Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Masalah dan emosional

 Masalah sering dipersepsikan tidak baik bagi sebagian orang. Dengan persepsi ini mereka begitu berat menghadapinya. Perasaan tidak nyaman dan persepsi tidak baik tersebut membuat tidak mudah menemukan solusinya. Emosi yang berperan besar karena persepsi yang tidak baik itu tidak membuka pikiran untuk menemukan logika sehat sebagai solusi, yang muncul adalah solusi berdasarkan emosi. Contoh masalah yang biasa adalah karyawan yang jauh dari lokasi kerja sering terlambat, dan diperingatkan oleh atasannya. karyawan menjawab dengan anggukan dan besoknya pun masih terlambat.

Karyawan itu menganggap bahwa masalah itu sebagai hal biasa dan meminta memaklumkan keterlambatannya. Bahkan dalam hatinya,"atasan saya nggak mau tahu alasan saya terlambat". Jawaban ini merupakan tingkat kesulitan karyawan untuk menyelesaikan masalah, yang jika ditelusuri keterlambatannya adalah karena merasa tidak termotivasi lagi. Ujung-ujungnya karyawan menganggap  gaji saya udah nggak cukup. Mestinya keterlamatan dihukum, maka harapannya kalau datang lebih awal dapat tambahan dong. Masalah yang tadi sederhana soal keterlambataan merambat menjadi besar karena berpikir secara emosional.

Bagaimana dengan atasannya ? Kalau bisa tidak mau pusing, bisa aja memberi surat peringatan dan dilanjutkan dengan ceramah yang tak didengar oleh karyawan. Atau bisa jadi terus mengingatkan dan agar memberi efek jera, maka seringkali memotong insentif. Solusi yang tidak memberi solusi terbaik, bahkan solusi ini dan respon karyawan seperti lingkaran setan yang tidak pernah berujung. Solusi ini pun berindikasi dominannya emosional dalam mengambil keputusan.

Tetapi apakah semua solusi yang didominasi oleh emosional ini tidak berdampak positif ? Bisa juga solusi itu menyelesaikan masalah. Ada karyawan yang takut karena atasannya jadi tidak terlambat lagi. Karyawan sih masuk lebih awal, tapi itu semua dilakukan dengan terpaksa. Perasaan takut dipecat, takut dikurangi pendapatannya, dan tidak dipercaya mendasari keterlambatannya. Bagus nggak ? Bisa bagus saat karyawan menyadari semua itu menjadi awal untuk berubah dan semakin hari menjadi tidak terlambat dengan merasakan manfaatnya. Kalau tidak merasakan manfaatnya, maka menjadi berdampak kepada kerja yang tidak optimal. Kerja dengan perasaan takut dan sebagainya dan jarang ada produktivitas. Padahal perusahaan membutuhkan produktivitas. 

Masalah ini mesti didudukkan dengan mencari akar masalahnya. BUKAN mencari solusi berdasarkan keterlambatan saja. Ada penyebab dari keterlambatan tersebut ? Disini perlu ada komunikasi karyawan dan atasan. Misalkan saja atasan memberi kepercayaan kepada karyawan untuk memberikan pekerjaan yang besar, dimana datang lebih awal itu menjadi bagian dari kepercayaan yang diberikan. Karyawan yang terlambat diberi tugas pengawasan untuk memonitor karyawan yang produktif di awal kerja. Atasan meminta karyawan yang telambat untuk mempelajari mungkinkah karyawan produktif di awal kerja ? Dan bisa saja dengan langkah solusi yang mengajak karyawan untuk dipercaya dalam hal lain.





 







Orang hebat

 Orang hebat ? Pasti menyebut hal itu pasti menjadi sebuah keinginan banyak orang. Apa sih yang terjadi jika saya menjadi orang hebat ? Cenderung saya dipuji karena kehebatannya,"hebat ya, kok bisa ?" Misalkan saya bisa menyembuhkan penyakit, maka saya diminta tolong karena dipercaya. Dalam bayangan saya juga selain dipuji, menjadi terkenal dan dapet banyak uang. Apa iya ?

