Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Pesan tren, Apa yang sudah dikerjakan hari ini ?

Setiap hari semua orang sudah bekerja di siang hari dan di malam hari semestinya kita istirahat dengan banyak merenungkan apa yang sudah dikerjakan. Begitu Allah menciptakan siang dan malam dengan maksud yang baik, dan hanya orang memiliki akal lah yang memahami. Tapi fakta sesuai era dan life style membuat banyak orang menghabiskan istirahatnya dengan menikmati malam dan tidak pulang ke rumah sebagai base kehidupannya. Apakah ini yang dimaksudkan dengan istirahat ? Mungkin berbeda saat malam harinya dihabiskan di rumah-rumah Allah di Masjid dalam majelis ilmu.

Pertanyaan yang bisa kita tujukan kepada diri kita sendiri, katanya kita ini kerja untuk keluarga, tapi mengapa tidak menghabikan waktu istirahat bersama keluarga ? Mau membahagiakan keluarga dan orang tua tanpa banyak berinteraksi, apakah bisa ? Apakah hanya dengan memberikan uang yang lebih untuk memenuhi kehidupan mereka dianggap sudah membahagiakan ? 


Malam hari adalah waktu yang tenang dan bisa mendorong kita untuk merenung tentang apa yang sudah kita kerjakan hari ini ? dan adakah rencana untuk memperbaikinya di hari berikutnya ? Dua pertanyaan itu jika ditanyakan dengan jujur dan dijawab pula dengan jujur, maka tidak banyak kerja hari ini yang membuat kita semakin baik. Bisa jadi kita habiskan dengan hasil yang tidak menggembirakan dan bahkan bisa menjauhkan kita kepada Allah. Lalu beranilah untuk menjawab pertanyaan kedua, apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki keadaan hari ini ? Apakah kita berani mengungkapkan hari ini kepada Allah untuk memohon ampun ? Ya mesti dan harus. Dengan pengakuan ini bisa membuka hati kita merasa plong atau nyaman, karena kita memiliki Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Dan kita sangat ingin memperbaikinya di hari berikutnya. Berdoalah kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan dibangunkan pada pagi hari dengan ibadah yang ditunggu Allah.



Insya Allah  renungan di malam hari dari apa yang sudah kita kerjakan hari ini dapat membuat kita meningkatkan kemampuan (iman) kita menjadi lebih baik. Yang terbaik adalah selalu memperbaiki diri dan kapan waktunya ? setiap hari, karena kita selalu banyak berbuat tidak baik.

Magic Word Meningkatkan kemampuan

 Apa yang Anda pikirkan agar kemampuan meningkat ? langsung dijawab oleh banyak orang "belajar". Ya memang itu yang dipersepsikan orang untuk "bertambah pinter" dalam beraktivitas. Ya belajar dulu, tai ada pertanyaan, berapa lama belajar ? Pasti sesuai ilmunya. Lalu darimana ilmu itu Anda dapatkan ? Dari berbagai orang atau referensi. Terus apakah ilmu yang Anda ingin pelajari itu dapat meningkatkan kemampuan Anda ? Ya. Persoalannya lagi, untuk apa Anda meningkatkan kemampuan ? Yang pasti untuk mengatasi masalah dalam pekerjaan Anda. Lalu apakah ilmu yang sudah Anda pelajari bisa membantu ? Ya ada, belajar tapi nggak pasti.

Saya melihat dari sisi yang lain tentang meningkatkan kemampuan yaitu hadapi dulu masalah atau hambatan dalam kerja. Kesungguhan kita menghadapinya adalah pintu masuk untuk mengetahui kekurangan kemampuan kita, lalu belajarlah apa yang dibutuhkan. Tapi percayalah orang yang pernah melewati masalah seringkali menemukan ide (solusi) setelah terus-menerus menghadapi masalah tersebut. Inilah cara belajar yang baik untuk meningkatkan kemampuan kita. Percayalah yang dibutuhkan adalah teruslah kerja dengan masalah dan ide itu muncul dari kebaikan Sang Pencipta. 


