Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Mager ?

 Kata  Mager sudah menambah kosa kata dalam bahasa gaul, terutama anak muda. Mager merupakan singkatan malas gerak alias tidak mau gerak dan tidak mau beraktivitas. Saya ingin mengatakan jika sudah ada kata malas, maka sudah pasti tidak ada aktivitas apapun. Salah satu mager itu seperti santai atau istirahat yang berkelanjutan, tadinya niatnya untuk melepaskan lelah. Atau di lain sisi juga terjadi saat saya tidak memiliki aktivitas.

Malas atau mager adalah distraksi yang merusak produktivitas saya. Tanpa disadari malas atau mager ini terjadi begitu saja dan sangat tidak mudah untuk mengalahkannya. Terkadang malas atau mager saya dihilang karena orang lain yang "menyuruh" (berkuasa). Malas atau mager itu sering ditunjukkan oleh alasan-alasan agar terlihat saya "merasa capek" atau "ada kerjaan abis ini". Adapun alasan itu adalah upaya saya untuk meneruskan kemalasan tersebut, memanjakan saya dan pasti merusak kualitas pribadi saya.

Ada beberapa cara untuk mengalahkan malas atau mager, yaitu memiliki kemauan yang kuat dan dimana saya terdesak dengan waktu. Tadinya saya santai di pagi hari dengan nonton TV, tapi karena waktu saya langsung berangkat kerja. Atau karena ingin mendapatkan sesuatu, maka saya langsung beraktivitas. Semua berujung kepada bersegera beraktivitas, itulah cara saya mengalahkan malas atau mager.

Disisi lain, agama Islam mengajarkan saya untuk berdoa, berlindung dari rasa malas. Rasa malas itu dekat dengan setan. Setan tidak suka dan suka menggoda saya agar jadi malas, bisa jadi dengan beraktivitas memberi kebaikan bagi saya. Apalagi aktivitas itu menuju Allah. Bisa jadi malas atau mager itu dimulai dari diri saya dan dikuatkan oleh setan dengan pikiran yang menyesatkan. Atau sebaliknya setan menggoda dengan pikiran yang sesat dan saya pun mengiyakannya.

Selama puasa, malas itu bisa dijadikan pikiran sesat dari setan. "kalau beraktivitas bikin lapar dan bisa merusak puasa, istirahat aja atau aktivitas seperlu aja". Untuk itu saya mesti mengalihkan malas atau mager dengan berani beraktivitas yang ringan dan bisa dilanjutkan kepada yang saya ingin kerjakan. Intinya saya mesti bergerak atau beraktivitas, apapun itu. Seiring waktu malas atau mager itu berkurang dan sampai hilang. Saya menjauhkan diri dari lokasi atau suasana yang bikin saya mau istirahat atau santai dan memelihara diri saya untuk selalu beraktivitas.

Insya Allah saya dijauhkan dari rasa malas dan sayapun mesti banyak hal yang ingin dikerjakan. Kultum motivasi ini tidak lain untuk memberdayakan diri saya agar selalu menjadi orang yang berkualitas.



 


 


 











Merasa sendiri

 Banyak orang yang sudah lelah, dapat merasa (merenungkan) dirinya bahwa dia tak mampu dan apa yang diraih ternyata tidak seberapa. Saat sakit, kita merasa diri kita yang tidak mampu dan pasrah. Tidak punya uang pun membuat kita merasa ...
Tapi ingatlah bahwa dalam keadaan merasa itu kita juga merasa ada Allah. Tetap terus berharap rahmat Allah agar hidup kita terbimbing
Insya Allah tulisan ini dapat memberdayakan diri kita untuk semakin baik walaupun dalam kondisi tidak menyenangkan. Kultum ini untuk memotivasi diri kita.


