Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Masihkah menunggu ?

Kita tidak suka menunggu, tapi mengapa kita masih sering menunggu ? Menunggu gaji, menunggu konsumen datang, menunggu pulang waktu pulang, menunggu balasan dan yang tidak kita tunggu adalah kematian.
Saat kita menunggu segala hal dalam kehidupan ini, maka sebenarnya bukannya kita tidak menunggu kematian tapi menunggu gilirannya saja.  Yukk isi kehidupan ini dengan berbagai ibadah dan amal shaleh sehingga kita tak ada waktu untuk meninggu yang lain.

Bahagia itu memberi ..

Bahagia ? Apa yaaa ? Kayaknya nggak bisa diungkapkan. Kebahagian adalah bicara hati dan itu hanya bisa diekspresikan lewat emosi, maka orang bahagia terlihat senang atau sedih atau terharu dam sebagainya. Tapi orang yang senang belum tentu bahagia.
Apa yang membedakan  orang bahagia dengan orang senang, orang senang hanya untuk kebaikan dirinya dan hanya sedikit hal yang di share buat orang lain. Senang diperoleh dari rangsangan luar dimana hal itu menarik kita. Keadaan ini membuat kita tersenyum, tapi tidak bisa bertahan lama. Sangat berbeda dengan orang yang bahagia, senyum yang terpancar dari orang yang bahagia bisa bertahan lama dan memberikan efek luar biasa kepada orang lain yang bisa merasakan kebahagian itu. Orang yang bahagia selalu ingin memberi sesuatu sebagai ungkapan terima kasihnya. Jadi kebahagian itu datang dari hati kita sendiri dan hanya kita yang bisa membuatnya dengan seizin Allah swt. Maka dari itu keinginan untuk bahagia bisa kita bangun dengan ibadah dan amal shaleh serta berusaha untuk membaca dan merenungkan penciptaan Allah Di alam semesta ini. Dan tidak lupa berdoa memohon diberikan hati yang bahagia ... hati yang tenang. Dengan banyak berdzikir hati menjadi tenang .. bahagia.
Orang yang senang seringkali ingin merasakannya sendiri dan tidak ingin orang lain merasakannya atau berbagi. Fakta menunjukkan bahwa orang kaya menjadi pelit, orang pintar menjadi sombong dan seterusnya. Maka orang kaya selalu ingin tambah kaya agar perasaan senang terus terpelihara dengan maksud orang lain tahu bahwa dia orang kaya yang murah senyum. Apa akibatnya bila orang kaya tidak menunjukkan kekayaannya ? Maka orang lain "orang kaya kok bete, lagi abisnya duitnya". Dan yang pasti orang senang selalu merasakan capek dan lelah.
Kondisi orang kaya yang sudah capek dan lelah ... membuat mereka merenungkan apa yang sudah mereka lakukan dan mau ngapain dengan kekayaan yang tak pernah habis itu. Titik balik orang kaya seperti ini membuat mereka memcari makna hidup, yaitu mencari kebahagian. Dan mulailah golongan orang seperti ini banyak melakukan aksi sosial untuk menyumbang bagi masyarakat yang kekurangan dengan apa yang mereka miliki. Tindakan itu bis berdampak nagi hati mereka yang terbuka dan terciptalah kebahagian itu.
Ingin bahagia atau senang ? Temukan kebahagian  itu pada diri kita sendiri dan tidak perlu materi Hanya butuh Allah untuk mengaktifkannya. Sedangkan kesenangan membutuhkan sesuatu dan kita cari diSekitar kita. Ngapain repot mau seneng tapi susah dan mahal. Kebahagoan menciptakan rasa senang.

Cuek atas kesalahan berbahaya

Hampir setiap hari kita membuat kesalahan. Terus diapakan keslahan itu ? Karena gengsi, malu dan sebagainya kesalahan itu kita biarkan berlalu. Tidak ada upaya untuk memperbaiki dan seiring waktu kita baru sadar untuk memperbaiki kesalahan itu karena terdesak untuk berubah. Memperbaiki itu karena terpaksa, artinya kesalahan itu tetap tidak mau diakui oleh kita sendiri .. akibatnya bisa merusak kesimbangan tubuh kita.
Bisa dibayangkan kesalahan yang kita buat sampai hari ini begitu banyak yang pasti mempengaruhi kesehatan kita hari ini dan bahkan telah membentuk karakter kita. Yang tidak mau memgakui lesalahan dan berdampak tidak meminta maaf dan bahkan sulit memaafkan. Kondisi ini memperburuk kesehatan jasmani dan rohani kita. Salah satu jalan terbaik adalah setiap kita melakukan kesalahan, maka sadarilah kesalahan itu dan aegera perbaiki ... maka cara ini memberikan banyak kebaikan bagi kita. Menyadari kesalahan berarti memaafkan diri kita sendiri, meminta maaf kepada orang lain jika ada, tidak ingin mengulangi kesalahan itu dengan mencari tahu perbaikan yang bisa dilakulan.

