Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Punya masalah besar, lakukan yang bisa

Banyak orang mengalami banyak masalah bahkan masalahnya besar melebihi kemampuannya. Lalu apa yang dilakukannya ? Bingung dan bahkan menjadi seorang yang menyendiri. Bicara sama orang terdekat "takut" dan merasa rendah serta malu. Hanya bicara dan curhat di media sosial dan memberanikan diri untuk minta tolong kepada atasan atau orang yang dekat. Tapi hasilnya tak menggembirakan.
Terlintas mungkin mau lari dari kenyataan saat ini. "abis semua itu tidak bisa diselesaikan dengan cepat". Atau mau jual apa yang dimiliki pun, rasa tak cukup. Atau ada yang pendek pikirannya mau "mati aja". Dalam keadaan tidak memiliki teman dan merasa masalah tidak bisa selesai, maka disinilah pikiran dan emosi mudah sekali terpancing dengan cara pikiran yang tidak sehat.  Mau marah, mau marah ke siapa ? Marah pun bikin semakin capek dan lelah dimana solusi tak kunjung datang. Mau jalan pintas dimana syetan memberikan angan-angan kosong, tapi rasanya semakin membuat masalah bertambah banyak dan komplek.
Kembali kepada Allah ? Kenapa tidak ? Allah yang Maha Penerima Taubat yang Rahman dan Rahiim dengan senang hati menerima hati yang lalai kembali kepadaNya. Inilah jalan yang menjanjikan hasilnya. Yang utama adalah kita taubat atas kesalahan dan kesombongan selama ini dimana kita merasa mampu sendiri dan Allah hanya sebagai pelangkap. Abis itu, apakah Allah menyelesaikan semua masalah itu ? Belum tentu. maka yang bisa kita lakukan adalah kembali untuk percaya kepada Allah dengan sebenarnya. Lalu mengamalkan apa yang Allah sukai.
Bekerjalah kita sebagaimana kita kerja dengan penuh tanggung jawab, jujur dan amanah. Kerja inilah modal kita untuk bergerak menyelesaikan masalah kita. Doa menjadikan kita semakin yakin bahwa Allah mengabulkan doa kita untuk menyelesaikan masalah. Berdoa lah agar kerja kita yang ikhlas itu Allah ridhai dan mohon ridhaiNya untuk memampukan kita menyelesaikan masalah. Syukurilah apa yang sudah kita lakukan.
Tak perlu menunggu masalah itu selesai, tapi fokuskan diri kita untuk sibuk dengan kerja yang ikhlas dan mengisi waktu dengan banyak ibadah dan amal.
Insya Allah dengan langkah demi langkah (kerja yang diyakini dan ikhlas) semakin membuka pikiran dan hati menemukan solusi atas masalah.