Kita adalah kebiasaan kita

 Apakah yang masih terus Anda lakukan ? Seorang karyawan bilang, "Saya selalu datang lebih awal baik masuk kerja atau ada event atau ada meeting". Beginilah kebiasaan menjadikan seseorang dinilai dan merupakan nilai dirinya. Orang sekitarnya bilang,"Dia orangnya disiplin dan tepat waktu". Sebaliknya ada orang dikenal sebagai "suka ngobrol". Mengapa begitu ? Karena memang kebiasaannya yang suka menghabiskan waktunya untuk ngobrol. Kita adalah kebiasaan kita.

Kebiasaan itu telah membuat diri kita tanpa mikir lagi sudah terbentuk aktivitas/kerja di waktu tertentu atau pada waktunya. Kita yang biasa makan jam 12:00 (waktu istirahat), maka tubuh ini secara otomatis segera makan pada jam 12:00. Semua ini terbentuk karena sebelumnya kita selalu makan setiap hari jam 12:00. Ada juga kebiasaan karyawan yang pulang 1 jam setelah jadwal pulang kerja. Maka karyawan tidak bisa pulang kalau belum waktunya kecuali ada keperluan yang genting. Kebiasaan tidak mudah untuk diubah dengan menjadi kebiasaan baru. Kebiasaan itu sudah memiliki waktunya, polanya sendiri.

Apa yang terjadi jika kebiasaan itu tidak dikerjakan ? Misalkan biasa disiplin waktu, pada kondisi tertentu kita ubah menjadi datang terlambat. Bisa saja terjadi, dan dalam pelaksanaannya diri kita dibuat tidak tenang dan ada rasa kekhawatiran. Tetapi bisa saja perubahan hanya terjadi dalam beberapa kali saja dan akhirnya kembali kepada kebiasaan lama. Dalam kondisi memiliki kebiasaan yang "kurang positif" menjadi sangat tidak mudah untuk diubah dengan kebiasaan baru  (yang positif).

Hampir semua karyawan sudah memiliki kebiasaan-kebiasaan dalam kerja. Listkan kebiasaan-kebiasaan itu, ternyata kebiasaan kita itu tidak banyak, tapi menghabiskan banyak waktu. Apa akibatnya ? Kita sebagai karyawan menjadi kurang produktif dan tidak ingin berubah.

Ada beberapa karyawan bisa berubah karena dipaksa, tapi hal ini tidak baik dan berdampak buruk kepada kita sebagai karyawan. Ada cara yang bisa mendorong kita menciptakan kebiasaan baru yang lebih positif :

1. Sisihkan waktu 10 - 30 menit dalam sehari untuk melakukan aktivitas/kerja baru yang menuju kebiasaan yang ingin diciptakan. Pastikan waktu yang disisihkan ini tidak boleh terganggu oleh aktivitas rutin, atau jika terpaksa waktu yang disisihkan ini bisa dijadwalkan

2. Lakukan aktivitas/kerja baru sampai habis waktunya (sesuai waktu yang telah disisihkan.

3. Bekali sikap positif dan ilmu untuk melakukan aktivitas/ kerja baru agar menjadi mudah dan nyaman.

4. Konsistenkan semua point 1 - 3 setiap hari paling minimal 6 bulan ke depan.

5. Insya Allah terbentuk kebiasaan baru. 

6. Dan setiap kebiasaan baru atau lama bisa saja diganggu oleh rasa malas atau hal sejenisnya sehingga kita tidak melakukannya lagi. Sekali tidak mengerjakannya kita bilang,"nggak apa-apa". hati-hati keadaan ini bisa merusak kebiasaan, dan jika tidak kembali kepada kebiasaan yang sudah tercipta, maka hasilnya kebiasaan itu hilang.

Siapa kita adalah apa yang menjadi kebiasaan kita. Yuk ciptakan kebiasaan-kebiasaan positif yang terus diperbarui agar kita dapat menghadapi tantangan hidup hari ini. Kebiasaan adalah tindakan atau kerja atau aktivitas yang dilakukan berulang-ulang setiap hari. Ingin menjadi orang pintar, maka belajar setiap hari. Ingin disiplin, maka hargai waktu dengan benar setiap hari. 

