Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Juru parkir menyembuhkan pasien

 Apakah seorang karyawan bisa merubah pelayanan kesehatan bagi pasien yang lebih baik ? Jawabannya adalah bisa, ada tapinya. Seorang karyawan bilang,"Semua mesti ada SOP dan job descnya". Artinya semua bergantung kepada pemilik tempat berobat. Yang klasik adalah soal uang dan pelayanan, mau pelayanan bagus mesti mengeluarkan uang lebih. Apakah seperti itu ?

Dalam persepektif pelayanan bukan SOP sebenanya, saat pasien merasa nyaman di layani oleh orang tertentu, lebih disebabkan personal daripada SOPnya. Saya sih mengajak semua orang untuk memberi pelayanan sepenuh hati :

Pelayanan juru parkir menjadi penentu bagi siapa saja yang mau ke lokasi tertentu. Pasien yang sakit tidak menemukan lokasi parkir sudah membuat sakitnya bertambah. Boleh dong tanpa perlu minta izin atau mengikuti SOP, juru parkir dengan senang hati menyambut pasien dengan kendaraanya dibantu dicarikan tempat parkir dan memarkirnya. Seorang juru parkir bilang,"nggak ada uangnya, kan saya juga digaji". Bagaimana manajemen bersyukur mengajak semua beraktivitas yang bernilai tambah ?

a. Bersyukur bukan mencari sesuatu yang tidak ada. Kondisi di atas, juru parkir berharap uang lebih dengan pekerjaan melayani sepenuh hati. Bersyukur melihat potensi yang dimiliki juru parkir yaitu mampu mengelola parkir dan memiliki potensi juga untuk melayani dengan senang mereka yang datang. Inilah yang semestinya dioptimalkan (diwujudkan) terjadi dengan potensi (nikmat) yang Allah telah berikan. Boleh dong juru parkir mendatangi pasien yang berobat agar sudah memberi rasa tenang (perasaan ini bisa mengawali kesembuhan pasien). Keuntungan bagi juru parkir adalah bisa mengatur parkir dengan rapi dan mudah dijangkau.

b. Bersyukurlah sepenuh hati agar Allah balas dengan tambahan nikmat. Juru parkir merasakan senang (bahagia) bisa membantu orang lain (pasien), dan menjadi yang diingat terus. Apalagi seorang juru parkir ingat nama pasiennya, menjadi luar biasa. Menyambut dengan menyebut nama dan mendoakan segera sehat. Pelayanan ini tak perlu dibuatkan SOPnya karena setiap juru parkir memiliki keunikan tersendiri baik dari penampilan, budaya dan agama.

c. Motivasi terbesar melakukan hal di atas adalah kesempatan beramal saleh. Ingat sepanjang hari memang menjadi juru parkir dan hanya kesempatan membantu orang parkir bisa menjadi amal saleh. Amal saleh ini menjadikan pekerjaan sebagai ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah. "kan saat meninggal tidak membawa apa-apa, hanya amal saleh".

d. Apakah semua itu bisa dilakukan oleh juru parkir ? Sangat bisa dan tidak butuh bantuan orang lain dan tidak perlu juga uang. Pahala Allah jauh lebih besar dari uang yang hanya Rp 5.000. Insya Allah pekerjaan ini tidak perlu support atasan atau pemilik gedung. Bahkan semua itu menimbulkan kepercayaan dari pemilik untuk menghargai juru parkir



Ingat juru parkir bisa memulai kesembuhan pasien dengan pekerjaannya, menjadi amal saleh dengan bersyukur, Insya Allah ada titipan Allah dari ucapan pasien, menjadi kepercayaan dari pemilik dan Allah membalas dengan nikmat yang terus-menerus. 

Pasien sakit dan menunggu tidak nyaman

 Hari ini saya mengantarkan anak berobat karena batuknya nggak sembuh-sembuh. Kalau malam, batuknya nggak habis-habis dan membuat tidak bisa tidur. Keluarga terganggu dan merasa kasihan. Berobat ke dokter dengan klinik/rumah sakit/tempat praktek bertujuan ingin sembuh. Ingin sembuh itu berharap mendapatkan pelayanan di lokasi berobat yang tenang dan nyaman.

