Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

kekuatan Allah dalam diri

Apa yang ada di dalam diri kita ini terasa memang kita yang memilikinya dan berkuasa atas segala halnya. Pikiran (otak) adalah pengendali dari tubuh dan emosi. Jika pikiran (otak) bilang,"tidur !", maka kita pun tidur. Mau makan, mau berjalan dan berbagai aktivitas dikendalikan pikiran.
Itulah pikiran  yang memunculkan kemampuan atau kekuatan yang dapat dilanjutkan tindakan. Tapi bagaimana situasinya pikiran tidak menjadi kekuatan. Seperti apa itu ? Perhatikan saat kaki capek dan lelah, maka tubuh menjadi ikut lemah dan seolah pikiran memaklumi. Pikiran lalu mengajak tubuh untuk istirahat atau tidur. Tapi adakala pikiran menolak ajakan tubuh untuk istirahat, pikiran malah melawan tubuh dengan memerintahkan aktivitas yang mesti dilakukan. Begitulah pikiran yang menjadi pengendali dan pengatur tubuh bisa menang dan bisa kalah. Jika menang maka pikiran menjadi sebuah kekuatan, kekuatan yang mampu beraktivitas.
Saat kita lemah atau sakit ... pikiran dapat memakluminya, tapi pikiran bisa menjadi raja atau pengendali terhadap tubuh yang lemah atau sakit. Pikiran bisa memerintah beraktivitas dengan minum obat terlebih dahulu atau malah membangkitkan semangat dalam beraktivitas atau pikiran memerintahkan tangan untuk memijat bagian yang sakit dan sebagairnya.
Apa saja yang menggerakkan aktivitas kita ? Biasanya tujuan atau tanggung jawab. Karena ada tugas yang harus diselesaikan maka pikiran benar-benar menjadi kekuatan yang memudahkan kita beraktivitas. Atau karena sudah janji dimana kita tidak mau melanggar janji atau ada kepentingan yang kita ingin capai atau juga bisa dari ancaman/keburukan yang kita terima jika tidak dilaksanakan.
Ada cara lain untuk membangkitkan kekuatan pikiran itu, adalah Allah. Bagaimana caranya ? Aktifkan hati kita, hati yang aktif berarti kita connect (nyambung dengan Allah). Hati yang baik bisa membuat seluruh tubuh menjadi baik, termasuk pikiran. Maka apa yang kita kerjakan adalah otomatis dorongan dari Allah. Jika memang dorongan itu datang dari Allah, maka mau nggak mau kita pun harus bertanggung jawab kepada Allah. Dengan kata lain, "bos" dari aktivitas kita adalah Allah. 
Disisi lain saat kita mampu beraktivitas, maka ada kesadaran tentang peran Allah sehingga kita tidak riya dan sombong.
Dengan penjelasan ini kita mampu beraktivitas berkat dorongan Allah (karunia Allah). Jika kita lemah, maka kita wajib menyambung diri kita kepada Allah agar kita disupport Allah dalam beraktivitas. Kita beriman (yakin) kepada Allah Yang Maha Kuat dan Berkuasa, Insya Allah kekuatan itu jadi nyata dengan cara yang baik dan benar.