Imajinasi orang hebat itu hampir sama semua orang. Tapi memang kehebatannya berbeda-beda setiap orang. Ada yang hebat pidato sehingga pendengarnya terpana, ada yang hebat jualannya sehingga apa saja bisa dijual, Ada yang hebat dalam mengobati orang sehingga orang percaya untuk berobat dan lainnya. Ada juga yang bilang "kehebatan negatif" tapi hal ini tidak lazim, hebat maling, hebat marahnya dan sebagai. Sekalipun memang hebat maling misalkan, tapi tidak lazim dan tidak dipuji.

Ada persepsi lain tentang hebat yang sebenarnya yaitu orang yang hebat itu adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya. Saat dia bisa marah, tapi dia tidak marah. Inilah orang hebat. Ada juga orang yang berkuasa, tapi tidak menggunakan kekuasaannya. Pada prinsipnya orang hebat BUKAN yang mampu menaklukan orang lain, tapi orang yang mampu menaklukan dirinya sendiri. Tapi tidak hebat kalau orang tersebut tidak melakukan karena alasan tertentu. Misalkan ada orang yang tidak bisa marah karena dia memang tidak berkuasa atas orang lain. Hal ini belum hebat. Seorang karyawan tidak berani marah kepada atasannya.

Setiap hari saya diberi kesempatan untuk menjadi hebat, mengapa tidak diambil kesempatan itu ? 

1. Bukankah saya diberi kesempatan untuk tidak emosi, saat melihat orang salah. Tapi dalam hati masih dongkol.  Agar kesempatan itu dapat saya ambil, maka saya lebih baik mengerjakan sendiri untuk orang lain sekalipun tidak diminta. Dalam bahasa agama, amalan sunnah. Mengerjakan yang tidak diwajibkan.

2. Bukankah saya diberi kesempatan untuk bangun pagi dan beraktivitas, setelah dibangunkan. Tapi saya masih malas bangun karena capek atau dingin. Agar kesempatan itu dapat saya ambil, maka saya lebih baik segera bangun dan mengerjakan banyak hal. 

3. Bukankah saya juga diberi kesempatan untuk kerja dengan ikhlas pada jam kerja. Tapi saya masih mempertimbangkan untung ruginya, nyaman dan tidak nyamannya.  Agar kesempatan ini dapat saya ambil, maka saya fokus dan berniat mengerjakan sungguh-sungguh. Urusan hasil tak perlu dipikirkan. Niat dan kerja yang sungguh-sungguh itu tidak pernah dibohongi oleh hasil.

4. Membayangkan banyak aktivitas BUKAN sekedar kewajiban atau disuruh, tapi dikerjakan untuk membangun diri menjadi semakin baik dan orang lainlah yang bilang,"Kamu hebat !"

Insya Allah saya diberi kemampuan melihat kesempatan itu dengan hati agar dapat membuat diri saya mengendalikan diri saya dan siap mengerjakan apapun menjadi semakin mahir dan profesional.




Ujian dan sabar

 Selamat malam, semoga malam tetap sehat dan iman yang terjaga. Malam ini, saya berbagi petunjuk Allah agar kita semakin banyak ilmu yang bener yang kita serap dan sungguh-sungguh untuk diamalkan. 
Surah Al Baqarah, ayat 155. Terlampir berikut 

1. Ujian dari Allah itu terjadi setiap hari. lalu ? Bisa dong kita tidak panik, tenang dan berpikir dengan hati agar dapat menemukan solusinya. 
2. Karena ujian itu setiap hari, maka kita dilatih Allah untuk sabar setiap hari. Masak kita belum bisa sabar juga. Paling tidak untuk menghadapi satu hal kita bisa sabar
3. Sabar itu berarti menerima dengan ikhlas, memahami dengan hati, berpikir dan menjalani proses demi proses. Dan terus menyempurnakan perjalanan proses tersebut. Berdoa pula agar Allah menyempurnakannya
4. Karena  Allah yang menguji, maka kita pun belajar kepada Allah lewat petunjukNya. Seringlah membaca dan memahami Al Qur'an.

