Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

mengapa saya tidak memahami petunjuk Allah ?

 Dari hari ke hari, saya dan semua orang ingin hidup lebih baik. Maka semua mencari jalan menuju yang hidup lebih baik melalui sekolah tinggi, melatih kemampuan lebih tinggi, belajar terus tentang ilmu dalam perjalanan yang saya pilih dan banyak lainnya. Sebagai orang beriman kepada Allah dan sangat tahu dan paham bahwa Allah menurunkan petunjuk yang mutlak kebenarannya, tapi mengapa tidak serius dan sungguh-sungguh mendalaminya agar hidup kita sebagai hamba menjadi tidak khawatir dan tidak sedih ? Al Qur'an hanya sekedar dibaca dan dipahami, tapi belum untuk diamalkan dalam pekerjaan kita dalam mencari kehidupan lebih baik.

Apakah saya tidak percaya kepada Al Qur'an ? Ternyata saya beriman, tapi apakah hanya sekedar beriman saja sebagai kewajiban ? Saya membaca kisah ilmuwan Islam yang berjaya di masanya yang menjadi referensi orang Barat mengembangkan ilmu sampai sekarang. Ternyata Ilmuwan Islam mengambil referensi mengembangkan ilmunya dari Al Qur'an, baik sebagai pedagang (bisnis), sebagai dokter, sebagai arsitektur, ilmuwan matematika dan sebagainya. Mereka memahami benar Al Qur'an sebagai petunjuk hidup. Bagaimana dengan saya dan Anda ? Entah tidak berani atau ntah tidak menarik atau beranggapan Al Qur'an itu sebagai referensi agama saja. Bisa jadi mereka yang memahami Al Qur'an itu dipintarkan oleh Allah sebagai pedoman detail yang dipahami dari Al Qur'an. Ulama zaman dulu bisa menulis, mengapa ulama sekarang jarang bisa menulis ? Apakah kita memikirkannya ?

Akal sehat saya hanya berpatok kepada ilmu yang mendorong pekerjaan menjadi lebih baik. Belajar dari Jepang, belajar dari China, belajar dari Korea, belajar dari Amerika, belajar dari Jerman ... ada dalam waktu kita untuk belajar Al Qur'an. Apakah ada jaminan dari belajar dari berbagai negara tersebut ? Padahal dalam kerja itu, ujung-ujungnya kita ingin meraih uang yang banyak, karir yang tinggi dan sebagainya. Sudahkah kita meraihnya ? Kalau ilmu yang kita miliki belum juga memberikan hasil yang memuaskan, bagaimana kita memilih ilmu Al Qur'an dalam kerja ?

Bayangkan jika dalam kerja itu, kita hanya bekerja dengan jujur saja. Apakah atasan dan perusahaan menyukainya ? 99,99% menjawab mencari karyawan yang jujur dan dipercaya memegang amanah. Bagaimana karyawan itu sangat menguasai Kaizen ? Maka kemampuan kaizen dihargai lebih tinggi dari kejujuran (kaizen lebih bermanfaat daripada kejujuran). Dalam dunia kerja nilai kaizen lebih tinggi dan dihargai. Bagaimana jika saat karyawan meninggal dunia ? Maka nilai kaizennya yang diingat rekan kerja daripada kejujurannya. Bayangkah bagi karyawannya sendiri, apakah bangga meninggal dengan kejujuran atau bangga dengan kaizennya ? Jawabannya adalah kejujuran dihargai Allah dengan  balasan sempurna, sedangkan kaizen belum tentu dibalas (karena bisa jadi kaizen itu diniatkan untuk kebanggaan dan sebagainya).

Ada banyak cara untuk berhasil dalam perjalanan kerja kita yaitu IQ dan EQ yang tinggi. Tapi tidak banyak orang yang memanfaatkan SQ sebagai referensi bagi keberhasilannya. Mungkin ini menjadi renungan bagi kita bagaimana iman menjadi pemimpin atas ilmu agar menjadi bermakna dalam kerja.

