Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Semangat itu pemberian Allah

Pernahkah Anda kerja tanpa semangat ? Saya yakin pernah, tapi pertanyaannya adalah apa yang dirasakan kerja tanpa semangat ? Memulai kerjaannya aja udah males, ogah-ogahan dan kerja seperti tak ada energi, dan hasilnya tidak memuaskan. Keadaan seperti ini tidak ingin Anda alami lagi. Kemudian Anda terus berupaya keras untuk memunculkan semangat. semangat itu dekat dengan perasaan senang.
Berbagai cara dilakukan untuk mengemangati diri kita, diantaranya :
1. membuat dan mengucapkan kata-kata semangat seperti, "saya bisa" dan sebagainya
2. Menempelkan foto-foto atau tulisan yang menyemangati di kamar atau di ruang pribadi Anda
3. Membuat tujuan yang  jelas seperti saya kerja untuk keluarga, saya kerja untuk cari duit, saya kerja untuk karir dan sebagainya
Semua itu kita lakukan dengan sungguh-sungguh dan hasilnya ada tapi tidak menggembirakan. Semangat itu selalu kita upayakan terjadi karena ada yang kita inginkan. Bahkan sampai hari ini kita masih melakukannya .....hasilnya semangat itu tidak kuat dan mudah berubah. Apa yang kita dapatkan belum membuat kita puas.
mari kita perhatikan bahwa semangat itu yang sebenarnya bisa menjadikan kita kerja dengan sepenuh hati. Dengan semangat,
1. seseorang memiliki energi luar biasa sehingga mampu mengerjakan pekerjaan yang berat sekalipun tidak memiliki fisik yang kuat.
2. Seseorang mampu mengerjakan pekerjaan dengan ilmu dadakan sekalipun tidak memiliki ilmu atau sekolah yang mendukung
3. Seseorang mampu mengerjakan sesuatu pekerjaan sekalipun tadinya tidak bisa (tidak memiliki ketrampilan).
Semangat bersemanyam di tubuh kita menjelma sebagai energi luar biasa ..... sepertinya waktu itu tidak ada batasnya dan seperti energi yang tak pernah habisnya serta menciptakan perasaan senang menghadapi apapun.
Jika ada pertanyaan, apakah yang terjadi saat kita sadar dari kesalahan ? adakah semangat untuk memperbaiki kesalahan itu ? iya ya ada semangat. Semangat itu tidak perlu dicari tapi merupakan pemberian Allah. Kok pemberian Allah ? Saat kita beriman atau sadar kepada Allah, maka Allah memunculkan semangat dan semangat ini berbeda dengan semangat di atas. Inilah semangat sepenuh hati ..... yang menjadikan kerja, aktivitas, ibadah dan kerja kita menjadi bernilai. Jika Anda belum percaya ... renungkan dan buatlah diri Anda dalam keadaan sadar kepada Allah ? Contoh  Ingat mati maka ada semangat. Semangat tanpa kerja atau aktivitas menjadi tidak berarti. Terus apa yang harus kita kerjakan ? Kita percaya kepada Allah dan kita tahu Allah dari kitabNya yaitu Al Qur'an. Maka banyaklah membaca Al Qur'an agar kita tahu apa yang seharusnya kita kerjakan (termasuk hadist).  Didalam Al Qur'an ada janji-janji Allah yang memunculkan kita semangat mengerjakannya.
Kesimpulannya, mau semangat ? Percayalah kepada Allah lalu ikuti dengan membaca Al Qur'an agar kita tahu apa yang seharus kita kerjakan. Apa yang kita kerjakan (ibadah dan amal saleh) menjadi tempat semangat yang muncul itu menjadi energi dan mampu memelihara semangat itu sendiri.
Insya Allah kita diberikan selalu hidayah untuk terus meningkatkan iman yang ada di hati ini. 

Berdoa atau beramal dicintai Allah

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). (QS An Naml, 27 :62)

Kita sudah sering diajarkan berdoa sejak kecil, jika ada kesulitan berdoalah, karena Allah pasti membalasnya. Setelah dewasa berdoa bagian penting dalam hidup kita karena kita sudah mengalami berbagai macam masalah. Berdoa dijadikan pula sebagai solusi dan kita selalu berharap Allah memberikannya. Karena keseringannya kita fokus pada doanya, maka saat doa itu belum dikabulkan muncullah rasa "kecewa". Begitulah doa dijadikan fokus dalam kehidupan kita
Bagaimana jika kita perhatikan ayat di atas."Menang benar doa kita dikabulkan oleh Allah dan diakhir ayat difirmankan amat sedikit kamu mengingatiNya" ? Amat sedikitlah kita mengingat Allah, artinya amat sedikitlah kita berbuat baik dan ibadah. Yang jadi pertanyaan adalah Allah mengabulkan doa kita, apa yang menyebabkan Allah mengabulkan doa kita ? Allah mengabulkan doa kita karena Allah sayang sama kita. Untuk disayang Allah maka kita pun diingatkan untuk selalu ingat Allah. Ingat Allah diaplikasikan dengan berzikir, beribadah dan beramal saleh. Jadi mari kita ubah fokus kita dengan banyak mengingat Allah agar Allah berkenan atas doa yang kita sampaikan.

