Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Indahnya hidup sederhana

Mambayangkan hidup sederhana, bukan soal hidupnya tapi sikap sederhana itu indah. Tidak neko-neko dan dapat menerima keadaan tanpa banyak yang diinginkan. Sikap sederhana itu baik dan tidak menaikkan nilai kehidupannya tapi menaikkan kualitas hidup tanpa materi.
Hidup sederhana merasa kecukupan sehingga tidak susah untuk menjalani hidup apa adanya. Sederhana dalam hidup selalu meremdah dan tidak sombong. Kesederhanaan itu mesti memiliki ilmu yang bijak. Bukan logika tapi hati, materi bukan tujuan hidup ... apa yang bermnafaat yang dicari dengan apa yang kita miliki. seberapa besar manfaat kita untuk orang lain menjadi nilai dari diri kita.
Sebaliknya ada orang yang mengukur semuanya dengan materi, bahkan mereka sakit jika materinya berkurang. Mereka berjuang untuk mendapatkan materi dan mencari ganti atas materi yang hilang atau berkurang. Misalkanhal kecil saja, mobil yang tergores, maka tindakannya menjadi brutal untuk mengembalikan mobil yang gores. Orang seperti takut rugi dan berjuang untuk mempertahankan materinya. Yang terlihat adalah kejelekan saja. Hidup yang dihantui oleh materi, menjadikan materi segalanya.
Biasanya di akhir usia, banyak orang sadar dengan nilai materi yang semakin berkurang. Tapi tidak salah juga kita memulai hidup sederhana dari muda agar tidak capek menjalani hidup ini. Kehidupan dunia yang gemerlap menjadi penggoda untuk hidup sederhana. Mulailah dengan menerima keadaan apapun dan mulai bisa menyikapinya dengan optimal. Ada rumah kecil, belajarlah menata dengan rapi dan bersyukur menjadikan rumah bernilai manfaat bagi banyak orang. Jadikan rumah yang membuat orang kangen berkunjung. Bukan kecilnya rumah tapi orang di dalamnya yang membuat kangen. Orang yang sederhana itu mesti memiliki ilmu tinggi, mampu mengendalikan diri tidak berlebih dan tidak rendah diri.

Magic Word Semangat

Swringkali kita ragu mau mengerjakan seauatu. Kadang dikerjakan tapi ogah-ogahan dan hasilnya kurang oke. Saat kita sadar dan berharap penuh kepada Allah, ada semangat untuk mengerjakan yang baik.kita mampu melihat semua dalam lebaikan
Senang menghadapi masalah karena keadaan kita lagi semqngat dan senang. Yuk ciptakan keadaan setiap hari

Magic Word Memulai

Salam bahagia,
Memulai atau tidak memulai ... seperti ada pilihan, tapi sebenarnya tidak ada pilihan. Yang ada adalah hanya memulai karena tidak memulai bukan pilihan. Memulai bagian dari hasil, jadi jangan pernah melihat hasil dari memulai.


 




Munir Hasan Basri

Kata mau yang mudah


Katanya mau yang mudah, bukan yang mudah itu tidak ada. Kok bisa ? Kemudahan itu setelah ada tidak mudah. Jalan pintas ada yang berkonotasi mudah dan cepat, tapi itu pun kalau kita tahu caranya. Pastilah semua orang ingin mudah dan tidak ada semua orang tahu caranya. Yang pasti seseorang mengerjakan sesuai ilmunya. Anak SD yang sedang belajar berhitung merasa kesulitan menambahkan beberapa deret angka, tapi menjadu mudah setelah diajarkan cara berhitung cepat.

Seorang pedagang gorengan merasa tidak mudah mencari rezeki dengan dagangannya. Lalu pedagang itu belajar cara menggoreng yang bener agar gorengannya krispi yang disenengi banyak orang. Setelah itu berdagangnya menjadi mudah, tidak terbebani oleh gorengan yang tidak enak dan kurang laku. Seorang karyawan yang tidak bisa program komputer seperti excell menjadi tidak mudah membuat laporan yang diminta atasannya. Dengan belajar excell, semua pekerjaan menjadi mudah dan cepar.

