Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri
Showing posts with label Katanya mau. Show all posts
Showing posts with label Katanya mau. Show all posts

Katanya tidak bisa

Katanya tidak bisa, tapi masih ada waktu yang digunakan untuk hal lain. Seringkali kita tidak mengerjakan yang bisa kita kerjakan untuk kebaikan kita, tapi sepertinya waktunya tidak ada. Faktanya waktu itu selalu ada dan tidak mau dipaksakan untuk kebaikan kita dan kita terperangkap dengan rutinitas dan kerja yang enak-enak aja. Hasilnya memang penyesalan, kenapa dulu nggak dikerjakan ? 

Waktu bangun pagi adalah waktu yang baik bahkan ada yang mengatakan "waktu emas" dimana pikiran dan situasi siap untuk melakukan hal yang baik. Ada beberapa orang memanfaatkan waktu pagi dengan duduk sambil ngopi atau baca berita, "Santai dulu". Bagaimana waktu pagi itu kita gunakan untuk "belajar", mengisi pikiran dan hati dengan ilmu baru dan penerapannya. Jika memang kita bisa memahami ilmu itu di pagi hari, maka kita bisa merencanakan penerapannya langsung atau disiapkan untuk hari itu. Belajar ilmu manajemen waktu, maka sesampai kita di kantor lebih awal dari jam kerja. kita bisa melakukan persiapan atau mengerjakan hal penting terlebih dahulu. Pekerjaan yang kita kerjakan di waktu yang baik dapat memudahkan kita mengerjakannya.

Bagaimana jika ilmu yang kita pelajari adalah ilmu sedekah ? Ilmu yang kita peroleh umumnya menguatkan ilmu yang sebelumnya. Lalu apakah ilmu itu dibiarkan tanpa mengamalkannya ? Jangan sampai karena ilmu makin melemah karena memang tidak dipraktekkan. Ilmu yang dipraktekkan membuahkan hasil, hasilnya dapat menambah keyakinan kita tentang ilmu itu. Keyakinan ini mendorong kita untuk melakukan lagi (bisa) dengan mengambil waktu kita. Saat kita memberi sedekah, maka beberapa pasti kita alami ... terasa berat, ada yang ringan, ada yang menyenangkan dan ada pula balasan yang kita rasakan.  Kita menjadi bisa (waktu dan tindakan) karena kita mulai dengan belajar dan mempraktekkan.

Bersyukurlah saat kita ada kesempatan dan dapat beraktivitas yang baru atau memperkaya aktivitas yang sebelumnya. Terkadang ada kesempatan tapi tidak terjadi apa-apa, atau sebaliknya kesempatan sempit tapi bisa mengerjakan sesuatu. Semua itu atas izin Allah, maka kita mesti pula memohon izin Allah dengan doa dan amal saleh kita (pengaruh dari keyakinan kita kepada Allah)

serta mengerjakan apa yang kita inginkan.


Katanya mau bahagia

 Katanya mau bahagia, tapi belum juga. Kalau ditanya mau bahagia ? Pasti mau. Kata mau belum cukup mengantarkan kita untuk bahagia. Bahagia terjadi jika kita melakukan tindakan-tindakan yang membahagiakan kita. Kita bahagia dan kebahagiaan itu menyebar ke orang-orang di sekitar kita. Mau didefinikan bahagia itu apa ? Sangat relatif dan berbeda bagi setiap orang. Ada yang bahagia setelah lulus kuliah, ada yang bahagia waktu menikah, ada juga yang bahagia saat berbagi dan banyak lagi. Dan memang sebuah kebahagiaan itu tidak dapat dilogikan, tapi kita menafsirkannya dengan logika dan perasaan.

Orang yang bahagia itu pasti perasaannya senang, tapi orang yang senang belum tentu bahagia. Banyak orang yang sudah sukses merasakan bahwa kebahagiaan itu bukan sekedar materi atau uang. Jika kebahagiaan itu diukur dari materi, maka hanya orang yang berlebih materi yang berhak untuk bahagia. Tapi kenyataannya tidak demikian. Ada yang tak memiliki materi berlebih dan bahkan pas-pasan, hidup merasakan bahagia. Bahagia itu ada di hati, kok gitu mas ? Bayangkan jika bahagia itu ada di perasaan, maka kita hanya merasakan kesenangan saja dan itu sangat terkait dengan sikon dan materi. Atau kita mau bilang bahagia itu ada dipikiran kita, masak sih yang bahagia itu miliki orang pintar ? Perhatikan diri kita sendiri, saat bahagia ... kita merasa senang, kita merasa cerdas dalam mengambil keputusan. Jadi beruntunglah orang yang bisa bahagia.

Kalau bahagia itu ada di hati, maka seharusnya kita banyak melakukan tindakan yang menggunakan hati. Hal yang utama adalah hati itu urusan keyakinan, kalau kita yakin tanpa ragu kepada yang menghadirkan kebahagiaan itu maka itu sudah menjadi modal utama. Kalau sudah yakin tanpa ragu, maka berikutnya kita mewujudkan keyakinan itu dengan bertindak yang baik (amal saleh). Perhatikan saat kita zikir, maka terasa lebih tenang, saat kita sedekah sekaipun materi dikeluarkan tapi hati bahagia, dan amal lainnya. 