Ingatlah Allah maka Allah pun ingat kepada kita, banyak berzikir, beribadah dan beramal saleh yang ikhlas agar Allah ridha. Insya Allah doa yang kita panjatkan menjadi mudah bagi Allah jika Allah berkenan.
Sebelum berdoa fokuskan diri kita kepada Allah dengan banyak amal yang Allah ridhai.
                                                                                   

Mulailah dari saat ini

Seorang teman dan sahabat bertanya,"kok susah kali berubah itu, gemana caranya ?"Pertanyaan ini termasuk susah dijawab karena memang saya pun pernah mengalamiya. Ada banyak nasehat dan terkadang sudah memulai tapi setelah itu menjadi berhenti.
Bukan nasehat tapi tak salah pula untuk kita renungkan :
1. Perubahan itu BUKAN merubah orang lain atau lingkungan. Tapi yang berubah itu diri kita, lalu dengan kita berubah maka sekitar kita melihat lingkungan (yang didalamnya da kita) jadi berubah. Mana yang mudah merubah diri kita sendiri atau orang lain (lingkungan) ?
2. Merubah diri kita sendiri itu BUKAN untuk dinilai atau dihargai orang lain. Maka dari itu ubahlah diri kita yang menurut kita saja. Apa yang mau diubah maka ubahlah.
3. Merubah yang buruk susah sekali, lalu karena yang buruk itu sudah menjadi kebiasaan atau bahkan karakter. Misalkan merubah kebiasaan tidak merokok. Susah banget ! Lihat orang merokok pengen merokok lagi, melihat penjual perokok udah ada keinginan merokok dan apa saja yang berbau merokok membuat kita kembali merokok. Karena susah merubah yang buruk itu, maka berpikirlah melakukan yang baik saja dan jadikan kebiasaan itu kebiasaan baik yang baru. Bukankah setiap kita melakukan kebiasaan baik maka tidak waktu untuk melakukan yang buruk. "kebaikan itu menutupi keburukan".
4. Bagimana caranya untuk melakukan yang baik untuk konsisten ? Disinilah sebetulnya komitmen kita diuji atau kegigihan kita diuji apakah kita benar-benar ingin berubah ? Jika konsisten maka perubahan terjadi. Bayangkan jika Anda ditanya bisakah Anda berbuat baik 1 tahun ? Bisa tapi sulit. Bagaimana kalau diberi waktu 1 bulan ? atau 1 minggu ? atau 1 hari ? atau 1 jam ? Bisa lah, tapi diusahakan. Tapi pertanyaan itu saya ulang dengan waktu berbeda, bisakah Anda berbuat baik dalam 1 detik ? Insya Allah pasti bisa. Lalu saya tanya lagi, bisa nggak satu detik lagi ? Bisa. Hikmahnya hidup ini adalah detik ini, satu jam itu 60 kali satu detik dan seterusnya. Jadi pikiran dan perasaan kita dapat menjadi ringan untuk memulai sekarang atau saat ini dan lakukan lagi dan lagi.
5. Ada yang bilang, tujuan berubah yang mampu menggerakkan kita berubah dengan kerja dan kerja. Tapi banyak orang yang memiliki tujuan atau keinginan membuat orang itu tertekan dan demotivasi. Karena yang menjadi fokusnya adalah hasil yaitu tujuannya tercapai. Bagaimana kalau kita bersyukur aja dengan melihat apa yang kita miliki saat ini dan kerja (berbuat amal saleh) untuk hasil yang semakin baik. Hasil yang semakin baik itu menjadi harapan kita hanya kepada Allah dan berharap Allah meridhaiNya dan mengabulkannya. Keinginan dipacu oleh nafsu yang dibalut oleh syetan dan cenderung kepada keburukan tapi harapan dengan selalu bersyukur memberi dampak baik bagi kesehatan dan selalu dalam lindunganNya.
6. hati-hati saat kita melakukan perubahan atau kebaikan, karena ada yang bisa merusaknya yaitu diri kita sendiri. Kok bisa ? Seringkali apa yang sudah kita mulai .... jadi berhenti karena
a. kita merasa belum ada hasilnya. Beginilah kita selalu ingin hasil seketika dengan apa yang baru kita kerjakan. "saya sudah kerja luar biasa, kok gaji nggak naik juga ?" atau "saya sudah shalat tapi kok belum dikabulkan ?" Renungkan sesaat bahwa apa yang terus kita lakukan sudah membuat diri kita percaya bahwa apa yang kita kerjakan itu sesuatu yang baik dan menambah semangat dan berprasangka yang baik.
b. kita sering melihat orang lain, "orang tidak nggak ngapa-ngapain tapi banyak yang dia dapat". atau kita melihat orang lain dengan perbuatan buruknya tetap saja memberikan hasil yang memuaskan. Tapi saya tidak ?
c. Kita pun sering terpeleset saat sudah melakukan yang baik digoda syetan dengan kesombongan. "tuh saya kan lebih baik dari kamu, saya sudah ini dan itu sedangkan kamu ...." Allah tidak suka sama orang yang sombong. Orang sombong biasanya tak lagi melakukan yang baik tapi lebih banyak bercerita kesuksesannya dan suka memberi nasehat.
7. Jadikan apa yang kita lakukan hanya untuk Allah, ikhlas. Insya Allah kebaikan demi kebaikan terus kita lakukan.
Insya Allah kita selalu diberi petunjuk oleh Allah dan dimampukanNya untuk berani memulai kebaikan dan terus dibimbing untuk istiqamah.