Atau seorang lulusan universitas dengan gelar S2 atau S3 merasa kesulitan dalam memimpin perusahaan, yang dia tahu hanya angka-angka dan solusi berbagai orang terkenal. Perintah dan hukuman bagi mereka yang tidak mau mengikuti dan mengganti orang baru. Untuk menarik karyawan diberikanlah reward. Tapi apakah mampu memimpin ? Tentu di awal mengalami kesulitan karena belum mampu mengadaptasikan ilmu sekolah dengan lapangan. Kesulitan menjadi semakin berat jika tidak mempelajari hal mendasar dalam kepeminpinan yaitu tentang perilaku dan sifat manusia. Dengan belajar non teknis, kemudahan semakin menjadi nyata.

Kok shalat itu tidak mudah ? Ya pasti tidak mudah. Selain ada kesungguhan dari kita sendiri, masih sulit karena ada godaan syetannya. Bayangkan jika kita selalu shalat dengan sengaja setiap hari sepanjang tahun, maka shalat itu sudah menjadi kebiasaan dan semakin mudah dikerjakan. Tidak hanya itu kita pun selalu berlindung kepada Allah dalam shalat. Sama halnya seseorang yang dengan mudah suka memberi uang kepada seseorang untuk membantu karena percaya kepada Allah. Maka sedekah baginya juga mudah.

katanya mau mudah, jangan pernah ada jalan mudah tanpa pernah belajar untuk semakin tahu caranya. Kemudahan itu memang selalu kita idamkan, tapi dibalik itu ada godaan mencari jalan termudah yang merupakan bukan jalan yang baik (godaan syetan). Kata orang manajemen, semua kerja itu ada proses dan waktunya, jadi tidak bisa dipaksakan untuk mudah dan cepat. Yang terpenting adalah kita selalu kerja mengikuti step by step dengan benar merupakan jalan termudah saat itu, setelah mengevaluasi dan belajar lagi maka kita dapat menemukan kemudahan itu. Kuantitas atau jumlah kerja yang banyak dan terus-menerus mengantarkan kita kepada kemudahan juga, ada orang yang sudah bertahun-tahun kerja membuat dia memahami proses kerja dan menemukan cara yang mudah (berpengalaman).

Selalu berhati-hati dengan godaan syetan untuk selalu dengan cepat mencari jalan mudah (jalan pintas). Bisa jadi kita tidak merasa jalan itu adalah "jalan syetan", bukankah "syetan" menjanjikan jalan pintas agar kita tidak melakukan kerja yang bener. Akhirnya kita mengikuti jalan mudah tapi hasilnya tidak sesuai, begitulah syetan memberi angan-angan kosong.

Bisa jadi Anda pernah melihat sesorang yang ingin melejit karirnya dengan cara mudah. Ada yang "dekat" dengan atasan, Dengan dekat atasan membuat dirinya dipercaya dan "menyingkirkan orang lain dengan menutupi kebaikan orang tersebut. Atau ada yang berdagang ingin cepat kaya dengan mencurangi takarannya. Semua keinginan itu bisa terwujud, tapi banyak orang yang sudah dirugikan. Allah mengizinkan itu terjadi untuk dijadikan peringatan.Semoga kita dapat mengambil hikmah bahwa mudah itu mesti melalui banyak kerja yang tidak mudah dan belajar, dan harus yakin bahwa Allah itu ada untuk mengizinkan kemudahan itu dengan percaya kepada Allah.





Munir Hasan Basri

Trainer, Motivator dan Writer

IYA (iman, Yakin dan Amalkan)

IYA (Iman Yakin Amalkan)

Berbagi kebaikan dengan mengamalkannya

Kami adalah manusia biasa yang masih jauh dari memiliki iman yang tinggi. Segala puji hanya bagi Allah yang memiliki Maha Rahman dan Rahim masih memberi rahmatNya lewat peringatan dan petunjukNya kepada kami, dimana iman kami kadang naik dan kadang turun (banyak turunnya). Bisa jadi kami masih ada iman, tapi amalannya tidak baik (tidak beriman) karena ada yang hilang. Apa yang hilang itu ? Tidak tersambungnya iman dengan amal karena pikiran kami tidak terbimbing dengan iman. Maka yang mendominasi amal itu adalah nafsu (syetan). Semakin hari semakin berbuat tidak baik, hati menjadi tidak bersih (berdosa). Masalah dan kesadaran yang Allah berikan menjadi pemicu untuk yakin dan beramal saleh.

