagi dalam menjalankan amanah Allah lewat pesan "sampaikan walaupun satu ayat", karena ini semua memberi kebaikan pada diri saya sendiri. Saya menyakini Allah, saya memahami petunjuk yang mau disampaikan, saya mengamalkannya dan menyampaikan kepada orang sebagai amal saleh saya. Saya percaya dan beriman kepada Allah dan saya pun yakin tanpa ragu menjadikan Al Qur'an petunjuk hidup yang bener. Pesan menyampaikan pesan dari Allah mesti konsisten agar hambatan yang saya alami dapat ditemukan pada pesan (petunjuk) berikutnya.

Amalkan : Menulis tulisan ini sudah mengingatkan saya untuk banyak belajar dan menyempurnakan amal. Saya ingin menyampaikan petunjuk Allah "Al Qur'an itu diturunkan oleh Allah yang menciptakan alam semesta termasuk diri saya sendiri BUKAN untuk kesulitan hidup saya, tapi memudahkan perjalanan hidup saya. Dan juga sebagai peringatan bagi mereka yang takut kepada Allah" (Surah Thaha, 20 : 2 - 3).

Untuk itu mari saya dan Anda membaca Al Qur'an, terjemahan dan tafsirnya, MUDAH dan memudahkan kita dalam hidup. kalau berat berarti masih ada yang menghalangi kita. Maka berlindunglah kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk. MUDAH dan Memudahkan itu meringankan saya untuk memahami dan mengamalkan Al Qur'an sesuai kebutuhan dengan mencari kata kuncinya. Insya Allah kita diberikan petunjuk di hati ini untuk memahami Al Qur'an.


Insya Allah kita dimudahkan dan dilancarkan meningkatkan keimanan kita.

Kok mau marah sih ?

Kok mau marah sih ? Itulah yang sering dialami banyak orang termasuk saya. Kayaknya jarang ada yang tidak pernah marah. Siapa ya ? Pastilah semua orang pernah marah atau emosi. Terus ada yang bilang,"15 menit marah berarti kehilangan kebahagiaan 15 menit". Sebenarnya orang marah itu sudah tidak bahagia, tapi setelah marah juga bikin tidak bahagia. Marahnya sih 15 menit tapi ngedumelnya bisa 60 menit hingga 1 hari kebawa terus dalam emosi dan pikiran kita. Jadi bahaya marah itu bukan sekedar 5 menit tapi dampaknya masih marah sekian jam kemudian. 5 menit marah 60 menit hilang kebahagiaan.

Kalau marah itu ada dan tidak mudah dihilangkan, maka seharusnya kita tidak perlu pedulikan. Marah ya marah aja, abis itu selesai. Ada yang marah bisa seperti itu, tapi dimarahin tetap aja mikirin dan emosi berkepanjangaan. Sebenarnya orang marah itu mengharapkan keinginannya dijalani oleh orang lain, atau paling tidak yang dimarahi mesti mengerti dan memahaminya. Apakah kita bisa mengajak atau mengubah orang lain mengikuti apa yang kita inginkan ? Mungkin bisa dan sesuai juga dengan orang lainnya. 100% pasti tidak bisa, maka marah itu tetep ada.

Beberapa faktor yang bisa mengurangi marahnya kita, Pertama dimarahin juga orang tidak berubah. Apakah cara marah itu solusi ? Sedangkan marah itu merusak kesehatan kita sendiri. Lalu ajarin aja dan ajak orang lain itu mengerjakan apa yang kita mau dengan santun. Tapi udah diajarin berkali-kali tetep aja bikin marah. Marah itu tanda kita tidak mampu menguasai diri kita sendiri untuk mengerjakan apa yang kita inginkan terjadi. Bertanyalah kepada diri sendiri, apakah kita sudah memberitahu dan mengajarkan dengan santun dan detail sesuai kemampuan orang lain itu ? kalau sudah artinya tercapai kesepakatan dan marah itu terhindarkan. Tapi kalau belum paham, maka kita yang introspeksi diri untuk terus melakukan komunikasi agar penjelasan kita dipahami dengan bener dan pasti kita wajib kontrol step by stepnya agar dikoreksi.