Menerima apa yang kta alami

Sebuah keinginan dan harapan hidup yang lebih baik menjadi idaman semua orang, apalagi seseroang yang mengalami masalah yang belum selesai. Solusi yang ada di pikiran kita terus bergelora dan ada peluang yang diberikan orang sehingga solusi itu pun menjadi harapan sekaligus keinginan kita. Usaha dan doa terus dijalankan sampai kita menerima hasilnya.
Bersikap positif dan berhatap hasil sesuai dengan apa yang kita harapkan .... tapi hasil berkata lain. Solusi itu ternyata diberikan Allah. Langkah terbaik adalah menerima kenyataan itu dan terus berpikir prasangka bahwa Allah mau memberikan solusi yang terbaik buat kita, Seiring itu kita pun mesti berpikir bahwa solusi yang menurut kita mujarab untuk menyelesaikan masalah TIDAK SELALU benar. Yang Maha Tahu adalah Allah. Tak lupa seiring prasangka baik itu kita pun mesti banyak meminta ampun karena, karena bisa jadi apa yang Allah lakukan dengan takdirNya kepada kita merupakan balasan atas kesalahan kita selama ini.
Belajarlah menerima BUKAN sekedar menerima tapi benar-benar kita mengevaluasi takdir Allah kepada kita :
1. Yang pasti hasilnya sudah terjadi dan tidak bisa diubah, yang bisa merubahnya adalah Allah.
2. Karena yang merubah hasil itu adalah Allah maka kita mesti mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan, apakah sudah benar caranya ? Maka Allah menunggu hasil evaluasi kita dan mulai memperbaikinya. Perbaikan yang kita lakukan bisa jadi menjadi pertimbangan bagi Allah untuk memutuskan hasilnya.
3. Bisa juga tanpa perlu mengevaluasi kesalahan atau dosa masa lalu kita, maka hasil apapun mesti membuat kita semakin sadar untuk terus memperbaiki tindakan dan ibadah kita kepada Allah. Kita berharap dengan ibadah dan kerja kita dapat diridhai Allah sehingga kita berharap Allah berkenan untuk memberikan hasil yang kita inginkan.
dengan kata lain, jika takdir atau fakta yang kita alami saat ini yang tidak sesuai dengan harapan kita berarti kita diminta terus menggali hikmat atau yang tersirat dari takdir tadi. Dengan prasangka baik dan pikiran positif, Insya Allah kita dibimbing dan diberi petunjuk untuk mendapatkan kebaikan dari takdir tersebut

Jujur pada diri sendiri ..

banyak pesan yang kita terima dan kita pahami belum tentu dapat kita laksanakan. Salah satunya adalah "belaku jujur aja". Memang kata jujur seperti ingin mengatakan sesuatu apa adanya yang secara logika tidak salah apalagi hati, tapi yang jujur itu menjadi sulit karena emosional kita dan kekhawatiran kita tentang setelah itu bisa berakibat buruk menurut kita. Secara umum jujur terlihat dari kejujuran kita kepada orang lain.
Seorang salesmen begitu sulit untuk berkata tentang produknya, kalau produknya bagus kejujurannya bisa banyak karena baik itu tidak merugikan salesmennya. Jika produknya tidak terkenal dan memang kurang berkualitas maka ada banyak cara untuk berjualan dengan selalu menutupi kelemahan produk itu sendiri. Yang ditakutkan seorang salesmen adalah tidak terjadi penjualan jika jujur dalam berjualan sehingga seorang salesmen yang tugasnya berjualan membuat dia untuk "berkata yang bukan semestinya untuk terjadi penjualan (rezeki Allah)". Apakah ini cara yang dibenarkan Allah dalam berjualan mencari rezeki ?
Demikian juga Seorang suami atau isteri tidak mau jujur kepada pasangannya karena takut hubngan suami-isteri jadi berantakan. Perasaan dan emosional kitalah yang menghambat kita untuk jujur dengan menunjukkan persoalan yang bisa muncul nantinya.
kejujuran itu urusan hati kita sendiri, tapi yang penting kita mau belajar untuk jujur. Bagaimana caranya ? Bisa jadi untuk jujur kepada sorang lain lebih susah
  1. Harus memulai intrspeksi diri tentang apa yang sudah kita lakukan sampai hari ini, khususnya 1 minggu lalu. Ingatlah apa saja yang kita perbuat. kalau agak sulit, kita bisa melakukannya saat sadar karena lihat kejadian atau sangaja merenungkannya
  2. Jika berani, memohonmaaflah kepada orang yang pernah kita perbuat                                                                      
Tetapi dua hal diatas pun masih sulit untuk kita lakukan, seolah kita ini salah dan jika kita minta maaf itu seakan-akan menurunkan harga diri kita. Yang lebih ditakutkan lagi adalah berbagai hal buruk bisa menimpa kita. Terus apa yang harus kita perbuat ? Diam saja atau cuek aja ... tapi kita masih bisa menasehati diri kita sendiri untuk berlaku jujur, yaitu jujur pada diri sendiri.