Untuk itu kami berbagi pengalaman dan pengalaman itu Insya Allah berasal dari Allah. Mari kita kuatkan IMAN yang sudah kita miliki dengan membaca ilmu dan petunjuk (kitab Allah = Al Qur’an) agar kita YAKIN. keYAKINan itu mendorong kita berbuat Amal yang saleh. Amal saleh yang kita kerjakan berbalik untuk membuat kita semakin berIMAN.

Motto kami dalam menjalankan gerakan ini adalah “semakin baik hari ini”. Kalimat ini merupakan kalimat hipnosis yang mengajak pikiran kami untuk IYA hari ini, HADIR pada HARI INI secara utuh untuk menjadi manusia seutuhnya (Iman menghadirkan hati, Yakin menghadirkan ilmu dan pikiran dan Amalkan menghadirkan tubuh/fisik). Karena yang ada adalah HARI INI, dan kami diajak berjanji seperti “demi waktu, semua manusia rugi kecuali mereka beriman dan beramal saleh. Saling mengingatkan tentang kebenaran dan saling mengingatkan tentang kesabaran”.



HARI KEMARIN mesti kami tinggalkan karena tidak ada jaminan hari ini menjadi baik dengan bercerita hari kemarin. Bahkan kebaikan hari kemarin menjadi hilang atau tidak banyak membantu kita HARI INI.. Bagaimana HARI BESOK ? HARI BESOK itu tidak ada, karena saat kami bangun HARI BESOK itu menjadi HARI INI. Karena HANYA ada HARI INI, maka berbuatlah SEMAKIN BAIK. SEMAKIN BAIK itu menuntun kami belajar bertahap sesuai KEMAMPUAN. Jadi kita pasti BISA SEMAKIN BAIK HARI INI


 

Munir Hasan Basri

Trainer, Motivator dan Writer

Katanya mau berkualitas

 Katanya mau berkualitas, tapi kok masih begitu-begitu aja kerjanya, Kalau ngomong barang kurang lebih mutunya bagus atau kalau kerja berkualitas kerja yang bagus yang hasilnya hebat. Kualitas selalu berdasarkan ilmu yang bener dan dikerjakan dengan ketrampilan yang mendukung sehingga hasil dapat diperoleh dengan waktu yang pas dan hasil kerjanya sesuai. Dalam kerja, soal ilmu dengan apa yang kita hadapi terus berubah (relatif) mengikuti waktu dan bahkan kita didominasi oleh gangguan emosional, sehingga kualitas itu semakin berkembang. Satu pekerjaaan hari ini yang kita lakukan belum tentu dapat kita lakukan kembali di hari berikutnya, tapi kita merasa lebih baik. Kualitas kerja ? Bukan sekedar memahami hal teknis pekerjaan, tadi mesti diimbangi dengan ketrampilan. Ketrampilan yang semakin baik jika kita sering melakukan (dilatih). Juga dipengaruhi oleh semangat, motivasi, pengendalian diri yang juga merupakan faktor penentu non-teknis  dalam kerja berkualitas. 

Misalkan kita ingin membuat laporan yang berkualitas. Tidak sekedar memahami hal teknis saja, mulai mengumpulkan data, menyajikan dan menganalisa. Hal teknis ini mesti membuka/menemukan hal yang bisa kita perbaiki BUKAN sekedar mengolah data kinerja saja. Biasa dan terus-menerus kita membuat laporan dengan menampilkan kinerja saja. Bayangkan jika kita membuat laporan dan menemukan cara untuk kinerja yang lebih baik. Tidak hanya itu saja kita pun mesti didukung ketrampilan menulis, mengungkapkan dengan bahasa yang santun, kemampuan menampilkan laporan untuk mudah dibaca dan dipahami, dan tentunya ketrampilan mengetik di komputer serta hal lain. Yang tidak kalah penting adalah kemampuan mengendalikan diri seperti sikap menghadapi segala sesuatu di saat kita membuat laporan dan mengendalikan emosional kita.