Syetan = masalah

Judul di atas ingin menggugat bahwa kita selama ini menganggap syetan itu identik dengan godaan harta, wanita, kekuasaan. pernahkah kita berpikir bahwa syetan itu sama dengan masalah ? Bisa jadi betul, tapi kita tidak pernah metenungkan hal tersebut, jadi menganggap jika kita ada masalah tidak ada hubungan dengan syetan.
Boleh juga sih kita memperhatikan, orang yang berzina itu dianggap sebagai melakukan dosa besar dan dekat dengan syetan. Hasil dan perzinahan itu pun memunculkan banyak masalah pada pasangan tersebut yang tidak dirasakan secara dalam (sepertinya enak-enak saja dan tanpa masalah). Mengapa mereka merasa tidak bermasalah ? Karena referensi masalahnya bukan dengan ukuran Allah tapi ukuran dunia. Padahal masalah sebelum terjadinya perzinahan adalah tidak terjaganya nafsu dan mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikannya. Ketidakmampuan ini membuka ruang bagi syetan untuk memberi "solusi" dengan angan-angan kenikmatan. Inilah hubungan syetan dan masalah.
Seseorang yang tidak cukup uang, tentunya orang ini memiliki masalah. dimana hubungannya dengan syetan. Hasil pendapatan yang tidak cukup disebabkan kemampuan yang dibayar rendah. Mengapa orang ini tidak mau meningkatkan kemampuannya ? Bisa jadi malas atau sudah takdir emang begitu (nasib). Padahal Allah sudah menjanjikan nikmat bertambah jika bersyukur. Apakah bersyukur itu sama dengan orang malas atau tidak mau belajar ? Tentu tidak, maka kondisi orang yang tidak mau meningkatkan kemampuan atau malas menunjukkan ia bersama syetan. Terkadang kita merasa bahwa tidak cukup uang itu bukan karena syetan. Tapi ternyata syetan bersama orang malas (bermasalah).
bagaimana dengan sakit ? Sakitnya adalah takdir yang bisa jadi balasan Allah atau ujian. Ujian pun sebenarnya sebagiannya adalah balasan yang Allah izinkan atas apa yang ktia kerjakan. Sebelum sakit, apa yang terjadi ? Bisa jadi kita makan berlebih atau makan tidak mengikuti aturan kesehatan atau makan yang enak tapi tidak baik buat tubuh, semua itu adalah godaan syetan. Kok bisa ? Secara akal sehat kita pasti mau makan yang baik buat tubuh dan tidak berlebih, tapi syetan menggoda,"makan aja lagi enak ini, kan hanya sekali dan seterusnya".
Sebenarnya masalah itu muncul karena setiap yang kita inginkan tidak sesuai dengan hasilnya. Yang perlu kita renungkan adalah yang kita inginkan belum tentu baik atau kemampuan kita yang kurang untuk memenuhi keinginan kita tidak cukup sehingga membuat segalanya menjadi bermasalah. Semakin dikerjakan semakin bermasalah karena syetan sudah bekerja sejak kita menginginkan sesuatu. Syetan menjanjikan keinginan itu baik (angan-angan kosong) sehingga kita berusaha mengerjakan apa saja agar tercapai (segala cara dilakukan), disini pun syetan menggoda dengan cara pintas.
mau tidak masalah ? Allah menurunkan petunjuknya Al Qur'an agar kita selamat di dunia dan di akhirat. Allah menjanjikan kebenaran dan janji yang pasti. Buka hati kita agar Allah memberikan petunjukNya agar kita yakin (beriman) dan mau mengerjakan amal saleh. Dengan demikian kita selalu bersama Allah dan syetan pun menjauh. Ada masalah ? Allah menguji kita agar bersyukur dan Allah pun menolong orang yang bersyukur sehingga masalahpun dapat dilewati,

Baik dan buruk

Bayangkan Anda berbuat baik. Mengapa Anda lakukan ? Tentunya Anda menganggap dengan berbuat baik itu ada balasannya. Balasannya bisa setelahnya atau nanti. Atau Anda mengerjakannya coba-coba, dengan maksud untuk mengerjakan lagi jika ada hasilnya ? Dari dua keadaan di atas, maka Anda pun lebih yakin dengan keadaan yang pertama dimana ada keyakinan. Berapa besar nilainya ? Bisa jadi lebih kecil dari 50%, ini menunjukkan keimanan Anda kurang. Kok bisa ? Iyalah apa yang kita kerjakan masih coba-coba.
Mengapa kita masih coba-cona ?  Lemahnya ilmu dan amalan. Bisa jadi Anda jarang membaca terutama Al Qur'An. Bukankah isi Al qut'an itu mutlak kebenarannya. Dengan membaca Al Qur'an Anda semakin disempurnakan Allah dengan rahmatNya. Jadi alangkah kuatnya dorongan saat kita melakukan kebaikannya.
Bagaimana dengan berbuat buruk ? Yang ada dibenak kita adalah kenikmatan atau kesenangan setelah melakukannya. Jika tindakan buruk itu dilakukan sepertinya gampang untuk dijalankan.sepertinya alamiah saja.
Apakah dengan penjelasan di atas bahwa yang baik ada balasannya dan yang buruk hanya menikmati proses dan senangnya sebentar, Anda mau berbuat baik atau berbuat buruk.? So akal sehat selalu mengajak kebaikan dan disinlah ujian dari Allah untuk menguji seberapa kuat Anda beramal salèh ?