Faktor kedua adalah tidak ada orang yang sempurna, jangan asal salah dimarahin. Bukankah kita juga pernah dimarahin orang lain juga. Berempati kepada orang yang dimarahin, logika atau pesan marahnya itu baik, tapi perasaan yang dimarahin terluka. Disinilah logika apapun yang baik kalah dengan perasaan yang terluka, orang yang dimarahin pasti membela diri dan melawan agar dirinya menjadi aman. Tanpa empati, maka marah itu berseri dan tidak pernah selesai. Padahal hati kecil kita tidak ingin marah.

Alih-alih fokus untuk tidak marah, apakah nggak sebaiknya kita mengambil sikap yang berbeda ? Apa itu ? Kalau marah itu terjadi, maka dengan berani dan ikhlas kita meminta maaf dan memperbaiki diri. Dengan meminta maaf kepada yang dimarahin, bisa mengobati perasaan yang terluka. Apalagi kita berani memperbaiki diri menjadikan orang lain respek kepada kita. Seiringnya waktu sikap di atas membuat kita tidak sering marah lagi.

Pesan yang sering diucapkan saat orang marah adalah "sabar, sabar". Sabar itu urusan hati BUKAN perasaan/emosi kita. Ucapan sabar itu lebih baik dilakukan oleh yang dimarahin, yaitu tidak panik dan merespon juga dengan marah. Sabar itu mengajak kita empati dengan marah bahwa ada keinginannya yang tidak sesuai. Maka meminta maaf kepada yang marah adalah jalan terbaik dan segera memperbaikinya.

Alangkah indahnya jika saat ada yang marah, kita yang dimarahin berani meminta maaf dan berani memperbaiki diri. keadaan ini bisa mengubah perilaku orang yang marah, syukur-syukur bisa diikuti yang marah juga dengan meminta maaf dan memperbaiki diri. Jika kita marah 5 menit, maka selebihnya kita bisa bahagia. Karena kita mengerjakan kebaikan dengan meminta maaf dan memperbaiki diri, sikap dan perilaku ini disenangi oleh Allah. 


Anda ingin menambah wawasan dan ketrampilan untuk bersemangat dalam kerja, e-Book saya hadir untuk itu. Hanya dengan Rp 50.000 saja Anda mendapatkan e-Book dan e-Book pendampingnya serta siap dibantu pendampingan dalam menemukan semangat kerja yang konsisten.

Hubungi sekarang WA 081310737352
 


Katanya mau menulis

Katanya mau menulis, kok belum ada juga tulisannya ? Saya mau nulis apa ? Saya nggak ada ide, dan kalau pun ada ide, rasanya idenya nggak menarik. Yang menjadi pertanyaan, kok saya sudah memutuskan bahwa idenya tidak menarik sehingga tulisannya tidak ada. Inilah hambatan terbesar banyak orang dimana belum ada tulisan sudah dihakimi sendiri. Bagaimana ide itu tidak menarik, sedangkan tulisan itu belum dibuat dan belum dibaca ?

Katanya mau menulis, tulis aja. Bersyukurlah jika ada yang protes, itu artinya tulisan itu dibaca. Ada ketidaksesuaian apa yang saya maksudkan dalam tulisan dengan orang yang membaca. Tanggapi saja dengan senang untuk menulis lagi. Sebaliknya ada tulisan yang tidak ada protes, bisa jadi tulisan itu belum ada yang baca.

Buatlah sikap bahwa menulis itu BUKANlah perlombaan, jadi jangan pernah khawatir untuk kalah. Setiap tulisan berbeda dan memiliki keunikan tersendiri. Saya "berlomba" dengan diri saya sendiri untuk bisa menulis, Anda "berlomba" dengan Anda sendiri untuk bisa menulis. Jangan pernah membandingkan dengan orang lain. Menulislah terus ... membuat kita semakin senang dan sehat.