Jujur pada diri sendiri menjadi langkah awal untuk menjadikan semakin baik dalam hidup ini. Misalkan kita tidak jujur mengatakan pada orang lain tentang kehidupan kita. Apa yang kita alami tentang kehidupan kita itu umumnya "jelek" atau "rendah". Maka kita tutupi agar tidak membuat kita seperti itu. Maka jujur pada diri sendiri mendorong diri kita untuk mulai menyadari keadaan "jelek" tadi dan berani memperbaiki diri sendiri dari waktu ke waktu. Alhasil kehidupan yang jelek tadi berubah menjadi baik.
Contoh sederhana, setiap pagi kita terlambat datang ke kantor, maka dengan mudah kita digoda untuk tidak jujur dengan mengatakan,"saya terlambat karena jalanan macet". Alasan itu menjadi tameng kita agar tidak dibilang karyawan jelek dan sebagainya. Jika kita jujur semakin parah lagi persepsi teman dengan mengatakan "kita terlambat karena kita bangun kesiangan". Mulailah jujur pada diri sendiri, maka kita harus berani mengatakan pada diri sendiri,"bangun siang itu salah dan berdampak buruk, dan Allah pun tidak suka karena shalar subuh kita terlambat". Dari jujur terhadap diri sendiri ini membangkitkan semangat untuk bangun lebih pagi lagi agar Allah sayang sama kita. keadaan ini menyemangati kita mengoreksinya dan mau bangun lebih pagi lagi. Dengan usaha yang sungguh-sungguh (beramal saleh) yang didukung keyakinan kepada Allah agar kita benar-benar bisa melaksanakan perubahan dengan bangun pagi, Insya Allah usaha ini dirahmati Allah. Bangun deh kita lebih pagi. Dan persepsi di kantor pun menjadi berubah terhadap kita. 
Insya Allah jujur pada diri sendiri harus membangkitkan semangat untuk mengerjakan yang baik dan itu amal saleh. Dan amal saleh itu semakin membuat kita yakin kepada Allah, karena jujur bukan jujur saja tapi kita percaya bahwa kejujuran adalah perintah Allah.

Dimana Allah ?

Pertanyaan di atas dapat direnungkan untuk mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan selama ini. Karena dulunya diajarin di sekolah terutama sekolah umum dan berlanjut ke kuliah atau lebih tinggi lagi, maka terbentuklah bahwa ilmu itu dipelajari dan dapat diraih dengan ketekunan. Dengan ilmu itu dan pengalaman kita dapat menuntun kita untuk meraih keinigjnan. Dimana Allah pada proses ini ? Seperti Allah hanya menjadi alat untuk memudahkan kita mendapatkan ilmu, kita belajar dan berdoa agar memperoleh ilmu. Setelah itu ilmu yang kita peroleh pun menjadi dasar kita bertindak atau berusaha untuk meraih apa yang kita inginkan. Dimana Allah ? Sekali lagi Allah ada menjadi pendorong dikabulkannya keinginan kita dalam doa. Berusaha dan berdoa.
Pengalaman dari sejak kecil itu sampai sekarang terus mengkristal menjadi karakter kita, bagi kita yang muslim. Bukankah Allah tempat kita bergantung, sumber ilmu dari Allah dan izin kelancaran berusaha pun datang dari Allah,"tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah". Bagaimana dengan Al Qur'an sebagai referensi mutlak dan menjadi referensi ilmu yang benar dalam kehidupan kita ? Kita hanya membaca dan memahaminya sebagai petunjuk dalam beragama. Sedangkan di zaman dahulu ilmuwan muslim mendapatkan ilmu dari Al Qur'an dan banyak ilmuwan Barat sudah membuktikan kebenaran AL Qur'an. Begitu kehidupan kita yang dominan oleh kehidupan dunia tanpa menempatkan Allah sebagai sumber segala hal.
Kita kerja mencari rezeki, kita pun berdoa untuk dimudahkan dalam meraih rezeki. Tapi mengapa kita tidak berpedoman kepada Al Qur'an dalam meraih rezekiNya ? Kita mencari cara-cara dari pengalaman seseorang yang sudah sukses. Ada persepsi yang terbangun,"emangnya shalat bisa menghasilkan uang ?" Persepsi ini membentuk pola pikir lanjutan untuk tetap shalat tapi harus ada cara-caranya. Dengan bekal mencari ilmu sampai kerja di atas selalu menuntun kita untuk belajar yang seolah bukan dari Al Qur'an sehingga kita lalai dari Allahnya.
Bukankah salah satu faktor kesuksesan yang kita raih itu adalah disiplin, pengetahuan disiplin dapat dibentuk dari shalat kita. Disiplin dalam bekerja dengan sepenuh hati yang diajarkan pula dalam shalat yang ikhlas. Bahkan di dalam Al Qur'an itu sudah banyak hal yang tidak terduga oleh kita setelah membacanya, kita mendapatkan petunjuk dan kebaikan yang diberikan Allah. Hal ini sudah dibuktikan oleh beberapa ilmuwan yang masuk Islam karena mempelajari Al Qur'an.
Insya Allah kita diberi hidayah dalam memahami Al Qur'an untuk menuntun kita menjadi muslim yang benar. Teruslah membaca, memahami dan mempraktekkan/mengamalkan apa yang sudah kita baca dan berharap Allah selalu bersama kita dalam setiap langkah kehidupan kita. Kita mencari rezeki Allah berarti kita pun mesti percaya Allah yang memberikanNya lewat alam semesta dan makhlukNya, untuk itu kita pun mesti mengikuti aturannya. Disinilah kita menempatkan Allah selalu yang pertama dan utama.

