Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

proses kerja yang benar pasti hasilnya benar

Dalam keseharian, kita selalu bekerja dan bekerja. Yang penting bekerja, apakah kita berorientasi kepada hasilnya, pasti iya. BUkankah jika orientasi bekerja pada hasil maka kita pengen merubah apa saja ayng kita kerjkan untuk menuju hasil yang sesuai yang kita inginkan.
Hal di atas sudah kita kerjakan dan hasilnyapun sudah sering kita dapatkan. Hasil dan apa yang kita kerjakan ditentukan olej kita sendiri, Harapannya adalah kita mendapatkan hasil kerja yang lebih baik, memberi kebaikan bagi kita sendiri dan mencukupkan kebutuhan kita.
Apa yang terjadi ? Sepanjang tahun hasilnya tidak memberi dampak yang mendorong kita menjadi seamkin baik  Lalu apa yang salah ? Jika kita telusuri maka ada beberapa faktor yang tidak dijalankan dengan sebenarnya. Alias yang salah dengan proses bekerjanya. Karena fokus kita kepada hasil bekerja, kita cenderung tidak menymepurnakan atau mempersiapkan bekerja yang benar, akhirnya kita mengerjakan 2 kali bekerja untuk satu tujuan
Apa bedanya fokus hasil dan proses bekerjanya ? Jika kita fokus kepada hasil maka kita benar-benar mencocokkan proses bekerja untuk meraih hasil yang kita inginkan. Sedangkan fokus kepada proses bekerja, maka kita benar-benar memperisapkan dan menyiapkan segala tenatng proses bekerja, dan hasil sudah pasti mengikuti proses bekerja. Ada kesungguhan untuk mengerjakan dengan benar BUKAN sekedar mengerjakan saja.
Misalkan kita yang ingin mendapatkan hasil kerja (uang Rp 1.000.000), maka kita berkeja sesuai apa yang diperintahkan  (SOP). Jika uang yang inginkan tidak kita dapatkan, maka kita selalu mengubah pola atau menambah kerja agar tercapai hasilnya.
Seorang admin yang membuat laporan yang ditargetkan selesai setiap tgl 1 awal bulan. Maka kecenderungan admin tersebut mengerjakannya di akhir bulan. Didalam pikirannya yang penting laporan selesai tgl 1. Kapan pun mengerjakannya tidak masalah.. laporannya selesai tgl 1, tapi bisa si admin bisa terburu-burumengerjakannya sehingga cenderung bisa salah. Kenapa buru-buru ? Karena saat membuat laporan itu ada pekerjaan lain yang rutin dikerjakannya.
Bagaiaman mereka yang berfokus pada proses laporannyanya ? Admin ini bekerja setiap hari mempersipakan data dan laporan. Jika ada kesalahan atau ada hal yang janggal maka dia bisa merubahnya dan mencari tahu kesalahannya di hari yang sama atau besoknya. Pekerjaan harian ini tidak memberatkan bila dibandingkan dengan pekerjaan di ujung bulan.  Laporan setiap hari jika dikumpulkan sampai tgl 30/31 itu adalah sama dengan laporan satu bulan.  Sikap dan perilaku admin ini berbeda jauh dengan asdmin yang pertama.
Jika sikap di atas kita terapkan dalam ibadah, maka kita mendapati pekerjaan yang ringan :