Di rumah, jarang orang berpikir untuk hidup berkualitas. Karena kualitas itu dipersepsikan dengan pekerjaan di luar rumah. Penting nggak sih istirahat berkualitas ? Ya, penting agar istirahat kita bukan sekedar santai atau tidur, tadi bagaimana istirahat itu efektif ? atau bagaimana tidur berkualitas ? Perhatikan istirahat kita, apakah istirahat kita dapat mengatasi kelelahan menjadi kesegaran dalam waktu singkat ? Apakah tidur kita bisa membuat kita fresh kembali ? Semua itu perlu ilmunya, tapi jarang orang ingin mempelajari tentang tidur atau istirahat yang benar. Setiap hari kita membiarkannya terjadi.

Shalatnya berkualitas nggak ? Dalam agama kualitas menjadi faktor penting sebuah amalan dikerjakan. Kualitas beragama didasari oleh iman kepada Allah, percaya tanpa ragu. Tentang shalat, kita masih mau belajar ilmu shalatnya. Belajar makna bacaan shalat, gerakan shalat serta sunnahnya. Tapi mengapa kita tidak memperbaiki iman kita ? Jika kita sudah merasa percaya dan yakin sepenuh hati, maka shalat kita terdorong menjadi berkualitas (khusyuk). Dalam pelaksanaannya ibadah dan amalan kita menjadi semakin berkualitas saat kita bener-bener ikhlas. Sudahkah kita mempelajari keikhlasan agar sempurna dalam menjalani kehidupan beragama. Yang pasti semua itu mesti dilakukan secara terus-menerus agar kita mendapatkan ilmu yang sebenarnya dan mendapatkan ketrampilannya.

Apakah bisa kita melakukan kerja berkualitas dengan mengambil cara berkualitas dalam beragama ? Mestinya "iya". Mari kita renungkan, buat apa sih kita kerja berkualitas ? Biar dapat penilaian bagus yang ujung berharap gaji lebih besar dan karier lebih tinggi. BUkankah itu semua dalam rangka kita mencari rezeki Allah ? Disini kita sudah bisa menemukan titik temunya, bagaimana kerja berkualitas itu dikaitkan dengan iman kita kepada Allah ? Tidak hanya percaya, tapi mesti memiliki ilmu tentang cara mengerjakannya (amal saleh) dengan baik. Dalam melakukan kerja tersebut kita mendapatkan gangguan syetan, mengapa ? Karena syetan tidak mau kita menjadi hamba Allah yang bener. Emosional atau nafsu mempengaruhi kita bekerja berkualitas. Agama mengajarkan kita sabar dan istiqamah dengan pekerjaan kita yang menuju Allah.

Yang menjadi pertanyaan adalah boleh saja kita mencari cara untuk kerja berkualitas setiap hari, tapi ingat bahwa cara dan hasilnya bisa membuat kita "lalai" dengan iman kita. Alangkan indahnya jika kita berkualitas dalam beragama dengan selalu meningkatkan keimanan kita dan selalu memperbanyak amal saleh, Insya Allah kita diberikan hidayah dari sisi Allah untuk kerja yang berkualitas dan selalu diikuti belajar teknis pekerjaannya .



Munir Hasan Basri
Trainer and Writer


Katanya mau baikan


Katanya mau baikan, tapi kok masih apa gengsi dan hubungan menjadi kurang enak. Setiap hari kita diwarnai dengan konflik antar teman, pasangan, anak dan sesama karyawan. Mengapa sih kota konflik atau berselisih paham ? Bukankah semua orang ingin baik-baik saja. Niat dan Ilmunya sudah bener, tapi amalannya yang belum ok. Atasan pengen kerja kita bagus dan cepet, tapi saat kita kerjakan nggak sesuai harapan atasan. Perhatikan atasan mempunyai niat baik hasil kerja bagus dan cepet, dan merasa kita mampu. Kita sebagai bawahan juga pengen kerja kita bagus dan cepet selesai. Tapi terkadang kita belum punya ilmunya dan belum memiliki ketrampilan yang diharapkan. Jadilah "konflik". Padahal dua-duanya memiliki niat dan pengen hasil yang sama, mengapa begitu ? Kita tidak menyamakan tindakannya, Atasan maunya begini, sedangkan kita tidak tahu apa yang diinginkan atasan dalam tindakan kita. Solusinya mesti saling memahami kondisi masing-masing dengan komunikasi. Kejadian ini sering berdampak buruk hubungan antara atasan dan bawahan, terlihat sih baik-baik saja. Tapi Atasan menyimpan rasa tidak percaya dan bawahan merasa atasan semaunya aja. Akibatnya atasan jarang memberikan pekerjaan kepada bawahannya, dan cenderung mencari bawahan lain. Sebaliknya bawahan selalu ingin menghindar dari atasan dengan kesibukannya. Persoalannya bukan lagi kesalahan komunikasi tapi menjadi persoalan gengsi atau suka/tidak suka. Bukan antara atasan dan bawahan, tapi bisa sesama rekan kerja. Apakah Anda mengalaminya ?