Semangat itu pemberian Allah

Pernahkah Anda kerja tanpa semangat ? Saya yakin pernah, tapi pertanyaannya adalah apa yang dirasakan kerja tanpa semangat ? Memulai kerjaannya aja udah males, ogah-ogahan dan kerja seperti tak ada energi, dan hasilnya tidak memuaskan. Keadaan seperti ini tidak ingin Anda alami lagi. Kemudian Anda terus berupaya keras untuk memunculkan semangat. semangat itu dekat dengan perasaan senang.
Berbagai cara dilakukan untuk mengemangati diri kita, diantaranya :
1. membuat dan mengucapkan kata-kata semangat seperti, "saya bisa" dan sebagainya
2. Menempelkan foto-foto atau tulisan yang menyemangati di kamar atau di ruang pribadi Anda
3. Membuat tujuan yang  jelas seperti saya kerja untuk keluarga, saya kerja untuk cari duit, saya kerja untuk karir dan sebagainya
Semua itu kita lakukan dengan sungguh-sungguh dan hasilnya ada tapi tidak menggembirakan. Semangat itu selalu kita upayakan terjadi karena ada yang kita inginkan. Bahkan sampai hari ini kita masih melakukannya .....hasilnya semangat itu tidak kuat dan mudah berubah. Apa yang kita dapatkan belum membuat kita puas.
mari kita perhatikan bahwa semangat itu yang sebenarnya bisa menjadikan kita kerja dengan sepenuh hati. Dengan semangat,
1. seseorang memiliki energi luar biasa sehingga mampu mengerjakan pekerjaan yang berat sekalipun tidak memiliki fisik yang kuat.
2. Seseorang mampu mengerjakan pekerjaan dengan ilmu dadakan sekalipun tidak memiliki ilmu atau sekolah yang mendukung
3. Seseorang mampu mengerjakan sesuatu pekerjaan sekalipun tadinya tidak bisa (tidak memiliki ketrampilan).
Semangat bersemanyam di tubuh kita menjelma sebagai energi luar biasa ..... sepertinya waktu itu tidak ada batasnya dan seperti energi yang tak pernah habisnya serta menciptakan perasaan senang menghadapi apapun.
Jika ada pertanyaan, apakah yang terjadi saat kita sadar dari kesalahan ? adakah semangat untuk memperbaiki kesalahan itu ? iya ya ada semangat. Semangat itu tidak perlu dicari tapi merupakan pemberian Allah. Kok pemberian Allah ? Saat kita beriman atau sadar kepada Allah, maka Allah memunculkan semangat dan semangat ini berbeda dengan semangat di atas. Inilah semangat sepenuh hati ..... yang menjadikan kerja, aktivitas, ibadah dan kerja kita menjadi bernilai. Jika Anda belum percaya ... renungkan dan buatlah diri Anda dalam keadaan sadar kepada Allah ? Contoh  Ingat mati maka ada semangat. Semangat tanpa kerja atau aktivitas menjadi tidak berarti. Terus apa yang harus kita kerjakan ? Kita percaya kepada Allah dan kita tahu Allah dari kitabNya yaitu Al Qur'an. Maka banyaklah membaca Al Qur'an agar kita tahu apa yang seharusnya kita kerjakan (termasuk hadist).  Didalam Al Qur'an ada janji-janji Allah yang memunculkan kita semangat mengerjakannya.
Kesimpulannya, mau semangat ? Percayalah kepada Allah lalu ikuti dengan membaca Al Qur'an agar kita tahu apa yang seharus kita kerjakan. Apa yang kita kerjakan (ibadah dan amal saleh) menjadi tempat semangat yang muncul itu menjadi energi dan mampu memelihara semangat itu sendiri.
Insya Allah kita diberikan selalu hidayah untuk terus meningkatkan iman yang ada di hati ini. 

Berdoa atau beramal dicintai Allah

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). (QS An Naml, 27 :62)

Kita sudah sering diajarkan berdoa sejak kecil, jika ada kesulitan berdoalah, karena Allah pasti membalasnya. Setelah dewasa berdoa bagian penting dalam hidup kita karena kita sudah mengalami berbagai macam masalah. Berdoa dijadikan pula sebagai solusi dan kita selalu berharap Allah memberikannya. Karena keseringannya kita fokus pada doanya, maka saat doa itu belum dikabulkan muncullah rasa "kecewa". Begitulah doa dijadikan fokus dalam kehidupan kita
Bagaimana jika kita perhatikan ayat di atas."Menang benar doa kita dikabulkan oleh Allah dan diakhir ayat difirmankan amat sedikit kamu mengingatiNya" ? Amat sedikitlah kita mengingat Allah, artinya amat sedikitlah kita berbuat baik dan ibadah. Yang jadi pertanyaan adalah Allah mengabulkan doa kita, apa yang menyebabkan Allah mengabulkan doa kita ? Allah mengabulkan doa kita karena Allah sayang sama kita. Untuk disayang Allah maka kita pun diingatkan untuk selalu ingat Allah. Ingat Allah diaplikasikan dengan berzikir, beribadah dan beramal saleh. Jadi mari kita ubah fokus kita dengan banyak mengingat Allah agar Allah berkenan atas doa yang kita sampaikan.