1. Shalat itu jadi berat karena kita menunda (seperti halnya admin yang membuat laporan di akhir waktu). Bayangkan shalat ntar aja, abis makan. Setelah makan jadi kenyang dan bikin malaes aktivitas termasuk shalat.  Waktu shalat sebelum makan lebih ringan dibanding waktu shalat setelah makan.
2. Mengeluarkan sedekah 20.000 itu berat, kita cenderung mengeluarkan 2.000 saja. Bayangkan kita sedekah 2.000 diberbagai tempat. Setiap sedekah 2.000, kita sedekah di tempat parkir sekali, kita sedekahkan lagi di pasar dengan membayar dilebihkan 2.000, bertemu pengemis kasih 2.000, makan bakso nambahin baksoteman 2.000 dan seterusnya. Menebarkan nilai kecil diberbagai tempat jauh lebih ringan dengan mengeluarkan 2.000 dan manfaatnya lebih banyak. Sesuautu yang kecil (ringan-ringan) jika dikerjakan konsisten jauh lebih baik
Sebenarnya hasil itu akibat dari proses, tetapi hasil A bisa diperoleh dari proses A atau proses B atau proses lainnya. Proses A sampai Z itu bisa benar atau bisa salah. Fokuslah pada proses yang benar dengan mengerti apa yang seharusnya kita kerjakan.
Demikian juga dalam beragama, di awali dengan iman percaya kepada Allah yang membuat aturan dan petunjuk bagi kita untuk mendapatkan hasilnya. Siapa yang rezekinya ditambah sama Allah jika bersyukur, proses bersyukur itu ada caranya yaitu yang diajarkan Allah di dalam Al Qur'an dan ilmunya. Bagaimana jika seseorang ingin menambah rezekinya tapi dengan jalan yang berbeda, yaitu mencuri, riba dan sebagainya. Orang ini dapat rezekinya tapi rezeki jadi barokah (rezeki yang didapat ada tapi penggunaannya bisa menghabiskan rezeki yang didapat.
Contoh untuk mendapatkan uang lebih, seseorang bisa menabung yang banyak di bank. Orang mendapatkannya karena dia fokus kepada hasil. Untuk dapat uang banyak harus menabung yang banyak. Bayangkan seseorang mempunyai uang yang sama (atau lebih sedikit), dia fokus pada proses yang benar yaitu sedekah. Maka dia mengeluarkan sedekah setiap hari ... hasilnya uangnya berlipat dalam berbagai bentuk bisa berupa keuntungan dalam bisnis dan selalu berkecukupan.
Insya Allah kita dapat mengmabil hikmah dari penjelasan di atas. Dengan memperhatikan orang disekitar kita, kita sudah dapat menyimpulkan orang yang fokus pada hasil dan orang yang foksu pada proses. Proses itu harus dibekali ilmu, yaitu percaya kepada Allah. Saya beriman dan beramal saleh. Amal saleh adalah proses yang seharusnya kita kerjakan.
Ya Allah maafkan dan ampuni kesalahan kami dalam orientasi hidup kepada hasil yang kami inginkan , maka kami pun beramal (bekerja) dengan berbagai cara agar hasilnya dapat kami peroleh. Kami lalai dan kami pun mudah tergoda. Ya Allah bimbing kami dan tuntun kami kepada amal yang benar, proses yang benar agar kami mendpatkan yang terbaik yang Engkau berikan. Aamiin