Janji hanya milik Allah swt

Kalau dipikir, kita sering berjanji kepada orang lain. Dan yang paling banyak berjanji itu, kita berjanji kepada diri sendiri. Berjanji merencanakan sesuatu untuk waktu selanjutnya. Kapan waktunya ? Bukan sekarang artinya nanti atau besok. Ternyata nanti atau besok itu hanya milik Allah swt. Maka dari itu hindarilah untuk sering berjanji dan kalau pun sudah berjanji katakan dalam hati "Insya Allah". Agar janji itu menjadi nyata, maka kerjakan apa yang bisa kita kerjakan dan berikan kepada orang lain dan diri kita sendiri kejutan kebaikan.
Fakta menunjukkan kit sering ingkar janji termasuk banyak ingkar janji kepada diri sendiri. Tanya pada diri Anda,kemarin mau janji kalau ada uang mau makan enak .. tapi sudahkah Anda penuhi janjinya ?
Insya Allah menjadi renungan buat kita untuk menjadi orang yang amanah terhadap diri kita sendiri dan orang lain

Sinyal perubahan diri menjadi lebih baik

Banyak orang nggak sadar bahwa dirinya bermasalah, "orang itu kok emosional ya", kata seseorang. Lalu bukankah kita yang bicara itu juga sedang emosional (responsif) atas apa yang kita lihat. Kita yang merasa tidak bermasalah mempunyai masalah paling BANYAK. Pasti Anda tidak percaya ???
Mari kita telusuri, orang yang kita lihat emosional, bisa jadi selesai urusannya. Tapi kita yang melihat dan merespon orang yang emosional belum tentu selesai. Bahkan kita masih berpikir dan merenungkannya, dan masih mungkin kita membicarakan itu .... berdoalah kita. Dan lebih dahsyat lagi kita telah menyimpan memori negatif yang bisa buruk bagi kita. Alangkah indah bila kita melihat orang yang emosional dengan ucapan dzikir dan berdoa agar mereka dimudahkan persoalannya.
Setiap hari kita melihat sinyal perubahan itu dari orang lain dan lingkungan ... dan perhatikan apa yang kita perbuat. Buruk atau Baik ? Lalu jadikan sinyal baik atau buruk itu membuat kita berubah menjadi baik, seperti contoh di atas.

Uang yang kita cari ternyata tak cukup

Bekerja apa saja mesti kita lakukan untuk mendapatkan UANG yang kita manfaatkan untuk menghidupi keluarga kita. Dalam hal tertentu, kita sudah BISA memprediksi berapa paling banyak UANG yang kita dapatkan. Gaji bulanan kita, ada tunjangan, bisa BONUS, dan akhirnya rezeki tak terduga.
Semua kita kerjakan hanya menuju UANG, terus kalau sudah begini tubuh dan pikiran terasa capek karena sebuah rutinitas atau karena memang kita lakukan "terpaksa". Apakah kita mau mengerjakannya teru-menerus ? Merenung dan berpikir sejenak, kalaulah UANG itu tidak pernah cukup dengan segala apa yang kita sedang dan akan kerjakan, maka mengapa kita tidak berpikir bahwa mulailah melangkah untuk mencintai pekerjaan kita. Untuk apa ? Yang pasti kalau kita mulai mencintai pekerjaan kita bisa berdampak baik bagi kesehatan dan pikiran. Lalu bukannya tak mungkin kita bisa memperoleh banyak kebaikan dengan mencintai pekerjaan kita, promosi karir, bisnis berkembang, rezeki yang tak terduga lebih banyak terjadi.
Mencintai pekerjaan berarti melakukan pekerjaan kita dengan hati tanpa mengeluh, selalu ingin memberi yang terbaik dan lebih dari apa yang seharusnya dilakukan, sangat ingin berbagi untuk semua orang, dan kehadiran kita selalu dinantikan banyak orang BUKAN ditakuti/tidak diharapkan.