Kultum ini untuk memotivasi kita dalam memberdayakan diri agar meraih kehidupan dunia dan akhirat dengan bener. Insya Allah petunjuk Allah itu pasti benar janjiNya, mestinya kita berpegang kepada Allah dalam segala hal, dan Allah mengurus segala hal di dunia ini. Dia lah yang Maha Pencipta dan Maha Memelihara seluruh ciptaannya.


Magic Word Belajarlah untuk hidup yang lebih baik

 Hidup bukan untuk hari ini saja, tapi untuk masa depan kita. Jadi belajarlah untuk meningkatkan kemampuan. Kemampuan hari ini tidak cukup untuk hari ini, bayangkan saat tidak belajar. Maka hari selanjutnya bukan jadi miliki kita lagi.


Insya Allah kultum singkat ini dapat memotivasi kita untuk selalu meningkatkan kemampuan. Selalu berdayakan diri agar selalu hidup pada masanya.

Team harus selalu belajar

 Dalam dunia kerja, beberapa orang senang diupgrade ilmu dan ketrampilan lewat training. Mereka baru menyadari saat apa yang dikerjakannya terasa tidak mudah. Keadaan ini membuat mereka tertekan karena ada batas waktu yang ditentukan harus selesai. Mau belajar sendiri mungkin bisa tapi butuh waktu agak lama, dan "uang" buat beli buku dan sejenisnya. Belum lagi memiliki sikap untuk belajar mesti didorong. Alhasil pekerjaan tetap dan bertambah tidak mudah.

Bisa jadi dari sisi atasan yang mau mengerti keadaan tersebut berupaya memberikan ilmu dan buku, atau mengusulkan pelatihan. Tapi hal itu tidak mudah, apalagi mesti mengeluarkan biaya. Biasanya sih atasan hanya mengejar pekerjaan sesuai waktunya dan tetap mengandalkan kemampuan karyawannya. Kadang terjadi negosiasi waktunya, bisa dijadwalkan ulang atau diminta untuk mengerjakannya lebih awal. Kejadian ini bisa berlangsung terus setiap hari atau setiap minggu atau setiap bulan. Apa akibatnya ? Atasan tidak mau peduli dengan kemampuan karyawan yang tidak mencukupi, yang membuat karyawan tertekan. Team dari atasan ini pasti tidak berkembang dan bertahan pun tidak mudah. Dasar team itu bisa berkembang adalah kemampuan yang meningkat dari semua anggota team. Ketidakpedulian atasan tersebut membuat karyawan pun menjadi tidak peduli dengan pekerjaan, dikerjakan seadanya dan tidak peduli juga waktu selesainya (kalau belum selesai tinggal lapor). Hati-hati bila keadaan ini menjadi sudah biasa, maka team (termasuk) atasan selalu bilang,"mereka sudah sibuk dan banyak kerjaan". Atasan selalu mengajukan tambahan SDM jika ada target baru  atau kerjaan tambahan.

Dari sisi karyawan, maka keadaan di atas juga mempengaruhi sikap dan perilakunya. "Menolak" kerjaan tambahan dan target baru. Status karyawan ini pasti stabil dan tidak berkembang. Bertahan dengan jabatan yang dipegang dan bertahan seolah sudah bekerja luar biasa. 

Dari sisi mana pun, karyawan atau atasan. Keduanya mesti memotivasi diri untuk meningkatkan kemampuan. Jika tidak ada budget training, maka atasan dan karyawan mesti belajar sendiri. Atasan yang memiliki kemampuan tinggi lebih mudah akses untuk belajar, mau tidak mau ilmu yang dimiliki mesti diajarkan kepada karyawan. Disini atasan mesti memiliki kemampuan sebagai training manager untuk meningkatkan kemampuan karyawannya. Dan karyawan mesti banyak aktif menyampaikan ketidakmampuannya kepada atasan agar diketahui dan ditindaklanjuti. Salah media belajar itu adalah You Tube yang gratis dan bisa diakses siapa saja. Buat apa sih training (meningkatkan kemampuan) ? Yang paling sederhana adalah setiap orang bisa mengerjakan pekerjaan dengan mudah, tidak tertekan dan nyaman. Kondisi ini membuat orang tidak mudah sakit, tidak mudah capek dan selalu dapat menjaga diri untuk siap menjadi yang lebih baik. Keuntungan yang diperoleh perusahaan dari kemampuan karyawan adalah efek dari keuntungan dari karyawan sendiri, jadi tak perlu dipikirkan.