Nggak percaya ? Bayangkan orang dulu yang pintar sebagai ilmuwan, mestinya mereka tidak belajar dulu. Seperti Thomas Alfa Edison menemukan lampu setelah melakukan percobaan sampai 1001. Kesungguhannya membuah hasilnya. Thomas Alfa Edison melakukan berbagai cara agar bisa menemukan lampu tak henti. Sama halnya dengan ilmuwan yang lainnya.



Mau belajar dari menghadapi masalah atau belajar dari referensi dulu ? Keduanya perlu dan yang utama adalah teruslah dengan kesungguhan kerja agar menemukan kemudahan.

Pesan tren, Sudah niat kerjanya ?

Satu hal yang mudah kita lakukan dalam mengamalkan petunjuk kesuksesan itu adalah niat. Tidak butuh modal dan tidak memerlukan banyak waktu. Perbuatan atau kerja apapun mesti dimulai dengan niat. Mengapa ?  karena niat menentukan arah tujuan dari apa yang kita kerjakan. Niat untuk dunia, maka maksimal dapat dunia dan tidak lebih. Sedangkan niat ikhlas kepada Allah, maka mendapatkan akhirat dengan bonus dunia.

Kata niat (نية) dalam Bahasa Arab berarti keinginan dalam hati untuk melakukan suatu tindakan. Tidak terdapat definisi khusus untuk niat. Karena itu, banyak ulama yang memberikan makna niat secara bahasa. Misalnya Imam Nawawi berkata, niat adalah bermaksud melakukan sesuatu dan bertekad mengerjakannya. 

"Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan." (HR Bukhari dan Muslim)



  • Tidak ada amalan yang diterima kecuali berdasarkan niat. Misalnya, tidak sah melakukan wudhu atau sholat jika tidak diawali dengan niatnya.
  • Manusia akan diberi pahala dan siksa menurut niatnya. Sebab jika niatnya baik, maka amalnya baik. Jika niatnya buruk, maka amalnya buruk walaupun bentuknya baik.
  • Segala perbuatan manusia terdiri atas tiga bagian yaitu; keta’atan, kemaksiatan dan perkara mubah. Perbuatan maksiat tidak bisa diubah sama sekali dengan niat baik. Misalnya saat seseorang yang mencuri harta orang lain dengan niat untuk sedekah ke fakir miskin, maka hukumnya tetap dosa dan haram.
“Barangsiapa menuntut ilmu hanya ingin digelari ulama, untuk berdebat dengan orang bodoh, supaya dipandang manusia, Allah akan memasukkannya dalam neraka.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar). [QS. Al-Bayyinah ayat 5)


Sempurnakan niat kita kepada Allah dalam ibadah dengan mengerjakan ibadah dengan sungguh-sungguh dan diawali dengan persiapan yang bener. Yuk tidak hanya niat dalam beribadah yang kita wajib lakukan, dan mulai saat ini kita pun memiliki niat dalam mengerjakan apapun yang baik. Semua niat itu kita tujukan ke Allah. Niat kepada Allah melebihkan niat untuk manusia atau dunia. Awali niat dengan Bismillahirrahmanirrahiim. Mau kerja, mau aktivitas apa saja.



Magic Word Lembaran baru

Setiap orang begitu bersemangat saat ada dorongan untuk memulai dari nol atau membuka lembaran baru. Lembaran baru itu tidak sama sekali meninggalkan lembaran lama, sikap dan perilaku yang baik tetap dijaga dan bahkan ditingkatkan lebih baik. Lembaran baru itu selalu memunculkan semangat untuk diwujudkan, tapi terkadang hilang di tengah jalan. Kita suka merasakan lembaran baru itu tidak mudah dan banyak hambatannya. Kita menganggap hambatan  itu datang dari luar dan banyak. Apakah iya begitu ?