Mendekatlah kepadaKu

Kita sering merasa tidak dekat dengan seseorang secara fisik, tapi kita selalu ingat kepada orang itu apalagi dia adalah orang yang kita sayangi atau hormati. Bagaimana jika kita tidak ingat ? maka seseorang itu tidak nampak kehadirannya dalam pikiran kita dan bisa jadi kita bertemu tapi seperti tidak bertemu. bertemu secara fisik terasa berat ("malas bertemu"), waktu terasa lama sekalipun bertemunya sebentar. Apa yang terjadi ? Mengingat seseorang menjadi kunci kita dekat dengannya, dan kedekatan itu semakin dekat ketika keduanya juga saling mengingat. Yang sering terjadi kita ingat tapi seseorang yang diingatkan tidak mengingat kita. Kita semakin merasa dekat dan ingat, jika apa yang kita kerjakan untuk seseorang yang kita ingin dekatin. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah orang yang kita dekatin atau kita ingat atau yang kita merasa dekar JUGA dekat dan inget kita ? Bisa ya dan tidak. Jika sudah ada tali ikatan hati hal itu pasti tersambung, jika tidak pastilah tidak nyambung dan kita saja yang merasa dekat.
Bagaimana dengan kisah kita dengan Allah. katanya Allah itu dekat. Karena Allah itu ghaib dan tak terlihat mata maka kita merasa Allah itu dekat (ada) saat kita dikabulkan doanya. lalu terpikir oleh kita untuk mendekat kepada Allah.Allah berfirman," Aku dekat dengan hambaKu dan bahkan lebih dekat dari urat nadi hamabKu. Aku mendengar hambaKu yang berdoa dan Aku kabulkan doanya". Allah itu dekat dan Maha mendengar, dalam persepsi manusia "dekat sekali". Apakah kita perlu mengeraskan suara kita dalam berdoa ? Allah memerintahkan lembutkan suaramu. karena ada kata dekat, maka kita mempersepsikan bahwa kitalah yang seharusnya mendekat kepada Allah. kata dekat seperti kisah di atas maka yang didekatkan itu adalah hati kita, Bagaimana mendekatkan hati kita kepada Allah, BUKANKAH Allah itu meliputi segala sesuatu, termasuk diri dan hati kita. Bagaimana kata dekat itu kita ganti dengan kata "terhubung". Dekat atau jauh itu sola jarak, kita dengan Allah bukan soal jarak tapi soal belum terhubung.
Perhatikan "ingatlah kepada Allah maka hati kita menjadi tenteram". kata ingat seperti kisah diatas berarti kita merasa dekat. Untuk itu kata ingat atau zikir kepada Allah membuat kita terhubung seperti halnya kita berbicara dalam telepon dengan seseorang. "jika kita ingat maka Allah pun ingat kita, sebaliknya jika kita lupa maka Allah melupakan kita". Ada orang ingin dekat dengan Allah menempuh berbagai cara dan media, padahal Allah tidak menyediakan perantara bertemu denganNya. mari kita pahami bahwa Allah itu dekat, bukan menyuruh kita untuk mencari dan menemukan Allah. Tapi Allah yang Maha meliputi segala sesuatu dan Maha Mendengar serta Maha melihat ...... sudah ada di hati kita dan siap terhubung dengan kita. Sudahkah kita menghubungi Allah Allah ?
Tanyakan diri kita, seberap banyak kita imengingat Allah ? apakah hanya dalam shalat saja ? Atau dalam shalat pun kita masih ingat selain Allah ?
Tanyakan seberapa sering kita menggunakan hati dalam kehdiupan kita ? Bukankah kita masih pakai ikiran dan nafsu ? Hampir semua kehidupan kita berujung kepada untung dan rugi atau nyaman dan tidak nyaman, pilihan kita adalah mengerjakan yang untung dengan sungguh-sungguh dan menikmati kenyamana yang kita ingin jalani.
BUkankah mengingat Allah itu bisa dengan lisan mengucapkannya, atau kita mengerjakan apa yang Allah minta kepada kita atau kita merasakan nikmat Allah dan bersyukur.
Insya Allah kita selalu ingat kepada Allah dan Allah pun ingat dan mendengar persoalan kita. Motivasikan diri kita untuk selalu ingat dan mengerjakan amalan kepada Allah. . 

Jika Allah itu dekat, kok kita tidak merasakannya ?


Assalamaualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirrahmanirrahiim, kita dipertemukan kembali untuk saling mengingatkan dan saling menasehati.. Kali ini saya mengambil petunjuk Allah Surah Al baqarah ayat 186.

186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Bisa jadi beberapa hanya mendengar dari penyampaian petunjuk di atas hanya sampai "Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku" Sehingga amalannya fokus pada doa dan ibadah. Tepi petunjuk ini ada syaratnya doa kita bisa dikabulkan yaitu maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku. Persyaratan itu menjadi kunci dikabulkannya doa kita atau tidak. Buatlah pertanyaan berikut "apakah kita sudah mengerjakan perintah Allah atau belum ? Kita jawab sudah. Tapi kok belum juga dikabulkan doa kita ?
Kalimat terakhir dari petunjuk di atas "agar mereka selalu berada dalam kebenaran". Aa maknanya ? Kita mesti menajalankan perintah Allah itu secara terus-menerus (selalu berada dalam kebenaran).  Insya Allah apa yang kita lakukan dengan menjalankan perintahNya secara terus-menerus maka kita berada di jalan Allah. Keadaan ini dapat kita rasakan bahwa Allah itu dekat. Apa yang bikin kita dekat ? Kita percaya dengan Allah dan menjalankan perintahNya menggiring kita merasa Allah ada disekitar kita.
mari kita motivasi diri kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dengan
1. percaya kepada Allah
2. Kepercayaan itu butuh ilmu (petunjuk) Allah, maka bacalah Al Qur'an
3. Amalkan apa yang Allah perintahkan dan sempurnakan
4. rasakan semakin banyak yang kita kerjakan semakin ada kehadiran Allah itu, Allah itu hadi dan dekat dengan kita
5. lakukan point 4 itu secara terus-menerus. Keadaan ini membuat kita semakin yakin, "saya percaya kepada Allah"
6. Berdoalah
Insya Allah kita diberikan petunjuk, dorongan dan bimbingan dengan iman yang semakin bertumbuh menjadi kuat. Aamiin