Insya Allah kultum motivasi kali ini dapat menyadarkan kita untuk menjadi semakin baik hari ini. Caranya ? Siapkan diri untuk selalu memberdayakan diri dengan bersyukur dengan memanfaatkan apa yang ada pada diri kita saat ini.



Fokus puasa dengan ibadah taqwa

 Memulai puasa terasa berat dan kebanyakan orang merasakannya. Bisa jadi kita berubah kebiasaan, sebelumnya  normal menjadi bangun lebih pagi untuk sahur dan tidak makan dan minum sepanjang hari, menahan amarah dan kewajiban dalam selama puasa. Keadaan inilah yang mesti dilatih sejak hari pertama dan pasti agak berat di jalani. Kecuali mereka yang sudah terbiasa puasa sunnah, mereka yang terbiasa tidak nafsu makan dan minumnya, mereka yang mampu beradaptasi karena niatnya sangat baik kepada Allah.

Mau tidak mau di awal puasa kita menjalani puasa dengan sedikit ada konflik fisik dan niat yang kita lakukan puasa karena Allah. Fisik dan perasaan menjadi tidak mudah untuk menjalani niat puasa. Dengan kesibukan aktivitas dan kerja, puasa menjadi terasa lebih ringan. Apalagi aktivitas dan kerja itu memang di jalan Allah, diniatkan kepada Allah. Puasa menjadi terasa nyaman.

Puasa adalah niat puasa dan menjalaninya semakin baik (aktivitas/kerja). Niat puasa karena Allah untuk mencapai ketaqwaan. Artinya aktivitas kita pun mesti tertuju kepada nilai-nilai ketaqwaan, menjalani perintah dan petunjuk Allah dengan sabar dan sabar pula dengan tidak mengikuti larangan Allah. Agar puasa kita menjadi bermakna, maka kita mesti mengalihkan fokus tentang persepsi puasa itu menahan lapar dan haus menjadi puasa itu menuju ketaqwaan berupa aktivitas yang baik.

Insya Allah mengalihkan puasa bukan lagi sebagai persepsi menahan lapar dan haus, tetapi puasa adalah ibadah ketaqwaan berupa perbuatan yang baik yang Allah ridhai. Persepsi ini membangun diri kita semakin baik menjalani puasa. Ibadah puasa kita semakin hari semakin mudah.

Kultum kali ini membuat puasa menjadi lebih baik dalam pelaksaannya. Memberdayakan diri lewat pikiran yaitu fokus dengan persepsi yang kita miliki. Yuk motivasi diri kita lebih baik lagi.

Persaudaraan

 Apa makna persaudaraan bagi seseorang ? Tergantung bagaimana persaudaraan itu dibentuk sepanjang hidup, dari kecil sampai besar. Tetapi persaudaraan itu selalu hadir dalam jiwa seseorang, tapi seringkali ditutupi oleh kepentingan atau pola berpikir yang emosional saat terjadi. Misalkan seseorang yang sudah menikah, dapat saja dipengaruhi oleh pasangan dalam menentukan pilihan hidup. Keadaan ini dapat menutupi persaudaraan dengan hubungan dengan saudara kandung atau saudara keluarga besar.

Sebenarnya jika persaudaraan itu terjadi dengan benar, maka kita sebagai saudara kandung atau saudara dalam keluarga besar. Terjadi saling melengkapi dan saling membantu. kehidupan keluarga yang menyenangkan. Saat terpuruk, maka saudaralah yang bisa membantu menyelesaikan apapun masalahnya. Nilai persaudaraan itu mesti dipelihara dan diperkaya dengan interaksi antar saudara.