Malas dan Prasangka buruk

Pernahkah kita bertanya, mengapa kita malas ? Bangun aja malas, mau kerja malas, mau ngapain juga malas. Kayaknya memang sifat manusia jadi malas. Ada dua hal yang bisa bikin malas itu berkurang dan hilang, yaitu keberanian untuk hidup lebih baik dengan adanya impian atau kebutuhan untuk hidup yang bermakna. Solusi Allah sederhana, beriman dan beramal saleh. Iman itu percaya sama Allah dan percaya dengan apa yang disampaikanNya, maka saat beriman konsekuensinya beramal saleh. Beramal saleh itu beraktivitas yang baik, beraktivitas itu melawan malas. Allah mengajak kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan bukan untuk menang tapi menang terhadap diri kita sendiri. Pemenangnya adalah siapa yang banyak kebaikannya dan dirahmati Allah dan siapapun bisa jadi pemenang (BUKAN satu juaranya). 
Malas adalah akibat dari prasangka buruk. Mengapa kita tidak mau kerja ? Umumnya kita berkata,"kerja dan ngga kerja sama aja. Hasilnya sama". ungkapan itu merupakan prasangka buruk yang berakibat pada 'malas" kerja. Semakin malas menambah prasangka buruk itu jadi benar atau banyak prasangka buruk lainnya yang mendukung. Bagaimana jika berprasangka baik kepada Allah, "saya kerja untuk ibadah", maka untuk meraih amalan maka saya jadi beraktivitas (beramal saleh) yang bisa menghilangkan sifat malas. Prasangka yang baik itu adalah keyakinan kita kepada Allah, dan akvitiasnya adalah amal saleh. 
Jadi dengan percaya kepada Allah dan menyakini betul apa yang Allah sampaikan kepada kita sebagai petunjuk, maka muncullah prasangka baik. Prasangka baik bikin kita rajin (tidak malas) karena keyakinan kita itu menuntun kita untuk beramal saleh. Amal saleh itu adalah kerja.
Insya Allah dengan diberinya kita pikiran untuk mampu beriman dan diberikannya tubuh ini agar kita dimampukan untuk beraktiivitas. Aamiin

Pemasangan Solar Water Heater

Seperti apa solar water heater dipasang ? Gambar di bawah ini bisa memberikan gambaran pemasangan solar water heater. Pada dasarnya solar water heater dipasang dalam dua cara :

1. Pemasangan di permukaan rata (dak). Pemasangan dengan cara ini menguntungkan diantaranya mudah dijangkau jika ada kerusakan atau untuk pemeliharaan.
2. Pemasangan di genteng. Pemasangan ini lebih rapi dan memiliki estetika. Tapi mesti memperhitungkan arah sinar Matahari.

Pemasangan untuk lokasi di dak atau genteng harus mempertimbangkan masalah teknis yaitu arah sinar Matahari yang bisa menentukan penyerapan air panas yang sehingga pemasangan yang efisien.  Arah collector yang tidak tepat membuat air panas yang tidak panas dan tidak banyak.                         
Pertimbangan non teknis juga bisa dijadikan alasan untuk menempatkan solar water heater dipasang di lokasi. Untuk pemilihan lokasi Anda sebagai pembeli dapat meminta lokasi yang Anda inginkan dan teknisi memberikan pertimbangan teknis.

SANKEN memberikan bracket (dudukan) solar water heater secara gratis untuk pemasangan dak dan genteng. Untuk mengenal model dengan jenis pemasangannya, SANKEN memberikan kode di huruf terakhir.
Contoh :
SWH - PR 100 P - solar water heater Sanken dengan kapasitas tangki 100 liter, huruf terakhir P (pitch) untuk bracket di genteng
SWH - PR 100 L - solar water heater Sanken dengan kapasitas tangki 100 liter, huruf terakhir L  untuk bracket di dak
Bagaimana jika Anda membeli jenis P (type genteng) tapi dipasang di dak ? Solar water heater ini harus dimodif bracketnya dan memerlukan biaya yang tidak ditanggung oleh SANKEN dengan membuat bracket lokal, biaya berkisar Rp. 600.000 - Rp. 800.000

Dimana lokasi pemasangan yang terbaik ? Di dak lebih disarankan, tapi semua bergantung lokasi. Untuk itu Sanken memberikan pelayanan survey GRATIS bagi Anda yang serius ingin membeli solar water heater.

Kami siap memberikan konsultasi di whatapp : 081310737352     

Buat apa berbuat baik ?