Jika dalam menulis aja seperti hal di atas, maka bisa jadi persoalannya sama dengan aktivitas lain. Bagaimana kita ingin berdagang/berbisnis ? Apakah ada ketakutan dengan kegagalan ? Ya. Padahal gagal itu menunjukkan kita tidak melakukan apa-apa. Berdagang/berbisnis adalah menjalankan usaha unik yang kita miliki untuk memberikan solusi kepada banyak orang. Tidak ada yang sama dalam berdagang, sekalipun yang dijual produknya sama. Pasti ada pelayanan yang berbeda, lokasi yang berbeda, konsumen yang berbeda ... bahkan bahasa agamanya, rezeki kita tidak sama alias tidak tertukar satu sama lain. kegagalan kita karena kita sudah menyakini kita gagal. Dagangnya takut tidak laku dan sebagainya. 


Hal yang sama juga terjadi dalam kerja, banyak orang merasa bahwa nggak perlu kerja yang luar biasa. "ntar juga dicuekin" dan sebagainya. Apalagi hasilnya belum jelas. Kondisi ini membuat orang hanya bekerja dengan cara-cara yang sama. Tidak ada keinginan menjadi semakin baik, hanya menjalankan perintah atasan. Tidak ada produktivitas dan hidupnya sama sepanjang tahun. 


Katanya mau menulis atau kerja atau berbisnis ... jalani aja. kalau belum ada yang membaca tulisan kita, tulislah lagi. kalau belum ada yang merespon kerja kita, maka kerja lagi. Demikian juga dengan berdagang, kalau belum ada yang beli, maka jual lagi. Kita tidak pernah tahu kapan dibaca tulisan kita, dihargai kerja kita, dibeli produk kita, tetaplah meningkatkan semua itu semakin baik.



Referensi sukses

Selamat pagi, semoga kesejahteraan dan keselamatan bagi semua. Tulisan saya hari ini merenungkan perjalanan menuju kesuksesan dalam kerja. Yang pasti semua dimulai dari mencari kerja dan meneruskan kerja tersebut semakin baik. Apakah saya tahu caranya sukses ? Saya hanya berpikir untuk sukses adalah menjalani pekerjaan yang baik, mengikuti dengan bener dari atasan dan memiliki disiplin yang tinggi. Sampai saat ini kesuksesan itu belum menunjukkan hasil ? Apakah ada yang tidak tepat yang jalani ? Ada yang bilang pasrah aja, atau kerja saja terus sambil beribadah dan doa.

Yang serius memperjuangkan kesuksesannya, ada yang terus belajar dari berbagai buku dan seminar, berguru kepada motivator, atau mengikuti cara-cara orang sukses. Berhasil nggak ? Ya belum, dan kata manis yang memanjakan kita adalah "sabar, nanti juga berakhir manis" atau "bukan kegagalan tapi sukses yang tertunda" atau "semua berproses dan indah pada waktunya". Jika diperhatikan bahwa orang yang sekarang sukses, dulunya tidak tahu cara yang dilakukannya itu bisa mengantarkan kesuksesan. Atau buku sukses serta seminar cara cepat untuk sukses itu hanya mereferensi kepada cara-cara yang bener (umum) bagi semua orang, misalkan sukses itu diraih dengan motivasinya atau orang sukses itu disiplin dan sebagainya.Bagaimana saya yakin bahwa apa yang saya lakukan saat ini bisa bikin sukses ? Memang usaha yang terus-menerus saya lakukan adalah sebuah kewajiban menuju kesuksesan.



Bagi seorang muslim sudah diberikan atau disampaikan Al Qur'an, kitab yang menjadi penuntun hidup di dunia dan di akhirat. Percayakan ? Ya pasti percaya. Kesuksesan yang ingin saya raihpun sudah terdapat di Al Qur'an yaitu orang yang beruntung yaitu orang yang sukses dan bahagia di dunia dan di akhirat. Mengapa kita tidak memahaminya ? Bisa jadi saya percaya dengan Al Qur'an tapi saya kurang pede Al Qur'an sebagai cara untuk meraihnya. Padahal kesuksesan itu atas izin Allah, ada orang biasa saja bisa sukses, dan ada pula orang yang sekolah tinggi belum sukses. Kalau sukses itu karena sekolah tinggi , maka orang yang punya uang dan bersekolah tinggilah yang bisa sukses. Atau sukses itu karena kekayaan, maka orang paling kayalah yang pasti sukses. Ternyata tidak seperti itu. Tidak ada juga formula baku untuk orang sukses. Setiap orang memiliki kesuksesannya masing-masing dan bergantung ridhonya Allah atas apa yang dikerjakannya.