Apa yang mesti kita lakukan ? Yang pertama adalah selalu ada waktu untuk bersilaturahmi, 

a. Bertemu dan ngobrol bersama.

b. silaturahmi itu juga bisa saling mengunjungi dengan membawa semacam buah tangan sekalipun kecil

c. mengundang saudara di acara keluarga.

d. menyapa lewat HP menanyakan kabar dan bercerita ringan tentang kehidupan.

Selain silaturahmi, kita juga sebisanya memberi sesuatu yang menjadi kebahagiaan kita kepada saudara baik berupa makanan, uang, atau apa saja atas berbagi rezeki yang kita miliki. 

Nilai interaksi persaudaraan itu menjadi semakin kuat dan menikmati hasil interaksi itu dengan baik. Diantaranya bisa saling membantu, mengingatkan dan mensupport serta men-enrichment (meningkatkan kualitas hidup). 

Beberapa orang lebih suka membuat pertemenan  yang didahulukan seperti  saudara, tapi itu seharusnya dilakukan setelah pertalian persaudaraan itu ada. Insya Allah kita merasa penting dan wajib memuliakan pertalian persaudaraan atau pertemenan. Tak lain hal ini merupakan amal kebaikan di mata Allah, agar kita mendapatkan rahmaNya. 

Alhamdulillah renungan kehidupan ini menjadi materi yang tak pernah habis dalam kultum motivasi. Kultum motivasi ini menjadi pendorong untuk ingin memberdayakan diri menjadi semakin baik setiap hari. Alangkah bahagianya memiliki saudara dan memiliki temen yang secara beriringan untuk menjadi semakin baik.


Perjalanan

 Dalam hidup ini adalah sebuah perjalanan yang kadang ada tujuan dan kadang tidak ada tujuan yang jelas, pergi ke suatu tempat ya pergi aja. Yah bisa saja memang tanpa tujuan, hanya ketemu saudara dan menikmati suasana ya saja.

Memiliki tujuan dalam perjalanan hidup itu membuat ada daya tarik dan semangat. Maka dalam perjalanan itu ada yang bikin bete dan ada pula yang menyenangkan. Saat bete, masih ada upaya untuk menghilangkannya karena kita memiliki tujuan. Sikap dan perilaku kita selalu positif saat bete sehingga perjalanan kita menjadi lebih baik. Yang repot adalah saat kita terbawa emosi saat bete, bisa jadi kebeteannya berlangsung lama dan merusak perjalanan kita.

Tetapi adakalanya juga dalam perjalanan yang hanya iseng saja dapat memberikan kenyamanan selama perjalanan. Seperti tidak ada beban menjalani perjalanan tersebut. Tanpa beban tersebut membuat kita tidak perlu risau dan jarang betenya, tapi kurang menarik dan menyenangkan.

Bolehlah kita mengambil pelajaran dari sebuah perjalanan. Alangkah bijak kita membuat tujuan dari perjalanan agar dapat menjadi dasar dalam semua sikap dan perilaku kita. Ada arahnya dan ada peta perjalanannya, dan yang pasti ada semangat untuk meraihnya. Semua ini mesti tidak menjadi beban selama perjalanan, anggap saja lagi (iseng). Maka hal ini berdampak baik saat kita mengalami hal yang tidak sesuai harapan dan mudah untuk menormalkannya. Contoh dalam kerja, kita niatkan untuk Allah dengan bekerja yang bener dihadapan Allah. Maka ada semangat dalam kerja, lalu semangat ini menjadi menyenangkan karena kerja tersebut dapat memberi kehidupan bagi keluarga. Alhasil kita kerja menyenangkan, tapi juga bete dalam kerja ... dimarahin atasan atau hasil yang jauh dari harapan. Sebelum berlanjut maka kita dapat mencegah kebetean dengan sikap dan perilaku yang berprasangka baik kepada Allah. 