Apakah saya mendapatkannya. "iya sih, semua tidak banyak bicara" Tapi dalam hatinya banyak ingin diutarakan ... "ya sudahlah, memang begitu adanya". Sudah menjadi budaya untuk antri kalau menunggu dokter, pasien tidak bisa berbuat banyak. Dokter terlambat sudah maklum, tapi pasien terlambat kedatangan maka dokter tidak maklum untuk menunggu. Pekerjaan menunggu ini sangat memberatkan pasien yang datang, niatnya untuk segera ditangani tak jadi kenyataan. Yang heboh lagi, sesama pasien saling menatap dengan diam dan merasakan hal yang sama. Tidak ada lingkungan yang menyenangkan dan saling melemahkan,"saya sudah menunggu 1 jam". Dalam hati saya,"saya mendapat giliran jam berapa". Sakit yang anak saya derita pun semakin bertambah. Apakah dokter dan klinik bisa mendengar perasaan itu ? Saat itu ada ibu yang membawa anaknya yang tidak kuat duduk, hanya tiduran di kursi dan tidak ada yang peduli. Pokoknya antri. 

Saya berharap banyak, klinik dan dokter dapat mendengar suara pasien.

1. Apakah ada orang yang membayar untuk antri ?  kalaupun antri, pasien berharap lagi ada kepastian waktu. Menunggu 10 menit saja sudah waktu yang lama, mungkin 10 menit itu sudah menjadi harapan pasien tentang gilirannya.

2. Apakah ada suasana atau aktivitas selama menunggu itu membuat pasien merasakan "sakitnya" sedikit terobati. Banyak ruangan diisi dengan acara TV, iklan klinik dan seterusnya membuat suaranya menjadi tidak nyaman berada di ruangan tersebut. Pasien berharap dapat menikmati apa yang menjadi apa ingin didengar atau dilihatnya.

3. Apakah perawat dan staf klinik yang menjadi sahabat bagi pasien ? Untuk apa ? Untuk bertanya dan bila perlu curhat sakitnya. Paling tidak pasien tidak diberatkan dengan urusan administrasi. Terbayang oleh saya sewaktu mendaftar memberi KTP dan mendapat nomer antrian, lalu staf memanggil antrian dengan nama dan nomer HP. "kan bisa kaget dan tersanjung". Tidak ada pertanyaan tentang alamat, umur dan lainnya. Apalagi yang sudah pernah berobat, hanya menyebutkan nama saja bisa terdeteksi.

4. Membayangkan saat keluar dari klinik diantar oleh staf sampai ke kendaraan perlu, ada ucapan,"terima kasih dan semoga segera sehat". 

Keadaan ini pasien saat ini adalah pilihan dari yang terbaik dari yang terburuk. Tidak ada pilihan, pasien mau berobat BUKAN karena puas dengan pelayanan. Ini hanya suara pasien dan yang menemaninya. Apakah ada mendengarnya ? Sekalipun ada yang mendengar, tapi kayaknya tidak mampu melakukannya. Alasannya adalah dokter. Bagaimana ya kalau dokter berobat ?  Pasien segera sembuh dimulai dari pelayanan dari klinik dan dokter, dan jangan dibuat yang nemenin pasien malah jadi ikut sakit. Insya Allah, ada orang yang ingin merubahnya, mengajak temennya, pemilik klinik, dokter yang terhormat. 





Memaknai kesulitan karena dosa

 Dalam kehidupan dunia selalu muncul kesulitan atau kegagalan, ada yang menganggap hal ini wajar. Mengapa begitu ? Karena tidak mungkin mudah terus dan berhasil. Iya sih. Terus ? Apakah ada hubungan antara kesalahan (dosa) dengan kesulitan/kegagalan ? Mestinya ada, tapi banyak orang tidak memperhatikannya.

Menurut saya yang namanya kesalahan itu merupakan ketidaktahuan saya terhadap yang bener. Akibat dari kesalahan ini adalah kesulitan atau saya sebut gagal. Ketidaktahuan itu mestinya diikuti dengan mencari tahu (proses belajar). Tapi jika saya tidak belajar maka saya yang salah karena tetap mengerjakan kesalahan lagi. Kesulitan ini semakin bertambah, yang bisa memunculkan pikiran negatif. Sebaliknya jika saya sudah mempelajarinya, maka saya butuh latihan untuk semakin mahir agar tidak terjadi kesalahan lagi. Setelah itu saya mendapati kemudahan. Dari sisi lain, kesalahan saya bisa bertambah banyak (akumulasi) dan kesalahan itu terhadap apa ? Kesalahan terhadap Allah, karena saya tidak mau mengikuti aturan/petunjuk yang Allah telah berikan. Oleh sebab itu, tidak hanya belajar tentang petunjuk Allah, tapi  saya juga mesti meminta maaf. Mohon ampunan Allah. Allah mengajarkan,"perbanyaklah istighfar". Mengapa ? karena saya tanpa sadar terus banyak melakukan kesalahan demi kesalahan. Insya Allah dengan cara memperbanyak istighfar kesalahan itu bisa dimaafkan dan dibukan pintu kebenarannya.