Mari kita perhatikan saat lembaran baru mau dimulai, kita hanya mengandalkan semangat yang besar untuk mengerjakan hal baru. Sebenarnya bukan hal baru, masih yang lama tapi dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Apa yang kita kerjakan saat itu tidak sesuai dengan keadaannya, sehingga sikap dan perilaku merasa berat menghadapinya. Bukan karena hambatan yang tidak mudah tapi karena kita tidak menguatkan pemahaman dan keyakinan dari sikap dan perilaku baru. Misalkan untuk tidak emosi, kita hanya mengandalkan pemahaman lama sehingga tidak mampu menguasai diri saat ada yang membuat kita emosi. Kalau sesuai dengan keadaan kita, pasti kita tidak emosi. Keadaan ini bukan lembaran baru dengan sikap dan perilaku baru. Tapi karena apa yang kita hadapi memang tidak membuat kita emosi. Sukses ? Tidak. kesuksesan kita membuka lembaran baru itu karena kita bisa merubah sikap dan perilaku lama yang suka emosi dengan sikap dan perilaku yang tidak emosi lagi, bisa karena ada pemahaman baru atau yang lama yang dapat kita jalani dengan bener.

Tak ingin hidup ni seperti biasa-biasa aja dan emang hidup ini mesti dipertanggungjawabkan kepada Sang Pencipta. Jika memang hidup ini biasa-biasa saja, maka sebenarnya kita tidak memperbaiki kehidupan kita dan bahkan banyak hal yang menghambatnya (dosa/kesalahan). Ini ditandai dengan kesulitan menjalani hidup.


Lembaran baru pasti menyemangati kita, maka mulailah paling tidak memahami ilmu sikap dan perilaku baru. Atau sikap dan perilaku lama yang dilihat dari pandangan yang baru. Referensi yang terbaik adalah Al Qur'an yang telah dijanjikan Allah sebagai pedoman hidup manusia untuk sukses di dunia dan di akhirat. Memahami semua hal itu dengan hati yang bersih agar kita mendapatkan rahmat dan pengajaran dari Allah. 


Merenung

Apa yang kita lakukan saat lagi susah ? Biasanya sih mengeluh, curhat dan membela diri bahwa diri kita sedang susah dan mita diperhatiin. Wajarlah kalau kita manusia, abis itu barulah perasaan dan emosi kita menurun seiring waktu. lanjutannya adalah kita dapat merenung tentang banyak yang sudah terjadi dan hikmah dari apa yang terjadi. Merenung membuka hati yang tenang untuk mendapatkan sisi positif.
Merenung mirip dengan evaluasi, perbedaannya adalah merenung memahami dengan hati dan evaluasi dengan pikiran dan emosi. Merenung lebih kepada apa yang sudah kita perbuat oleh hati (keikhlasan), sedangkan evaluasi memahami dengan pikiran sehat sesuai ilmunya. Evaluasi belum tentu berdampak kepada hasil yang lebih baik, karena tidak menyentuh hati. Jika kita merenung, maka bisa berdampak kepada kerja kita. Perhatikan jika kita ingat kematian, maka kita berusaha mengerjakan ibadah, amal dan kerja dengan ikhlas. Dengan demikian kerja yang berkualitas mendapatkan kehidupan dunia dan ibadah/amal yang mendapatkan kehidupan akhirat. Mau merenung atau mengevaluasi ?
Dalam merenung selalu ada harapan dari apa yang telah terjadi dengan memperbaiki aktivitas kita. Apa sih yang mesti kita renungkan ?  Pasti tentang hidup lah. Ada banyak yang mesti kita renungkan, dan pastikan kita tidak bingung ... 

