Mengeluh ? Semua orang mengalaminya. Saat ini dalam era media sosial. lebih mudah untuk melihat orang itu mengeluh dari status atau tulisannya di media sosial. Bisa langsung mengeluarkan keluhannya atau menuliskannya yang baik sebagai ungkapan keluhannya. Memang media sosial dipakai untuk mengungkapkan keluhan atau curhat mereka agar perasaannya menjadi lebih lega. Tapi isi keluhan atau curhat itu membuat yang membaca tidak tahu makna yang sebenarnya. Untuk siapa pun kita tidak tahu. Akhirnya memunculkan banyak prasangka tidak baik dan beberapa orang tidak menyukai hal seperti ini. Keluhan itu pun membuat aib kita sendiri dan ada pula orang yang memutuskan diri dari pertemanan (silaturahmi). Jadi banyak keburukannya daripada kebaikan. Yuk hindari untuk mengeluh atau curhat di media sosial, kalaupun ada mari bersikap mendiamkan tanpa membalas (tidak ditanggapi) agar perlahan menjadi berkurang mengeluhnya atau curhatnya.
Seorang karyawan yang sering bertemu beberapa orang yang selevel (senasib) dan merasa nyaman berkomunikasi memunculkan sikap saling percaya sehingga menjadi tempat mengeluh dan curhat. Keluhan itu dianggap masalah awalnya, tapi sebenarnya adalah mengungkapkan aib diri sendiri. Temen kita hanya bisa menjadi pendengar yang baik, itulah yang kita harapkan, karena belum tentu temen kita itu memiliki solusi. Atau kita bisa mencurahkan keluhan kita kepada "atasan" atau orang yang dianggap mampu. Keluhan kita hanya dimanfaatkan untuk keuntungannya. Tahu aibnya dan memberikan ala kadarnya solusi yang juga menguntungkan "atasan" kita.
Mengeluh kepada pasangan dan keluarga masih lumayan, karena merasakan hidup bersama. Tetapi sekali lagi tidak semua bisa membantu karena memang tidak yang ada tahu tentang kita adalah kita sendiri dan Allah. Solusi terbaik adalah menahan untuk mengeluh, karena manusia itu