Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Sikap dan perilaku karyawan yang siap berhenti.

 Seorang karyawan hanya seorang karyawan yang berkuasa untuk terus bekerja di perusahaan milik orang lain. Seorang profesional sebagai CEO, Direktur, GM, Manager sampai staf adalah dibayar karena kemampuannya. Jika kemampuan karyawan itu tidak sesuai dengan harapan pemilik perusahaan atau tidak bisa membuktikan kinerjanya, maka kepercayaan atas kemampuannya menurun. Apakah ada jalan keluarnya ? Ada yang berusaha untuk mempertahankan kinerja dengan berbagai caranya, umumnya mereka menekan bawahannya untuk bekerja untuk mereka. Mereka yang mempertahankan tentu memberi janji kepada bawahan. Sekali janji ini tidak 100% dilaksanakan ... beberapa dari mereka gagal. Pilihan singkat adalah pindah perusahaan. Atau ada yang hanya mengikuti ABS (asal bapak/pemilik perusahaan senang) dengan kata lain bersikap "Yes Sir". Sikap "Yes Sir" lama-lama membuat mereka tertekan (stress). Akhir dari seorang karyawan adalah dipecat/pensiunkan atau pindah kerja ?

Tujuan seorang karyawan adalah untuk bekerja agar mendapatkan pendapatan. Jabatan atau kepercayaan itu hanyalah sebutan atas hasil bekerja karyawan. Beberapa kecenderungan karyawan itu hanya fokus kepada pendapatannya. Pertama, Karyawan minta dibayar gajinya (pendapatannya) dengan kemampuan bekerja sebelumnya, atau kedua, karyawan itu siap digaji tinggi karena memang sudah membuktikan bekerja dengan bukti-bukti nyata. Termasuk karyawan yang mana Anda ?

"Saya sih maunya jadi karyawan kedua", beneran ? Apakah Anda siap untuk selalu belajar yang berorientasi kepada penerapannya. Butuh waktu, butuh biaya dan apakah Anda sabar dan konsisten ? Ada jawab pasti,"Saya bisa". Kalau Anda sekarang sudah bekerja, apakah kepercayaan itu tumbuh dari atasan/pemilik perusahaan ? Untuk lebih detailnya apakah ilmu Anda bertambah setiap bulan ? Apakah Anda stress ? Apakah setiap pekerjaan dikerjakan tuntas sebelum waktunya ? Apakah ada pekerjaan yang selalu Anda buat berkualitas (menjadi lebih baik) ? Apakah ada kepercayaan atas amanah baru ? Akhirnya apakah Anda semakin baik karir dan pendapatannya secara bener ? Jawaban atas pertanyaan di atas dapat membuktikan bahwa Anda sudah siap.

Sikap dan perilaku karyawan kedua dapat menentukan bahwa Anda merasa bisa menentukan sendiri akhir Anda sebagai karyawannya, mau pensiun karena usia atau mau bisnis, atau mau pindah perusahaan karena Anda merasa tidak sesuai penghargaannya, atau Anda mau bertahan dengan alasan tertentu. Tetapi ingat pula akhir dari perjalanan kita sebagai karyawan ditentukan pula oleh suka dan tidak sukanya perusahaan atau atasan kita, atau ada faktor lain karena lalai dalam hal kecil yang membuat kita diberhentikan, bisa update kemampuan yang tidak gaul dengan zamannya, bisa juga usia kita tidak bisa bersaing dengan yang muda, atau memang skenario Allah yang kita tidak pernah melihat hikmahnya saat itu. Apapun ujung dari perjalanan sebagai karyawan, dimana kinerja kita mesti memberikan indikasi untuk mendorong kita untuk mandiri.

Bagaimana dengan sikap dan perilaku karyawan yang pertama ? Bukan sekedar "Yes sir" saja, tapi banyak hal yang merugikan karyawan sekalipun kita merasa nyaman karena membuat ABS tadi dengan kerja kita. yang hadir adalah kita suka mengeluh atas pekerjaan yang diberikan, lalu stress dan menghadirkan banyak masalah lanjutannya. Mungkin Anda adalah salah satunya, yang penting kerja aja.