Ingin bahagia ? Percaya dan yakin, bekali dengan ilmu agar amalan kita jadi bener dan wujudkan setiap langkah dengan amalan nyata. Apa yang kita perbuat menjadi hak Allah untuk memberikan/mengizinkan kebahagiaan itu terjadi.



katanya belajar

Katanya mau belajar, kok belum baca buku atau ngikutin majlis atau seminar ? Tapi saya baca sosmed dan you tube, kan banyak hikmahnya. Memang betul kita sudah belajar dari berbagai sumber. Tapi apakah kita sudah produktif dalam bekerja ? Apakah kita sudah lebih berkualitas ?
Belajar dengan membaca dan melihat pemahaman tentang sesuatu belum cukup sebagai proaes belajqr. Belajar itu ujung kita mampu mengatasi berbagai masalah, kerja nyaman dan mudah. Ini adalah indikatornya. Audah belajar tapi masih banyak masalah atau tidak nyaman dalam bekerja mununjukkan belajar perlu disempurnakan.
Ada yang menarik semua bisa belajar dan fokus menambah ilmu, tapi ada hal yang dilupakan yaitu emosi. Ada apa dengan emosi ? Swmua ilmu ngga tidak memberi kebaikan jika kita tidak mampu mengendalikan emosi. Emosi negatif menghilangkan kemampuan atau kecerdasan kita. Mana yang Anda sulai orang pinter suka marah atau orang biasa tapi tenang atau sabar ? Semua orang gidak mau dimarahi dan sangat tidak suka dengan perilaku orang suka marah. Belajar untu mampu mengendalikan emosi menjadi penting dan pengendalian emosi mampu menghadirkan kecerdasan logika.
Jangan lupakan belajar tentang emosi dengan cari tahu dari berbagai sumber. Terakhir adalah belajar untuk mengaktifkan hati Karena hati bisa menuntun kita mengatasi masalah dengan baik bagi siapa saja. Urusan hati terkait dengan Allah dengan percaya dan banyak beramal saleh. Abis ini baca yuk kita belajar setiap hari.

Katanya mau ibadah

Katanya mau ibadah, tapi malah banyak kesibukan hingga lalai lagi. Hari berikutnya mau ibadah lagi, tapi banyak kerjaannya.sama halnya untuk hari berikutnya lagi .... sampai akhirnya kita beribadah saat berada di bawah, bermasalah dan terpuruk. Kita baru sadar saat itu tidak ada apa-apa yang lagi yang mau dikerjakan, dikerjakan pun terasa kosong. Mengapa sekarang kita sadar dan butuh ibadah. Disinilah Allah hadir sebagai penolong.

Berarti banyak orang mempersepsikan ibadah itu penolong mereka saat bermasalah, tidak begitu butuh saat lagi sibuk dan menikmati hidup. Mengapa Allah ? Naluri kita yang selalu terhubung dengan Allah, hanya saat sibuk kita membuat kita tidak fokus kepada Allah. Ibadah bukan sekedar untuk memuluskan pekerjaan kita, misalkan berdoa (ibadah) untuk meminta Allah mengabulkannya. Atau kita shalat pun demikian. Memang Allah itu penolong, Maha Penolong.

Terus kita mau begitu lagi keluar dari masalah. Sibuk lagi dan sibuk lagi. Bukankah jika kita sadari ternyata Allah yang memberi kesibukan itu. Pekerjaan yang kita lakukan sebagai amanah yang Allah izinkan kepada kita, lalu dengan potensi dan rahmat Allah (pikiran, perasaan dan hati serta tubuh) dapat kita manfaatkan mengerjakan amanah. Artinya kita sibuk kerja karena Allah, kok lupa untuk bersyukur dengan beribadah.

Apakah ibadah itu berat ? Pasti berat kecuali bagi mereka yang khsuyuk. Mereka yang yakin tanpa ragu kepada Allah. Sesuatu yang berat itu karena memang belum kita laksanakan, jadi kerjakan saja langkah demi langkah. Mau shalat ? Pergilah ke tempat wudhu, basahi tubuh untuk menjadi fresh. lalu berdiri untuk shalat. dan lakukan. Hari ini kita bisa shalat, lalu berikutnya shalat lagi dan hari berikutnya shalat lagi. maka kita sudah berusaha mendirikan shalat. Sempurnakan shalat kita dengan membaca ilmu shalat dan selalu diamalkan. 

Insya Allah "katanya mau ibadah" dimudahkan dan dilancarkan Allah. Shalat ya shalat aja tanpa banyak berpikir shalat itu dapet ini dan itu. Hal ini bikin kita tidak ikhlas ibadahnya. Allah hanya menerima ibadah hambanya yang ikhlas. 





Katanya mau lebih kalem

 Katanya mau lebih kalem, tapi berat juga ya. Pemsa aja tenang tapi saat menghadapi sesuatu bisa menjadi responsif atau reaktif.Apa bisa ya kita menjadi lebih kalem. Jika kita lebih kalem, maka sering terlihat agak aneh dari tampilan kita. Kata temen, "tumben kalem". Lebih kalem bukan merubah tampilan kita menjadi aneh, aneh sih tapi tampilan yang lebih menarik. Salah satunya adalah murah senyum dan tenang.

Lebih kalem bukan sekedar menahan emosional kita saja, tapi banyak melibatkan pemahaman dan faktor Allah yang memberikan kita rahmat dan karuniaNya. Apakah kita langsung bisa ? Belum tentu, karena kita sudah menyimpan memori yang tidak kalem cukup lama. Kita wajib menggantikan perilaku kalem yang tenang itu sesering mungkin. Latihan untuk tidak responsif (tidak menjawab/merespon) langsung apa yang kita hadapi. Paling mudah, setiap bangun pagi tidak langsung bangun ke kamar mandi, tapi bisa merasakan suasana dan duduk sebentar di tempat tidur. Lalu mengucapkan syukur atas bangun pagi kita dengan berdoa dan mengucapkan syukur kepada Allah sampai kita membersihkan diri dan siap untuk ibadah. Langkah demi langkah ini untuk melatih kita untuk tenang dan sabar dalam melaksanakan tahapan demi tahapan. Lakukan setiap hari.

Dalam kerja, kita sering mengalami panik saat menghadapi pekerjaan yang berat. Memang kenyataannya kita selalu merasa tidak cukup ilmu setiap menghadapi pekerjaan. Oleh sebab itu sisihkan waktu untuk belajar lagi. Belajar apa ? Belajar untuk meningkatkan kinerja apa yang kita kerjakan sekarang, baik dalam dimensi waktu yang lebih cepat atau kualitas kerja yang menjadi semakin baik.