Ingatlah Allah maka Allah pun ingat kepada kita, banyak berzikir, beribadah dan beramal saleh yang ikhlas agar Allah ridha. Insya Allah doa yang kita panjatkan menjadi mudah bagi Allah jika Allah berkenan.
Sebelum berdoa fokuskan diri kita kepada Allah dengan banyak amal yang Allah ridhai.
                                                                                   

Mulailah dari saat ini

Seorang teman dan sahabat bertanya,"kok susah kali berubah itu, gemana caranya ?"Pertanyaan ini termasuk susah dijawab karena memang saya pun pernah mengalamiya. Ada banyak nasehat dan terkadang sudah memulai tapi setelah itu menjadi berhenti.
Bukan nasehat tapi tak salah pula untuk kita renungkan :
1. Perubahan itu BUKAN merubah orang lain atau lingkungan. Tapi yang berubah itu diri kita, lalu dengan kita berubah maka sekitar kita melihat lingkungan (yang didalamnya da kita) jadi berubah. Mana yang mudah merubah diri kita sendiri atau orang lain (lingkungan) ?
2. Merubah diri kita sendiri itu BUKAN untuk dinilai atau dihargai orang lain. Maka dari itu ubahlah diri kita yang menurut kita saja. Apa yang mau diubah maka ubahlah.
3. Merubah yang buruk susah sekali, lalu karena yang buruk itu sudah menjadi kebiasaan atau bahkan karakter. Misalkan merubah kebiasaan tidak merokok. Susah banget ! Lihat orang merokok pengen merokok lagi, melihat penjual perokok udah ada keinginan merokok dan apa saja yang berbau merokok membuat kita kembali merokok. Karena susah merubah yang buruk itu, maka berpikirlah melakukan yang baik saja dan jadikan kebiasaan itu kebiasaan baik yang baru. Bukankah setiap kita melakukan kebiasaan baik maka tidak waktu untuk melakukan yang buruk. "kebaikan itu menutupi keburukan".
4. Bagimana caranya untuk melakukan yang baik untuk konsisten ? Disinilah sebetulnya komitmen kita diuji atau kegigihan kita diuji apakah kita benar-benar ingin berubah ? Jika konsisten maka perubahan terjadi. Bayangkan jika Anda ditanya bisakah Anda berbuat baik 1 tahun ? Bisa tapi sulit. Bagaimana kalau diberi waktu 1 bulan ? atau 1 minggu ? atau 1 hari ? atau 1 jam ? Bisa lah, tapi diusahakan. Tapi pertanyaan itu saya ulang dengan waktu berbeda, bisakah Anda berbuat baik dalam 1 detik ? Insya Allah pasti bisa. Lalu saya tanya lagi, bisa nggak satu detik lagi ? Bisa. Hikmahnya hidup ini adalah detik ini, satu jam itu 60 kali satu detik dan seterusnya. Jadi pikiran dan perasaan kita dapat menjadi ringan untuk memulai sekarang atau saat ini dan lakukan lagi dan lagi.
5. Ada yang bilang, tujuan berubah yang mampu menggerakkan kita berubah dengan kerja dan kerja. Tapi banyak orang yang memiliki tujuan atau keinginan membuat orang itu tertekan dan demotivasi. Karena yang menjadi fokusnya adalah hasil yaitu tujuannya tercapai. Bagaimana kalau kita bersyukur aja dengan melihat apa yang kita miliki saat ini dan kerja (berbuat amal saleh) untuk hasil yang semakin baik. Hasil yang semakin baik itu menjadi harapan kita hanya kepada Allah dan berharap Allah meridhaiNya dan mengabulkannya. Keinginan dipacu oleh nafsu yang dibalut oleh syetan dan cenderung kepada keburukan tapi harapan dengan selalu bersyukur memberi dampak baik bagi kesehatan dan selalu dalam lindunganNya.
6. hati-hati saat kita melakukan perubahan atau kebaikan, karena ada yang bisa merusaknya yaitu diri kita sendiri. Kok bisa ? Seringkali apa yang sudah kita mulai .... jadi berhenti karena
a. kita merasa belum ada hasilnya. Beginilah kita selalu ingin hasil seketika dengan apa yang baru kita kerjakan. "saya sudah kerja luar biasa, kok gaji nggak naik juga ?" atau "saya sudah shalat tapi kok belum dikabulkan ?" Renungkan sesaat bahwa apa yang terus kita lakukan sudah membuat diri kita percaya bahwa apa yang kita kerjakan itu sesuatu yang baik dan menambah semangat dan berprasangka yang baik.
b. kita sering melihat orang lain, "orang tidak nggak ngapa-ngapain tapi banyak yang dia dapat". atau kita melihat orang lain dengan perbuatan buruknya tetap saja memberikan hasil yang memuaskan. Tapi saya tidak ?
c. Kita pun sering terpeleset saat sudah melakukan yang baik digoda syetan dengan kesombongan. "tuh saya kan lebih baik dari kamu, saya sudah ini dan itu sedangkan kamu ...." Allah tidak suka sama orang yang sombong. Orang sombong biasanya tak lagi melakukan yang baik tapi lebih banyak bercerita kesuksesannya dan suka memberi nasehat.
7. Jadikan apa yang kita lakukan hanya untuk Allah, ikhlas. Insya Allah kebaikan demi kebaikan terus kita lakukan.
Insya Allah kita selalu diberi petunjuk oleh Allah dan dimampukanNya untuk berani memulai kebaikan dan terus dibimbing untuk istiqamah.