A
sbabun nuzul :
Ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya: "Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya?" Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini (S. 2: 186) sebagai jawaban terhadap pertanyaan itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lainnya dari beberapa jalan, dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah as-Sajastani, dari as-Shalt bin Hakim bin Mu'awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari datuknya.)

Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun sebagai jawaban terhadap beberapa shahabat yang bertanya kepada Nabi SAW: "Dimanakah Tuhan kita?"
(Diriwayatkan oleh 'Abdurrazzaq dari Hasan, tetapi ada sumber-sumber lain yang memperkuatnya. Hadits ini mursal.)

Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun berkenaan dengan sabda Rasulullah SAW: "Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah berfirman "Ud'uni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya) (S. 40. 60). Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa kita atau bagaimana?" Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini (S. 2: 186)
(Diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir yang bersumber dari Ali.)

Menurut riwayat lain, setelah turun ayat "Waqala rabbukum ud'uni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya (S. 40: 60), para shahabat tidak mengetahui bilamana yang tepat untuk berdoa. Maka turunlah ayat ini (S. 2: 186)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Atha bin abi Rabah.)

Hari Pertama Saya Puasa

Marhaban ya Ramadhan, bulan penuh berkah ini ada jika saya mengisi bulan ini dengan percaya kepada Allah dan beramal yang saleh. 
Banyak orang sudah merasa nyaman dengan amal yang sudah dilakukannya, termasuk juga ibadah. Menyempurnakan ibadah dan amal di bulan penuh berkah ini menjadi prioritas kita. Bukankah ibadah dan amal kita dibalas berlipat oleh Allah. Bisa dibayangkan jika ibadah dan amal yang kita lakukan tidak diterima Allah karena tidak memenuhi syariatnya.
Salah satu yang sudah biasa adalah wudhu dan banyak pula beberapa orang wudhunya tidak "khusyuk". Wudhu adalah syarat sahnya shalat, maka wudhu kita mesti disempurnakan, berikut ini beberapa hadist untuk kita renungkan :

Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata;
 Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhulah seperti berwudhu aku ini, lalu beliau bersabdah,’barang siapa berwudhu demikian, maka dosa-dosanya yang telah lalu pasti diampuni. Shalat dan berjalannya menuju masjid mendapat tambaha pahala.’’ (HR.Muslim)
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabdah,’’apabila seorang muslim (atau mukmin) berwudhu, maka ketika membasuh wajah, semua dosa yang telah dilihat dengan kedua matanya keluar dari wajahnya bersama tetesanya air atau bersama tetesan terakhir, ketika membasuh kedua tangannya, setiap dosa yang disebabkan pukulan tangannya keluar dari tangannya bersama tetesan air atau tetesan air terakhir, ketika membasuh kedua kakinya,setiap dosa karena perjalanan kakinya keluar bersama tetesan air atau tetesan air terakhir sehingga dia keluar dalam keadaan bersih dan semua dosa,’’(HR. Muslim)