Saat seorang teman ditanya, "kok baik banget sih sama dia ?" dan teman saya menjawab,"saya baik sama dia karena orang tuanya dulu baik sama keluarga kami". Begitulah sekilas pembicaraan tentang berbuat baik. Hampir semua orang ingin berbuat baik dan selalu dikaitkan dengan agama. Berbuat baik itu merupakan kewajiban sehingga ada beberapa orang merasa berat, kalau dibilang terpaksa ya tidak. Tapi untuk berbuat baik itu banyak yang berhitung untung ruginya. Apa yang saya dapatkan ? atau untuk mendapatkan apa ?
Mari kita pahami beberapa hal tentang berbuat baik,
1. Seseorang berbuat baik karena orang lain telah berbuat baik kepada kita
2. Bisa juga saya berbuat baik untuk mengharapkan orang lain berbuat baik kepada kita sesuai apa yang kita inginkan.
3. Ada juga yang berbuat baik ya berbuat baik aja. Tapi biasanya berbuat itu ada dasarnya juga seperti kasihan, mau bantu aja, atau ikhlas
Bagaimana dorongan berbuat baik yang kita lakukan ? Apakah seperti point 1 atau point 2 atau ada alasan lain. Kebanyakan dari kita memang berbuat baik karena point 1 dan 2. Semua itu berujung pada seberapa untungnya buat kita  ? Apa yang terjadi ? Berbuat baik itu menjadi berat ...
Berbuat baik itu tidak saja untuk orang lain tapi juga buat diri sendiri .... apakah ada makna lain. Ada pesan dari Al Qur'an yang berisi "berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kita". Inilah solusi bagi keberatan kita berbuat baik atau berbuat baik dengan ikhlas.
Renungkan pesan tersebut ....
1. Perhatikan apa yang sudah diperbuat Allah kepada kita. Begitu banyak nikmat, petunjuk dan pertolongan yang membuat kita menjadi seperti ini ... banyak sekali dan kita pun tidak bisa menghitungnya (saking banyaknya).
2. Perbuatan baik Allah itu bukan sekedar kebaikan buat kita tapi membuat energi yang ada pada diri kita. Dan energi itu mesti dialirkan kepada pada diri kita sendiri dan orang lain. Energi yang tidak termanfaat membuat diri kita yang menerimanya menjadi buruk.
3. Berbuat baik kepada diri sendiri dan orang lain bisa menyehatkan diri kita secara fisik dan spiritual. Maknanya kita berbuat baik kepada orang lain TIDAK LAGI memiliki kepentingan (menjadi ikhlas). Dan sekaligus berbuat baik kepada orang lain itu telah menunjukan kita berbuat baik pula kepada Allah.
4. Saat kita menerima rezeki berupa pendapatan (gaji) yang Allah izinkan. Maka kebaikan Allah itu (berupa rezeki) mesti dikeluarkan sedekah atau zakat kepada orang yang berhak menerimanya. maka bersedekah bukan bersedekah tapi meneruskan kebaikan Allah itu kepada orang lain (alam semesta) agar kita tidak menjadi "buruk" (tidak bersedekah).
5. Bagaimana dengan pemberian Allah dengan kita menjadi pintar (ilmu dan petunjuk), maka kita sangat membutuhkan aktivitas mengajarkan kembali ilmu itu kepada orang lain. Jika kita tidak mengajarkan maka diri kita menjadi orang sombong (membuat diri kita menjadi buruk).
Saya yakin penjelasan di atas semakin membuka hati dan pikiran kita tentang ilmu Allah yang mutlak kebaikannya buat diri kita sendiri. Masihkah kita mencari ilmu selain Allah ??
Insya Allah kita selalu dituntun dan dbimbing untuk mendapatkan petunjuk Allah yang ada di alam semesta dan di dalam Al Qur'an. 