Insya Allah kita dapat menerima petunjuk Allah ini di hati kita dan segera mengamalkannya. 



Kok belum dijalani ?

 Dalam kerja sering ditemui seorang karyawan tidak mengerjakan apa yang diperintahkan. Dalam pertemuannya, seseorang bisa diminta untuk memperbaiki apa yang sudah dikerjakan. Seorang staf yang mengerjakan laporan diminta membuat laporannya lebih cepat. Perintah ini sangat jelas menurut orang memerintahkan. Tapi beberapa hari kemudian laporan itu tidak terjadi lebih cepat. Apa sebabnya ?

Sebenarnya membuat laporan itu mudah, tapi tidak terjadi. Ada beberapa faktor penyebabnya :

1. Hal yang baru tidak mudah dikerjakan, karena yang sekarang saja sudah membuat kerepotan. Tidak ada waktu dengan banyaknya pekerjaan. Biasanya orang seperti ini selalu memberi alasan tidak ada waktu untuk melakukannya, karena masih ada kerjaan lain yang harus diselesaikan.

Salah satu solusinya adalah terus melakukan kontrol untuk laporan yang lebih cepat itu terjadi. Perhatikan aktivitasnya selama kerja, apakah memang waktunya sudah tidak ada lagi ? Jika tidak ada waktunya, maka sebaiknya lakukan berikut ini 

2. Berikan waktu untuk bersama mengerjakannya dan tunjukkan bahwa untuk melakukannya itu mudah. Salah satunya, berpikir bahwa pekerjaan itu ringan dengan memilah menjadi semakin kecil. Langkah kecil itu mudah. Setelah itu yang memerintahkan tetep mesti mengontrol sampai laporan itu terjadi.

3. Jika laporan itu tidak dibuat karena hal emosional, maka perlu digali dengan ngobrol samapi menemukan sebabnya. Bisa jadi tidak dilakukan karena merasa dirinya sendiri yang dibebani pekerjaan itu, mengapa saya ? Dilanjutkan emosionalnya dengan mengatakan,"kerjaannya seolah tambah banyak, sedangkan orang ini tersirat minta ada tambahan atas pekerjaan itu". orang seperti ini suka menunda dan bilang,"nanti saya kerjakan, tapi dikerjakan juga". 

Apa yang bisa Anda lakukan ? Memberikan motivasi yang bersifat emosional. Jika kita jelaskan secara logika sering diterima tapi dikerjakan, maka berikan rasa nyaman bagi orang tersebut mengerjakannya. 

4. Ada juga yang tidak mengerjakannya, karena memang tidak paham apa yang dimaksudkan. Secara garis besar tahu, tapi tidak paham detailnya. Sewaktu mau mengerjakannya muncul pertanyaan dalam dirinya,"cepatnya itu seberapa cepat ?", "apakah ada yang diprioritas dan yang lain seperti biasa ?", "kalau laporannya minta cepat, pekerjaan lain saya  tinggalkan" dan banyak lagi pertanyaan yang membuat orangnya bingung. Ditambah lagi dia sendiri tidak bisa mengerjakannya. Seringnya orang seperti ini merasa takut untuk bertanya, tapi kalau ditanya paham. Dan orang ini sering bicaranya tidak detail, tapi bicarakan hal besar terus, how to tidak tahu.

Yang memerintahkan mesti melanjutkan perintah dengan detail, bila perlu diberikan contoh. Jika orangnya tidak bertanya, maka mesti diuji dengan bertanya agar yang memerintahkan menjadi paham bahwa perintahnya sudah dipahami dengan baik.

Mulailah untuk memahami diri kita sendiri sebagai orang yang menerima perintah. Menyadari keadaan kita sendiri dan bener-bener paham apa yang diperintahkan sedetail mungkin dengan banyak bertanya atau kalau tidak berani dapat mencari sendiri. Tidak ada yang salah dengan perintah itu, perintah itu sangat bermanfaat bagi kita :

1. Kesempatan untuk menambah kemampuan. Bagaimana jika kemampuan itu diambil orang lain ? Bahwa kemampuan meningkat itu adalah kepercayaan. 