Yang kita lihat hanya depannya aja

Terkadang diantara kita sering mengalaminya, melihat seseorang punya mobil mewah. Saat itu kita bilang,"hebat ya". Hal inilah yang mendorong kita juga ingin seperti orang itu, "memiliki mobil mewah". Apa yang terjadi selanjutnya,"kita berusaha dengan cara kita untuk memiliki seperti yang dimiliki orang tersebut". Disinlah awalnya yang membuat kita bermasalah. Kok bermasalah ? Bukankah kita mulai berusaha maksimal dengan kerja keras untuk menjadi seperti teman kita, salahkah itu ? Tidak salah dan bahkan ada semboyan,"bercita-citalah setinggi langit" dan ada slogan "saya bisa". Semua ini mendorong kita untuk bisa menjadi seperti orang yang kita lihat. Saat kita berkeinginan memiliki mobil mewah seperti orang yang kita lihat membuat kita menjadi lebih maju dan kemajuan itu bagus
Tidak salah seharusnya benar, tapi bisa jadi tidak tepat. Apakah kita hatus memiliki mobil mewah seperti teman kita ? Tidak mesti kan. Mari kita membaca yang tidak terlihat agar kita bisa mengambil hikmahnya.
1. Tujuan membeli mobil mewah itu untuk apa ? Untuk menjadi sombong, untuk transportasi atau untuk aktivitas usaha atau yang lainnya.
2. Darimana teman kita membeli dan apakah mobil itu hadiah atau dibeli dengan hutang ? atau mobil tersebut mobil kantor
3. Apa jabatan atau status teman kita ? sebagai karyawan, pengusaha, atau lainnya
4. Bagaimana sifat teman kita ? Karena sifat atau karakter menjadi penentu bagaimana mobil mewah itu dimanfaatkan.
5. bisa juga yang Anda pikirkan lain dari 4 hal di atas
Dari pertanyaan di atas kita bisa mengambil hikmahnya ...
Kita membeli sesuatu ada tujuannya, jika tujuan kita untuk transportasi maka kita bisa membeli mobil yang sesuai kantong kita, hindari untuk berhutang, atau mencicil yang tidak memberatkan kita. Atau kita memang memegang amanah untuk tidak berhutang dengan menabung terlebih dahulu dengan memaksimal kerja kita. Cara inilah yang mengantarkan kita kepada rasa syukur kepada Allah, persoalan memiliki mobil hanyalah izin dan ridha Allah saja. Jika Allah berkenan maka semua bisa dipenuhiNya.
Agar kita pun bisa mensyukuri pembelian mobil, maka kita mesti belajar dan siap memiliki akhlak yang benar selama memiliki mobil. Sebelumnya kita pikirkan jika sudah memiliki mobil :
1. Mobil itu perlu BBM, sudah siapkah kita dengan uang untuk membeli BBM. Jangan-jangan uang kita pun sudah ngga cukup. Jika ini terjadi maka sering kali kita cenderung pelit untuk menggunakan mobil untuk keperluan yang baik atau lainnya dan menjadi perhitungan setiap menggunakan mobil. Apakah keadaan ini kita senangi sebagai hamba Allah ? Atau kita siap berubah dimana tadinya kita orang yang tidak begitu menjadi pelit dan perhitungan.
2. Mobil itu perlu perawatan seperrti oli, sekali lagi masalah uang. Apakah kita sudah siap ? Atau bahkan kita tidak ingin mobil itu digunakan yang akhirnya banyak diparkir di rumah karena takut rusak dan sebagainya.
3. Apakah aktivitas kita dan akhlak kita sudah siap untuk memiliki mobil, memiliki uang cukup untuk menggunakan mobil, mempunyai aktivitas yang memang memerlukan mobil dan kita pun memiliki sikap yang baik dengan mobil yang kita miliki untuk segala kemungkinan.
Sudahkah kita berpikir dan merenungkan sesuatu yang terlihat dengan membaca yang tidak terilhat, begitu lah Allah mengajari kita untuk bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki. Jika sudah bersyukur maka Allah tambah nikmatnya dan sebaliknya tidak bersyukur kata Allah tunggu azabNya. Memliki sesuatu atau mobil juga menjadi bagian ilmu dan petunjuk Allah.
Apakah kita memiliki uang lebih untuk memiliki mobil ? apa tujuan kita memiliki mobil ? apakah aktivitas kita memerlukan mobil itu dalam kehidupan sehari-hari ? Apakah mobil itu harga mati untuk dimiliki ? Apakah kita sudah memiliki akhlak yang baik setelah memiliki mobil itu ? Apakah hari ini memiliki mobil itu hanya sekedar emosi saja atau kebutuhan ? Apakah dalam setahun ini kita sudah bertambah rezekinya ? Apakah kita tidak ada kebutuhan utama yang lain yang harus diutamakan  ? Sudahkan kita sering beribadah dan beramal saleh setelah menerima nikmat Allah ? dan banyak lagi pertanyaan yang menjadi ukuran yang tidak terlihat (tersirat).
Insya Allah, saat kita sudah beribadah dan banyak beramal saleh dan bertambah secara kualitas dan kuantitas yang dilakukan terus-menerus, pastilah Allah memberikan yang terbaik karena Allah juga Maha Mendengar isi hati kita dan Allah juga tahu dalam memberi sesuatu (nikmat) agar kita tidak menjadi jauh dariNya maka dari itu kita pun mesti sabar dan menerima dengan ikhlas apapun kehdiupan ini. Aamiin