Katanya mau lebih kalem, yuk sisihkan waktu untuk belajar dan mempraktekkan hal kecil dengan logika dan hati. Perhatikan pula bagaimana kita mampu menjalani step by step dengan tenang (tidak terburu-buru). Insya Allah kita diberikan rahmat dan karunia Allah agar mampu lebih kalem setiap hari



Katanya mau berani

Katanya mau berani, tapi belum juga. Bonek dalam menjadi contoh baik  tapi ada juga buruk. Mereka berani berangkat menonton bola sekalipun nggak ada duit dan saking maunya mereka memiliki semangat luar hanya ingin mendukung klub sepakbolanya. Ada kepuasaan. Tetapi sedikit ada sisi negatif. Mereka menghalalkan segala cara untuk berangkat yang sedikit agak memaksa naik transportasi dan perilaku sedikit tidak sopan dalam perjalanan mereka.
Bagaimana jika mau berani dalam bekerja ? Sebenarnya seseorang hanya mau kerja lebih baik yang membuat dirinya nyaman dan menguntungkan. Kerja yang lebih baik itu sering terhambat saat kita merasa tidak nyaman dan tidak terlihat saat itu untungnya. Hambatan ini bisa menjadi kerja kita kembali dengan gaya rutinitas dan banyak berharap. Ternyata kata berani itu mengajak kita meninggalkan kenyamanan dan keuntungan pada akhirnya. So mau berani, bersiaplah untuk bekerja dengan tidak nyaman dan tidak berpikir untuk untung saat ini.
Ada orang yang ekstrem bisa melakukan ini karena sudah terbiasa atau ada tekad yang kuat karena desakan dari dalam dirinya. Bagaimana kita diberi kerja tambahan atau target lebih tinggi ? Di saat mengambil keputusan logika kita "iya" karena ada iming-iming untung, tapi tidak dengan perasaan kita yang sudah nyaman. Pahami dengan hati bahwa target tinggi adalah amanah untuk meningkatkan kemampuan kita. Bukankah kita diberi potensi pikiran, petunjuk, perasaan dan hati untuk bersyukur ? Allah lewat teladan Nabi menyampaikan bahwa Allah menyukai ibadah yang terus-menerus sekalipun tidak besar. Hikmahnya kerjakan dengan hal kecil yang terus-menerus untu membentuk kebiasaan. Setelah itu kita mulai berani untuk melangkah lebih besar.
Katanya mau berani, yuk aktifkan hati kita agar memahami bahwa Allah telah menciptakan kita untuk percaya dan yakin, dan kita pun dibekali modal pikiran dan perasaan. Harmoniskan hati  pikiran dan perasaan. Insya Allah kita dimampukan.

Katanya mau sukses

Katanya mau sukses, tapi kita tidak pernah memulainya. Apakah bisa sukses tanpa memulai dan konsisten ? Padahal mau suksesnya itu tinggi, tapi baru mimpi dan berada di pikiran terus. Ada yang mau bilang, "saya udah memulai dan hasilnya belum ada". lalu apakah yang salahnya ? Kesuksesan buah dari konsisten melakukan sesuatu berhubungan dengan kesuksesan yang kita ingin raih. Dan satu lagi apakah kesuksesan itu yang kita ingin raih itu berupa hasil dari kerja kita ? Misalkan mau jadi kaya, maka kaya itu tidak mudah diraih tanpa kerja, kerja seperti apa yang harus kita lakukan ? Kerja yang dibutuhkan banyak orang lah mengantarkan kita kepada "kaya".
Contoh kerja yang banyak dibutuhkan orang, misalkan kerja = berdagang yang menjadi kebutuhan dasar banyak orang. Jualan nasi goreng, bukankah semua orang suka. Tambahkan kerja itu dengan nilai tambah berupa pelayanan atau porsi yang isinya enak (ayamnya banyak atau nasinya banyak). Kerja seperti ini membawa kita ingin memberi lebih kepada calon pelanggan. Bagaimana dengan kerja di kantor ? Bagus juga, tapi terbentur pada aturan, waktu dan sop. Kerja di kantor bisa kaya ? bisa tapi butuh waktu lebih lama.
Kata sukses seringkali ditafsirkan dengan materi, jabatan dan kepemilikan. Katanya mau sukses, maka sebaiknya kita ciptakan dalam pikiran sukses itu proses perjalanan kerja kita menuju yang terbaik dimata pelanggan. Daripada kita fokus kepada target (keinginan suksesnya) lebih baik fokus kepada kerjanya, yaitu kerja yang memberikan kebaikan bagi orang banyak dan dibutuhkan banyak orang.
Katanya mau sukses, ya kerja. Lalu pilih kerja yang menjadikan kita semakin berkualitas dan menjadi solusi banyak orang. 
Kerja itu adalah tindakan atau perbuatan, kerja yang baik menghasilkan hasil yang baik (sukses). Kerja yang baik = amal yang baik, jika kita kaitkan amal saleh, berati kita kerja yang baik yang dirahmati Allah. Sudahkah kita siap untuk banyak membaca Al Qur'an agar bisa melakukan kerja yang saleh ? Sudahkah kita juga siap untuk kerja yang ikhlas ?
Katanya mau sukses, berarti mau dihargai Allah dengan merahmati apa yang kita kerjakan. Sukses berarti balasan Allah atas apa yang kita perbuat. Sukses dimata Allah, baik buat kita. Yuk menjadi hamba Allah yang saleh agar sukses dunia dan akhirat.

Katanya mau semangat terus

 Katanya mau semangat terus, tapi kok tujuan kita belum tercapai. Mengapa belum tercapai ? Karena kita belum konsisten semangatnya. Semangat kok ? Semangat untuk tujuan A belum benar-benar ditindaklanjuti dengan aktivitas A yang konsisten, maka hasilnya belum terwujud baik. Seseorang dibilang baik, jika orang tersebut konsisten berbuat baiknya, dan berbuat baik itu konsisten karena didukung oleh semangat berbuat baik.