Bagaimana dengan dosa ? Saya melakukan kesalahan terhadap aturan larangan dan perintah agama. Terus apakah ada perbedaan kesalahan dalam keseharian saya (urusan dunia) dengan dosa ? Mestinya tidak, aturan agama adalah aturan dunia. Misalkan saya berbohong dalam bisnis, apakah ini kesalahan atau dosa ? Dosa kepada Allah dan salah juga dalam bertindak. Yang saya rasakan hanya saya berbohong dalam bisnis jadi bisnis saya mengalami kesulitan. Padahal kebohongan itu adalah dosa, dan setiap dosa (kesalahan) sekecil apapun dibalas Allah. Contoh lain adalah niat berdagang cari untung, apakah kesalahan atau dosa ? Saya menganggap saya salah (boleh berniat kepada selain Allah), tapi sebenarnya saya sudah paham niat yang bener itu kepada Allah. Maka bukan sekedar menganggap niat tidak kepada Allah itu boleh (tidak salah), tapi tidak mengikuti petunjuk Allah. Maka itu dosa. Bisa jadi berdagangnya mengalami kesulitan atau gagal.

Hanya ada dua hal yaitu bener dan salah/dosa. Jika saya tidak atau belum bener, maka saya salah. Membayangkan mulai pagi sampai malam (tidur) begitu "berat" atau "sulit" beraktivitas, merupakan kesalahan dalam melakukan aktivitas (dosa), maka hal itu terjadi. Bangun pagi yang berat, bisa jadi cara tidur atau petunjuk tidur tidak diikuti (kesalahan). Bisa jadi lain setelah saya melakukan kesalahan itu diikuti dengan istighfar. Memohon maaf dan ampun, dan meminta diberi jalan rahmat. 


Berhati-hatilah dalam melakukan sesuatu, ingat kepada Allah, lalu niatkan kepada Allah dan memohon berlindung kepadaNya dari godaan setan dan ucapkanlah Bismillahirrahmanirrahiim.  

Sikapi dengan hati, yang besar menjadi kecil

 Ada hal kecil menjadi besar, dan hal besar menjadi kecil. Apa ya ? Dalam berita TV, ada yang membunuh gara-gara ditegur atau memperebutkan uang Rp 10.000 saling berkelahi. Ada banyak lagi kisah hal kecil menjadi hal besar. Anda pernah mengalaminya ?


Misalkan ditegur oleh orang, padahal tegurannya biasa saja,"Mas jangan minta uang saya dikembalikan". Yang ditegur menanggapi dengan responsif yang emosional, dan dilanjutkan,"mentang-mentang banyak uang, kok nggak pengertian". lanjutannya,"Saya ngingetin uang saya mas, hutang ya dibayar". Situasi ini jadi panas dan saling emosi. Begitulah jika kita merespon dengan sikap emosional. Apa yang terjadi jika mereka merespon dengan hati. Kata maaf dan merendah menjadi sikap dan perilaku yang bisa diterima,"terima kasih mas sudah diingetin, dan mohon maaf 2 hari lagi saya bayar". 

Sebaliknya jika suatu perkara ditangani dengan hati bisa menjadi semakin baik (hal besar menjadi kecil). Seseorang difitnah karena tidak hadir dalam pertemuan. Bagi seseorang yang menyikapi dengan hati mestinya tidak membalas dengan yang buruk. Orang tersebut tidak merespon, tapi menunjukkan hal positif sehingga persoalan itu menjadi tidak diperhatikan lagi dan hilang seiring waktu. Atau kita dapat menyelesaikan masalah dengan tindakan yang baik.

Setiap hari, kita dihadapkan berbagai masalah. Dan masalah itu pasti ada terus. Bayangkan jika kita menanggapi masalah dengan emosi ... bukan masalahnya selesai tapi malah membesar. Perasaan tidak nyaman dan mudah capek. Padahal kita butuh energi yang besar untuk menjalani kehidupan ini agar bersemangat dan mudah menjalaninya.