Masalah setelah membandingkan

Seorang karyawan yang abis gajian pada penasaran kok gajinya biasa-biasa aja. Rasa penasaran itu ditumpahkan ke temannya dan tanya sama temannya, "emangnya gaji kamu berapa ?" dan ternyata gaji temannya lebih besar. lalu muncul dipikirannya, kok bisa ya ? Menurut dia,"selama ini saya kok yang kerja lebih berat dan banyak, tapi kok gaji saya kecil ?" Apa yang terjadi selanjutnya, mulailah karyawan tadi berprasangka buruk ke temanna, ke atasannya dan dicurhatinlah ke semua orang yang ditemuinya. Disinilah mulai muncul masalah dan masalah itu bertambah karena dia mulai malas bekerja sehingga bulan-bulan berikutnya gajinya pun semakin kecil. Bisa jadi ada pikiran tentang "Allah itu tidak adil". 
Padahal jika diulang kembali, saat karyawan tadi merasa gajinya kecil tidak bertanya kepada temannya dan membandingkan. Maka yang ada di pikirannya adalah bagaimana cara supaya gajinya naik ? Apa saya belum produktif ? Apa saya tidak dekat dengan atasan saya ? atau Apa saya melupakan Allah yang Maha Pemberi Rezeki. Yang terjadi adalah karyawan tersebut semangat untuk merubah keadaan sehingga menjadi semakin baik.
Sekalipun karyawan itu bertanya dan melihat, sebenarnya tidak perlu juga kemudian untuk membandingkan. Saat membandingkan itulah ada syetan yang mulai membisikkan agar si karyawan untuk bersikap buruk dan tidak menerima keadaan (tidak bersyukur), tapi ada juga pikiran yang positif yang dikalahkan yaitu membandingkan dan hasilnya lebih rendah mestinya mampu membangkitkan semangatnya untuk merubah dirinya semakin baik.
Allah itu adil kepada hambanya, yaitu bukan menyamakan semua hal. Tapi membalas dan memberikan sesuai dengan apa yang dikerjakan dan jangan lupa ada hal pula yang mengurangi balasan Allah itu untuk setiap keburukan yang dikerjakan. Kita hanya melihat apa yang dikerjakan orang lain, tapi kita tidak pernah tahu amal lain yang dikerjakannya. Bisa jadi kita kerja keras luar biasa, tapi kita iri dan dengki sama orang lain. Apa kita tahu berapa yang Allah balas ? Yang pasti Allahlah yang Maha Tahu dan Maha Penghitung yang benar. Apa yang kita terima hari ini adalah yang terbaik dari Allah dan kewajiban kita adalah hanya bersyukur sesuai petunjukNya.
Insya Allah kita semakin mampu memahami kekuasaan Allah yang ada pada diri kita dan Allah pun membimbing kita untuk berbuat yang semakin baik.

Niat, semua sudah tahu.