Menerima apa yang kta alami

Sebuah keinginan dan harapan hidup yang lebih baik menjadi idaman semua orang, apalagi seseroang yang mengalami masalah yang belum selesai. Solusi yang ada di pikiran kita terus bergelora dan ada peluang yang diberikan orang sehingga solusi itu pun menjadi harapan sekaligus keinginan kita. Usaha dan doa terus dijalankan sampai kita menerima hasilnya.
Bersikap positif dan berhatap hasil sesuai dengan apa yang kita harapkan .... tapi hasil berkata lain. Solusi itu ternyata diberikan Allah. Langkah terbaik adalah menerima kenyataan itu dan terus berpikir prasangka bahwa Allah mau memberikan solusi yang terbaik buat kita, Seiring itu kita pun mesti berpikir bahwa solusi yang menurut kita mujarab untuk menyelesaikan masalah TIDAK SELALU benar. Yang Maha Tahu adalah Allah. Tak lupa seiring prasangka baik itu kita pun mesti banyak meminta ampun karena, karena bisa jadi apa yang Allah lakukan dengan takdirNya kepada kita merupakan balasan atas kesalahan kita selama ini.
Belajarlah menerima BUKAN sekedar menerima tapi benar-benar kita mengevaluasi takdir Allah kepada kita :
1. Yang pasti hasilnya sudah terjadi dan tidak bisa diubah, yang bisa merubahnya adalah Allah.
2. Karena yang merubah hasil itu adalah Allah maka kita mesti mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan, apakah sudah benar caranya ? Maka Allah menunggu hasil evaluasi kita dan mulai memperbaikinya. Perbaikan yang kita lakukan bisa jadi menjadi pertimbangan bagi Allah untuk memutuskan hasilnya.
3. Bisa juga tanpa perlu mengevaluasi kesalahan atau dosa masa lalu kita, maka hasil apapun mesti membuat kita semakin sadar untuk terus memperbaiki tindakan dan ibadah kita kepada Allah. Kita berharap dengan ibadah dan kerja kita dapat diridhai Allah sehingga kita berharap Allah berkenan untuk memberikan hasil yang kita inginkan.
dengan kata lain, jika takdir atau fakta yang kita alami saat ini yang tidak sesuai dengan harapan kita berarti kita diminta terus menggali hikmat atau yang tersirat dari takdir tadi. Dengan prasangka baik dan pikiran positif, Insya Allah kita dibimbing dan diberi petunjuk untuk mendapatkan kebaikan dari takdir tersebut

Jujur pada diri sendiri ..