Apapun pilihan kita menjadi karyawan pertama atau kedua, pasti kita berujung kepada akhir dari perjalanan sebagai karyawan. Pilihan kerja itu bagaiama menempatkan diri kita kepada perusahaan yang bener-bener menghargai dan mensupport apa yang kita kerjakan. Jadi selama menjadi karyawan mesti selalu bisa merasakan atau mengukur apakah perusahaan kita kerja adalah yang terbaik atau tidak untuk bisa bersikap sebagai karawan kedua ? Dan kitapun mesti memiliki sikap untuk mampu menjadi menjadi karyawan kedua di perusahaan sekarang, dan membangun sikap dan perilaku mandiri untuk menghadapi ujung perjalanan kita sebagai karyawan.

Minuman mineral di Warung dihargai Rp 5.000, tetapi menjadi bertambah saat dijual di Mall, dan menjadi bertambah nilainya jika dijual di tempat khusus seperti di bandara atau resto terkenal. harga bisa mencapai Rp 15.000. Cerita harga air mineral tersebut ditentukan oleh tempat dimana air mineral itu dijual. DI warung harga Rp 5.000 dengan display seadanya, tai di resto, air mineral dibuatkan list harga yang menarik, disimpan di show case yang selalu dingin, disedikan gelas untuk minum, ada tempat duduk untuk menikmatinya, diantar pelayan yang cantik, lokasi dengan ruang berAC dan sebabgainya. Begitulah air mineral bukan sekedar air mineral lagi, tapi sudah menjadi produk plus sehingga harganya bisa tinggi. Analogi air mineral bisa kita terapkan kerja kita sebagai karyawan.

Dimana pun kita bekerja sebagai karyawan, maka karyawan yang baik itu adalah menjadi menjalankan kerja karyawan plus dengan bener dan semakin bener. Siapkan diri kita menghadapi akhir perjalanan kita sebagai karyawan yang bisa kita lakukan sewaktu bekerja.

Insya Allah kultum motivasi ini dapat memberdayakan diri kita menjadi semakin lebih baik dalam kondisi apapun. Rasa syukur mesti kita bangun kepada Allah dengan terus kerja yang berkinerja tinggi agar Allah ridho dan membalasnya dengan kebaikan dari pekerjaan kita sepanjang hidup kita. 

Bersyukur adanya puasa

 Kemarin saya menulis tentang puasa dan ibadah lainnya dapat dikerjakan dengan sedikit paksaan untuk memulainya. Bagaimana caranya untuk mengalihkan paksaan itu menjadi dorongan yang lebih baik, khususnya dalam bulan puasa ?

Yang baik adalah hadirnya kesadaran kita untuk menikmati bulan puasa dengan ikhlas, tapi tidak mudah dengan iman yang rendah. Selama ini kita memiliki persepsi bahwa puasa itu kewajiban untuk mendapatkan kebaikan bagi kita. Sebagai kewajiban dalam menjalani puasa agak berat. Maka paksaan itu menjadi langkah awal memulainya. Saya berpikir untuk merubah persepsi itu agar lebih mudah dan ringan serta membuat kita ingin menjalaninya. Apa ya ?


Allah menghadirkan bulan puasa untuk menghapuskan kesalahan, jalan menuju taqwa dan kebaikan yang berlipat. Dengan kata lain Allah memberikan KESEMPATAN kepada kita untuk mengambil kebaikan itu semua, bukankah kita banyak dosa dan kesalahan. Penghapusan dosa itu memperlebar kedekatan kita kepada sehingga kita berharap kepada rahamtNya. KESEMPATAN bulan puasa belum tentu dapat kita jalani setiap bulan, karena Allah hanya memberikan KESEMPATAN ini 1 bulan dari 12 bulan yang ada. Kita dapat membangun persepsi baru tentang bulan puasa yaitu mengambil KESEMPATAN ini untuk memperbaiki diri dan meningkatkan hubungan kita kepada Allah. Masak sih ada orang beriman yang tidak mau diampuni dosa dan diberikan rahmat dari Allah ? Jika KESEMPATAN ini tidak dapat kita ambil, berarti hati ini begitu gelap sehingga tidak mampu lagi melihat KESEMPATAN Allah ini sebagai langkah menjadi bertaqwa. Jika ini terjadi maka kita bener-bener mesti memaksakan diri untuk membersihkan diri.