Seorang teman yang jadi salesmen merasa kesulitan saat ini, karena untuk menjual banyak sekali hambatan. Harga menjadi mahal dan konsumen tidak memiliki daya beli tinggi, persaingan dengan kompetitor semakin berat, produk kompetitor semakin murah dan bagus, harga yang murah dari penjualan online menjadi trend saat ini. Ditambah lagi kebutuhan keluarga semakin besar seiring anak yang sudah mulai sekolah. Semua persoalan menjadi semakin terasa karena perasaan ini sangat merasakan yang tidak nyaman, merasa sendiri, sedih dan "malas" melakukan apa-apa.
Sama halnya dengan teman yang kerja di kantor, gaji ya segitu aja dan tidak bertambah secara drastis. Sedangkan kebutuhan di rumah dan lainnya semakin meningkat. pinjaman dan pinjaman hanya menjadi solusi sementara. Dan banyak lagi yang dirasakan dan dialami banyak orang. Seorang pedagang pun mengalami hal yang sama dan bisa juga terjadi pada orang yang terlihat kaya dan terkenal.
Jika kita pikirkan sepertinya semua itu karena persoalan duit dan mencari duit itu adalah solusinya. Dalam mencari duit sangat tergantung "nasib", bisa aja orang yang kerjanya ngga begitu sibuk dapat duit besar atau sebaliknya. soal mencari duit ini tidak ada rumus yang benar, bisa zigzag. Orang kaya bisa dapat uang banyak tapi uangnya pun bisa habis, di sisi lain orang yang biasa dapat uangnya sedikit tapi kok bisa pergi haji.
Ada hadist yang bilang begini,"semua amal itu bergantung niat". Oke kita pakai hadist itu sebagai dasar pemikiran kita dalam mencari duit. Jika mau dapat duit maka kita kerjapun diniatkan dapat duit, maka niat itu ngga salah. Tapi kita sering menjalankannya tapi kita tidak dapat duit. Bahkan orang yang berniat itu sudah banyak melakukan ibadah dan berdoa.
Bukan untuk mengatakan solusi benar dan yang itu salah, tapi mari kita merenungkan hadist di atas, memang dikatakan semua amal itu bergantung kepada niatnya, tapi boleh kita bertanya amal yang jelek karena niat jelek. Bener nggak ? iya sih. Perhatikan apakah orang yang jahat itu mempunyai niat jahat pula ? bener nggak ? Tapi kalau ditanya apakah bener mereka yang jahat mempunyai niat jelek ? Kalau ditangkap penjahat itu bilang mereka tidak niat, tapi ada godaan atau kesempatan. Atau boleh saja sih kita bilang penjahata itu merencanakan bukan meniatkan. Apa bedanya ? Rencana itu sebatas pikiran dan emosi kita, tapi niat itu masuk ke dalam hati. Masuk ke dalam hati, berarti niat itu berurusan dengan Allah. Dan niat itu tidak sekedar sebuah "niat" (kepada sesuatu), saya niat kerja buat keluarga bandingan saya niat kepada Allah dengan kerja saya.
Yang pasti niat itu pasti yang baik dan sekaligus niat itu pun tertuju hanya kepada Allah. Niat yang sesuai dengan petunjuk Allah. Mari kita evaluasi saat kita bilang saya kerja cari duit buat keluarga, siapakah yang memberi duit kepada kita dengan kerja ? apakah bos kita atau Allah ? Bisa jadi kita terjebak dalam menetapkan niat ini sehingga kita lalai menempatkan Allah jadi nomer satu dan satu-satunya. Baik nggakk niat itu ? baik dan karena niat cari duit kita pun mendapatkan duit, duit dari bos kita. Apakah duit itu berkah ? inilah yang bisa jadi persoalan kita. orang yang bekerja luar biasa mendapatkan duit terus kerja dan kerja sehingga mereka pun mendapatkan duitnya. Tapi dimasa tuanya duit itu menjadi "hilang" untuk membayar kelelahan kerja mereka alias sakit mereka di masa tua.
Jika begitu boleh dong kita ubah menjadi niat .... saya kerja untuk mendapatkan ridha Allah. Bukankah Allah yang mutlak yang bisa memberikan rezeki kepada kita dan juga yang memelihara kita. Jadi apa yang kita kerjakan tertuju kepada "bos" Allah, cara dan ilmu dalam kerja pastilah sesuai dengan keinginan Allah. Jika kita percaya betul pemahaman ini, Insya Allah kita dicukupkan Allah. Allah mengatur bos kita untuk membayar gaji, Allah mengatur kehidupan kita dimana kita menjalankan kehidupan sesuai petunjukNya. 
Sudah niat ? Insya Allah kita mulai hari ini, kerja kita atau belajar kita untuk mendapatkan ridha Allah. Agar diberi kemudahan dan kelancaran, maka kita mau tidak mau mesti membaca petunjukNya yaitu Al Qur'an. Dengan membaca Al Qur'an kita diberi hikmah oleh Allah tentang apa yang harus kita kerjakan. Ibadah (shalat, puasa, sedekah dan sebagainya) dan amal saleh menjadi dasar kita kerja. Misalkan dengan senyum kepada orang lain, bisa membuat kita kerja lebih baik karena senyum kita membuat orang di sekitar kita ikut memberi kontribusi kerja kepada kita. Shalat itu bisa menyakinkan orang dengan akhlak kita sehingga mereka itu percaya dan tidak takut untuk berbagi.
Demikian saja pemikiran kami tentang niat. Jadi kita mulai dari niat dan memang semua berawal dari niat. Insya Allah persoalan hidup kita yang semrawut dan tidak ada solusinya ini, dapat kita evaluasi dari niat dan menindaklanjuti niat itu dengan benar.

Tidak enak ...

Seorang sahabat "tidak enak" terhadap kita agar kita merasa nyaman, Ada kekhawatiran kita marah, emosi dan banyak hal bisa terjadi yang tidak diduga. Persahabatan menjadi point penting daripada membenarkan apa yang terjadi pada diri kita. Sebaliknya kita pun merasa "tidak enak" untuk menegur sahabat jika ada salah.
Seorang suami merasa "tidak enak"terhadap isteri dan anaknya yang ingin sesuatu, yang menurut suami bisa membuat mereka bahagia. Jika tidak dituruti, maka "kan itu juga tanggung jawab suami". Keadaan ini membuat suami berkorban untuk keluarganya. Dalam hatinya, dia ingin mengungkapkan ada yang mengganjal semua itu. Tak terungkap dan akhirnya suami pun merasakan penderitaannya.
Seorang bawahan di kantor merasa tidak enak menegur atasannya, karena dia (atasan) sudah berbuat baik kepada dirinya. "entar kalau ditegur malah saya disalahin dan dia marah besar". Padahal kita tahu apa yang dilakukan atasan bisa berdampak negatif.
Cerita lain, ada teman yang ingin pinjam uang, tapi kita sendiri tidak suka dengan kelakuan teman yang foya-foya. Mulut tidak mampu bicara untuk mengatakan tidak. Akhirnya kita pun meminjamkan uang juga, padahal kita hanya uang segitunya.
Semua keadaan tidak enak itu memang seperti menutupi "kebaikan" yang berakhir kita mengerjakan atau melakukannya dengan berat (terpaksa) atau tidak ikhlas. Begitulah perasaan yang sangat berperan untuk menciptakan keadaan tidak enak itu. Apakah dampaknya ? Menutupi kebaikan adalah godaan syetan dan kita lah yang terkena dampaknya. Maka orang lain pun mendapatkan balasan yang buruk yaitu "tidak berubahnya perilaku atau sifat mereka".
Allah mengajarkan kita untuk mengungkapkan kebaikan itu, untuk disampaikan agar kita mendapatkan balasan kebaikan dan kebaikan itu bisa memberi manfaat kebaikan bagi orang di sekitar kita. Balasnya keburukan dengan kebaikan melalui cara-cara yang santun. Maka merasa tidak enak mesti diambil hikmahnya adalah kita harus belajar banyak untuk memahami orang lain agar kita pun tahu cara yang pas untuk menegur orang lain. Dan yang pasti proses belajar itu juga harus berani mengungkapkan walaupun pahit.
Insya Allah kita diberi hidayah dan bimbingan untuk mampu menciptakan suasana yang nyaman bagi diri kita sendiri dan orang lain dengan amal saleh yang kita lakukan.