Belajar untuk meningkatkan kemampuan diri adalah bentuk syukur atas pemberian Allah berupa tubuh untuk beraktivitas, akal sehat untuk memikirkan penciptaan Allah buat kehidupan kita, hati yang Allah siapkan untuk menerima petunjuk (ilmu) yang semakin baik. Kerja yang Allah amanahi untuk dipertanggungjawabkan dan masih banyak lagi. masihkah kita tidak mensyukuri semua itu ?

Insya Allah kultum ini membuat kita dapat menyadari baik sebagai atasan maupun karyawan untuk terus memberdayakan diri, meningkatkan kemampuan menjadi semakin baik. Apapun atasan yang tidak mendukung atau sebaliknya karyawan yang rada malas, tetap terus memotivasi untuk belajar. Untuk apa ? Untuk kebaikan diri kita sendiri.

Hidup ini mau dibawa kemana

 Judul di atas adalah pertanyaan yang mesti kita jawab. Ada banyak pilihan di dunia ini untuk melayani apa yang kita inginkan, tapi mau kemana hidup ini mau dibawa ? Mau mengejar uang untuk ditunjukkan kepada orang bahwa kita banyak uang atau mau menikmati kesenangan dunia saja atau mau jadi orang baik saja dan seterusnya. Semua pilihan itu disediakan oleh banyak orang dengan berbagai fasilitas.

Yang mau kehidupan dunia, mereka mesti bekerja atau usaha agar hasilnya dapat dipergunakan untuk menikmati kesenangan dunia. Ada banyak pilihan kerja atau ada banyak pilihan usaha, semua pilihan itupun ada yang bener dan ada yang nggak bener. Terkadang dengan satu pilihan yang tidak memberikan kebaikan bagi siapapun maka dia bisa pindah ke pilihan lainnya. 

Yang mau jadi orang baik, ada yang mengikuti guru yang taat beragama dengan banyak ibadah, ada guru yang mengajarkan banyak sedekah, ada guru yang mengajak banyak zikir saja, dan banyak lagi. Mereka yang memilih satu jalan ingin mengatakan mereka berada di jalan yang bener dan yang lain kurang tepat. Untuk itu mereka mengajak menjadi golongannya. Itulah yang terjadi.

Semua pilihan kerja dan pilihan beragama dan pilihan apapun mesti didasarkan iman kepada Allah. Dengan iman yang benar, kita mampu mengendalikan pilihan hidup apapun. Mau dibawa kemana ? Bawalah diri kita kepada Allah dengan iman. Misalkan dengan iman, kita mampu menjadikan profesi kerja kita menjadi baik dan bermanfaat bagi orang lain. Dengan iman yang kuat, kita bisa berzikir yang bener dan memberi kebaikan bagi semua orang. Zikir kita semakin menambah iman kita. Kata iman selalu bersanding dengan amal saleh. Berimanlah yang utama dan lalu beramallah yang saleh dengan profesi dan aktivitas kita. Beramal saleh itu merupakan rasa syukur kita karena telah diberi iman, telah diberi kehidupan, telah diberi akal sehat, telah diberi hati, telah diberi pendengaran, telah diberi amanah (kerja), telah dititipkan harta, telah dititipkan orang yang dicintai (anak dan isteri) dan banyak lagi.

Insya Allah kultum singkat ini memberi wawasan kepada kita untuk introspeksi diri menjalani kehidupan dengan benar. Yuk motivasi diri kita untuk semakin beriman dengan memberdayakan diri dengan potensi yang kita miliki. 

Magic Word bersyukur itu bikin nyaman

 Kata bersyukur cenderung ditafsirkan menerima dan berterima kasih. Jika kita memberi sesuatu kepada seseorang, maka harapan kita tidak hanya menerima dan berterima kasih, tapi sebisanya mengggunakan dengan bener apa yang kita berikan.