KESEMPATAN selama bulan puasa ini mesti kita sikapi dengan bersyukur, apakah ada waktu lain ? Sekali pun masih ada di tahun depan, tapi apakah kita masih diberi kesempatan lagi ? Mari kita syukuri bulan puasa ini sebagai KESEMPATAN terakhir dari Allah untuk menjadi kita orang yang bertaqwa. Sikap ini dapat mendorong kita menjalani puasa dengan mudah dan nyaman.

Insya Allah kultum motivasi kali ini bener-bener memberdayakan diri kita dapat berpuasa dengan lebih baik, dan berharap Allah menyempurnakan puasa. 

Paksain baru bisa

 Pada bulan puasa kalau lagi libur atau tidak kerja, suasana bikin malas. Mau ngapain rada malas dan pengennya istirahat dan tidur. Puasa jadi malah tidak produktif, padahal balasan kebaikan menjadi 2 kali lipat dari hari biasa. Bagaimana caranya ?


Alhamdulillah ada yang mampu melawan rasa malasnya karena ingin mendapatkan kebaikan bulan puasa. Yang belum mampu, gemana ? Tidak ada cara lain drngan memaksakan diri dan memiliki motivasi untuk menjadi orang yang bertaqwa. Misalkan mau ngaji aja, malasnya minta ampun. Tapi karena ngaji itu baik dan mendapatkan balasan yang berlipat, maka kita memberanikan diri untuk memulainya. Tanpa memberanikan diri pastilah tidak bisa. Dalam perjalanannya kita pun mesti meneruskannya, dengan sedikit memaksa juga. Pada saat mengaji sudah terasa nyaman, maka lanjutkan terus agar kita mendapatkan bulan puasa.

Selain mengaji, kita juga harus merasa nyaman dengan shalat yang terus ditingkatkan. Menyempurnakan wudhu dengan terus menikmati air yang mengalir dan membasahi bagian tubuh kita. Kita memaksakan diri juga untuk mengimajinasikan dosa selama ini keluar dari bagian tubuh. Agar kita tidak lalai dalam berwudhu, maka belajar kembali dan mengikuti petunjuk wudhu yang benar. Yang tidak kalah pentingnya dalam berwudhu adalah merasakan air yang membasahi tubuh, membuat seger dan terlepasnya dosa. Lakukan wudhu dengan seksama. Mungkin kita selama ini berwudhunya tidak berkesan dan sebagai rutinitas. Ingat wudhu syaratnya shalat.

Hal yang sama kita pun mulai meningkatkan kualitas shalat dan memperbanyak belajar agama yang semestinya kita lakukan. Tak mudah, tapi paksain diri kita untuk memulainya. Bacaan sebagai ilmu untuk mengingatkan kita kembali dan meluruskan amalan kita. Ilmu agama yang mengubah sikap dan perilaku orang taqwa.

Insya Allah kultum motivasi ini agar dapat memberdayakan diri menjadi orang yang mendapatkan keberkahan puasa 

Mager ?

 Kata  Mager sudah menambah kosa kata dalam bahasa gaul, terutama anak muda. Mager merupakan singkatan malas gerak alias tidak mau gerak dan tidak mau beraktivitas. Saya ingin mengatakan jika sudah ada kata malas, maka sudah pasti tidak ada aktivitas apapun. Salah satu mager itu seperti santai atau istirahat yang berkelanjutan, tadinya niatnya untuk melepaskan lelah. Atau di lain sisi juga terjadi saat saya tidak memiliki aktivitas.