Emang bisa orang konsisten untuk berbuat baik (bersemangat terus berbuat baik) ? Dalam keseharian kita banyak aktivitas yang terjadi, makan dan minum, isitrahat, kerja A - Z dan lainnya. Terkadang Saat kita ingin mengerjakan hal baik terhenti oleh aktivitas lain yang memang seharusnya kita kerjakan (rutinitas) atau aktivitas lain. Mau berbuat baik kepada si A, tapi orangnya nggak ada lalu kita menjadi melakukan hal lain. Begitu yang sering terjadi. Semangat itu pasti butuh media yaitu aktivitas. Semangat A tidak selalu diikuti dengan aktivitas A, kadang B atau lainnya. Semangat itu perlu dijaga dengan tetap terus beraktivitas yang baik.

Berhati-hati dalam beraktivitas, karena bisa jadi semangat kita "hilang". "hilangnya" semangat itu disebabkan aktivitas yang menjauh dari aktivitas yang seharusnya kita lakukan. Bisa dikatakan kehilangan fokus semangat. Tetapi di lain hal, semangat untuk aktivitas yang tidak terhubung dengan  keinginan kita bisa menambah semangatnya. Intinya tetap beraktivitas.

Membayangkan semangat untuk shalat, karena suatu hal menjadi lalai. Ada temen baik ngajak ngobrol maka bikin kita menunda shalat. Semakin larut obrolannya semakin lama dan shalatnya yang tadi semangat menjadi kurang semangat, biasanya terburu-buru shalatnya. Apakah ada penyesalan ? Jika ada maka semangat yang tadi kurang semangat menjadi bertambah semangat karena merasa berdosa. Semangat ini menjadi berbeda dan semakin baik untuk melakukan shalat.

Apapun semangat kita perlu dijaga dan tetap fokus dengan semangat awal agar apapun yang kita kerjakan membuat semangat menjadi lebih kaya nilainya.


Katanya mau santai

Katanya mau santai, tapi faktanya tak mudah mendapatkannya. Lagi kerja rasanya tak bisa santai, dan berharap setelah kerja bisa santai ... tapi nggak juga. Abis kerja malah capek bukan santai. Lalu kapan ya ? terbayangkan jika dalam seminggu kita tidak merasakan suasana santai yang benar-benar memanjakan kita sendiri.
Temen bilang,"kan udah santai saat istirahat dalam kerja". Bener sih istirahat, tapi dalam isitirahat itu tidak membuat kita santai tapi malah mikir kerja berikutnya (abis istirahat). Terus, apa sih istirahat itu ? Istirahat oleh kebanyakan orang adalah suasana dimana pikiran relax, perasaan senang dan suasana hari yang bahagia. Kalau begitu susah dong dapetnya. Kerja sudah membuat kita tidak relax karena ada beban dari target kerja. Paling bisa santai kalau abis pulang kerja, apa iya ? Santai sih, tidak kerja tapi nyatanya bukan santai ... kita capek.
Pikiran kita yang terbebani setiap hari karena memang pikiran memandang kerja itu seperti beban dan harus dikerjakan. Keadaan ini membuat perasaan kita tidak nyaman, tidak santai. kerja yang santai ... tidak baik, tapi santailah (nyaman) dalam kerja yang membuat kerja menjadi luar biasa. Mulailah untuk mengubah persepsi tentang  kerja agar pikiran, perasaan dan hati menjadi santai, relax, tenang dan nyaman. Bukankah kerja itu sama halnya aktivitas lainnya yang mesti kita lalui, tidak mesti diselesaikan hari ini tapi bagaimana kita mengerjakan dengan bener. Bukankah kerja itu bagian dari rasa syukur kepada Allah karena kita diberi amanah dimana kita diizinkan Allah bekerja. Dan banyak lagi ... 
Insya Allah sikap seperti di atas dapat juga kita terapkan dalam beribadah. Shalat misalnya, bukan lagi kewajiban yang membuat kita "berat"menjalaninya. Mengapa shalat tidak kita jadikan media komunikasi dengan pencipta untuk curhat dan memohon pertolongan (mintalah pertolongan dengan shalat dan sabar).
Yuk kalau kita katanya mau santai, belajarlah menata pikiran, perasaan dan hati agar mengikuti apa yang kita inginkan.

Katanya mau sikap positif

Katanya mau bersikap positif, tapi kok baperan terus. Ada orang yang negur kita, malah kita tidak suka tegurannya. BUkankah teguran itu mengingatkan ada yang "tidak sesuai" atau salah pada diri kita. Kita bilang,"saya sudah bener kok?". Bener menurut kita, tapi tidak di mata orang lain. Saat ditegur kita lebih fokus kepada orangnya daripada pesan yang disampaikan, jadi baper deh.
Apa sih yang dimaksud dengan sikap positif ? Sikap itu adalah respon atas apa yang kita hadapi. Misalkan kita ditegur "jalannya yang sopan dong". Sikap merupakan wawasan, pengalaman dan pengetahuan tentang jaln yang sopan. jika kita memahami dengan bener, maka pikiran kita merespon positif. Kita bilang ,"terima kasih". Tapi sebaliknya jika kita sangat reaktif/responsif maka pengetahuan tadi tidak terhubung yang menyebabkan kita terpancing emosi, inilah sikap negatif. Sikap negatif menghasilkan tindakan negatif, bisa jadi kita marah dan malah menegur orangnya, "saya sudah tahu".
Mana yang baik sikap positif atau sikap negatif ? Pasti semua menjawab sikap positif. Tapi dalam faktanya kita tidak mudah melakukannya. Hanya karena uang Rp 10.000 bisa berantem. Maka kita perlu menguatkan pikiran dan hati agar kita semakin dominan dengan wawasan dan pikiran posiitf. Dominasi ini mendorong kita mendahului pikiran dibanding perasaan. Jadilah kita bertindak positif.
Bayangkan saat kita mendengar azan ? Responnya ada yang biasa aja tidak tergerak shalat dan ada juga antusias menjawab dan meresponnya dengan shalat. Belajar untuk memahami tentang azan menjadi penting agar kita dapat menyikapi positif saat mendengarnya. Sama halnya dengan ibadah lainnya ... bisa jadi memang kita hanya tahu sedikit tentang ibadah tersebut maka respon dan ibadah jarang kita lakukan (kualitas rendah).
Insya Allah kita diberi petunjuk dan digerakkan untuk selalu belajar dan membuktikan (mengamalkannya) agar muncul keyakinan untuk bisa bersikap positif.