1. Allah ingin menguji kita agar kita bisa mengatasi yang kurang baik, atau 

2. Allah mau ngajarin kita ilmu baru, atau 

3. Allah ingin mengajarkan empati dengan orang yang gagal sehingga dapat menjadi temen yang memberi solusi, atau 

4. memberi pelajaran agar tidak sombong dan sebagainya

Maka kita menjadi tanpa beban untuk menjalaninya. Semua kebetean tersebut untuk kebaikan kita.

Dalam kehidupan rumah tangga pun bisa saja terjadi. Maka niat dan tujuan terhadap apa yang ingin kita lakukan menjadi penting. 

Insya Allah kultum motivasi ini dapat memberdayakan diri kita untuk sadar diri atas apa yang terjadi dan segera dapat memperbaikinya. Kalau tidak diberdayakan sekarang, kapan lagi ?


Menyambut puasa

  Menyambut puasa ? Iya, pasti disambut dengan kalimat Marhaban (agak kearab-araban, tapi nggak masalahlah). Menyambut puasa, maka banyak orang berziarah, mengunjungi sanak keluarga, dan bersih-bersih rumah serta aktivitas lainnya. Ada juga yang mempersiapkan pakaian baru puasa dan makanannya. Tapi jarang sekali yang menyambut puasa itu dengan program yang benar selama berpuasa. Ada sih yang mempersiapkan dan membuat komitmen puasa tahun ini dengan taraweh di berbagai Masjid, mengaji Al Qur'an, menambah ibadah dan amalan.

Sudahkah kita menyambut puasa ? Puasa ya aktivitas puasa untuk menjadi taqwa. Bukan sekedar siap berpuasa di bulan puasa, tapi sudahkah kita berlatih sebelumnya dengan puasa sunnah untuk menyesuaikan suasananya ? Tidak sekedar puasanya tapi program selama puasa, seperti shalat tepat waktu, mengerjakan shalat sunnah dan memperbanyak amal. mengapa ini mesti kita persiapkan ? Agar kita sudah menciptakan kebiasaan. 

BUkan sekedar menyambut puasa saja, selama puasa adalah waktu berlatih untuk menjadi biasa selama 1 bulan. Bisakah kita melakukannya. Bangun pagi, shalat Tahajjud, shalat subuh lebih awal, diikuti dengan membaca Al Qur'an dan tidak tidur lagi, tetap bekerja dengan semangat (tanpa mikir lapar dan haus), memperbanyak ibadah dan amal dan sebagainya. Apa yang diharapkan selama 1 bulan puasa itu ? Kita mesti melanjutkan kebiasaan itu di bulan setelah puasa juga.

Yuk kita mulai merencanakan bulan puasa dengan target yang ingin capai. Sisihkan waktunya dan just do it saja. Ingin sedekah ? siapkan waktu dan persiapannya untuk dijalani di waktu yang tepat dan orang yang tepat. Ingin memperbaiki shalat ? siapkan waktu untuk membaca buku dan mendalami Al Qur'an tentang shalat dan dalam shalat diterapkan ilmunya. Ingin memperbanyak amal ? Siapkan diri tentang amal apa yang ingin diperbanyak dan luangkan waktu untuk mengerjakannya. Ingin mengaji lebih baik ? Siapkan waktu dan ilmu baca dan referensi untuk memahaminya. Ingin berbagi makanan buka puasa ? Siapkan diri dan waktunya untuk berbagi kepada orang yang berhak menerimanya. Semua keinginan itu tidak sekedar keinginan saja, tapi harus berani menyediakan waktunya dan persiapan dengan ilmu yang benar.

Yang terpenting adalah kita sambut puasa dari hari ini seolah kita sudah berada di dalam bulan puasa. Jangan sia-siakan waktu selama berpuasa dan bulan puasa dengan sesuatu yang tidak ada kebaikan (mesti beraktivitas). Awali semua aktivitas itu dengan niat yang ikhlas.