Semakin tahun semakin meriah

Tanggal 1 Januari pukul 24:00 selalu dirayakan hampir semua orang sebagai tahun baru. Kegemberiaan itu selalu menggoda untuk diikuti bersama teman, pacar, keluarga atau rekan bisnis. Dari tahun ke tahun semua lokasi atau semua orang ingin merayakannya semakin heboh dan semakin baik. Hasilnya adalah senang lalu capek.
Apakah hal itu mesti kita teruskan tradisinya ... "dari dulunya sudah begitu". "nggak ikut dibilang nggak gaul". Hasilnya juga sama SENANG dan CAPEK. Kok mau ya ? Bukankah kita sudah menghabiskan waktu dan tenaga untuk kesenangan dan capek, lalu kita ulangi lagi.
Kita menjadi semakin baik untuk hal-hal yang baik buat kita. Bagaimana jika tahun baru itu tidak sekedar dirayakan tapi jauh lebih penting apa yang mesti saya lakukan mulai tgl 1 Januari itu untuk kebaikan kita.
Jadi seharusnya kita mesti MERAYAKAN setiap kebaikan yang kita jalani dan berhasil. Perayaan ini jauh lebih penting dan bermanfaat daripada MERAYAKAN MALAM TAHUN BARU.
Agar kebaikan itu semakin nyata maka perayaan atas kebaikan setiap hari itu mesti terus-menerus. Boleh dong kita tanya kepada diri kita sendiri,"apa mau hidup seperti yang dulu yang tidak membuat kita semakin baik ?" Ajukan terus pertanyaan ini kepada diri kita sendiri setiap hari ... Insya Allah kita semakin terdorong untuk semakin baik dan merayakannya juga wajib agar menambah semangat untuk semakin baik
Begitulah Allah mengajarkan hidup hari ini lebih baik dari hari sebelumnya. kalau tidak lebih baik maka kita termasuk orang yang merugi. Merugi berarti sudah menghamburkan waktu dan tenaga sia-sia (tidak ada kebaikan). Islam juga mengajarkan jauhi perbuatan yang sia-sia yaitu perbuatan yang cenderung kepada keduniaan.
Soal tanggal 1 Januari tidak mesti juga kita ikuti, kalau sekedar momentum yang menyemangati nggak masalah. Sebenarnya waktu untuk semakin baik itu bisa dimulai kapan saja. Perhatikan saja, PERAYAAN TAHUN BARU yang dimeriahan dengan pesta, musik dan kembang api ... sebagai muslim tidak perlu menyainginya dengan mengisi juga acara di tahun baru itu dengan zikir, ceramah akbar dan sebagainya sampai jam 12:00. Bukankah sebagai muslim diajarkan di waktu malam untuk beristirahat lalu bangun di pagi hari untuk beribadah. Bayangkan seorang muslim yang merayakan tahun baru dengan zikir jadi ngantuk bahkan ketiduran di pagi harinya, bisa jadi ngga bisa bangun dan Subuh kesiangan.
bandingkan saat seorang muslim tidak merayakan tahun baru dan tidur seperti biasanya ... dan bisa bangun lebih pagi. Bukankah aktivitas ini jauh bermanfaat bagi kita untuk beribadah BUKAN ikut-ikutan untuk merayakan dengan cara islam. Nggak salah caranya, tapi waktunya yang ngga tepat bagi kebanyakan orang yang tidak biasa melek sampai dini hari dan bikin susah bangun di pagi hari.
Mari kita berpikir sederhana,"mau tahun baru atau hari baru ... beranikah kita bertanya sudahkah kita menjadi manusia baru yang semakin baik ? Apakah kita pernah merasa senang dengan keadaan kita yang semakin baik ? Rayakan secara personal dan berbagi.
Insya Allah kita selalu diberi petunjuk untuk terus-menerus memahami makna hidup dengan apa-apa yang sudah kita kerjakan agar perbuatan kita selalu mendatangkan kebaikan. Aamiin