2. Kemampuan tinggi memudahkan kerja kita dan semakin banyak waktu untuk mengerjakan hal lain dengan lebih baik.

3. Perintah itu mendorong kita untuk menjadi semakin baik. Keadaan yang baik itu menyenangkan buat kita untuk karir dan nilai diri kita.

4. Perintah itu mengundang kita untuk bisa berkomunikasi dengan baik, sehingga bisa saling memahami masing-masing.

5. Jika kita mampu melaksanakan perintah, maka kepercayaan itu meningkat dengan perintah berikutnya. Secara kemampuan yang meningkat dapat membuat level manajemen kita semakin tinggi. Siap menjadi level yang lebih tinggi.

6. Saat menemukan masalah, tidak perlu repot juga. Karena kita bisa bertanya kepada yang memberi perintah atau orang yang mengerti masalah ini. Selalu ada solusi mengatasi masalah. keadaan ini membuat kita semakin senang menemui masalah dan bersemangat menemukan solusinya.

7. Bayangkan saat mengerjakan perintah dengan ikhlas, meluangkan waktu, pikiran dan semuanya untuk menemukan cara terbaik. Bukankah keikhlasan itu membuka hadirnya Allah bersama kita dalam mengerjakan. Ada semangat dan yakin Allah mendampingi dengan memberi petunjuk dan sifat-sifat baik serta menyempurnakan apa yang kita kerjakan.

Insya Allah siapapun kita sebagai yang memerintahkan atau yang menerima perintah dapat menjadi semakin baik tanpa perlu membela diri dengan berbagai alasan. Alasan itu hanya bagi mereka yang tidak mau menjadi semakin baik. Semua langkah ini untuk menguji, apakah kita ini bersyukur dengan pemberian Allah atau tidak mau memanfaatkan apa yang sudah kita miliki ? bersyukurlah karena Allah segera memberi nikmat lagi yang jauh lebih baik. Rugilah yang tidak mengambil rasa syukur, karena Allah memberikan azab baik berupa kesulitan dan sejenisnya.


 

Memberi dengan tersenyum

 Apa bisa memberi dengan tersenyum ? Mestinya iya, tapi banyak orang kurang senyumnya saat memberi. Kalau mau dibilang,"biasa-biasa saja. Senyum nggak dan cemberut juga nggak. Datar aja". Lalu mengapa mesti tersenyum ? Senyuman bisa menjadi indikator kebahagiaan kita saat memberi, perasaan senang saat memberi dan memberinya dengan sepenuh hati. impelementasi ikhlas. Harmonis dari hati - pikiran - emosional dan tubuh yang meneruskan tindakan tersebut. Emang kalau nggak senyum, masalah gitu ?

Senyum bisa dibuat-buat bagi orang tertentu karena memberi ke atasan, atau tersenyum karena SOP atau tersenyum ada maunya. Jadi terkadang banyak orang tidak bisa membedakannya, ya sih karena itu urusan hati. Hati orang tidak bisa dibaca, tapi hati seseorang tercermin dalam tindakannya. Apakah mungkin orang yang ikhlas tapi tidak senyum ? Hati menyuruh ikhlas, tapi pikiran mengatakan rugi saya tersenyum. Begitulah kira-kira. Umumnya tubuh tidak bisa berbohong dengan tindakannya, tapi bisa terjadi mungkin dalam sinetron dan film.

Tersenyum itu ibadah loh. Masak nggak mau ibadah ? Paling murah dan paling mudah, tapi tidak mudah dikerjakan. Padahal dibalas minimal 10 kali oleh Allah. Bisa jadi belum tersenyum karena banyak masalah. Memikirkan masalah dengan emosional dan logika mengabaikan hati untuk berfungsi. Yuk sadarkan diri kita kepada Allah agar hati itu berfungsi dan bisa tersenyum. Dengan senyum bisa mendapatkan pahala. Belum bisa tersenyum juga ?