Saat ditanya kepada motivator, apakah saya bisa sukses dengan memiliki motivasi Anda ? Sang Motivator tidak menjamin. Sama halnya dengan penulis buku yang sukses. Bagaimana jika saya tanyakan kepada yang menurunkan Al Qur'an ? Jawabnya Allah memberikan kesuksesan asal saya bener-bener menjalani cara yang Allah berikan (petunjuk dalam Al Qur'an). Sekarang mengapa saya tidak yakin dengan hal ini ? Inilah persoalannya, karena iman saya belum sepenuhnya yakin tanpa ragu. 

AL Qur'an di depan mata, bagaimana saya mau yakin jika saya belum membaca dan memahaminya. Kuatkan diri saya untuk bener-bener untuk memahami Al Qur'an dan mengamalkannya dan BUKAN sekedar membaca untuk mendapatkan kebaikan. Berat nggak sih membacanya ? Allah menyakinkan saya bahwa Al Qur'an itu mudah (bukan untuk membuat saya kesulitan) dalam Thaha 20:2. Dengan kecanggihan sekarang yang serba digital, semua tersedia dengan terjemahan dan tafsirnya. 

Semua yang ada di atas bum dan di bawah langit adalah milik Allah, termasuk diri saya sendiri milik Allah. Apa yang ada dalam pikiran dan keinginan saya pun milik Allah. Maka tentunya Allah memiliki kekuasaan untuk mengatur semuanya. Sudah sepantasnyalah saya berserah diri dengan mengikuti apa-apa yang Allah telah turunkan dalam Al Qur'an. Bismillahirrahmanirrahiim.

Munir Hasan Basri, WA 081310737352

Trainer dan Writer



Mulailah membaca atau mendengarkan Al Qur'an

Tulisan kali ini membahas pesan yang disampaikan Al Qur'an untuk saya pahami. Membaca saja udah bagus, mendengarkan suara Al Qur'an untuk meraih rahmat, dan berani memahami dan mengamalkannya adalah amal saleh yang Allah izinkan.
Saya hanya menyampaikan dalam bentuk video untuk didengarkan beberapa dari ayat Al Qur'an dengan terjemahannya, ingin menghafalnya tinggal mengikutinya berulang-ulang, ingin membacanya langsung lihat Al Qur'an, Saya pun melengkapi pesan ini dengan tafsir dari Kemenag dan Ibnu Katshir.
Saya memulai dari surat Thaha, surat 20 ayat 2 -3 :
Berikut tafsir ayat di atas :










Insya Allah dilimpahkan petunjuk di hati untuk selalu ingat Allah dengan mengamalkannya. Aamiin


Magic Word Nggak bosen

Dalam keseharian saya kerja, hampir 80% mengerjakan hal yang sama. Misalkan datang pagi dengan melakukan finger print, memulai pekerjaan dengan mengecek pekerjaan yang belum diselesaikan dan apa yang mesti dikerjakan hari ini. Bertemu dengan rekan kerja yang sama setiap hari. Kepikiran nggak sih bikin bosen" ? Kok yang saya kerjain itu-itu aja dan tetep saya lakukan. Bagaimana dengan produktivitas kerja ? Tidak lebih baik.

Bosen kerja atau rutinitas kerja menjadi "berat" untuk dijalani, mungkin hal itu kerja ringan. Karena mengerjakan hal yang sama dengan cara yang sama, maka tidak ada peningkatkan kualitas (produktivitas) dari pekerjaan tersebut. Begini terus ? Pertanyaan ini cenderung mengantarkan saya kepada jawaban untuk tidak "begini terus", artinya da semangat untuk menjadi semakin baik. Tapi kan memang begitu-begitu aja kerjaannya.