Bisa dibayangkan jika hadist di atas kita jalani dengan sempurna. Wudhu yang sempurna mampu menghapus dosa kita. Mari kita libatkan wudhu kita dengan sepenuh hati :
1. Niat dan membaca basmallah
2. Saat wudhu .... air wudhu, tangan dan bagian yang dikenakan air wudhu benar-benar menyatu. Tangan kita membasuh dengan lembut bagian yang tubuh, seperti kita mengurut tubuh kita sendiri dan melepaskan air dengan membayangkan dosa-dosa yang ada dan berasal dari tubuh itu keluar bersama air. Selama bulan puasa ini dengan niat wudhu yang benar, maka kita sangat ingin dosa kita bisa diampuni dan dimaafkan Allah dengan wudhu yang benar. Apa yang kita bayangkan ? Setelah wudhu, tubuh ini menjadu suci (bersih dan sehat) dan siap untuk menghadap Allah dalam shalat.
3. Tutup dengan doa sesudah wudhu
Ibadah yang selalu kita sempurnakan, Insya Allah diberi petunjuk oleh Allah dan diberikan kebaikan dari ibadah kita.
Ya Allah maafkan dan ampuni kami yang lalai menyempurnakan ibadah dan amal kami selama ini. Beri kami hidayah dan petunjukMu agar mampu mengisi bulan penuh berkah ini dengan terus belajar agar ibadah dan amal kami menjadi semakin sempurna. Aamiin



Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, 

Gambar mungkin berisi: teks

Segala puji bagi Allah atas nikmat pagi ini dimana kita syukuri dengan bangun pagi beribadah dan shalat Subuh di Masjid. Ini bisa jadi fakta kita, yaitu kita suka bilang,"ibuku hebat" atau "Ayahku pintar" dan sebagainya. Apa maknanya dihati kita dan pikiran selalu ada ibu dan Ayah kita, saat keadaan yang tidak nyaman maka kalimat ibu pasti tidak mau kita kecewakan maka dalam setiap langkah kita selalu ada motivasi dari kalimat tersebut. Bagaimana dengan ayat pendek ini awal dari surah Alfatihah. "Dengan menyebut nama Allah" bukankah kita sudah menanamkan pada diri kita bahwa Allah hadir sekarang, Allah itu siapa ? Dia adalah Tuhan kita imani. Karena Dia Tuhan kita (allah) maka merasa optimis melakukan sesuatu bersamaNya. Ada dorongan dan support di hati bahwa Allah itu pengasih, mengapa saya takut dalam menghadapi kondisi apapun ? Allah yang Maha Pengasih itu mendampingi kita, maka Allah memberikan kekuatan dan kita merasa yakin dan harus siap memberikan kekuatan itu pada diri kita dan apa yang kita lakukan. Dan Allah juga sudah siap di hati untuk selalu menyayangi kita. Saat kita lemah seharusnya kita tidak merasa sendiri dan siap menyempurnakan apa yang kita kerjakan. Yuk bacalah selalu "Bismillahirrahmaanirrahiim" saat kita memulai sesuatu. Insya Allah kita memiliki optimisme tinggi dan kita memiliki Allah dalam setiap langkah kehidupan kita. Aamiin