Masih nggak mau tersenyum ? Pahami secara kesehatan, setiap situasi senyum membangkitkan otot-otot kebahagiaan hadir dan setiap otot ini menyebar ke selutuh tubuh. Maka tubuh merasakan kebahagian dan senang. Sebaliknya saat kita tidak tersenyum, otat-otot menjadi sangat lelah dan melemah tubuh akibatnya menjadi lemah/mudah capek. Kondisi tubuh ini menjadi pertimbangan pula kita untuk tersenyum, murah senyum banyak teman yang menciptakan hubungan silaturahmi dan membuka rezeki. Nggak mau juga sehat dan memiliki jaringan yang banyak ? Kayaknya saat susah tersenyum, mestinya bergaul sama orang yang  banyak tersenyum, semoga ada aura yang mempengaruhi kita untuk tersenyum. 

Mulailah hari ini dengan senyum, bangun tidur tersenyum dengan menghadirkan imajinasi,"Terima kasih ya Allah telah dibangunkan, bisa merasakan udara sehat pagi, lebih banyak aktivitas dan sebagainya". Beribadah dengan senyum dengan menghadirkan seperti bertemu dengan Allah". Bekerja dengan senyum dengan menghadirkan imajinasi mengerjakan pekerjaan untuk bos atau konsumen yang membuat mereka pun tersenyum. Berdagang dengan senyuman dengan menghadirkan imajinasi dapat membantu konsumen yang membeli dan ngobrol kebaikan dan imajinasi Allah hadir saat berdagang sehingga bersemangat dan berdagang yang jujur. Dan iringi senyum kita untuk berbagai aktivitas.

Tidak ada yang tidak nyaman jika tersenyum (perasaan senang), tidak ada yang tidak sehat dengan tersenyum (tidak mudah capek), tidak ada yang tidak dibalas kebaikan dengan tersenyum. Sudah enak, sehat dan berpahala .... kok belum mau tersenyum ? Bismillahirrahmanirrahiim senyum ya.


Al Qur'an bukan sekedar urus agama

 Selamat malam. Saya beranikan diri untuk mengambil hikmah dari petunjuk Allah dalam kehidupan saya. Ayat berikut menjelaskan bahwa Al Qur'an itu menjelaskan segala sesuatu, termasuk cara kita untuk hidup lebih bahagia dan sukses di dunia dan diakhirat.


1. Semakin banyak membaca dengan perlahan dan tak perlu buru-buru hanya ingin membaca, tapi pahami dengan hati. Insya Allah memahami Al Qur'an dan mengamalkannya, kita mendapatkan rahmat dari sisi Allah.
2. mengapa kita tidak mengamalkan Al Qur'an yang sudah dinyatakan oleh Allah sebagai petunjuk hidup manusia ? Salah satunya memang kita memiliki persepsi yang lemah, membaca Al Qur'an itu sudah dapat pahala, dan isi Al Qur'an itu tidak menjelaskan apa-apa tentang cara hidup. Al Qur'an hanya mengurus ibadah saja. Dengan memahami ayat ini, "keraguan" kita menjadi semakin yakin untuk menggali lebih dalam Al Qur'an karena isinya sangat berharga bagi kita dalam hidup.
3. Jika kita sudah percaya dan yakin, maka berserah dirilah untuk mengamalkannya. Maka Allah yang membalasnya.
4. Yakinlah bacalah dan temukan masalah kita di dalam Al Qur'an, Insya Allah kita diberi petunjuk dalam hati oleh Allah untuk menyelesaikan masalah kita. Lakukan dengan sepenuh hati.

Insya Allah kita dapat mengimani ayat ini dan semakin membuat kita percaya tanpa ragu untuk menjadikan Al Qur'an sebagai pedoman hidup.