Perhatikan orang lain, kok masih bisa sibuk dengan pekerjaannya ? Ada aja yang menarik untuk dikerjakan agar tidak bosen. Bayangkan jika saya mengerjakan dengan cara yang berbeda :

1. Melakukan dengan cara yang berbeda yang bisa jadi ilmunya tetep sama. Mengapa tidak ?

2. Melakukan dengan ilmu yang berbeda, tentu caranya pun berbeda. Sikapi aja semua itu membuat saya tertarik melakukannya.

3. Memotivasi saya mengerjakan pekerjaan itu dengan motif yang berbeda.

4. Memberikan pekerjaan itu sebagai kebaikan buat orang lain agar mereka seneng.

5. Menyikapi pekerjaan itu dengan hal baik yang bisa saya kerjakan.

6. Menciptakan suasana hati yang menyenangkan agar bisa mengerjakannya dengan seneng.

7. Atau mengajak orang lain kerja bersama saya agar nilai pekerjaannya semakin kaya.


Yakinlah bahwa ada banyak cara untuk bisa produktif dalam kerja, bosen itu mengarahkan saya kepada malas kerja (maker) sebagai pilihan yang nyaman bagi diri saya. BUKAN pilihan yang menjadikan semakin baik.

"Sehari mengerjakan hal yang sama dengan cara yang sama, sama dengan kehilangan 1 hari untuk menjadi lebih hebat". 



Hamba yang tak tahu diri

Dalam beberapa ayat di dalam Al Qur'an ditemukan banyak kata "tidakkah kamu bersyukur ?" Bersyukur bukan perkaran berterima kasih dengan mengucapkan Alhamdulillahirrabbilalamin. Perhatikan Allah menciptakan saya dengan pendengaran, penglihatan dan hati agar saya bersyukur. Tentu saya mesti bersyukur dengan menggunakan pendengaran saya, buat apa ? mendengarkan ayat-ayat Allah yang dikumandangkan atau disampaikan secara tersirat dalam hidup ini. Begitu juga penglihatan saya mesti melihat dan membaca ayat-ayat Allah, dan hati yang mesti dibiasakan untuk memahami dengan bener. Sudahkah saya bersyukur ?

Saya tidak bersyukur tidak mempengaruhi kekuasaan Allah, tapi yang sebenarnya rugi adalah saya. Saya ingin berhasil, ingin sukses, ingin bahagia. Apakah saya tahu caranya ? Apakah saya bisa mengerjakannya agar tercapai ? Begitulah saya yang dididik dengan ilmu untuk meraih apa yang saya inginkan dan Allah adalah yang membantu saya. dengan kondisi ini Allah pun masih sayang kepada saya, Allah ingin mewujudkan keinginan saya tercapai, Allah ingin membantu saya untuk memudahkan saya meraihnya dan yang pasti Allah juga selalu memanggil saya agar ingat kepadaNya, serta Allah pun memiliki resep sukses buat saya.

Allah dekat dengan saya, tapi saya merasa jauh. Setiap hari Allah memanggil saya 5 kali sehari dengan panggilan kemenangan (azan), Allah memberi saya semangat setiap bangun pagi, Allah mengizinkan ilmu buat saya bekerja, Allah kasih kesehatan dan banyak nikmat lagi yang tidak saya bisa sebutkan ... saya hanya tahu saja. Apakah saya mendengar, melihat dan memahaminya ? Ternyata saya tidak memahaminya dengan hati. mendengar suara azan, tapi hati tidak memahaminya sebagai panggilan Allah untuk meraih kemenangan

Kejadian demi kejadian telah terjadi, ada musibah, ada sakit dan ada kegagalan ... Allah ya rahman ya rahiim tetap ingin membantu saya meraih apa yang saya inginkan. Akhirnya Allah membuat saya tak berdaya. Saat itulah hati saya memahaminya. Terimalah kembali saya kepadaMU, Maafkan, ampuni dan hapuskan kesalahan kami dengan tidak bersyukur kepadaMU.



Jangan sampai Anda juga mengalami yang sama, hanya karena sibuk kerja mencari uang untuk memenuhi hasrat hidup yang duniawi. Insya Allah tulisan ini menjadi renungan kita semua sebelum bekerja untuk selalu ingat Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahiim


Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...