katanya mau kerja bener

Katanya mau kerja bener ... apa bisa ? Kayaknya berat kan kita bukan manusia super yang serba bisa. Lalu mau pasrah dengan persepsi tersebut. Nggak begitu juga. Karena mau kerja bener maka kita mesti menerima hal yang tidak bener lalu memperbaikinya. Ubablah sikap kita saat kerja lagi ngga benar dengan hal positif.
Dalam kenyataannya, kita kerja selalu diminta bener oleh atasan. Kalau tidak bener disalahin dan dimarahi, yang bikin kita bete. Kalau kita larut maka semua berantakan. Maka atasan kita nggak salah, kitalah yang harusnya memgambil inisiatif untuk memperbaiki diri tanpa dipengaruhi hal negatif dari luar. Bayangkan tanpa atasan kita, apakah kita bisa memperbaiki diri ? Sikapi atasan kita dalam rangka menjadikan kita semakin baik.
Bayangkan saat Allah mengizinkan kita sakit, maka kita jadi peduli untuk sehat. Karena sakit itu nggak enak, maka kita mulai bersyukur tentang keadaan sehat. Bagaimana jika mengalami musibah ? Samit atau sakit adalah cara Allah memberi kita peringatan dan mengantarkan kita untuk ingat Allah.
Mari kita terus memperbaiki diri dengan tetap menerima apa yang kita alami sekalipu itu tidak nyaman.

Katanya mau istirahat

katanya mau istirahat, apa bisa ? Hari Sabtu dan Minggu adalah waktu tidak bekerja. Tapi kenyataannya kita pun tidak mudah untuk istirahat. Ada aja yang dikerjakan, ini dan itu bahkan bisa lebih melelahkan dari hari kerja dan banyak menghabiskan uang. Istirahat tapi banyak uang yang keluar, sepertinya memberatkan kita.
Memang kita tidak bekerja di kantor, tapi tetap ada kerja di rumah. Yang bedain hanya tempat saja. Istirahat, apakah tidak ada di kantor ? ada bahkan kita sering mengambil waktu istirahat di jam kerja. Di rumah banyak istirahat dengan bersantai, tapi juga malah mengambil banyak istirahat dari jam yang seharus kita melakukan sesuatu. Jadi istirahat ... sama aja dan waktu lebih banyak tapi kita kurang menikmatinya, benar-benar istirahat.
Dari ajaran Islam malah dianjurkan istirahat itu dalam tidur yang pendek, cenderung mengambil waktu untuk banyak beribadah dan beramal. Ibadahpun mengambil waktu di malam hari seperti untuk Tahajjud dan bersedekah di waktu subuh, bukan mengambil waktu kerja di siang hari. Isitirahat itu ditunjukkan sebagai bagian dari kerja yang sudah dilakukan.Yang mesti kita perhatikan adalah seberapa manfaat kerja kita sehingga dapat membuat istirahat itu menjadi berarti.
Katanya mau istirahat, yuk kita bangun diri kita untuk memulihkan diri menjadi semakin kuat untuk kerja yang luar biasa, yang bermanfaat bagi banyak orang. Istirahat ya kerja yang semakin baik.

Katanya mau hemat

Katanya mau hemat, tapi kok berpikir jangka pendek. Apa-apa maunya yang murah, beli barang, beli makanan dan sebagainya. Apakah yang murah itu selalu hemat ? Mau hemat uang, makannya yang murah yang kurang bergizi. Akibatnya mudah terserang penyakit dan akhirnya bayar mahal untuk obat dan dokter. Atau kita beli TV Murah, ternyata kualitas kurang baik yang bikin kita malas nonton dan bisa jadi cepet rusak. Akhirnya kita beli lagi TV baru.
Kata hemat tidak selalu murah. Hemat bisa berarti memanfaatkan apa yang ada sehingga tidak perlu membeli. Misalkan kita ingin berkunjung ke temen, dengan tubuh yang sehat kita bisa menggunakan angkutan umum daripada menggunakan kendaraan sendiri. Atau karena ingin membeli seusatu, maka belilah barang sesuai kebutuhan dan tidak tergiur dengan promo dan fitur produk yang mewah. Perhatikan saat kita membeli TV dengan teknologi canggih, faktanya kita hanya menghidupkan dan mematikan TV, memindahkan chanel saja. Yang bilang ada internetnya jarang digunakan. Apa yang kita beli terkadang berlebihan dibanding apa yang kita butuhkan
Sebaliknya ... dalam beribadah. Kalau shalat kita malah hemat tidak menggunakan pakaian yang bagus bahkan menggunakan pakaian seadanya. Padahal dalam shalat kita mesti memberikan yang terbaik, terutama berpakaian yang terbaik. Sama halnya dengan sedekah, kita sering irit atau berhemat yang penting ikhlas katanya. Padahal sedekah itu semakin banyak semakin bagus.
Bijaklah dalam berhemat, jauh lebih penting kita mendapatkan banyak hal, ilmu, uang dan hal lain. Dengan menjadi "kaya" atau berlebih, maka kita semakin berhemat dengan nilai yang lebih banyak. Sudahkah kita berilmu ? jika belum banyak, maka kita menjadi pelit (berhemat) dengan ilmu. Sudahkah kita memiliki uang yang banyak ? Jika belum maka kita menjadi semakin mudah berhemat tapi tidak mampu memberi yang banyak.
Insya Allah kita selalu dimampukan Allah dalam berakaitivitas dan Allah memberi keberkahannya.