  1. Renungkan bagaimana kalau kita sudah waktunya meninggal dunia ? Apakah kita menemui kematian itu tanpa ada tanggung jawab ? Pastilah ada. Sudahkah kita beribadah yang ikhlas dan banyak beramal saleh ? Hisablah diri kita sendiri agar kita tahu seperti apa yang terjadi setelah kematian kita. Yang pasti kita tidak cukup untuk memenuhi ibadah dan amal saat kematian itu datang. Dan yang menjadi pertanyaan berikutnya, apakah kita siap juga menanggung balasan dari Allah di alam kubur ? Jawabannya juga kita tidak sanggup dan tidak kuat untuk merasakannya. Lalu apakah kita berpikir kematian masih lama ? Kematian itu paling dekat dengan kita
  2. Renungkan kembali apa yang sudah kita kerjakan ? Kita hidup cari uang dan mengumpulkan uang untuk diperlihatkan kepada orang lain bahwa saya sukses. Apakah ini ada diterima Allah ? Apakah juga ibadah kita sudah ikhlas ? Semua itu mengarahkan apa yang kita lakukan selama hidup ini belum memenuhi apa yang Allah inginkan. Lalu ? 
  3. Inilah yang mesti kita lakukan. Belajar kembali dan menyempurnakan kerja dan ibadah yang ikhlas. Dan mengiringi apa yang kita sudah dapatkan untuk disedekahkan kepada orang yang membutuhkannya agar dibersihkan hati. Tak hanya itu kita mesti memperbanyak istighfar dan zikir agar hati kita tertaut kepada Allah. Teruslah melakukan itu dan menyempurnakannya setiap hari.

Harapan dari renungan itu adalah hidup yang lebih tenang dan memberikan hidup yang lebih berkualitas. Harapan itu memberi kesuksesan di dunia dan diakhirat. 

Magic Word petunjuk sukses

Sampai hari ini kita mencari kunci sukses dari berbagai ilmu atau dari berbagai orang. Ada yang kita ikuti adalah motivator, atasan, orang yang dihormati atau orang yang pernah sukses. Dari petunjuk sukses yang satu berpindah kepada petunjuk sukses berikutnya. Mau sampai kapan kita terus mencari ? Berapa banyak waktu yang telah kita habiskan ? Apakah kita sudah sukses ? Mungkin iya, tapi berikutnya tidak dapat diulangi lagi. Yang ada yang sukses itu bilang ,"dulu saya pernah sukses ...".

Kita sebagai muslim atau manusia adalah hamba Allah. Allah sudah menurunkan kitab yang memberi pedoman hidup yang sukses, sukses dan bahagia. Apakah bisa dikatakan sukses tanpa bahagia ? Atau sebaliknya. Untuk semua manusia, Allah telah menjanjikan kesuksesan dan kebahagiaan itu dengan mengikuti petunjukNya yang ada dalam Al Qur'an. Sudah dibuktikan di era Nabi Muhammad dan zaman keemasan Islam yang telah melahirkan orang-orang sukses dalam bidang ilmu kedokteran, ilmu arsitek, ilmu perang dan ilmu berdagang dan sebagainya.


Yuk kita membaca, memahami arti dan memahami yang tersurat dalam petunjuk itu dengan hati, Semoga Allah merahmati kita untuk mengamalkannya dan mendapatkan balasannya.




Belajar lagi dan kerja lagi

Dalam keseharian kita dalam kerja, kita sering mengulangi apa yang kita baca untuk memahami ilmu yang berkaitan dengan kerja kita. Mengapa kita mengulangnya ? Karena ingin memahami dengan benar dan kita yakin membuat kita lebih baik. Setelah itu kita pun mengerjakan pemahaman atau mempraktekkannya. Sekali prakteknya belum masih ada kesalahan, maka kita melakukannya lagi. Kalau prakteknya belum juga berhasil, maka kita kembali membaca ulang untuk memeriksa ilmu dengan detail agar bisa melakukannya dengan baik.