Insya Allah kultum ini dapat memberdayakan diri untuk menyambut puasa dan mendapatkan kebaikan dari puasa. Teruslah memotivasi diri untuk mendapatkan kebaikan dari puasa. 

Jalani dengan kepasrahan ... Tidak mudah

 Kata pasrah itu merupakan langkah terakhir dari upaya yang sudah dilakukan tidak mendapatkan hasil yang sesuai. Tapi ada juga yang membiarkannya situasi tersebut dan beralih kepada aktivitas lain. Selalu diiringi doa agar semua terjadi. Kebutuhan hidup tidak cukup, mau bilang apa lagi ? Pasrah aja dan mengiringinya dengan bersyukur, menerima apa adanya. "Tak ada yang bisa dilakukan lagi".

Kondisi pasrah itu berharap kepada Allah agar persoalan yang dihadapi dapat diberikan jalan keluar. Emangnya sebelum pasrah kemana saja ? Ya berusahalah, tapi hasilnya nggak dapat. Bukankah hasil yang diharapkan itu merupakan izin Allah, yakin nggak sih kita ? Yakin. Yakin apa percaya aja ? Kalau yakin, bukankah kata pasrah tersebut menjadi awal dari semua usaha kita. Kok bisa ? Kata pasrah itu merupakan "menyerahkan diri kita kepada Allah untuk mengikuti petunjukNya agar mendapatkan izinNya". Sudahkah kita melakukan usaha yang sesuai petunjuk Allah ? Jangan sampai kita berharap izinNya tapi tidak mengikuti petunjukNya.

Contohnya, kalau sakit itu datang dari Allah dan Allah pula yang menyembuhkannya. Dalam sabda Nabi Muhammad saw, "sakit itu menghapus dosa". Maka bukan seharusnya kita sudah merasakan sakit yang parah setelah beberapa kali berobat ke mana saja, kemudian pasrah dengan penyakitnya. Kalau ingin izin sembuh, maka mohonlah ampunan kepada Allah dari segala dosa dan kesalahan selama ini. Kemudian mengikuti petunjuk hidup sehat dan berobat ke dokter atas dasar iman. Kepasrahan itu hadir di awal untuk memohon ampunan Allah dan mengikuti petunjukNya. 

Saat ingin mewujudkan keinginan, mulailah memasrahkan diri kepada Allah dengan menyampaikan (doa), apakah keinginan kita dirahmati Allah atau nggak ? Bisa mengeceknya lewat Al Qur'an dan memeriksa niat kita. Lalu kepasrahan itu diikuti dengan memahami apa yang kita inginkan itu kepada Al Qur'an sehingga mendapatkan petunjuk yang benar. Pasrahkan diri kita saat menjalani petunjuk itu kepada Allah. Insya Allah kita dapat mewujudkan keinginan itu dengan melibatkan Allah sejak awal sampai akhir.

Terlepas dari semua itu, kita dapat memulai kepasrahan itu untuk memohon ampunan Allah terhadap apa yang sudah kita kerjakan. Sampaikan mohon ampunan kita kepada Allah dengan mengingat (membayangkan) yang salah dari kita. Apa yang kita alami (tidak mendapatkan hasil) dengan pasrah itu dapat menumbuhkan harapan baru dari Allah. Yakin dan pasrahkan kepada Allah agar kita semakin yakin dengan apa yang kita lakukan.


Apa yang kita dapat kita maknai kali ini adalah kata pasrah bukan sekedar pasrah di akhir usaha kita, tapi kepasrahan itu dimulai sejak awal dengan mengikuti petunjuk karena kita beriman. Kultum motivasi ini tidak lain untuk memberdayakan diri kita agar semakin beriman dan semakin berbahagia

Malam hari

 Malam hari ? Emangnya ada apa ? Ada yang suka dan merindukan, karena ingin menikmati malam hari untuk istirahat dan bertemu keluarga. Tapi ada sebagian kecil yang ingin hari itu bisa lebih panjang, karena mereka ingin bekerja lagi. Sebenarnya karyawan bekerja seharian untuk membahagiakan keluarga. Maka malam hari adalah waktu yang tepat untuk berinteraksi dengan keluarga. Bisa juga interaksi itu di hari Libur, Minggu. Rasanya setiap malam jauh lebih baik daripada hari Libur. 