Katanya mau konsisten

Katanya mau konsisten ... kok bisa berhenti melakukan sesuatu. Kapan dapet hasilnya ? Bisa jadi kita sudah mendapatkan beberapa saja, tapi setelah kita tidak memperolehnya lagi dengan lebih baik.  Apa iya kita kerja dengan beberapa kali saja bisa berhasil ? Konsisten itu wajib, konsisten ya kebiasaan baik. Semua itu dasar untuk meraih hasil.
Bayangkan jika konsisten itu tanpa semangat ... ya jadi tidak konsisten. Tidak perlu mikirin konsistennya tapi pikiran mnjaga semangatnya, maka konsisten pun mengikuti.
Semangat yang bisa stabil berarti bersumber dari sesuatu yang mutlak (yakin). Selama ini kita bersemangat karena ada hal yang ingin dicapai, misalkan kita semangat kerja karena uang. Pertanyaannya, apakah kita sudah mendapatkan uangnya ? belum sesuai target, keadaan ini bisa menurunkan semangat. Apalagi kita tidak mendapatkan tambahan uang selama melakukan kerja. Semangat menjadi hadir jika ada uang, atau semangat hadir jika ada hasil uang. Perhatikan diri kita sendiri ... semangat kita naik-turun karena ada daya tarik uang atau nggak, atau hasil (Uang) yang kita peroleh.
Pernahkah kita berpikir bahwa sebenarnya semangat itu bukan untuk hasil tapi semangat itu terhubung dengan kerjanya. Jadi hadirkan semangat itu untuk kerja yang berkualitas, bukan sekedar hasil yang kita dapatkan (uang).
Semoga kita diberikan jalan untuk menemukan semangat yang bisa membuat kerja kita jadi konsisten. Dari hari ke hari mampu menciptakan kebiasan menuju apa yang kita inginkan

Katanya Mau semangat

Saat kita memiliki tujuan, katakanlah kerja cari uang. Maka ada orang yang semangat dan terkadang ada juga yang kurang semangat. Kalau nggak semangat bisa karena sudah "tahu" duluan bahwa setiap bulannya sekian. Mau semangat kayak apa kalau uangnya segitu terus setiap bulannya. 
Berbeda dengan orang yang melihat semangat bukan sekedar cari uang. Memang sama kerjanya cari uang. Semangat itu untuk menjadi energi buat cari uangnya. Semangat itu mencerminkan kualitas kerja kita, kerja yang terbaik. Insya Allah dengan semangat ini kita mendapatkan ridho Allah. Allah Maha Melihat apa yang kita kerjakan. Maka bersemangat itu menjadi penting dalam kerja untuk menentukan nilai/kualitas kerja dan konsistensinya.
Kalau begitu yuk kita semangat kerja meraih uang (rezeki) dengan menunjukkan kesungguhan dan kualitas kerja yang terbaik.
Insya Allah kita selalu dicurahkan petunjuk, ilmu dan hati yang mampu menyemangati diri untuk Allah. Aamiin

Katanya Mau Mulai

Kita memiliki banyak keinginan ini dan itu, bahkan setiap hari bisa berganti dari satu keinginan ke keinginan yang lain. Semua keinginan itu dimaksudkan untuk membuat kita semakin baik. Ingin pendapatannya bertambah, maunya mengikuti temen yang sudah sukses. Bermaksud dari yang kecil dengan langkah demi langkah untuk memulai. Tapi nyatanya kita hanya memiliki keinginan yang besar tapi tak mampu mewujudkannya

Katanya mau memulai .. selalu ada hambatan untuk memulai. Diantaranya tidak ada waktu, bayangkan jika memang kita tidak ada waktu, maka mengapa kita menghadirkan keinginan kita. Tidak salah dengan keinginan itu tapi keinginan itulah yang telah menghabiskan banyak mulai "melamunkan" sampai berpikir bagaimana caranya dan apa yang kita rasakan setelah meraihnya. Bisa jadi waktunya habis 1 jam, hanya 1 jam ? Kenyataannya kita mengulang kembali hal tadi minimal lebih dari 2 kali .... Banyak kan waktu yang habis. Memulainya tidak terjadi tapi waktu sudah habis tanpa hasil

Bayangkan dalam sehari atau seminggu atau sebulan kita memiliki banyak keinginan dan keinginan itu sangat kuat untuk diwujudkan .... hasilnya tidak ada. Pernah terjadi kita memulainya tapi berselang waktu semua itu berhenti.

Apakah benar kita tidak memiliki waktu lagi ? Artinya kita sudah memiliki aktivitas rutin dan mungkin ada waktu sisa. Aktivitas rutin sudah menjadi kuat dan susah diambil waktunya. Kondisi nyaman untuk aktivitas rutin karena sudah menjadi kebiasaan. Bagaimana dengan waktu sisa ? Waktu sisa cenderung digunakan untuk istirahat atau santai. Bisa nggak sih waktu itu digunakan ? Pasti bisa, tapi kita cenderung nyaman dan nggak berani dikorbankan. Jadilah kita ini tidak memiliki waktu.

Solusinya dapat kita lakukan beberapa hal :

1. Bagikan keinginan kita menjadi keinginan kecil yang bisa kita lakukan. Yakinlah dengan hal kecil kita dapat dilakukan dengan waktu yang pendek. Lakukan waktu singkat itu setiap hari (bisa jadi 10 menit atau lebih) dengan aktivitas mudah, Insya Allah keinginan itu bisa diwujudkan.

2. Tulislah keinginan kita dan beranilah menganalisanya sedetail mungkin. Hal ini mengurangi rasa takut atau kekhawatiran kita untuk bisa diwujudkan. Keinginan itu biasanya besar dan masih global memunculkan rasa "ketakutan" apakah saya bisa ?"