Disisi lain, ada orang yang hanya kerja aja dan kerja terus. Mungkin malas untuk belajar secara serius sehingga yang bisa dilakukan adalah kerja sesuai apa yang dia pikir atau bertanya sama orang. Memang kerja itu bisa memberikan hasil dan hasilnya bisa diperbaiki dengan kerja lagi. Harapannya dengan kerja terus dapat mencapai kesuksesan.



Begitulah kita dalam mempelajari ilmu yang kita yakini bisa membawa kita kepada hidup yang lebih. Ilmu itu bisa dari orang terkenal atau orang yang pernah sukses. Seberapa yakin sih kita mengikutinya ? Terobsesi kita untuk menjadi seperti mereka. Tapi apakah kita bisa ? Mereka pun tidak pernah merasa bahwa apa yang dikerjakannya itu pasti berhasil di awalnya. Mereka melakukan A, ke B, dan ke C dan seterusnya sampai mereka berhasil. Keberhasilannya tidak pernah diduga sebelumnya. Apakah cara A, B atau C yang membuat mereka berhasil, tapi mereka mengclaim bahwa cara yang terakhirlah yang membawa kesuksesan.  Bagaimana kita yakin dengan mereka ? Mereka pun tak menjamin kalau mengikuti mereka bisa sukses. Bagaimana kalau ada yang mengikuti mereka lalu tidak sukses bisa meminta pertanggungjawaban mereka ? jawabnya pasti tidak.

Pola pikir di atas mesti kita terapkan kepada Al Qur'an dimana yang menurunkan Al Qur'an yaitu Allah sudah menjamin bahwa Al Qur'an itu petunjuk untuk sukses di dunia dan di akhirat. Kalau kita percaya kepada Allah (beriman), maka kita pun percaya kepada Al Qur'an. Bagaimana kalau kita memperlakukan Al Qur'an seperti kita ingin sukses dengan cara di atas.



Bacalah berkali-kali Al Qur'an, temukan referensi yang mengantarkan kita memahaminya dari hadist dan tafsir ulama sehingga membuat kita begitu yakin untuk mengamalkannya. Kalaulah baru satu kali kita mengamalkannya belum "berhasil" sesuai harapan kita, maka kita pun terus mengamalkannnya dengan terus menyempurnakannya sampai sukses. Pola ini mesti kita lakukan terus-menerus agar Al Qur'an menjadi pintu komunikasi kita kepada Allah, agar kita dibimbing dan ditemani dalam mengamalkannya.


Katanya mau mempraktekkan petunjuk

Setiap hari saya dan banyak lagi kata-kata baik disampaikan di media sosial. Bahkan contentnya ada yang menjualnya dan beberapa aplikasi setiap hari mengeluarkan pesan petunjuk Allah dan hadist. Kita yang membaca seperti mengiyakan dalam hati dan tulisannya bagus. Lalu yang jadi pertanyaan, bukan berlomba untuk menyebarkan pesan tersebut, tapi jauh lebih penting untuk menerapkannya/ mengamalkannya. 

Beberapa hari yang lalu saya mengumpulkan ayat- ayat Al Qur'an dan membuatnya dalam video untuk didengarkan. Bacaan Al Qur'an dan terjemahannya, maksudnya untuk memudahkan orang yang sudah terbiasa menonton dan mendengar. Kalau disuruh baca Al Qur'an agak berat. Memahami tema yang ingin saya berbagi adalah bagian yang ingin saya pahami terlebih dahulu dan barulah berbagi untuk orang lain.


Pesan tren yang pertama tentang Al Qur'an adalah Al Qur'an itu mudah (tidak menyulitkan orang yang membaca dan memahaminya). Al Qur'an itu adalah rahmat dari Allah, sedangkan rahamt Allah lebih baik dari apa yang kita kumpulkan. Saya mengamalkannya :

1. Mudahkan diri kita untuk membuka Al Qur'an, membaca dan memahami terjemahannya. Buatlah rencana untuk membaca minimal 1 kali sehari. Membiasakannya memilih waktu tertentu, misalkan habis shalat Subuh atau Isya. Bacakan 1 atau 2 lembar.