Yakin atau Percaya

Yakin dan percaya sepertinya sama, bisa jadi hanya soal Bahasa dan persepsi saja. Jika kita percaya kepada Allah dengan segala kekuasaanNya, maka mengapa kita tidak mengikutiNya ? Kita percaya sesuai dengan pengetahuan yang kita dapatkan, tapi apakah kita yakin di hati ? Saat kita percaya banyak orang yang menjatuhkan diri dari ketinggian pada alas yang empuk TIDAK MEMBUAT ORANG SAKIT. Kita pun melihat sendiri mereka melakukan dan tidak ada masalah. Kita adalah orang yang takut berada di ketinggian, maka kita PERCAYA. Tapi mengapa kita tidak berani melakukannya sendiri ? Diisinilah kita tidak YAKIN.
Begitu pula halnya untuk menjawab bahwa kita sebagai muslim masih bisa benar-benar taat kepada Allah. Maksudnya adalah kita belum beriman … belum YAKIN tapi sudah percaya. Hati kita belum utuh kepada Allah, karena bisa jadi ada beberapa hal yang merusak hati itu diantara dosa kita, kelalaian kita dan tidak patuhnya kita untuk mengikuti petunjuk Allah (bahkan tidak pernah membaca petunjuk Allah). Perhatikan saat kita belum YAKIN dalam bersabar, maka kita berhenti untuk sabar karena berbagai alasan,”sampai kapan saya sabar dengan keadaan ini”. Saat kita PERCAYA maka kita tahu bahwa kesabaran itu tidak ada ujungnya dan buah kesabaran itu manis. Tapi saat kita menjalani yang sebenarnya, “kok sabar itu berat dan susah”, ada pikiran lain yang mengajak untuk tidak sabar lagi karena sepertinya ada angan-angan yang memberi solusi lain selain sabar. Bisa karena ilmu yang kurang atau salah yang bisa menyebabkan kita sulit sabar lalu menjadi tidak sabar. Inilah situasi yang menentukan apakah kita YAKIN atau tidak ? Kesabaran itu selalu mengajak hal lain dalam diri kita seperti mengajak kita selalu mengevaluasi dan memperbaikinya, mengajak kita menyempurnakan ilmu sabarnya, mengajak kita untuk terus konsisten dengan harapan Allah, mengajak pula semakin banyak ibadah (shalat) dan banyak lagi. “Mintalah pertolongan kepada Shalat dan Sabar”. Kunci keYAKINan kita adalah tuntasnya persoalan yang kita hadapi.

Terus gemana dong kalau kita yang hanya sebatas PERCAYA tapi belum YAKIN ? bersyukurlah bahwa modal PERCAYA yang kita miliki dengan semakin banyak melakukan ibadah hati agar semakin terbuka hati kita dan diizinkanNya memperoleh hidayah untuk YAKIN kepada Allah. Memohonlah dengan doa agar kita selalu dilindungi dan dibimbing untuk mendapatkan IMAN itu (keYAKINan).

Lapang dada

Orang yang bahagia itu orang yang memiliki hati yang lapang. Perhatikan saat kita memiliki hati yang lapang, keburukan yang kita alami menjadi baik dimata kita. Kita menerima dengan ikhlas apa yang kita alami dan berusahan untuk memperbaiki keadaan menjadi semakin baik sabar dalam ketaatan kepada Allah. Sebaliknya kita yang lapang dada mampu menerima keadaan yang baik untuk disyukuri, tidak sombong dan semakin taat dalam mensyukurinya dengan banyak berbagi.
Sudahkah kita lapang dada ? Lapang dada mesti kita usahakan dengan ketaatan kepada Allah dan berdoa agar diizinkanNya. Selama menjalani ketaatan itu sudah membuat Allah Bersama kita, semakin taat semakin yakin Allah Bersama kita dan lapang lah hati ini.
Jalani ketaatan itu dalam kerja … dimana saat kerja kita mengerjakan apa yang diperintahkan Allah, berbicara yang baik dan benar, memberi yang terbaik yang kita miliki baik itu ilmu, tenaga, materi untuk orang lain, bertanggung jawab atas apa yang kita kerjakan, mengerjakan dengan ilmu yang benar, selalu ingat waktu untuk beribadah, berlaku santun dan sebagainya.