Insya Allah kultum motivasi kali ini bisa memberdayakan diri semakin meningkat.




Wajib, butuh dan bersyukur

 Dalam hidup lebih banyak terpaksa dijalaninya. Misalkan cari uang, ya mesti untuk kehidupan diri dan keluarga. Cari uang itu dengan kerja, maka banyak orang merasa terbebani dan ada persepsi "kalau bisa kerja sedikit hasil banyak". Kita sih bilang kerja itu sedikit dipaksakan (wajib) karena kita sebagai anak untuk kebutuhan orang tua, atau sebagai orang tua untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kalau nggak kerja nggak bisa hidup. Keadaan ini memaksa kita wajib kerja.

Sama halnya shalat sebagai kewajiban dalam beragama. Karena memang dasarnya kewajiban, maka perasaan kita merasa "berat" untuk shalat. Ada yang bilang,"nggak berat tuh". Kalau shalat itu nggak berat, mengapa kita tidak shalat di awal waktu ? atau mengapa kita tidak ingin belajar shalat untuk lebih khusyuk ? Mengapa kita tidak menambah shalat dengan shalat sunnah ? Jika jawaban iya, maka bisa jadi shalat kita sudah tidak terpaksa lagi atau kewajiban.

Kewajiban tidak salah, dan menjadi kunci awal untuk membiasakan kita untuk mengerjakannya. Kewajiban yang dijalankan menjadi biasa mesti menyadarkan kita tentang mengapa kewajiban itu dilaksanakan, yang bukan sekedar perintah. Proses mengerjakan bukan lagi sekedar perintah (kewajiban) memunculkan bahwa kita butuh dengan apa yang kita kerjakan menjadi lebih baik. Kalau kita butuh berarti apa yang kita kJierjakan itu adalah untuk diri kita sendiri. Sedangkan kalau kewajiban cenderung untuk orang lain. Butuh kerja adalah upaya kita untuk meningkatkan diri kita sendiri menjadi lebih baik. Butuh shalat untuk komunikasi dengan Allah agar doa kita dikabulkan. Kewajiban itu cenderung dikerjakan ("terpaksa") untuk mengamankan apa yang ingin kita dapatkan (atau kita terhindar dari suatu kerugian). Sedangkan kebutuhan cenderung dikerjakan (termotivasi) untuk mendapatkan apa yang kita inginkan (mencegah kita dari ketidaknyaman).

Jika dalam menjalani aktivitas karena butuh disadari, maka kita dapat merasakan bahwa kita memiliki kemampuan untuk mengerjakan apa yang kita inginkan. Memiliki potensi, menyadarkan kita bahwa potensi itu pemberian Allah. Maka kita berterima kasih dengan memuji dan menggunakan potensi itu untuk kebaikan kita sendiri. Inilah level yang lebih baik dari sekedar butuh, yaitu bersyukur. Kita mengerjakan sesuatu bukan lagi menginginkannya, tapi ungkapan terima kasih kepada Allah karena kita selalu diizinkannya.

Dimanakah level kita ? Apakah kita kerja masih berat ? Apakah terpaksa mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga ? Jika memang level ini yang terjadi, maka kerja kita masih terasa beban sehingga tidak mudah untuk menyenangi pekerjaan tersebut. Ada yang bilang kalau berat menghidupi anak dan isteri, maka mengapa mau menikah ? Solusi lain dari ini adalah menikah itu wajib, maka beban anak dan isteri jadi "terpaksa" menghidupinya. Bagaimana kalau menikah itu rasa bersyukur kita ? Allah memberikan potensi sebagai laki-laki atau perempuan sehingga menikah itu rasa syukur kita. Maka memiliki anak juga sebagai bersyukur kita karena Allah telah berikan titipan. Maka kehidupan keluarga itu tidak jadi beban dan tidak berat dijalaninya.

Insya Allah kultum ini dapat memberikan motivasi kita untuk menjadi lebih baik lagi. Pemberdayaan diri menjadi penting untuk menjalani proses mulai dari terpaksa, butuh dan menjadi yang terbaik dengan bersyukur. 