banyak pesan yang kita terima dan kita pahami belum tentu dapat kita laksanakan. Salah satunya adalah "belaku jujur aja". Memang kata jujur seperti ingin mengatakan sesuatu apa adanya yang secara logika tidak salah apalagi hati, tapi yang jujur itu menjadi sulit karena emosional kita dan kekhawatiran kita tentang setelah itu bisa berakibat buruk menurut kita. Secara umum jujur terlihat dari kejujuran kita kepada orang lain.
Seorang salesmen begitu sulit untuk berkata tentang produknya, kalau produknya bagus kejujurannya bisa banyak karena baik itu tidak merugikan salesmennya. Jika produknya tidak terkenal dan memang kurang berkualitas maka ada banyak cara untuk berjualan dengan selalu menutupi kelemahan produk itu sendiri. Yang ditakutkan seorang salesmen adalah tidak terjadi penjualan jika jujur dalam berjualan sehingga seorang salesmen yang tugasnya berjualan membuat dia untuk "berkata yang bukan semestinya untuk terjadi penjualan (rezeki Allah)". Apakah ini cara yang dibenarkan Allah dalam berjualan mencari rezeki ?
Demikian juga Seorang suami atau isteri tidak mau jujur kepada pasangannya karena takut hubngan suami-isteri jadi berantakan. Perasaan dan emosional kitalah yang menghambat kita untuk jujur dengan menunjukkan persoalan yang bisa muncul nantinya.
kejujuran itu urusan hati kita sendiri, tapi yang penting kita mau belajar untuk jujur. Bagaimana caranya ? Bisa jadi untuk jujur kepada sorang lain lebih susah
  1. Harus memulai intrspeksi diri tentang apa yang sudah kita lakukan sampai hari ini, khususnya 1 minggu lalu. Ingatlah apa saja yang kita perbuat. kalau agak sulit, kita bisa melakukannya saat sadar karena lihat kejadian atau sangaja merenungkannya
  2. Jika berani, memohonmaaflah kepada orang yang pernah kita perbuat                                                                      
Tetapi dua hal diatas pun masih sulit untuk kita lakukan, seolah kita ini salah dan jika kita minta maaf itu seakan-akan menurunkan harga diri kita. Yang lebih ditakutkan lagi adalah berbagai hal buruk bisa menimpa kita. Terus apa yang harus kita perbuat ? Diam saja atau cuek aja ... tapi kita masih bisa menasehati diri kita sendiri untuk berlaku jujur, yaitu jujur pada diri sendiri.

Jujur pada diri sendiri menjadi langkah awal untuk menjadikan semakin baik dalam hidup ini. Misalkan kita tidak jujur mengatakan pada orang lain tentang kehidupan kita. Apa yang kita alami tentang kehidupan kita itu umumnya "jelek" atau "rendah". Maka kita tutupi agar tidak membuat kita seperti itu. Maka jujur pada diri sendiri mendorong diri kita untuk mulai menyadari keadaan "jelek" tadi dan berani memperbaiki diri sendiri dari waktu ke waktu. Alhasil kehidupan yang jelek tadi berubah menjadi baik.
Contoh sederhana, setiap pagi kita terlambat datang ke kantor, maka dengan mudah kita digoda untuk tidak jujur dengan mengatakan,"saya terlambat karena jalanan macet". Alasan itu menjadi tameng kita agar tidak dibilang karyawan jelek dan sebagainya. Jika kita jujur semakin parah lagi persepsi teman dengan mengatakan "kita terlambat karena kita bangun kesiangan". Mulailah jujur pada diri sendiri, maka kita harus berani mengatakan pada diri sendiri,"bangun siang itu salah dan berdampak buruk, dan Allah pun tidak suka karena shalar subuh kita terlambat". Dari jujur terhadap diri sendiri ini membangkitkan semangat untuk bangun lebih pagi lagi agar Allah sayang sama kita. keadaan ini menyemangati kita mengoreksinya dan mau bangun lebih pagi lagi. Dengan usaha yang sungguh-sungguh (beramal saleh) yang didukung keyakinan kepada Allah agar kita benar-benar bisa melaksanakan perubahan dengan bangun pagi, Insya Allah usaha ini dirahmati Allah. Bangun deh kita lebih pagi. Dan persepsi di kantor pun menjadi berubah terhadap kita. 
Insya Allah jujur pada diri sendiri harus membangkitkan semangat untuk mengerjakan yang baik dan itu amal saleh. Dan amal saleh itu semakin membuat kita yakin kepada Allah, karena jujur bukan jujur saja tapi kita percaya bahwa kejujuran adalah perintah Allah.

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...