3. Mulailah menyisihkan waktu 5 - 60 menit per hari untuk mewujudkan keinginan kita, keinginan yang menjadikan kita semakin baik. Kalau tidak melakukan ini, maka karir atau pendapatan kita stabil (membosankan)

Saya yakin kita memiliki banyak solusi yang detail disamping memiliki keingnan. "Katanya mau Mulai" Bismillahirrahmanirrahiim ... Allah melihat apa yang kita kerjakan dan berdoa agar Allah meridhaiNya




Katanya mau dapet duit

Katanya mau dapaet duit, terus kerja dan kerja. Dapat ngga sih duitnya ? Dapaet tapi sedikit. Tentunya mau dapet duitnya kan yang gede biar kaya. Lalu kenapa belum dapet duit banyak ?
Duit itu kan hasil dari kerja, maka yang menentukan nilai duit itu banyak atau sedikit pastilah dari nilai kerjanya. Atau Kalau hari ini kita dapat duit sebanyak 10 dengan kerja A, maka besok pagi duit kita bisa lebih besar jika kita melakukan kerja lebih banyak (misalkan 2A). Tapi dalam kenyataannya kita masih mengerjakan A, Lalu bagaimana caranya kita bisa mengerjakan 2A ? Tentu harus memiliki energi dan ilmu. Sekalipun sudah memiliki ilmu dan energi, kerja kita bisa jadi belum sempurna menjadi 2A. Perlu waktu dan bahkan kita pun mesti berpikir tentang izin Allah.
Jadinya katanya mau dapet duit banyak, perlu 2 hal yaitu dekat dengan Allah agar diizinkan dan sekaligus minta dimudahkan dalam menambah ilmu dan fisik yang kuat. Tanpa Allah bisa nggak ? Bisa saja, tapi karena kita beriman, maka kita mesti percaya duit itu diberikan oleh Allah dan kita pun percaya bahwa kita pintar juga karena Allah, yaitu karena rahmat Allah semata. Sekalipun kita menganggap diri kita mampu untuk mendapatkannya, Allah ingin menguji apakah dengan izin tersebut kita itu bersyukur atau kufur ? 

Katanya mau mengerjakan ini dan itu

Dalam keseharian kita, banyak hal yang ingin dikerjakan ... kerja ini dan kerja yang itu, semua kerja itu tidak lain untuk membuat kita lebih nyaman. Mau kerja ini agar kita mendapatkan uang lebih, Mau kerja yang itu agar nanti bisa menikmati hasilnya. Tapi memang sebatas mau doang, belum mengerjakannya.

Untuk menyenangkan hati sebagai pembelaan diri, kita bilang,"saya sudah mengerjakannya, tapi hasilnya tidak sesuai keinginan". Karena memang mau memuaskan hati, maka kita pun menjawab seperti hal tadi. Hasil dari kerja ini dan itu mulai nampak jika kita konsisten melakukannya. Kata "sudah mengerjakan" menunjukkan hari ini tidak mengerjakannya lagi. Apa yang sudah kita kerjakan membuahkan hasil hari ini. Lalu karena "sudah mengerjakan" maka besok hari tidak memberikan hasil kepada kita. Jadi jika kita mau mengerjakan ini dan itu, maka hal itu mesti dikerjakan terus-menerus.

Mengapa kita terhenti (sudah mengerjakan) dari mengerjakan ini dan itu ? Pertama hasilnya tidak menggembirakan atau malah mengecewakan yang membuat kita tidak yakin untuk meneruskannya.Hal ini terjadi tanpa disadari karena kita sudah merasa cukup ilmu untuk mengerjakan ini dan itu. Dalam situasi kita "mau" menunjukkan perilaku (ilmu kita) belum sama dengan apa yang ingin kita mau. Untuk itu konsistensi itu mengajak kita untuk terus belajar dan menerapkannya dalam kerja agar hasilnya diperoleh. Dari waktu ke waktu dengan kemauan yang kita miliki kerja kita semakin kaya dan semakin sempurna.

kedua bisa juga karena kita merasakan berat untuk mengerjakannya, berat atau malas ? Ya. Semua ini memang motivasi yang kurang dan ilmu yang tidak cukup. memang semua yang kita mau itu pasti berada di atas kemampuan kita sekarang. Sudahkah kita bersedia menyisihkan waktu untuk meningkatkan kemampuan kita ? Tanpa belajar dan menambah ketrampilan, apa yang mau kita kerjakan ini dan itu ... terlihat berat dan menjadi mimpi.

Ketiga memang kita tidak memiliki gambaran (visualisasi) tentang apa yang kita mau kerjakan. Hal ini membuat kita mengerjakan yang tidak semestinya dan mudah untuk beralih kepada pekerjaan lain.

Katanya mau mengerjakan ini dan itu ... untuk tambahan pendapatan. Awalnya kita bingung mau mengerjakan apa. Seharusnya kita menentukan arah apa yang mau dikerjakan. Misalkan mau bisnis online ... kita memulai. Dalam perjalanan hasilnya tidak menggembirakan dan berhenti. Kita mau berbisnis online ... kita mesti sadar keadaan kita sekarang (ilmu dan ketrampilan), maka kita mesti membangun sikap dan kemampuan menjadi pebisnis online. Kita tergoda untuk membeli paket bisnis online yang instan, tapi semua paket bisnis itu tetap membutuhkan sikap dan kemampuan yang mumpuni.

katanya mau mengerjakan ini dan itu

Insya Allah kita selalu diberi petunjuk menjadi hamba yang pandai bersyukur, yang menyadari keadaan kita sekarang (nikmat). Kita mesti siap dengan sikap dan kemampuan untuk mengolah keadaan kita sekarang menjadi sesuatu yang memiliki nilai tambah. Bayangkan kita ubah "katanya mau mengerjakan ini dan itu" kepada rasa syukur. Insya Allah selalu ada hasil dari rasa syukur itu



Katanya mau hebat

Judul sebagai lanjutan tentang "katanya mau ...". Begitulah saya ambil tema "katanya mau hebat". Kata hebat menjadi sesuatu yang luar biasa, melebihi dari orang dan diakui. Tentu tidak ada orang hebat untuk semua bidang. Misalkan hebat bisnisnya, belum tentu semua bisnis ... kehebatan bisnisnya dibidang jualan ayam misalnya. Bahkan ada orang hebat di bidang pengolahan sampah menjadi produk miniatur. Jadi kata hebat itu mendorong kita untuk belajar dan menguasai (memahami) dengan mahir. Apakah ada keinginan Anda untuk menjadi orang hebat ? pasti ada dong.

Kalau begitu semua orang mau jadi hebat, "iya". lalu munculnya judul tersebut "katanya mau hebat". Apakah Anda memahami bidang Anda dengan benar ? Apakah Anda sudah belajar dan mempraktekkannya banyak hal ?

Katanya mau hebat ...

Kok masih banyak malasnya ?

Kok masih terus mikir tapi tidak sungguh-sungguh jalani yang sudah tahu ?