Malas atau mager adalah distraksi yang merusak produktivitas saya. Tanpa disadari malas atau mager ini terjadi begitu saja dan sangat tidak mudah untuk mengalahkannya. Terkadang malas atau mager saya dihilang karena orang lain yang "menyuruh" (berkuasa). Malas atau mager itu sering ditunjukkan oleh alasan-alasan agar terlihat saya "merasa capek" atau "ada kerjaan abis ini". Adapun alasan itu adalah upaya saya untuk meneruskan kemalasan tersebut, memanjakan saya dan pasti merusak kualitas pribadi saya.

Ada beberapa cara untuk mengalahkan malas atau mager, yaitu memiliki kemauan yang kuat dan dimana saya terdesak dengan waktu. Tadinya saya santai di pagi hari dengan nonton TV, tapi karena waktu saya langsung berangkat kerja. Atau karena ingin mendapatkan sesuatu, maka saya langsung beraktivitas. Semua berujung kepada bersegera beraktivitas, itulah cara saya mengalahkan malas atau mager.

Disisi lain, agama Islam mengajarkan saya untuk berdoa, berlindung dari rasa malas. Rasa malas itu dekat dengan setan. Setan tidak suka dan suka menggoda saya agar jadi malas, bisa jadi dengan beraktivitas memberi kebaikan bagi saya. Apalagi aktivitas itu menuju Allah. Bisa jadi malas atau mager itu dimulai dari diri saya dan dikuatkan oleh setan dengan pikiran yang menyesatkan. Atau sebaliknya setan menggoda dengan pikiran yang sesat dan saya pun mengiyakannya.

Selama puasa, malas itu bisa dijadikan pikiran sesat dari setan. "kalau beraktivitas bikin lapar dan bisa merusak puasa, istirahat aja atau aktivitas seperlu aja". Untuk itu saya mesti mengalihkan malas atau mager dengan berani beraktivitas yang ringan dan bisa dilanjutkan kepada yang saya ingin kerjakan. Intinya saya mesti bergerak atau beraktivitas, apapun itu. Seiring waktu malas atau mager itu berkurang dan sampai hilang. Saya menjauhkan diri dari lokasi atau suasana yang bikin saya mau istirahat atau santai dan memelihara diri saya untuk selalu beraktivitas.

Insya Allah saya dijauhkan dari rasa malas dan sayapun mesti banyak hal yang ingin dikerjakan. Kultum motivasi ini tidak lain untuk memberdayakan diri saya agar selalu menjadi orang yang berkualitas.



 


 


 











Merasa sendiri

 Banyak orang yang sudah lelah, dapat merasa (merenungkan) dirinya bahwa dia tak mampu dan apa yang diraih ternyata tidak seberapa. Saat sakit, kita merasa diri kita yang tidak mampu dan pasrah. Tidak punya uang pun membuat kita merasa ...
Tapi ingatlah bahwa dalam keadaan merasa itu kita juga merasa ada Allah. Tetap terus berharap rahmat Allah agar hidup kita terbimbing
Insya Allah tulisan ini dapat memberdayakan diri kita untuk semakin baik walaupun dalam kondisi tidak menyenangkan. Kultum ini untuk memotivasi diri kita.


Kita adalah kebiasaan kita

 Apakah yang masih terus Anda lakukan ? Seorang karyawan bilang, "Saya selalu datang lebih awal baik masuk kerja atau ada event atau ada meeting". Beginilah kebiasaan menjadikan seseorang dinilai dan merupakan nilai dirinya. Orang sekitarnya bilang,"Dia orangnya disiplin dan tepat waktu". Sebaliknya ada orang dikenal sebagai "suka ngobrol". Mengapa begitu ? Karena memang kebiasaannya yang suka menghabiskan waktunya untuk ngobrol. Kita adalah kebiasaan kita.