Musuh saya adalah setan, tapi sudahkah bersikap yang bener ?

Alhamdulillahirabbilalamin. Begitu banyak yang mesti saya sadari berupa nikmat Allah. Tadi pagi saya dibangunkan dengan keadaan yang fresh, di siang hari bisa beraktivitas yang bermanfaat bagi diri dan keluarga, dan tetap dijaga iman dan badan yang sehat. Rasakan nikmat itu dapat mengantarkan saya untuk memuji Allah atas Maha syukurnya Allah.

Malam ini menjadi baik buat saya membaca dan memahami petunjuk Allah walaupun satu ayat. Ayat berikut adalah Surah Al Baqarah, ayat 36 : "Lalu setan memperdayakan keduanya dari surga sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga). Dan Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” 

Beberapa hal yang bisa saya ambil hikmahnya :

1. Setan cs lah yang membuat kita dilepaskan dari kenikmatan yang Allah berikan. Yang buruk terlihat baik oleh sudut pandang setan. Sebenarnya, apapun yang tidak mengantarkan kita kepada rasa syukur atas kenikmatan yang Allah berikan merupakan perbuatan setan. Terkadang saya masih melihat baik dari hal yang tidak baik, misalkan "boleh saja marah asal untuk kebaikan", "yang penting sedekah walaupun sedikit", "bersyukur itu cukup dengan menerima keadaan", "memilih sesuatu karena selain Allah, selama masih baik oke saja" atau lainnya. Selanjutnya di ayat 37, Nabi Adam meminta maaf, istighfar. Jika kesalahan terjadi ikuti dengan istighfar.

2. Kesalahan saya mengikuti rayuan setan, dapat membuat saya diberikan balasan yang setimpal. Pastinya saya tidak mau "dikeluarkan dari surga" (dilepaskan dari kenikmatan). Agar hal itu tidak terjadi, maka saya mesti mengikuti petunjuk Allah (ayat 38)

3. Sikap yang bener adalah setan itu musuh, maka setiap ada yang menghalangi saya untuk meningkatkan iman merupakan perbuatan setan.

4. Kehidupan di dunia (terlepasnya kenikmatan dari Allah) terjadi saling bermusuhan satu sama lain. Maka saya mesti berpegang teguh kepada jalan Allah. Bisa jadi setiap balasan atas kesalahan menghadirkan ketidaknyaman hidup, karena saya sudah ikut setan. kembali kepada Allah dan berpegang teguh agar tidak merasa takut dan tidak pula sedih (mengikuti Al Qur'an, ayat 38)

Insya Allah kultum kali ini dapat memberi motivasi saya untuk memberdayakan diri agar bersikap yang benar terhadap setan, mengikuti petunjuk Allah agar tidak tergoda setan, kalau setan sudah menggoda saya dan terjadi kesalahan, maka saya mesti memohon maaf kepada Allah. Saya bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kenikmatan pada diri saya, bersegera memanfaatkan kenikmatan itu menjadi optimal untuk meningkatkan iman saya.

Tumpukan masalah adalah tumpukan kesalahan

 Dalam hidup selalu ada masalah, ada yang memiliki kemampuan menyelesaikannya dan ada yang tidak mampu menyelesaikannya serta ada yang tidak mudah dapat menyelesaikannya. Masalah mesti dilewati atau diselesaikan, selesai satu masalah dan hadir lagi masalah baru. Terkadang atau sering satu masalah belum selesai, sudah hadir masalah kedua dan seterusnya. Keadaan seperti ini membuat kita dikatakan bermasalah dan menjadi tumpukan masalah

Tumpukan masalah itu bila ditelusuri disebabkan beberapa hal :

1. Pertama karena kita tidak mengerjakan dengan tepat, artinya ada kesalahan yang diperbuat sehingga hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan menjadi masalah jika disikapi secara emosional (bukan akal sehat dan hati). Menyikapi hasil dari kesalahan membawa kita kepada hadirnya masalah.