Evaluasi diri

 Sejak dari SD sampai lulus, kita memiliki raport. Fungsi raport adalah menunjukkan nilai pencapaian dan guru menyampaikan masukan untuk memperbaiki nilai mata pelajaran. Ada yang dulu tidak pintar setelah diberi nilai pada raport berubah pada semester berikutnya, menjadi lebih pintar. Raport itu penting dalam proses kita belajar. Bagaimana dengan raport kehidupan kita setelah sekolah ?

Kita merasa tidak ada proses belajar seperti di sekolah, jadi banyak orang tidak ingin belajar lagi. Tidak ada gurunya dan tidak ada raportnya. Tapi sebenarnya proses belajar terus berlanjut walalupun sudah lulus sekolah. Sekolah kehidupan, gurunya adalah siapa saja yang memberikan penilaian terhadap apa yang kita lakukan. Seorang temen bilang,"kamu kok males banget, kerjain dong biar hasilnya bagus". Temen kita itu adalah guru kita, dan mata pelajaran adalah tentang kerja. Penilaiaannya adalah malas dan rajin. Apakah kita tidak sadar ? Setiap hari dan setiap peristiwa kita bisa belajar untuk menjadi lebih baik setiap hari. Dalam bahasa lain, saya ingin mengatakan "Evaluasi diri" untuk memperbaiki diri. Tetapi dalam sekolah kehidupan itu, banyak orang tidak mau menerima raport berupa nasehat atau teguran  dan sejenisnya. Apalagi nasehat itu datang dari orang di bawah status kita. 

Saat kita pulang kerja di malam hari. Kita mendapat ucapan anak,"ayah kok pulangnya malam". Ucapan anak kita tidak pernah digubris, karena ini adalah semacam pesan untuk mengingatkan kita. Apakah kita bisa pulang tidak malam ? Ya kalau pulang, apakah kita tidak bisa memberi info kepulangan kita ? Karena tidak pernah digubris, maka kita tidak lulus menghadapi masalah seperti ini, dan memberi dampak kepada anak kita. Anak kita bisa menirunya. Bagaimana saat kita menanyakan kepada anak tentang mengapa tidak belajar ? Bisa jadi anak kita pun tidak perlu menjawab. Pasti kita marah. Bayangkan anak kita waktu tidak dijawab sama kita, dia mau marah tapi tak mampu (hanya bisa diam). Salah satu pelajaran yang mesti kita evaluasi dan ini adalah sekolah kehidupan. 

Membayangkan kita memiliki sikap dan perilaku belajar dalam kehidupan ini, apapun kejadiannya dan apapun hasilnya dapat memberi kebaikan bagi kehidupan yang semakin baik. Ada raport kehidupan kita yaitu lisan dari orang lain. Mau tahu nasehat gurunya, dengarkan ucapan/lisan orang yang kita hadapi. 


Demikianlah orang dengan pribadi baik itu bukan terjadi begitu saja, tapi selalu mengevaluasi nilai dirinya dan selalu ingin memperbaikinya. Tidak ada yang sempurna, jadi teruslah memperbaiki diri. Evaluasi diri bisa saja kita lakukan sendiri, kalau kita merasa gengsi di hadapan orang lain. Evaluasilah dengan jujur.



Bersyukur lebih baik

 Dalam keseharian, kita banyak keinginan atau mimpi. Mau jadi kaya, mau bahagia, mau usaha dan banyak lagi maunya kita dalam hidup ini. Maka keinginan itu menjadi motivator dalam kita bekerja. Ada yang serius menjalaninya dan ada juga yang sekedar pengen saja. Yang serius menjalaninya juga banyak hambatan dan masalah, lalu berdoa minta tolong kepada Allah dan sedikit mulai mengendur.

Faktanya banyak orang ingin berubah atau bertambah pendapatannya dengan membuat target yang merupakan keinginan untuk lebih baik. Keadaan ini memaksa diri kita untuk berusaha maksimal agar tercapai. Ada tekanan (stress) dan banyak godaan dalam meraihnya dengan berbagai cara. Keinginan ini cenderung buruk. Lalu apakah hidup kita ini biasa-biasa saja ?