Senang

Semua orang pernah merasakan "senang", tapi apakah ada "senang" yang tidak disukai ? kayaknya ngga ada. Saya, Anda dan banyak orang mau senang. Senang itu membuat perasaan menjadi nyaman dan semua menjadi mudah dikerjakan.
Kembali kepada pertanyaan di atas ? Ada beberapa orang yang sufi yang melakukan aktivitas akhirat yang bukan tidak suka tapi mereka memilih melakukan yang mendekatkan kepada Allah.  Jadi ada yang menunda kesenangan itu demi kesenangan yang sesungguhnya di akhirat nanti.
Kita yang manusia biasa yang hidup dengan kehidupan dunia menjadi sangat rindu untuk mendapatkan kesenangan. Apa saja yang membuat kita senang ? Semua yang kita inginkan. Kita ingin banyak uang jadi orang kaya, kita ingin berlibur di tempat yang bagus, kita ingin makan enak, kita ingin kerja yang tidak berat dan sebagainya. Kesenangan itu mesti kita raih dengan suatu aktivitas. No Action No Happy
Bagaimana dengan senang itu ada diawali dengan perasaan senang dulu lalu beraktivitas ? Perasaan saya hari ini senang banget, maka saya kerja juga enak. Apa bener tiba-tiba kita senang ? Kayaknya kesenangan itu karena kita mendapatkan hasil yang menggembirakan atas apa yang kita lakukan atau ada orang lain yang memberikan sesuatu yang membuat kita senang
Saya senang habis bangun tidur atau habis makan bareng.  Jadi kesenangan itu mesti ada actionnya.
perhatikan lagi perasaan senang kita itu sangat terkait dengan alam (situasi dan seisinya). Suasana teduh kita senang, suasana gembira bisa bikin kita senang, saat mood bagus kita senang, kita makanan yang enak juga bikin senang, lingkungan mendukung tambah senang.
Boleh dong kita simpulkan bahwa berasal dari Allah lewat alam semesta dan diri kita sendiri. Jika hal ini memang didasari pengetahuan bahwa kesenangan itu berasal dan pemberian dari Allah maka mestinya kesenangan ini mesti disyukuri untuk diteruskan ke hati agar kita menyaksikan bahwa Allah yang maha berkehendak yang mendorong kita menjadi semakin beriman. Tapi fakta banyak dari kita kesenangan itu melalaikan hati kita.
Menikmati kesenangan dunia itu sementara  dan melalaikan. Senang berarti bertemu, merasakan dan menikmati alam semesta. Ada yang lebih baik disisi Allah yaitu bahagia dengan bertemu dengan Allah dengan percaya dan beramal saleh. Amal saleh lewat syukur atas nikmat alam semesta ini.

janji

Ngomongin janji pasti Anda sudah paham. Yang ada dibenak kita orang yang suka janji tapi ngga ditepati. Bisa jadi kita baru saja mengalaminya. Apakah respon kita terhadap orang tersebut ? Jika sudah keseringan janji maka kita tidak ingin membuat janji lagi.Tapi masih menjga hubungan kekerabatan dan jaga jarak.
Ada orang yang mudah memberi janji dan ditepati, bisa jadi orang ini memang memiliki sumber dari janjinya. Janji waktu, maka dia memiliki waktu yang cukup atau bisa mengatur waktu. Janji memberikan pekerjaan, maka dia memiliki banyak pekerjaan atau relasi yang menjadi sumber pekerjaan atau memang dia memiliki kekuasaan untuk memberi pekerjaan. Janji memberikan uang, maka pasti orang itu memiliki banyak uang. Janji selalu senyum, maka orang itu sangat mudah tersenyum. Sebenarnya orang bisa memberi janji itu pasti memiliki lebih apa yang ingin dijanjikannya.
Sebaliknya jika ada orang yang suka memberi janji, misalkan orang yang mau berhutang dan janji mau bayar ? Kita harus tahu apa yang dikerjakan dan apa yang dimilikinya .... bisa jadi untuk memenuhi janji tidak mudah. Apakah bisa seseorang yang sibuk bisa memmberikan janji perhatian (waktu) buat kita ? Berempati lebih baik dan memaklumi janjinya. Yang penting kita selalu berbuat baik bahkan Allah menyuruh kita membantu orang yang berhutang.
Jika kita tanya, emang ada orang yang bisa memberi janji tentang banyak hal ? Bisa jadi iya, tapi kita yang menunggu janji pasti ada kekhawatiran dan memang kadangkala janji itu bisa juga tidak diberikan. Namanya juga manusia.
Jika kita tanya siapa yang memiliki segala hal di dunia ini ? Pastilah Allah,
1. Allahlah yang menciptakan, memiliki dan memelihara alam semesta ini
2. Allahlah yang berkuasa atas segala sesuatu
3. Allahlah yang meliputi segala sesuatu termasuk apa yang kita kerjakan
Maka dengan hal di atas, Allah yang memiliki semuanya pasti dengan mudah memberikan janji dan pasti memenuhi janjiNya.
Kita sebagai hamba Allah adalah orang yang tidak memiliki apa-apa, untuk memiliki sesuatu kita sudah diberikan nikmat yang banyak. Allah juga memberikan janji jika kita bersyukur yaitu kita melakukan kebaikan atas pemberian Allah dengan cara yang benar seseuai petunjukNya.
Kita diminta untuk tidak mudah memberikan janji tanpa melibatkan Allah, katakan hari esok itu milik Allah maka ucapkanlah "Insya Allah untuk apa yang ingin kita kerjakan atau janji".
Dengan penjelasan di atas, apakah kita ingin mendaptkan janji dari manusia  dan bergantung pada janjinya ? Pasti kita jawab tidak, Masihkah kita tidak ingin memperoleh janji Allah yang pasti ? janji itu pasti berkenaan dengan apa yang diperintahkan Allah. Sudahkah kita membaca janji itu dan mengerjakan apa yang Allah perintahkan ?
Insya Allah kita selalu diberikan kebaikan dan kemampuan untuk meraih janji Allah dengan banyak ibadah dan beramal saleh.