Terkadang memang tidak mudah untuk mengaktifkan hati, karena bisa bergantung kesalahan/dosa kita. Semakin besar kesalahan/dosa kita semakin tidak mudah mengaktifkan hati, dan cenderung emosional  yang mudah hadir. Dengan demikian harus ada upaya untuk terus mengaktifkan hati. Salah satunya adalah istighfar, sebagai bentuk mengingat Allah dan juga memohon ampun (membersihkan hati) serta ibadah kepada Allah. Insya Allah kita dimampukan menerima iman dengan bener.

Berikan yang tak terduga

 Dalam aktivitas sehari-hari, saya rada malas mengerjakan apa yang diperintahkan. Keadaan ini membuat suasana tidak nyaman. Kok mau ya ? Bukankah sebaiknya saya membahagiakan diri saya sendiri dengan suasana yang nyaman, yaitu dengan memberikan apa yang tidak terduga kepada orang lain. Semua menjadi baik.

Berpikirlah yang sehat agar suasana pun jadi sehat. Tidak ada yang rugi saat saya memberikan yang tidak diduga kepada orang lain. Momen ini menjadi selalu diingat dan dinilai baik oleh orang lain.

Batu dan tetesan air

 Seperti Anda dan banyak orang sudah mendengar bahwa batu besar bisa pecah dari tetesan air yang inten dan terus-menerus. Banyak yang bisa saya ambil hikmahnya. Ada yang bilang saya bisa sukses dengan mengerjakan terus-menerus. Tapi yang menjadi pertanyaan, apakah saya bisa sabar dengan waktu yang panjang itu ? Yang membuat saya beralih untuk mengambil jalan lain.

Batu dan tetesan air itu sebuah kisah bagus, tapi tidak mudah menerapkannya. Dalam menaklukkan masalah sepertinya tidak tepat, karena lama. Emosional menggoda saya untuk "cepet-cepet" menyelesaikannya, sedangkan kemampuan diri juga tidak banyak berubah cepat. Jalan pintas dengan alat-alat yang besar untuk memecah masalah itu menjadi pilihan. Paling mudah adalah pergi dari masalah tersebut dan berharap selesai. Nyatanya juga di tempat lain juga ada masalah. Misalkan masalah itu bisa selesai dengan jalan pintas, tetapi menimbulkan masalah baru akibat tidak mengikuti proses yang bener.

Saya berpikir Batu dan Tetasan Air terjadi saat saya mengabaikan hal-hal kecil dan terjadi terus-menerus. Misalkan saya mengabaikan disiplin atau kesalahan kecil yang terus-menerus menyebabkan saya gagal dalam pekerjaan atau konflik hubungan. Bayangkan saat saya suka telat dan menganggap hal itu biasa saat rapat, maka beberapa lama orang menganggap saya orang yang tidak profesional dan tidak dipercaya untuk diberi amanah. Banyak pekerjaan kecil yang tidak diperhatikan yang menyebabkan saya bisa gagal dalam meraih apa yang saya inginkan. 

Orang yang hari ini tidak sedekah karena tidak ada uangnya, lalu hari berikutnya tidak bersedekah juga karena lupa bawa uang, tidak bersedekah lagi karena tidak ada orang yang untuk diberikan, dan seterusnya. Keadaannya membuat hati saya menjadi tidak mau bersedekah dan ditambah lagi mempunyai banyak kebutuhan, maka kegagalan yang terjadi adalah saya bisa menjadi pelit. Perhatikan waktu saya mengerjakan shalat, ada syarat wudhu. Dulu saya asal saja untuk wudhu, yang dianggap sepele dan yang penting itu shalatnya. Untuk shalat berkualitas tidak bisa tanpa wudhu yang bener. Saya mesti memperhatikan hal kecil dari awal sampai akhir dari sebuah pekerjaan agar pekerjaan itu sempurna.

Mulailah dengan hal kecil untuk dikerjakan, yang bisa jadi tidak menunjukkan hasilnya. Tapi yakinlah hal kecil adalah bagian dari proses (step by step yang mesti dilalui) yang memberi kontribusi kepada keberhasilan. 

Bersyukur atau keinginan edisi 2

 Melanjutkan artikel motivasi sebelumnya "bersyukur atau keinginan edisi 1" yang telah membahas tentang keinginan atau target bagi seorang karyawan. Kali ini saya membahas tentang manajemen bersyukur untuk meningkatkan produktivitas kerja. Apakah lebih baik ? Tergantung pilihan orangnya, tapi manajemen bersyukur jauh lebih baik karena melibatkan peran hati (Allah).