Pengalaman hidup

Seringkali seiring usia, banyak orang mengatakan saya sudah berpengalaman. Tapi dalam kesehariannya pengalaman yang sudah dinilikinya tidak memberikan kebaikan bagi banyak orang. Mesti semakin berpengalaman seseorang semakin tinggi ilmu dan prakteknya, sehingga dalam menghadapi masalah sekarang mereka mempunyai kemampuan untuk menyelesaikannya.
Pengalaman BUKANlah pengLAMAAN, Paragraf di atas mencerminkan seseorang yang BUKAN berpengalaman tapi penglamaan ("pembusukan"). Jadi pengalaman mengajarkan kita banyak hal diantaranya kita lebih sering memperbaiki kinerja yang salah atau yang kurang bagus menjadi semakin bagus. Yang akhirnya mengantarkan seseorang kepada kemahiran menghadapi persoalan dan menyelesaikannya.
Ingin tahu seseorang berpengalaman atau tidak, maka tanyalah tentang penyelesaian sebuah kasus ekstrim ? Mereka yang berpengalaman memberi solusi dengan berbagai cara dan dijawab dengan detail, dan orang yang pengLAMAAN (tidak pengalaman) menjawab secara global.

UANG = hasil penyelesaian MASALAH

Kita suka mengeluh kurang UANG, tapi sebenarnya adalah kita tidak kekurangan UANG. Mari kita renungkan, UANG adalah hasil kerja. Maka Kurang UANG adalah KURANG kerjaan. But, kita bilang, " saya kan sudah kerja". Betul jawaban itu.
Yang dimaksud kurang kerja adalah kerja yang kurang berkualitas atau kerja yang kurang banyak. Pastikan apa yang Anda kerjakan adalah pekerjaan yang memberikan kontribusi besar kepada konsumen (orang lain sebagai the next proses). Tentunya kerja berkualitas dan berkuantitas itu bisa dihasilkan saat Anda bisa menyelesaikan masalah dalam pekerjaan itu. Semakin besar masalah (kualitas dan kuantitas) yang Anda tangani dan terselesaikan, maka semakin besar nilai UANG yang kita peroleh. Jadi sudahkah Anda menghadapi banyak masalah dan menyelesaikannya ?? Hadapi dan bila perlu Anda cari masalah agar UANG Anda semakin banyak.

Kesehatan = Pikiran

Banyak orang tahu kesehatan bergantung pada pikiran, tapi tak banyak mau memikirkan pikirannya sendiri. Sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa 3 jenis makanan yang sama diberikan perlakuan yang berbeda, Pertama - makanan diberi doa dan perlakuan yang khusus dengan sering dilihat dan diperhatikan.
Kedua - makanan yang diberi perilaku negatif dengan mengucapkan omongan kasar (tidak suka) dan di acak-acak.
Ketiga - makana yang dicuekin dan ditelantarkan.
Hasil penelitian menunjukkan makanan yang pertama menyehatkan dan terasa enak, makanan kedua menjadi tidak enak dan makanan ketiga selain tidak enak, juga cepat membusuk.
Sudahkah Anda memperhatikan pikiran kita ?? Kita jawab, "iya lah pasti dipikirkan", Faktanya membuktikan kepada kita PIKIRAN memang "dipikirkan" dengan cara menyuruh pikiran bekerja 24 jam terhadap pikiran NEGATIF yang terbanyak dan pikiran positif yang sangat sedikit. Hal demikian BUKAN cara untuk memperhatikan PIKIRAN, tapi merusak pikiran itu sendiri sampai sakit (pusing dan stress). Cara memperhatikan PIKIRAN dapat dilakukan :
1. Memberi makan dan minum yang cukup yang dibutuhkan OTAK kita.
2. Memasukkan ilmu dan pikiran/pandangan positif  ke dalam memori OTAK kita.
3. Melibatkan dir dalam lingkungan yang kondusif bagi OTAK kita.
4. Melatih setiap hari agar PIKIRAN menjadi TINDAKAN positif, seperti menulis, mengajarkan ilmu, mengimplementasikan dalam kehidupan dan sebagainya.
Kalau tidak demikian, BUKANkah kita telah menelantarkan PIKIRAN yang berarti mempercepat proses "pembusukan" PIKIRAN itu sendiri. PIKIRAN lebih didominasi PIKIRAN NEGATIF, PENDEK dalam berpikir, EMOSIOMAL dan FISIK lebih dominan daripada akal sehat, dan kita menjadi pengekor (follower) dari PIKIRAN orang lain. Mau Anda seperti itu ???
Think about it !!!!

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...