Tahu jadi semangat

Mengapa harus tahu dulunya baru semangat ?  Ngga ada jawabannya. Ya bisa aja begitu dan bisa juga yang lain. Tapi ini bener-bener terjadi. Bayangkan saat kita tahu dan memahami betul apa yang kita dapatkan dari apa yang kita kerjakan, maka kita menjadi bertambah semangat dalam mengerjakannya.
Mungkin kita sudah mengerjakan shalat malam dan rutin lagi. tapi seringkali shalat malam itu terasa biasa. Apa yang kita harapkan ? tentu kebanyakan dari kita mengharapkan Allah mengabulkan doa kita. Saat ada keperluan kita getol shalat malam dan berdoa. Ternyata dari keinginan itulah kita jadi semangat, shalat malam dan berdoa. Semangat ini sering luntur dan lemah karena tidak ada ilmu atau pengetahuan tentang shalat malamnya atau tentang doanya atau apa yang bisa kita dapatkan.
Sewaktu saya membaca ayat berikut ini, saya tapi berhenti meneruskan bacaannya dan ada dorongan untuk membuka tafsirnya. Segala puji bagi Allah atas rahmatNya dengan dibukakan hati saya untuk memahami lebih dari ayat berikut ini.
Bismillahirrahmanirrahiim
As Sajdah, 32 : 15 - 17
15. Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.
16. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan. 
17. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.

Saya mulai dari ayat 15 bahwa Allah menjelaskan orang yang benar-benar beriman kepada Al Qur'an adalah orang yang selalu bertasbih dan memuji Allah. Seberapa banyak kita bertasbih ? seberapa banyak kita memuji Allah ? bisa jadi memang hanya saat formal di dalam shalat atau ibadah lainnya. Apakah ini yang disebut kita beriman kepada ayat-ayat Allah ? Kita sendirilah yang bisa menjawab. paling tidak jawaban ini sebagai ukuran keimanan kita. Oke deh. Pernahkah kita dibacakan atau diperingatkan atau mendengar ceramah tentang ayat-ayat Allah ? Bukankah itu semua adalah peringatan buat kita, tapi semua itu belum mendorong kita banyak bertasbih dan memuji Allah. Jika demikian termasukkah kita orang yang sombong ? Kita bilang,"tidak sombong", tapi jika ingin jujur maka kita termasuk orang yang sombong karena tidak peduli dengan peringatan itu. Seharunya kita berterima kasih atas apa yang kita dengar atau apa yang kita lihat atau apa yang kita baca ... buknakah semua itu adalah peringatan Allah.
orang yang beriman kepada ayat-ayat Allah itu adalah orang mengamalkan isi dari ayat itu. dan di ayat 16. Allah menjelaskan bahwa mereka yang beriman itu adalah orang yang lebih banyak shalat malamnya dibanding tidurnya dimana shalat dan doanya mendekatkannya kepada Allah. Doanya selalu diliputi oleh rasa takut atas azab Allah karena kita belum juga sadar atau belum juga mengamalkannya dan ada rasa harap Allah mengabulkan keinginan kita. Sampai sini saya sambungkan dengan semangat untuk kerja menjadi semakin nyata. Shalat dan doa kita membuka ruang bagi hati untuk semakin percaya kepada Allah. Dan Allah menambahkan juga harus tetap selalu berbagi dari rezeki yang kita terima. Semangat kerja karena Allah mengabulkan doa kita dengan semangat shalat malam dan berinfak.
ternyata ayat berikutnya lebih dahsyat lagi. Allah membalas apa yang kita kerjakan di ayat 16 tadi dengan balasan yang sempurna, nikmat yang menanti yaitu sesuatu yang enak dipandang bahkan dalam tafsir disebutkan nikmat itu bisa jadi belum pernah kita lihat sebelumnya. masak sih kita tidak mau ?
Inilah yang ssya sebutkan di atas, jika saya tahu dan paham ayat-ayat di atas maka shalat malam saya semakin bersemangat , infak saya semakin bersemangat, Insya Allah saya pun semakin ingin tahu lebih banyak ayat-ayat Allah. "saya tahu dan saya semangat". Insya Allah semangat ini teus bergelora dalam hati untuk terus menyempurnakan iman kita dengan memahami ayat Allah dan mengamalkanNya. Ya Allah kabulkan doa kami