Malam hari sepanjang waktu itu sudah memberikan kesempatan bagi siapapun untuk menikmatinya. Waktunya sama, tapi ada yang bahagia dan ada yang tidak bahagia. Setiap hari terjadi dan memberi kesempatan, tanpa kita atur. Malam hari terjadi. Apakah kita dapat memanfaatkan waktu malam hari ? Waktu ada, tapi banyak yang menghalanginya. Apa itu ? Fisik kita yang lelah, dan ada kecenderungan kita ingin melepaskan lelah. Kalau sudah begitu maka interaksi keluarga tidak ada, yang berdampak bahagia itu tidak ada. Ada upaya dengan makan malam dan bersih diri agar tubuh lebih fresh. Tapi keadaan yang cukup baik ini masih digoda oleh hal-hal kecil yang mengalihkan fokus kita berinteraksi bersama keluarga. Semua orang sibuk dengan aktivitasnya. Akhirnya interaksi itu sangat kecil, yang ada paling saling menyuruh atau meminta tolong. 

Bisa nggak sih kita menikmati malam hari yang membahagiakan ? Mesti ada keinginan sehingga waktu malam hari itu dapat dimaksimalkan. keinginan itu dapat direncanakan melalui media seperti makan malam, ngobrol abis shalat jamaah,  atau jalan-jalan dan sebagainya. Jika tidak ada media untuk berinteraksi itu, maka semakin tidak mudah terjadi interaksi sekalipun ada waktunya. 

Malam hari dapat memberi ketenangan yang dapat meredam emosional sehingga dapat berpikir jernih. Begitulah Allah menundukkan alam untuk manusia agar bersyukur. Salah satu bersyukur itu adalah berinteraksi bersama keluarga. Apakah kita merasakan nikmat dari bersyukur di malam hari ? Sangat tergantung bagaimana kita memanfaatkan malam hari dengan aktivitas yang bermanfaat. Bersyukur itu mesti diupayakan bukan sekedar "membiarkan" kita beristirahat seiring tubuh yang semakin lemah cenderung malas dan ingin segera tidur (lelah).

Ada kalanya malam hari itu ditunggu banyak orang untuk menikmatinya bersama-sama di warung, resto dan caffe. Media ini sering digunakan untuk saling ngobrol zaman now. Tapi apakah manfaatnya lebih besar dari keburukannya ? Semua orang memiliki sudut pandang yang berbeda. Ada yang menghabiskan gaya hidup tersebut setiap malam, dan kecenderungannya menuju sesuatu yang tidak bermanfaat. Sekali-kali boleh saja, yang penting melibatkan keluarga sehingga diperoleh kebaikan. 

Terlepas dari semuanya, Allah menciptakan malam itu tidak sia-sia. Maknanya ada kebaikan (berupa kesempatan), kesempatan menjadi benar-benar kebaikan jika kita siap dengan fisik yang sehat dan memiliki komitmen yang diwujudkan dalam tindakan (interaksi) berama keluarga. Bayangkan sudah berapa malam hari yang kita lalui ... adakah kita bersyukur dengan mendapatkan kebahagiaan ? Bersyukur di malam hari itu menentukan keadaan kita di pagi hari, untuk memulai kerja (mencari karunia Allah).


Insya Allah kultum kali ini untuk terus memberdayakan diri dan memotivasi diri menjadi semakin baik, mampu melihat kesempatan dan potensi yang ada menjadi menambah nilai diri kita. 

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...