Manajemen bersyukur yaitu mengoptimalkan yang ada (melihat potensi) untuk ditingkatkan menjadi lebih banyak (kuantitas) dan lebih berkualitas. Manajemen ini didasarkan iman kepada Allah dan berubah sesuai kemampuan (mampu dikerjakan) dari waktu ke waktu. Mirip dengan Kaizen, perubahan yang berkesinambungan didasarkan kinerja dan ilmu efisiensi. Hanya kaizen tidak didasarkan dengan iman. Iman menjadi penting karena apa yang dikerjakan itu bener-bener dikerjakan dengan sebuah keyakinan bahwa Allah telah memberinya. Maka dari itu manajemen bersyukur ini berdasarkan petunjuk Allah.

Untuk mudahnya saya contohkan dengan kerja seorang salesmen. Untuk bisa bersyukur, seorang salesmen mesti 

1. Tahu dan paham apa yang dikerjakannya sampai sekarang dan hasilnya.

2. Tahu dan paham juga apa yang Allah telah berikan kepadanya berupa ilmu, indera (termasuk akal sehat dan hati), keluarga dan orang disekitarnya. 

3. Bener-bener YAKIN bahwa Allah memberi tambahan nikmat (hasil) dengan kerja ikhlas (bersyukur). Dan sebaliknya jika salah dalam bersyukur terutama kurang ikhlas, maka bukan tambahan nikmat yang diperoleh tapi malah azab (kesulitan dan penderitaan).

4. Upaya syukur dapat dengan mengoptimalkan/meningkatkan apa yang sudah dimiliki

5. Jika sebelumnya sudah melakukan kunjungan 10, maka berniat kerja untuk Allah yaitu

a. bersyukur dengan cara menambah kunjungan menjadi 15. 

b. Langkah ini mesti diyakini dan dilakukan dengan cara yang Allah rahmati. Selama bersyukur menjadikan hati sebagai pusat berpikir. Insya Allah kita didampingi Allah. Bisa diberikan petunjuk, diberi izin, dibantu saat ada masalah, dilindungi dari setan dan sebagainya

c. Lengkapi langkah ini dengan dasar ilmu komunikasi dan cara menjual yang efektif. Langkah ilmu ini mesti terus ditingkatkan setiap saat.

d. Mengukur dan mengevaluasi hasilnya untuk memperbaiki langkah bersyukur yang lebih tepat.

e. Barengi bersyukur dengan terus beribadah (shalat, sedekah dan lainnya) agar Allah merahmati. Dan berdoa mohon apa yang dikerjakan dijadikan amal saleh dan dibalas kebaikan di dunia.

Dengan langkah bersyukur ini, seorang karyawan tidak mengalami stress. Karyawan memiliki suasana hati yang tenang dan memiliki kesadaran kepada Allah. Dengan demikian membuat kita semakin yakin bahwa Allah menepati janji dengan kita bersyukur.

Dari penjelasan tentang manajemen bersyukur ini dapat membuka pikiran sehat kita untuk memahami lebih dalam dalam  kerja. Bukan sekedar uang yang dicari dengan cara yang tidak berdasarkan iman, tapi bagaimana menyelaraskan iman dan kerja sejalan. Dampaknya baik bagi kita dan hasilnya nyata. 


Pilihan ada di tangan Anda, Target tidak ada yang menjamin dan bersyukur dijamin Allah. Akal sehat dan hati, Insya Allah memilih bersyukur.



Bersyukur atau keinginan edisi 1

 Dalam dunia kerja yang ada adalah membuat keinginan (target), apalagi salesmen. Setiap bulan pencapaian di monitor dengan ketat dan naik terus targetnya. Ada tekanan pada diri seorang salesmen berupa target dan monitoringnya. Dan orang yang seperti bilang,"stress itu baik". Apa iya ? Bukankah kalau sudah stress berdampak buruk bagi tubuh dan meningkat terus seiring waktu. Dampak psikologis dan fisik yang buruk masih bisa ditangani dengan fisik yang kuat (masih muda). Bisa jadi seorang sudah membiasakan dengan situasi ini, maka mereka tidak merasakan "sakit", kecuali tubuh mereka sedang turun. Biasanya mereka baru merasakan kesakitan saat mereka mulai berusia. Atau mereka tetap sehat selama kerja, tapi dalam usia tua (pensiun) mereka merasakannya dan banyak mengeluarkan uang yang mereka kumpulkan dulunya untuk berobat di usia tuanya.