Kebiasaan itu telah membuat diri kita tanpa mikir lagi sudah terbentuk aktivitas/kerja di waktu tertentu atau pada waktunya. Kita yang biasa makan jam 12:00 (waktu istirahat), maka tubuh ini secara otomatis segera makan pada jam 12:00. Semua ini terbentuk karena sebelumnya kita selalu makan setiap hari jam 12:00. Ada juga kebiasaan karyawan yang pulang 1 jam setelah jadwal pulang kerja. Maka karyawan tidak bisa pulang kalau belum waktunya kecuali ada keperluan yang genting. Kebiasaan tidak mudah untuk diubah dengan menjadi kebiasaan baru. Kebiasaan itu sudah memiliki waktunya, polanya sendiri.

Apa yang terjadi jika kebiasaan itu tidak dikerjakan ? Misalkan biasa disiplin waktu, pada kondisi tertentu kita ubah menjadi datang terlambat. Bisa saja terjadi, dan dalam pelaksanaannya diri kita dibuat tidak tenang dan ada rasa kekhawatiran. Tetapi bisa saja perubahan hanya terjadi dalam beberapa kali saja dan akhirnya kembali kepada kebiasaan lama. Dalam kondisi memiliki kebiasaan yang "kurang positif" menjadi sangat tidak mudah untuk diubah dengan kebiasaan baru  (yang positif).

Hampir semua karyawan sudah memiliki kebiasaan-kebiasaan dalam kerja. Listkan kebiasaan-kebiasaan itu, ternyata kebiasaan kita itu tidak banyak, tapi menghabiskan banyak waktu. Apa akibatnya ? Kita sebagai karyawan menjadi kurang produktif dan tidak ingin berubah.

Ada beberapa karyawan bisa berubah karena dipaksa, tapi hal ini tidak baik dan berdampak buruk kepada kita sebagai karyawan. Ada cara yang bisa mendorong kita menciptakan kebiasaan baru yang lebih positif :

1. Sisihkan waktu 10 - 30 menit dalam sehari untuk melakukan aktivitas/kerja baru yang menuju kebiasaan yang ingin diciptakan. Pastikan waktu yang disisihkan ini tidak boleh terganggu oleh aktivitas rutin, atau jika terpaksa waktu yang disisihkan ini bisa dijadwalkan

2. Lakukan aktivitas/kerja baru sampai habis waktunya (sesuai waktu yang telah disisihkan.

3. Bekali sikap positif dan ilmu untuk melakukan aktivitas/ kerja baru agar menjadi mudah dan nyaman.

4. Konsistenkan semua point 1 - 3 setiap hari paling minimal 6 bulan ke depan.

5. Insya Allah terbentuk kebiasaan baru. 

6. Dan setiap kebiasaan baru atau lama bisa saja diganggu oleh rasa malas atau hal sejenisnya sehingga kita tidak melakukannya lagi. Sekali tidak mengerjakannya kita bilang,"nggak apa-apa". hati-hati keadaan ini bisa merusak kebiasaan, dan jika tidak kembali kepada kebiasaan yang sudah tercipta, maka hasilnya kebiasaan itu hilang.

Siapa kita adalah apa yang menjadi kebiasaan kita. Yuk ciptakan kebiasaan-kebiasaan positif yang terus diperbarui agar kita dapat menghadapi tantangan hidup hari ini. Kebiasaan adalah tindakan atau kerja atau aktivitas yang dilakukan berulang-ulang setiap hari. Ingin menjadi orang pintar, maka belajar setiap hari. Ingin disiplin, maka hargai waktu dengan benar setiap hari. 

Insya Allah kultum motivasi kali ini dapat menyadarkan kita untuk menjadi semakin baik hari ini. Caranya ? Siapkan diri untuk selalu memberdayakan diri dengan bersyukur dengan memanfaatkan apa yang ada pada diri kita saat ini.