2. Menggunakan hati dan akal pikiran kita untuk memahami betul Al Qur'an sehingga kita mendapatkan rahmat dan petunjuk Allah. Apakah ini wajib ? Boleh nggak kita tidak membaca dan memahaminya ? Ternyata jika kita tidak membaca dan memahami Al Qur'an berarti kita tidak berpegang kepada pengajaran dari Allah. Akibatnya ? Allah siapkan syetan untuk mendampinginya.

3. Satu hari kita tidak membaca Al Qur'an, sepanjang hari kita ditemani syetan. Wajib nggak membacanya ? Kalau kita beriman berarti mesti membaca, memahami dan berbagi. 

4. Selain syetan sebagai temen karena tidak mengamalkan pengajaran dari Allah. Ternyata hanya orang yang berakal lah yang bisa memahami Al Qur'an, yaitu memikirkan ciptaan Allah di saat berbaring, berdiri dan duduk. Akal sehat kita bisa berfungsi dengan baik saat membaca dan memahami Al Qur'an. Penting nggak sih ? Ya penting, kalau tidak kita dikuasai oleh syetan dengan nafsu dan emosi kita yang dominan dalam mengambil keputusan.

5. Asahlah akal sehat kita dengan selalu membaca Al Qur'an agar kita semakin cerdas.


Yuk kita mengamalkan apa yang kita sampaikan walaupun berat. Mengerjakannya bertahap jauh lebih mudah, anggap saja kita lagi belajar. 

Insya Allah apa yang ada di medsos merupakan upaya saling mengingatkan dan kita lah yang mesti mengamalkannya. 


2. 


Harapan = masalah

Masalah ? Iya, masalah itu harapan. Kan semua orang ingin harapan, harapan baru yang membuat kita semakin hidup lebih baik. Perhatikan orang yang banyak masalah dan masalahnya selesai, maka kehidupannya lebih baik (sukses). Bahkan dalam agama difirmankan,"setelah kesulitan itu ada kemudahan". Saya menafsirkan setiap orang memiliki kesulitan (menghadapi masalah) dengan harapan mereka. Setelah menyelesaikan kesulitan itu, maka yang ada adalah kemudahan (tercapainya harapan). Yuk melihat masalah sebagai sebuah harapan. 

Saya pernah mencoret-coret kata masalah yang terdiri dari m - a - s - a - l - a - h, ada dua sudut pandang melihat kata perkata dari masalah :

Yang pertama adalah sisi negatif : M A S, A S A L, S A L A H. ada pesan yang ingin disampaikan yaitu "mas jangan ngasal (tanpa ilmu) nanti salah". Kerja yang tanpa dibekali ilmu (asal) nanti berujung kepada kesalahan. Ciri kerja yang tidak dibekali ilmu itu adalah proses mengerjakannya sangat berat. Disinilah kita mesti banyak belajar.

Yang kedua adalah sisi positif : M A S,  M A S A, A S A, pesanya adalah "mas ada masa untuk belajar dan sabar menghadapi apa yang kita kerjakan, yang berakhir kepada ASA atau harapan". Jadi Masalah itu = ASA (harapan). Kalau masalah itu harapan, maka sebaiknya masalah itu jangan dipersepsikan berat mengerjakannya, tapi hasilnya yang perlu kita imajinasikan dalam pikiran dengan jelas agar menjadi motivasi kerja untuk meraih asa.

Karena masalah itu selalu ada dan berkelanjutan, maka ubahlah sikap kita menghadapinya. Imajinasikan harapan dari masalah yang terselesaikan dengan jelas, lalu berikan ruang bagi pikiran untuk belajar dan hati untuk sabar menjalani kerja kita. Alangkah indahnya kemudahan hidup yang indah setelah kesulitan (masalah).


Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...