Dalam rumah tangga juga terjadi, orang tua ingin anaknya pintar maka orang tua mengharuskan anaknya belajar. anehnya orang tua merasa yakin anak belajar saat melihat langsung anaknya belajar. Tidak dengan anaknya, bisa jadi orang tua yang menyuruh anaknya belajar, tapi orang tua tidak mau mengajarkannya. Atau anaknya sudah belajar di sekolah dan belajar saat orang tua tidak melihatnya. Anaknya memiliki keinginan yang sama dengan orang tua yaitu menjadi anak pintar. Hal ini bisa digambarkan dengan orang tua dan anak disuruh menggambarkan gajah dengan mata tertutup. Orang tua memegang belalai dan anak memegang kaki, maka keduanya tidak pernah ada titik temunya dan keduanya ngotot dengan apa yang dipegang, orang tua bilang,"gajah itu memiliki hidung yang panjang" dan anak menceritakan,"gajah itu memiliki kaki yang besar". Padahal keduanya memegang gajah yang sama.

Yang tak pernah ada konflik adalah antara kita dengan Allah. Allah berkomunikasi dengan kita dari kejadian demi kejadian, petunjuk dan Al Qur'an dan hadist. Dalam hal ini kita memang jarang memahami Al Qur'an sebagai petunjuk hidup (termasuk kerja). Padahal di era modern ini sudah banyak referensi tentang tafsiran dan ilmu Al Qur'an di media online. Saat kita tidak bener-bener paham tentang Al Qur'an, maka kita sering mengalami kejadian yang tidak menyenangkan atau balasan dari Allah. Jika kita tidak menggunakan hati (bersih), maka kita tidak mampu menangkap pesan Allah. Yang luar biasa, saat kita salah Allah dengan kekuasaanNya mau menerima kesalahan kita asal kita mau mengikuti perintahNya. Karena Allah yang Maha dan kita yang lemah merendah, maka semua itu menjadi baik lagi. Yang menjadi pelajaran penting adalah proaktif dari kita sebagai hamba untuk mengenal dan memahami Allah lewat apa yang telah Allah sampaikan.

Bagaimana kita menerapkan agama dengan kerja ? Pasti ada hubungannya, yang utama adalah agama menjadi petunjuk dalam kerja kita. Peran proaktif kita kepada Allah untuk mengenal dan memahami Allah, menjadi bekal buat kita dalam kerja baik hubungan dengan atasan dan sesama. Kita pun mesti proaktif dan tidak menunggu orang lain untuk menjelaskan segala hal dalam pesan komunikasinya, tapi kita lah yang mesti ingin tahu (merendah, tidak tahu karena memang belum disampaikan) tentang pesan yang diampaikan kepada kita. Jika kita tidak tahu, belajarlah (dari atasan atau teman) dan belajar sendiri agar apa yang diharapkan orang lain itu menjadi lebih baik.


Munir Hsan Basri
Trainer and Writer


 

Katanya mau berdagang

Katanya mau berdagang, tapi kok lulus sekolah cari kerja ? Nggak ada modalnya. Jika ini jawabannya ya mesti kerja dulu. Terus kerja kantor atau kerja di tempat orang berdagang. Banyak yang pilih kerja kantor daripada kerja sama orang dagang. Kerja kantor dengan UMR  tergantung wilayah. Saran terbaik adalah menyimpan uang untuk modal dan belajar mau dagang apa. Mesti punya target 2 tahun atau 3 tahun. Sembari kerja, mengambil waktu untuk mulai berjualan online atau reseller. Hati-hati kalau sudah mengenal uang, maka kerja di kantor itu bisa bikin racun dengan iming-iming karier. Gaya hidup mempengaruhi pekerja kantor untuk tampil dengan gaya hidup modern, kendaraan, hp, pakaian dan sebagainya. Akhirnya terikat dalam kerja kantor terus-menerus dimanjakan dengan setiap bulan dapat gaji dibanding berdagang.