Komunikasi = Bicara

Berkomunikasi adalah berbincang satu sama lain dengan niat yang baik. Apa hubungannya dengan silaturahmi ? Silaturahmi adalah forum komunikasi yang menganggap lawan kita adalah saudara, yaitu memlihara hubungan persaudaraan dan menambah nilai persaudaraan
Apakah bisa kita berkomunikasi tanpa bicara atau tidak lancar dalam bicara ? Bagaimana dengan kita yang bicara tidak mudah dipahami orang lain ? Kedua hal ini pasti menyulitkan komunikasi sehingga silaturahmi itu menjadi kurang terjalin (kurang lancar).
Teringat dengan hadist yang memuat makna "tidak masuk syurga mereka yang memutuskan silaturahmi", ada beberapa tafsiran :
1. Orang memutuskan silaturahmi adalah mereka yang memang membenci komunikasi dengan orang lain.
2. Bisa juga orang yang dulu bersilaturahmi kemudian terlutus karena sesuatu hal yang buruk
3. memungkinkan juga yang memang lalai dalam menjalain hubungan silaturahmi, apalagi dulunya sudah terjalain silaturahmi
4. Memungkinkan pula orang yang hanya berkomunikasi atas dasar ada kebutuhan saja karena tugas atau kerjasama. Bukankah seharusnya komunikasi yang ada bisa menjadi bersaudara dengan bersilaturahmi
atau ada kondisi lain menurut Anda ? Yang penting harus ada dua atau lebih orang yang berhubungan dengan ikhlas dan saling menebar kebaikan. karena komunikasi itu adalah bicara, maka yang mendasar selain niat ada faktor penting dalam silaturahmi yaitu becara atau bisa ngomong.
Bisa dibayangkan bahwa seseorang yang pendiam (tidak banyak bicara) yang sedang berkomunikasi untuk menciptakan silaturahmi ..... menjadi "nggak nyaman" atau "sekedar basa-basi" sehingga silaturahmi itu tidak tercipta dengan baik. Apa yang terjadi dengan mereka yang diam alias tidak pandai bicara ? Mereka cenderung menyendiri dan tidak "bergaul" dengan yang lain. Kalau ada pertemuan mereka menghindar.
Maka menjadi sebuah kebutuhan bagi mereka yang diam agar tidak menghindar dari silaturahmi dengan banyak belajar bicara. Dan teman atau saudara yang bisa bicara wajib memahami saudara yang diam untuk terus menyambungkan silaturahmi dengan mengajak bicara. Termasukkah mereka yang memutuskan silaturahmi itu mereka yang tidak mau mengajajk yang diam bicara atau orang yang diam yang tidak mau belajar bicara dengan baik ? Insya Allah ini adalah peringatan bagi kita semua untuk benar-benar menciptakan silaturahmi dan jangan sampai lalai karena kesibukan atau tidak mau memahami orang lain.
Insya Allah tulisan ini menjadi inspirasi kita semua untuk benar-benar menyambungkan silaturahmi, menyambungkan berarti ada inisiatif dari siapa saja agar kita semua menjadi saudara.

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...