Lapang dada membuat kita bahagia dan hidup dalam lindungan Allah. Berani nggak ? Just do it.

Kalau bukan karena karunia dan rahmatNya

Apa yang terjadi pada diri kita saat ini ... cenderung kita katakan karena kita sendiri yang melakukannya. Perhatikan saat kita makan, kan karena kita bisa makan dimana tangan dan mulut dikontrol dari kita sendiri. kita berjalan bukankah karena kita yang menggerakkan kaki kita sendiri. Apalagi ya ... kita berpikir seolah kita yang mengendalikan pikiran ini.
Jika direnungkan lebih dalam .... sepertinya tidak ada peran Allah. Apakah ini yang kita sebut "saya beriman kepada Allah" ? Mestinya tidak begitu, "saya beriman kepada Allah maka saya pun sadar kekuasaan Allah ada pada setiap langkah kehidupan saya dan setiap nafas saya". Bahkan kita pun sering mengucapkan "tanpa daya dan kekuatan hanya dari Allah", tapi faktanya tidak demikian


 Kita pun memulai kehidupan ini dengan lahir ke dunia ini seperti tidak merasa ada apa-apa. Iya lahir aja dari ibu kita. Kita bahkan tidak merasa apapun.
Allah memberitahu kita lewat Al Qur'an ... Kalau bukan karena karunia dan rahmatNya semua ini terjadi atas izinNya.
Di dalam surah An Nuur, surah ke-24 Allah mengulangi makna kalimat judul di atas sebanyak 3 kali pada ayat 10, 14 dan 20

 وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ وَأَنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ حَكِيمٌ ١٠
10. Dan andaikata tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atas dirimu dan (andaikata) Allah bukan Penerima Taubat lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan mengalami kesulitan-kesulitan)

وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ لَمَسَّكُمۡ فِي مَآ أَفَضۡتُمۡ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ ١٤
14. Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu

وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ وَأَنَّ ٱللَّهَ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ ٢٠
20. Dan sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar)


Bukankah kita tidak dibiarkan begitu saja untuk hidup. Tapi diminta pertanggungjawabannya kepada Allah. Oleh karena itu karunia dan rahmat Allah itu mesti disyukuri dengan mengerjakan apa yang diperintahkan.
Bayangkan apa yang sudah kita kerjakan selama ini lebih banyak tidak taatnya, lalu apakah ketidaktaatan itu tidak ada balasannya ? Pasti ada.
Mulai lalai meninggalkan shalat tepat waktu, tidak ikhlas kerja, tidak ikhlas berbagi, tidak jujur, malas, marah, mau menang sendiri, ngikutin godaan syetan, cenderung pada dunia, melakukan banyak kesalahan dan dosa sepanjang hidup kita. Jika dihitung maka timbangannya berada di kiri kita alias banyak dosanya.
Lalu beranikah kita bertanya pada diri sendiri, kok saya masih ngga di apa-apain sama Allah ? Kok seolah kita ini sudah benar imannya ? 
jawabannya adalah Karena karunia dan rahmat Allah lah kita masih tidak dibalas di dunia setimpal dengan apa yang kita sudah perbuat. berprasangka baik dengan sadar atas apa yang kita alami adalah Allah memberi kesempatan untuk merubah segalanya dengan ketaatan kepadaNya.
Syukur-syukur dosa kita sudah diampuni karena ibadah dan amal kita yang sedikit.
Begitu juga dengan keinginan kita yang belum terkabul, bisa jadi doa kita yang dikabulkan Allah pun merupakan berkat karunia dan rahmatNya. Karena banyaknya doa yang kita inginakan belum sebanding dengan amalnya (ketaatannya).
menyadari keadaan ini sangat baik buat kita untuk selalu memperbaiki iman kita semakin baik. Insya Allah kita selalu diberi petunjuk dan bimbingan untuk selalu taat kepadaNya. Aamiin






