Bagaimana mereka yang berdagang ? ada yang sukses dan ada yang biasa aja dan ada yang gagal. Seorang pedagang Bakso yang saya kenal, memulai dagangnya dengan membeli bahan sampai jadi bakso dan menjualnya. Tentu pedagang bakso ini sudah menguji baksonya enak. Alhamdulillah sudah meluluskan dua orang anaknya, yang satu lulus UNS jurusan elektro, yang masuk mau lulus IPB. Cerita lain, saya makan siomay di pinggir jalan. Setiap hari bisa menjual 600 siomay dengan harga Rp 3000/siomay. Total per hari kotor Rp 1.800.000. Keuntungan bisa mencapai Rp 600.000 sampai Rp 800.000. Ada kisah penjual telor yang menjadi agen, yang menjual telor ayam negeri, telor omega, minyak murah, telor asin yang berjualan di pinggir jalan. Setiap bulan penjual bisa meraup penghasilan bersih 6 juta. Tiga contoh pedagang makanan yang bisa meraup uang yang cukup untuk kehidupannya. Jika mereka semakin cerdas maka semakin besar peluang mendapatkan uang lebih, dengan membuka cabang atau menjual produknya ke orang lain. Banyak juga kisah lain. 

Untuk karyawan yang luar biasa bisa meniti karier dengan sekolah yang mumpuni. Tapi beberapa karyawan biasa yang bekerja dengan gaji UMR cenderung stabil dan hanya naik setiap tahun karena inflasi. Diusia yang masih muda, keputusan untuk berdagang menjadi lebih baik karena tidak ada beban yang besar, masih single dan tanggungan sedikit. Boleh aja untuk bekerja karyawan untuk modal. Perhatikan mereka yang berdagang memiliki uang lebih banyak dari gaji karyawan biasa. Hanya gengsi aja yang beda. Banyak cerita bergengsi lainnya, tukang Becak naik haji atau tukang bubur naik haji. Masih mikiran gengsi, ada yang naik haji karyawan biasa dengan penghasilan UMR ? Bisa jadi berdagang itu memberi berkah.

Berdagang sangat bergantung pada usaha yang dilakukan, semakin besar usaha dan doa ... semakin besar yang bisa diperoleh. Tapi sebagai karyawan semakin lembur belum tentu gajinya semakin besar. Nabi menyampaikan bahwa 9 dari 10 muslim yang baik adalah berdagang, ini adalah anjuran untuk berdagang dalam mencari rezeki Allah. Berdagang bisa langsung belajar tentang banyak hal, melayani konsumen, menyediakan produk yang bagus dan terus mengambangkan produk lebih baik, bersilaturahmi dengan banyak orang dalam rangka membentuk jaringan, mudah untuk membantu orang dengan memberikan discount atau menambah timbangan dan banyak lagi.

Ada penyesalan yang sering diungkap mereka yang sudah pensiun, uang pensiun tidak cukup. Sewaktu kerja memiliki niat untuk berdagang selalu ada tapi belum kesampaian karena kesibukan. Ada dalam pikiran,"kok saya bisa menyumbang pikiran dan tenaga untuk perusahaan orang lain, tapi kenapa saya tidak bekerja untuk diri sendiri ?" Bagi yang masih muda segeralah berpikir mengambil keputusan kerja atau berdagang, yang sudah usia mungkin mau tidak mau mesti memulai, sekalipun sudah pensiun. Kerja (berdagang) untuk menjaga kesehatan dan pikiran. 


katanya mau berdagang, nama kerennya berbisnis, yang penting kita mampu menjadi orang yang produktif. Entah sebagai konsultan, sales mandiri, penulis, reseller, produsen, berdagang dan sebagainya. Apa yang kita hasilkan untuk kebutuhan orang lain sebagai ibadah dan amal kita, mendapatkan rezeki dan mendapatkan pahala. Temukan kemampuan kita mau menjadi produsen (penghasil) yang bisa dibayar orang. Belum ketemu kemampuannya, belajarlah dari apa yang menarik dan kita senangi. Insya Allah berdagang adalah jalan terbaik dalam mengabdi kepada Allah. 