Sebagai orang yang beriman, ada cara yang lebih baik yaitu bersyukur. Emangnya bersyukur bikin hidup lebih baik atau meningkat ? Allah mengajarkan kita dalam surah Ibrahim,"Jika kamu bersyukur maka Allah tambahkan nikmatnya, dan jika tidak bersyukur maka tunggu azabNya". Mari kita dalami petunjuk ini :

1. Ditambah nikmatnya berarti kehidupan kita meningkat dalam hal apa saja. Bisa iman, kesehatan, bisnis dan lainnya. Caranya ? Bersyukur.

2. Bersyukur itu bukankah kita menerima apa yang kita miliki, potensi tubuh, akal pikiran, hati dan perasaan serta "materi" atau fasilitas yang kita miliki. Lihatlah potensi itu dan manfaatkan menjadi bernilai tambah (kerja yang optimal). Bersyukur itu adalah bekerja untuk semakin baik. Apakah keadaan bikin stress ? Tidak, karena kita berubah sesuai keadaan kita, kita hanya menambahkan aktivitas (kerja) dan meningkatkan kualitas kerja kita dengan apa yang kita miliki.


3. Pilihan bersyukur juga merupakan wujud terima kasih kita kepada Allah yang selalu memberi rahmat dan karunianya. Maka bersyukur itu ibadah.

4. kesungguhan kita bersyukur/bekerja dibalas Allah dengan tambahan nikmat. Sebutkan saja saat ini kita nilai hidup kita 10, maka dengan bersyukur nilai hidup kita naik 11 atau lebih.

5. Sebaliknya jika kita tidak bersyukur, maka tunggu azab Allah. Tidak bersyukur berarti tidak bekerja dengan lebih baik dengan memanfaatkan apa yang ada. Azab Allah bisa ringan dan bisa berat, bisa diberi masalah atau kesulitan atau hasil yagn diperoleh tidak memberi keberkahan atau bangkrut atau kegagalan.

Sebenarnya tidak ada pilihan kecuali bersyukur, karena kita tidak ingin azab Allah itu. Yang menjadi persoalan bagaimana kita mengelola diri kita terutama nafsu atau keinginan. Keinginan atau nafsu yang baik adalah yang dirahmati Allah. Insya Allah kita menjadi semakin baik dengan jalan Allah.


Merenung rezeki yang dilapangkan dan disempitkan

Selamat malam semuanya, malam ini beranikan diri untuk memahami petunjuk sukses dari Allah. Ayat yang menunjukkan bahwa Allah melapangkan dan menyempitkan rezeki sebagai tanda kekuasaanNya bagi orang berakal, memberikan makna sebagai berikut :


Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasinya (bagi siapa yang Dia kehendaki)? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman. (QS. [39] Az-Zumar : 52)

1. Allah berkuasa untuk memberikan rezeki banyak dan sedikit. hal ini sebagai tanda kekuasaan dari Allah. Untuk apa Allah menunjukkan kekuasaan ? Pergunakan hati dan akal (yang beriman). Agar kita sebagai manusia tahu dan menjalankan apa yang menyebabkan Allah melaang rezekiNya dan bagaimana cara mengikutinya. Dan sebaliknya kita mulai berpikir tentang rezeki yang sempit agar kita mampu menghindarinya. 
2. Bagi yang mendapatkan rezeki yang lapang, hendaknya tidak merasa karena kepintaran atau kekuatannya. Hendaklah kita berpikir bahwa rezeki dari Allah berarti kita bersyukur degan adanya rezeki tersebut.
3. Bagi yang disempitkan bisa jadi sebagai peringatan Allah agar menjadi beriman kembali. Pastilah ada faktor penyebabnya dan temukan semua itu dalam Al Qur'an.
4. Tidak sombong atas apa yang Allah lapangkan rezekiNya dan selalu memuji Allah atas rezeki tersebut.

Insya Allah kita dilapangkan hati untuk menerima rezeki Allah dan mensyukurinya. teruslah memahami makna apa saja yang perlu kita amalkan agar Allah melapangkan rezeki kita.



Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...