2. Sekalipun kita bisa meningkatkan kemampuan untuk tidak salah lagi dapat menyelesaikan masalah. Bisa jadi belum selesai masalahnya sudah hadir masalah baru. Dan menjadi semakin bertumpuk jika kesalahan masih terjadi dan kemampuan tidak ditingkatkan.

Saya dapat simpulkan tumpukan masalah karena tumpukan kesalahan. Kejadian ini seringkali terjadi tanpa disadari, karena kita merasa tidak perlu belajar untuk meningkatkan kemampuan dan mengambil referensi ilmunya yang tidak tepat. Sudah merasa nyaman dengan kehidupannya dan "cuek" aja kalau ada masalah. Beberapa indikasi yang dirasakan seperti cepat lelah atau capek, berat dan lama mengerjakan (sulit), tertekan menghadapi sesuatu. Ada yang bilang,"saya sudah tidak muda jadi gampang capek". Hal ini bisa bener, tapi bisa juga orang yang tidak muda masih semangat dan mampu mengerjakan yang dikerjakannya. Tetep saja kemampuan sampai tidak muda itu menjadi referensi, apakah kita mampu menyelesaikan masalah sekalipun dengan usia yang tidak muda ?

Agar masih kita tetap dapat menjalani hidup dengan tenang dan tanpa masalah yang berarti, maka sebaiknya kita melakukan manajemen syukur dari sekarang :

1. Perbanyaklah istighfar untuk membersihkan hati agar semakin mudah untuk menerima kebenaran (petunjuk) dari Allah. Hati yang semakin bersih mampu menangkap hikmah dari kebaikan yang kita lakukan.

2. Teruslah mengembangkan sikap yang bener dalam menghadapi masalah. Sikap seperti apa ? Sikapi masalah dengan mengatakan bahwa masalah itu adalah harapan sehingga kita dapat menghadapinya tanpa perlu "takut" (malah seneng) karena ingin meraih harapan itu. Sikap ini mesti dilanjutkan dengan berpikir dengan akal sehat, memahami masalahnya dan mendetailkannya agar semakin mudah solusinya. Ini langkah manajemen syukur dengan menyadari kita dimampukan Allah untuk mengelola sikap dan akal sehat.

3.  Langkah selanjutnya adalah memaksimal potensi yang ada untuk bergerak/aktivitas langkah demi langkah sesuai kemampuan yang dioptimalkan. Langkah demi langkah itu mesti diikuti dengan belajar kepada referensi yang mutlak kebenarannya, yaitu Al Qur'an.

Tumpukan masalah bisa diselesaikan dengan menambah kemampuan yang sekaligus mengurangi kesalahan. Berdoa menjadi pamungkas kita agar Allah menyempurnakan untuk menjadi semakin baik.

Kultum kali ini memberikan wawasan agar mampu mengatasi masalah dengan pemberdayaan diri. Wawasan ini memotivasi kita untuk menjadi lebih baik. Insya Allah kita selalu diberdayakan untuk selalu bersyukur dengan apa yang Allah telah berikan.

Tumpukan kesalahan

 Ada pertanyaan yang mengintrospeksi, "apakah saya banyak salah ?" Jawabannya pasti. "Salah kepada siapa ?" Pasti salah pada diri sendiri, salah kepada orang terdekat dan orang lain. Bagaimana dengan salah kepada Allah ? Apakah semua kesalahan yang pebuat itu menjadi kesalahan saya kepada Allah ? Apa yang terjadi jika kesalahan itu sudah menumpuk ? Biasanya membuat saya malu bertemu dengan orang yang saya buat salah. Lama-lama komunikasinya menjadi jarang dan seperlunya. 

Karena dampak kesalahan itulah membuat saya "mengecilkan sendiri" dunia yang saya jalani. Kesalahan saya pada seseorang sudah pasti mengurangi nilai hubungan saya dengan orang tersebut. Saa bikin kesalahan dengan atasan, maka saya jadi "menghindar" dari atasan. Bagaimana dengan kesalahan kepada Allah ? Kalau saya sadar maka saya meminta maaf, kalau tidak maka Allah seolah membiarkan saya dalam kesalahan itu.