Katanya mau bicara

Katanya mau bicara, tapi tidak mudah untuk mengungkapkannya. Beberapa orang pandai berbicara di depan umum tapi ada juga bicara ke seseorang aja susah. Disisi lain kepada orang tertentu mereka bisa bicara. Orang teknis cenderung susah bicara, "saya tahu tapi tidak bisa menjelaskannya". Memang seseorang memiliki kemampuan yang berbeda, ada yang bisa bicara sedikit dan singkat, ada yang bicaranya seadanya sesuai kemampuannya, tapi ada yang banyak bicara sesuai apa yang dimiliki.

Kesulitan bicara tentang ide dan kemampuan yang dimiliki seringkali membuat orang ini dipersepsikan pendiam. Bicara seperlunya. Bisa jadi orang seperti ini kalau disuruh menulis bisa. Tapi bicara menjadi bagian penting agar orang lain bisa memahami apa yang kemampuan kita. Bahkan kesulitan bicara seringkali tidak "dianggap" di dalam forum, makna bicaranya tidak mudah dipahami.Perlu nggak bicara ? Sangat perlu bahkan ada orang yang mengambil inisiatif untuk duluan bicara, efeknya orang yang tadinya mau bicara jadi sedikit minder.

Katanya mau bicara, yuk latih bicara kita setiap hari atau periodik. Walaupun sedikit bicara untuk bisa mengawali latihan kita. Bertemu teman, mulailah mengungkapkan ide dan meminta untuk pendapat temen tentang apa yang kita bicarakan. Di kantor, kita bisa memulai dengan menjawab pertanyaan temen dengan bicara lebih banyak. Hari ini ditanya,"apa kabar ?" bisa jawabannya, "saya sehat". Jika pertanyaan yang sama kemudian kita jawab yang sama, maka hari berikutnya tidak ada orang yang ingin bertanya lagi. Misalkan jawaban lebih banyak seperti,"saya sehat hari ini, kemarin saya sehat tapi nggak nyaman kerjanya". Jawaban kita bisa mengundang orang lain untuk bertanya lagi dan terjadilah dialog. Atau kita mengungkapkan ide kepada temen,"Saya memiliki ide untuk pekerjaan ini lebih mudah". Maka temen kita bisa bertanya lagi,"apa idenya". Lalu kita mengemukakan idenya dan meminta feedbacknya. Terjadilah dialog. Semakin sering kita berlatih seperti ini semakin terpancing kita untuk bicara  dan bicara lagi.

Seseorang memiliki kemampuan bicara tidak lepas dari apa yang sudah dia ketahui, ada ilmunya dan pemahaman yang baik. semakin banyak ilmu dan pemahaman dari pengalaman hidupnya, maka semakin membuat dia menjadi percaya diri. Berbicara tentang pengalaman pribadi baik yang sukses atau yang gagal mudah untuk diungkapkan dengan lancar, daripada ilmu dan pemahaman yang belum kita alami. Setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda, maka kita mesti percaya bahwa pengalaman kita sudah terbukti pada diri kita, berbagi kepada orang lain dapat menjadi inspirasi.

Bicara kepada Allah ? yang sering kita alami adalah daam berdoa, kita seperti berdialog. Kepercayaan kita kepada Allah membuat kita ingin bicara kepada Allah. Doa, semua orang bisa. Doa itu ibadah seperti halnya shalat. Bacaan dalam shalat jika kita ikuti dengan pemahaman yang benar merupakan bicara kita kepada Allah. Bayangkan kita bicara tanpa mengerti maknanya, baik dalam doa dan shalat. Apakah kita bisa bicara sebenarnya kepada Allah ? Bicara tapi tidak bicara. Kita shalat (bicara dan memahami artinya) tapi sebanrnya tidak bisa khusyuk. Berdoa hanya dengan mengamini saja, menjadi kita meminta tapi tidak tahu apa yang diminta. Bicara jadi penting terutama mesti memahami maknanya. Minimal kita belajar bicara kepada Allah 5 kali dalam shalat 5 waktu. Masak kita tidak mau memahami bacaan shalat agar bicara atau komunikasi kita kepada Allah menjadi bermakna.

Katanya mau bicara, maka bicaralah. Mulailah. Insya Allah kita dapat selalu mengamalkan apa yang kita bicarakan. itulah pengalaman yang berharga bagi kehidupan kita.




  

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...