Fokus puasa dengan ibadah taqwa

 Memulai puasa terasa berat dan kebanyakan orang merasakannya. Bisa jadi kita berubah kebiasaan, sebelumnya  normal menjadi bangun lebih pagi untuk sahur dan tidak makan dan minum sepanjang hari, menahan amarah dan kewajiban dalam selama puasa. Keadaan inilah yang mesti dilatih sejak hari pertama dan pasti agak berat di jalani. Kecuali mereka yang sudah terbiasa puasa sunnah, mereka yang terbiasa tidak nafsu makan dan minumnya, mereka yang mampu beradaptasi karena niatnya sangat baik kepada Allah.

Mau tidak mau di awal puasa kita menjalani puasa dengan sedikit ada konflik fisik dan niat yang kita lakukan puasa karena Allah. Fisik dan perasaan menjadi tidak mudah untuk menjalani niat puasa. Dengan kesibukan aktivitas dan kerja, puasa menjadi terasa lebih ringan. Apalagi aktivitas dan kerja itu memang di jalan Allah, diniatkan kepada Allah. Puasa menjadi terasa nyaman.

Puasa adalah niat puasa dan menjalaninya semakin baik (aktivitas/kerja). Niat puasa karena Allah untuk mencapai ketaqwaan. Artinya aktivitas kita pun mesti tertuju kepada nilai-nilai ketaqwaan, menjalani perintah dan petunjuk Allah dengan sabar dan sabar pula dengan tidak mengikuti larangan Allah. Agar puasa kita menjadi bermakna, maka kita mesti mengalihkan fokus tentang persepsi puasa itu menahan lapar dan haus menjadi puasa itu menuju ketaqwaan berupa aktivitas yang baik.

Insya Allah mengalihkan puasa bukan lagi sebagai persepsi menahan lapar dan haus, tetapi puasa adalah ibadah ketaqwaan berupa perbuatan yang baik yang Allah ridhai. Persepsi ini membangun diri kita semakin baik menjalani puasa. Ibadah puasa kita semakin hari semakin mudah.

Kultum kali ini membuat puasa menjadi lebih baik dalam pelaksaannya. Memberdayakan diri lewat pikiran yaitu fokus dengan persepsi yang kita miliki. Yuk motivasi diri kita lebih baik lagi.

Persaudaraan

 Apa makna persaudaraan bagi seseorang ? Tergantung bagaimana persaudaraan itu dibentuk sepanjang hidup, dari kecil sampai besar. Tetapi persaudaraan itu selalu hadir dalam jiwa seseorang, tapi seringkali ditutupi oleh kepentingan atau pola berpikir yang emosional saat terjadi. Misalkan seseorang yang sudah menikah, dapat saja dipengaruhi oleh pasangan dalam menentukan pilihan hidup. Keadaan ini dapat menutupi persaudaraan dengan hubungan dengan saudara kandung atau saudara keluarga besar.

Sebenarnya jika persaudaraan itu terjadi dengan benar, maka kita sebagai saudara kandung atau saudara dalam keluarga besar. Terjadi saling melengkapi dan saling membantu. kehidupan keluarga yang menyenangkan. Saat terpuruk, maka saudaralah yang bisa membantu menyelesaikan apapun masalahnya. Nilai persaudaraan itu mesti dipelihara dan diperkaya dengan interaksi antar saudara.

Apa yang mesti kita lakukan ? Yang pertama adalah selalu ada waktu untuk bersilaturahmi, 

a. Bertemu dan ngobrol bersama.

b. silaturahmi itu juga bisa saling mengunjungi dengan membawa semacam buah tangan sekalipun kecil

c. mengundang saudara di acara keluarga.

d. menyapa lewat HP menanyakan kabar dan bercerita ringan tentang kehidupan.

Selain silaturahmi, kita juga sebisanya memberi sesuatu yang menjadi kebahagiaan kita kepada saudara baik berupa makanan, uang, atau apa saja atas berbagi rezeki yang kita miliki. 