Berbuat salah itu bukan tidak boleh, sebenarnya salah itu bisa terjadi karena memang tidak tahu awalnya. Dengan ketidaktahuan itu saya melakukan hal baru, bisa berhasil (benar) dan bisa tidak tepat (salah). Contoh atasan saya sangat senang dengan saya, tentu ada sebabnya. Misalkan saya adalah orang yang penurut. Saat saya tidak tahu apa yang diperintahkan oleh atasan saya, maka atasan saya mau mengajari dan membimbing saya agar hasilnya bener. Dan kalau salah saya dimaafin setelah saya minta maaf dan dilanjutkan dengan hal yang bener. Sebenarnya semua orang mengalami yang sama, dan bisa jadi saya melakukan yang benar itu karena dibimbing oleh hati (tenang dan mengikuti petunjuk yang bener). Jika Allah menghendaki kebaikan kepada saya, maka Allah telah menyempurnakan apa yang saya lakukan. 

Yang menyebabkan saya cenderung salah, karena menganggap kesalahan sebelumnya dicuekin dan tidak apa-apa kalau salah. Maka terjadilah penumpukan kesalahan. Tumpukan ini secara pribadi membuat saya malu dan tidak nyaman, sehingga akal sehatnya tidak hadir. Maka kesalahan itu terus menutupi kebenaran yang ingin dikerjakan. Kalau bohong dianggap membela diri supaya saya tidak turun nilainya, maka saya dapat terus berbohong dan sangat kecil untuk berbuat tidak bohong. Dalam hati kecil saya ingin sekali berbuat yang bener. terus bagaimana ?

Belajar dan berlatih untuk meminta maaf kepada orang yang kita lakukan dengan tindakan salah, meminta maaf kepada Allah karena sudah berbuat yang tidak bener. Kedua hal ini sebenarnya saya sudah menganggap bahwa kesalahan itu boleh tapi mesti diperbaiki. Caranya adalah mengakui kesalahan dan meminta maaf. Insya Allah langkah ini dapat "menghapus" kesalahan saya (dimaafkan dan dimaklumi). 

Selanjutnya tidak ada cara lain bagi saya untuk melakukan beberapa hal :

1. Belajar dan menerapkan petunjuk yang bener (ilmu dan petunjuk Allah). Jika ada salah maka mohon maaf lagi. Minta maaf itu perbanyak istighfar, tujuannya agar hati menjadi lebih bersih. Dengan hati yang lebih bersih membuat saya mudah untuk menerima petunjuk dan ilmu yang bener. Saya mesti memperbanyak istighfar karena saya sebagai manusia suka lalai dengan kesalahan (tidak disadari saat berbuat kesalahan).

2. Memperbanyak kebaikan yang sudah saya kuasai (jarang salah). Hal ini juga dapat menghapus kesalahan yang sudah saya lakukan.

Kedua hal ini sangat berarti untuk memelihara perbuatan saya menjadi semakin baik. 


Dalam dunia kerja juga sama, kalau saya salah maka mau tidak mau saya mesti mengakui kesalahan itu agar bisa bangkit untuk memperbaikinya. Meminta maaf jalan untuk terus dapat berkomunikasi dengan baik (tidak dicuekin). Upaya untuk mengoreksi adalah langkah terbaik untuk "menutupi kesalahan". Agar kesalahan itu terhapuskan, maka mesti dilakukan hal-hal lain yang positif untuk menumbuhkan kepercayaan baru.

Tak berbeda jauh, dalam kehidupan keluarga pun bisa terjadi hal di atas. Untuk mencegah kesalahan itu terjadi, perbanyaklah istighfar agar kita bisa mengerjakan banyak hal dengan hati. Belajar dan memahami banyak hal untuk mendukung kesalahan itu sangat minim terjadi. Perbanyak pula kebaikan-kebaikan agar mampu menghapus kesalahan yang sudah terjadi.

Insya Allah kultum kali ini dapat menggugah kita semua untuk memberdayakan diri agar mampu terus banyak istighfar dan banyak pula berbuat baik. Inilah yang dapat kita jadikan motivasi untuk just do itnya.







Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...