Balas kejahatan dengan kebaikan

Judul di atas tidak mudah dilaksanakan. Apakah kita siap membalas kejahatan atau keburukan yang menimpa kita dengan kebaikan ? Pesan ini baik dan secara manusia hampir membalas keburukan atau kejahatan dengan hal yang sama atau bahkan lebih buruk lagi. Terus mengapa pesan itu disampaikan Allah kepada kita lewat Al Qur'an ?
Hampir setiap hari kita menerima pesan yang baik baik dari ucapan kita sendiri atau dari orang lain. Tentunya pesan itu untuk diamalkan sehingga kita menjadi semakin baik. Atau pesan baik itu sudah menjadi pencitraan diri dalam pergaulan kita.
Duduklah dengan tenang dan sabarlah untuk memahami makna pesan di atas,"balas kejahatan dengan kebaikan". Boleh kita bertanya pada diri sendiri :
1. Mengapa kejahatan mesti dibalas dengan kebaikan BUKAN dengan kejahatan lagi. Tanpa melihat latar belakang yang berbuat jahat dan melihat hasilnya ke depan, maka jika kejahatan dibalas dengan kejahatan maka tidak pernah selesai urusannya. Bahkan semakin menambah masalah baru. Saat kita dimarahin orang, lalu kita balas dengan memarahinya lagi. Orang yang berbuat marah bisa semakin marah dan terus aja saling memarahi.
2. Tidak ada orang yang ingin bermasalah, maka jauh lebih baik untuk menyelesaikan masalah dan begitulah Allah mengajarkan. "boleh saja membalas keburukan orang lain dengan nilai keburukan yang sama, tapi jika kita bisa bersabar menjadi lebih baik di sisi Allah". Jadi balaslah kejahatan itu dengan kebaikan.
Bagaimana caranya ? Jika kejahatan atau keburukan itu berupa fisik (seperti memukul) berusahalah untuk menghindar dan jika kejahatan itu bukan fisik maka kita cukup diam dan berdoa untuk kebaikan orang yang melakukan kejahatan
3. Tidak ada orang yang suka dengan kejahatan, apalagi menimpa dirinya. Misalkan dirampok atau ditipu atau dipukul atau berupa keburukan seperti sakit, dihina dan sebagainya. Ingat pesan dari Allah juga mengatakan,"setiap manusia tidak dizalimin kecuali dia sendiri yang menzalimin dirinya sendiri dari perbuatan buruk (ketidaktaatan kepada Allah)" dan "setiap dosa dibalas Allah sekecil apapun. Dan keburukan yang kita lakukan pasti dibalas Allah dan kita sendiri yang bertanggung jawab". Atas dasar itulah bahwa kejahatan yang kita terima bisa jadi adalah balasan atas ketidaktaatan kita kepada Allah atau Allah menguji kita dengan kejahatan ...jika hal ini yang terjadi maka kita lakukan seperti point 2. Tapi kita bisa mencegah atau meminimalkan kejahatan yang terjadi pada diri kita dengan BANYAK BERBUAT KEBAIKAN YANG TERUS-MENERUS.
4. Lakukan kebaikan setiap hari agar kita memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat.
Alhamdulillahi rabbil alamiin, atas petunjuk yang Engkau berikan kepada kami hari ini dan mampukan kami untuk mengamalkannya.
Insya Allah dengan pemahaman sedikit demi sedikit kita selalu diberi petunjuk dan kemampuan untuk menjadi manusia yang semakin baik hari ini.

Sampai jumpa lagi ...

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...