Kok melemah saat menghadapi masalah ?

Kok belum yakin dengan apa yang dipikirkan ?

Kok belum mulai-mulai ?

dan banyak lagi pertanyaan yang mengusik keinginan kita mau hebat tapi tidak diamalkan apa yang sudah kita bisa.

Masak sih nggak bisa hebat ? Kan tidak ada orang yang hebat tanpa belajar, tanpa amal dan evaluasi, tanpa ada masalah, tanpa proses dan memerlukan waktu yang panjang (sesuai amal kita), dan banyak lagi.

Lalu mari kita singkirkan pikiran negatif dan membangun kalimat positif  dalam pikiran. Keadaan ini tidak mudah tapi bisa.

1. Tentukan mau hebatnya, apa yang menjadi pekerjaan kita saat ini adalah bidang yang sudah kita pahami dan kuasai dengan baik, dan tinggal memperdalam aja

2. Buatlah pertanyaan bagian mana yang bisa kita percepat atau yang bisa kita tingkatkan kualitasnya. Buatlah list apa yang mesti kita lakukan

3. Praktekkan dan evaluasi dengan benar, lakukan perbaikan

4. Pasang target yang lebih tinggi lagi atas apa yang hebat yang ingin kita perbuat

5. Yakinlah bahwa semua atas izin Allah, maka percay dan yakinlah bahwa Allah bisa mengizinkan asal kita banyak berbuat dengan kesungguhan.

6. Seiring apa yang kita kerjakan di atas, Insya Allah ada petunjuk mengiringi masalah dan cara yang lebih mudah.

Katanya mau hebat 

Bayangkan dari hari ke hari kita mengerjakannya ... langkah satu, kemudian dua dan seterusnya. Semua langkah itu semakin hari mengantarkan kita mendekat kepada kehebatan yang kita ingin ciptakan. Teruslah memotivasi diri menuju keadaaan yang semakin baik. 

                                        

Katanya mau belajar

Kata belajar itu sering ditafsirkan berkaitan dengan sekolah formal, belajar di sekolah SD, SMP, SMA sampai Universitas. Lanjutannya belajar di sekolah formal tadi menjadi UKURAN kemampuan seseorang untuk bisa melanjutkan kerja di perusahaan. Jika seseorang tidak lulus atau tidak lengkap pendidikan belajarnya, maka nilainya dianggap dibawah yang belajar sampai tinggi.

Sebagai contoh, seseorang lulusan SMA tidak sama kedudukannya dalam kerja di perusahaan karena belajarnya. Sama halnya dengan seseorang yang lulus S2 lebih tinggi kedudukannya terhadap lulusan S1. Belum lagi melihat dimana mereka sekolah (belajar). 

Ok lah, belajar itu adalah menambah pengetahuan dan ketrampilan, Orang yangi elajar di sekolah lebih dominan memahaminya dengan sedikit praktek sehingga banyak lulusan itu mesti banyak beradaptasi dengan lagi. Bahkan saking saat menerima tugas-tugas dalam kerja yang diberikan dan menjadi sibuk denga kerjanya. Dan lupa belajar lagi

Belajar membuat kita berada di posisi lebih baik. Demikian juga saat kita belajar di tempat kerjaan. Bukankah hasil belajar dalam kerja itu memberi dampak proses kerjanya lebih mudah dan cepat serta mampu mengerjakan banyak hal. Ujung-ujungnya duit alias pendapatan meningkat. Belajar berarti menaikkan nilai duit. Penjelasan ini bisa menjadi motivasi dan keinginan semua orang, Tapi faktanya banyak orang mengeluh pendapatannya kurang. Pendapatan kurang berarti kemampuannya kurang, kemampuan kurang karena tidak belajar lagi. Anda mau bantah, "saya belajar kok". Bener sih kita belajar tapi outputnya (hasilnya) tidak ada, alias hanya tahu dan paham saja. Buktinya ? Kita semua masih mengerjakan kerjaan dengan cara yang sama setiap hari dan setiap bulan ... belajar kita tidak kontinu seperti halnya kita belajar dari kelas 1 naik kelas 2 dan seterusnya.

Dalam kerja bisa jadi kita telah belajar, tapi belajar hanya sekali dan setelah tidak lagi. Padahal kerja kita semakin hari semakin tinggi dan banyak. Apakah cukup hanya belajar hari ini saja ? Tidak cukup, setiap hari mesti belajar. Buktinya kita tidak belajar kontinu adalah kita mengalami stress, tidak terkendali emosi dan suka mengeluh. Ditambah lagi kita tidak suka belajar. Semua dikerjakan sebagai rutinitas saja, lalu bosen.

katanya mau belajar

Apa yang mesti kita lakukan dan dari mana memulainya ? Mulailah dengan niat belajar untuk Allah, maksudnya belajar itu karena banyak melakukan amal saleh dengan kerja yang kita lakukan. Yakinlah bahwa Allah memudahkan kita belajar. Setelah itu melihat satu kerjaan yang kita jalani, apakah ada masalah ? pasti ada mau bilang tidak ada masalah. Bukan itu maksud saya, jawablah pertanyaan berikut, Apakah ada cara yang lebih mudah dan cepat serta memiliki nilai yang tinggi dalam mengerjakan kerjaan tadi ? Pertanyaan ini dapat mengantarkan kita kepada aktivitas belajar. Jawaban kita,"saya mesti belajar lagi". Dari sinilah kita didorong untuk membuka buku lagi, bertanya kepada orang, melihat referensi apa saja dan bahkan kita dituntut mencarinya. Dan jangan lupa belajar itu bukan sekedar pengetahuan teknis saja, tapi bisa jadi belajar non teknis yaitu mengendalikan diri terutama emosional kita (perasaan kita). Dalam banyak kondisi, kita pintar tapi tidak mau mengamalkannya karena gengsi, emosi negatif dan sejenisnya.

Katanya mau belajar, nanti hasilnya kebaikan buat kita. Semoga jalan menuju kehidupan lebih baik di dunia dan di akhirat kita dapatkan bersama Allah dengan niat yang ikhlas.

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...