Nilai interaksi persaudaraan itu menjadi semakin kuat dan menikmati hasil interaksi itu dengan baik. Diantaranya bisa saling membantu, mengingatkan dan mensupport serta men-enrichment (meningkatkan kualitas hidup). 

Beberapa orang lebih suka membuat pertemenan  yang didahulukan seperti  saudara, tapi itu seharusnya dilakukan setelah pertalian persaudaraan itu ada. Insya Allah kita merasa penting dan wajib memuliakan pertalian persaudaraan atau pertemenan. Tak lain hal ini merupakan amal kebaikan di mata Allah, agar kita mendapatkan rahmaNya. 

Alhamdulillah renungan kehidupan ini menjadi materi yang tak pernah habis dalam kultum motivasi. Kultum motivasi ini menjadi pendorong untuk ingin memberdayakan diri menjadi semakin baik setiap hari. Alangkah bahagianya memiliki saudara dan memiliki temen yang secara beriringan untuk menjadi semakin baik.


Perjalanan

 Dalam hidup ini adalah sebuah perjalanan yang kadang ada tujuan dan kadang tidak ada tujuan yang jelas, pergi ke suatu tempat ya pergi aja. Yah bisa saja memang tanpa tujuan, hanya ketemu saudara dan menikmati suasana ya saja.

Memiliki tujuan dalam perjalanan hidup itu membuat ada daya tarik dan semangat. Maka dalam perjalanan itu ada yang bikin bete dan ada pula yang menyenangkan. Saat bete, masih ada upaya untuk menghilangkannya karena kita memiliki tujuan. Sikap dan perilaku kita selalu positif saat bete sehingga perjalanan kita menjadi lebih baik. Yang repot adalah saat kita terbawa emosi saat bete, bisa jadi kebeteannya berlangsung lama dan merusak perjalanan kita.

Tetapi adakalanya juga dalam perjalanan yang hanya iseng saja dapat memberikan kenyamanan selama perjalanan. Seperti tidak ada beban menjalani perjalanan tersebut. Tanpa beban tersebut membuat kita tidak perlu risau dan jarang betenya, tapi kurang menarik dan menyenangkan.

Bolehlah kita mengambil pelajaran dari sebuah perjalanan. Alangkah bijak kita membuat tujuan dari perjalanan agar dapat menjadi dasar dalam semua sikap dan perilaku kita. Ada arahnya dan ada peta perjalanannya, dan yang pasti ada semangat untuk meraihnya. Semua ini mesti tidak menjadi beban selama perjalanan, anggap saja lagi (iseng). Maka hal ini berdampak baik saat kita mengalami hal yang tidak sesuai harapan dan mudah untuk menormalkannya. Contoh dalam kerja, kita niatkan untuk Allah dengan bekerja yang bener dihadapan Allah. Maka ada semangat dalam kerja, lalu semangat ini menjadi menyenangkan karena kerja tersebut dapat memberi kehidupan bagi keluarga. Alhasil kita kerja menyenangkan, tapi juga bete dalam kerja ... dimarahin atasan atau hasil yang jauh dari harapan. Sebelum berlanjut maka kita dapat mencegah kebetean dengan sikap dan perilaku yang berprasangka baik kepada Allah. 

1. Allah ingin menguji kita agar kita bisa mengatasi yang kurang baik, atau 

2. Allah mau ngajarin kita ilmu baru, atau 

3. Allah ingin mengajarkan empati dengan orang yang gagal sehingga dapat menjadi temen yang memberi solusi, atau 

4. memberi pelajaran agar tidak sombong dan sebagainya

Maka kita menjadi tanpa beban untuk menjalaninya. Semua kebetean tersebut untuk kebaikan kita.

Dalam kehidupan rumah tangga pun bisa saja terjadi. Maka niat dan tujuan terhadap apa yang ingin kita lakukan menjadi penting. 

Insya Allah kultum motivasi ini dapat memberdayakan diri kita untuk sadar diri atas apa yang terjadi dan segera dapat memperbaikinya. Kalau tidak diberdayakan sekarang, kapan lagi ?


Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...