 Begitulah kemampuan bisa ditingkatkan dengan "paksaan" yaitu keinginan (target). Sama halnya pola yang terjadi di setiap bisnis dan hampir semua karyawan. Karyawan stress dan atasannya pun stress. Memang ada kepuasaan batin yang luar biasa jika mampu meraih target. Mereka ini yang senang pola kerja seperti ini adalah mereka yang "memerlukan uang" atau "haus jabatan". Demi uang dan jabatan yang mereka inginkan, mereka siap menerima resiko dari apa yang terjadi. Apa saja yang dilakukannya :

1. Mencari hal yang belum dimiliki, baik ilmu dan caranya agar kerja bertambah lebih baik. Tetapi sebagian orang hanya fokus dengan kerja keras BUKAN kerja cerdas. Ilmu dan caranya diserahkan kepada atasannya (ikut perintah saja)

2. Menyisihkan waktu, bisa lembur dan menggantikan waktu yang sudah ada untuk mengerjakan point 1 demi tercapainya target. Beberapa orang mengambil waktu keluarganya untuk terus kerja.

3. Bahkan jika belum tercapai beberapa orang mengakali cara agar target tercapai dengan berbagai alasan. Ada program sales dan push untuk memenuhi target bulan ini tanpa memikirkan bulan berikutnya.

4. Tapi ada yang sebaliknya, beberapa orang tidak melakukan yang berlebih dan mereka bekerja seperti biasa saja. Mereka mengerjakan apa yang diperintahkan atasan, dan kalau tidak tercapai target mereka memberikan alasannya (kondisi ini pun mereka stress).

5. Mereka mesti berkompetisi dengan pesaing. Saling mengalahkan dengan saling menjelekkan, yang penting mereka yang menang dan capai target. Sering mengungkapkan kelemahan pesaing atau orang lain untuk keuntungan sendiri, bahkan ada sedikit "ketidaksukaan".

5. Bagi karyawan yang memiliki sedikit uang, mereka mensupport dirinya dengan berbagai vitamin dan makan yang enak untuk menjaga kesehatannya.

6. Mereka ini mudah tersinggung dan sangat responsif, cenderung keputusannya tidak untuk jangka panjang. "Yang penting tercapai".

Karyawan ini mudah dipuji oleh perusahaan dan sering diapresiasi dengan baik sehingga membuat mereka tersanjung. Menjadi orang penting. 

Dari penjelasan di atas, saya merasa ada upaya untuk meningkatkan dengan cara memaksakan kemampuan diri saat ini menjadi sesuai target. Sisi baiknya, banyak orang berubah menjadi lebih baik dari sisi kinerja dan menjadi pekerja keras. Mereka ini digaji tinggi. 

Selanjutnya saya ingin berbagi bagaimana cara untuk menjadi lebih baik dengan manajemen bersyukur. Dalam manajemen Jepang dikenal dengan Kaizen, yaitu mengerjakan dari apa yang dimiliki dengan meningkatkan produktivitasnya (optimalisasi) agar mendapatkan hasil, yang bisa berupa penghematan atau peningkatan ... bersyukur atau keinginan edisi 2.




Hanya bersyukur

 Kata bersyukur sudah dipahami banyak orang, tapi mungkin sebatas berterima kasih. Beberapa petunjuk menunjukkan Allah telah memberi pendengaran, penglihatan dan hati, tidak banyak orang bersyukur. Ada petunjuk Allah memberi ujian pun untuk menguji apakah saya bersyukur atau tidak ? Bahkan Allah telah menangguhkan azabnya dan mendahulukan rahamtNya, untuk memberi saya mensyukurinya. 

Berucap yang baik adalah rasa syukur sudah diberikan mulut yang bisa bicara, Membantu orang lain adalah rasa syukur sudah diberikan tangan dan kekuatan, sedekah pun merupakan rasa syukur karena Allah sudah memberi rezeki kepada saya, saya shalat untuk menyatakan rasa syukur dengan menghambakan diri, saya kerja mencari "uang" untuk bersyukur karena Allah telah taklukan alam ini untuk manusia, apapun yang saya kerjakan mestinya sebagai ungkapan syukur kepada Allah. Sudahkah rasa syukur itu dilakukan dengan ikhlas ? Insya Allah saya diberi petunjuk di hati untuk mampu bersyukur dalam keadaan lapang maupun sempit.


Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...