Terpuruk ...

Beberapa orang pernah mengalami kondisi terpuruk, kondisi yang sangat menyedihkan dan membuat diri kita tak berdaya. Mau curhat ? hanya sedikit orang yang mau mendengar, dan memohon bantuan tidak ditanggapi karena mereka bilang saya juga begitu. keadaan ini membuat kita merasa sendiri sekalipun ada teman, saudara, orang tua dan sebagainya. lalu mau bagaimana ?
Diam dan hanya menyendiri atau terus menjalani saja kehidupan ini apa adanya atau mencari solusi yang tepat dengan pikiran yang tenang. Seringkali kita mengatakan,"kok dia aneh beberapa hari ini" atau bahkan ada yang bunuh diri,"kok bisa bunuh diri, rugi". Inilah tanda-tanda bahwa kita memiliki keadaan yang tidak baik. Ada jalan pintas dan ada jalan yang benar.
Keadaan yang makin terdesak dengan berbagai masalah dan kehidupan sudah menunggu untuk dijalani. Kita cenderung menuju jalan yang pintas, jalan yang mudah untuk menutupi kehidupan yang mesti dijalani. Berharap jalan ini adalah jalan terbaik dan setelah itu kita berharap pula ada jalan lain yang lebih baik. Tapi pengalaman kita sebelumnya jalan mudah itu meneruskan jalan yang sudah dijalani. Akhirnya kita pun terjerumus kembali. 
Jalan yang benar itu jalan yang menyelesaikan masalah (keterpurukan) kita. Berilah waktu untuk merenungkan segala hal yang terjadi  ..... kembalilah kepada Allah. Allah yang Menciptakan kita dan Dialah yang Maha mengatur, yang Maha menyempitkan dan Melapangkan kehidupan kita. Allah itu Maha Adil, Adil terhadap apa yang kita kerjakan. Artinya apa yang kita dapatkan hari ini adalah apa yang kita kerjakan selama ini. Allah tidak zalim kepada hambaNya dan HambaNya lah yang menzalimi dirinya sendiri. Sadarkah kita ? Kesadaran ini mesti mendorong motivasi kita untuk bangkit dan semakin percaya kepada Allah.
Atas dasar kesadaran di atas, maka hanya Allahlah yang mampu menyelesaikan masalah kita, keterpurukan kita hari ini. Selanjutnya mulailah dari kita untuk mendekat kepada Allah yang mendorong Allah meridhai dan merahmati kebaikan buat kita. Di waktu kita lapang, kita sudah tidak bersyukur dan saat sempit kita mesti 2 kali dan bahkan lebih untuk menyediakan waktu, tenaga dan fokus kepada Allah. Ibadah shalat lebih khusyuk dan shalatpun semakin banyak, zikir dan doa lebih merasuk agar kita benar-benar merasakan kedekatan kepada Allah, sedekah dan ibadah lainnya. Yang penting lagi adalah kesabaran dalam menjalani semua itu. Harus ada prasangka positif dengan selalu berharap Allah yang maha Rahman dan Rahiim agar Allah menyelesaikan keterpurukan hari ini. 

Tuhan tempat bersandar

bersandar atau bergantung adalah sesuatu yang seringkali dilakukan oleh manusia manapun. Ada yang pintar selalu menyandarkan dirinya kepada ilmu. Kurang ilmu dia belajar giat dan punya ilmu pun bisa bikin "sombong". Sejak lahir sampai sekarang siapa kita sering diidentikkan dengan sesuatu baik itu berupa materi atau non materi.
Dari nama sejak dilahirkan kita sudah mulai bersandar kepada nama yaitu nama orang tua, "oohh si Amir yang anaknya pak Abdullah". Karena memang kita belum punya apa-apa, mulai sekolah kita pun menempelkan nama kita dengan sekolah. Kita bangga dan bilang hebat karena kita memang sekolah di sekolah favorit. Jika kita menjadi juara kelas, sandaran kita semakin bertambah ....dan seterusnya. Sejak mulai bekerja kita pun mulai bersandar pada pekerjaan kita, pada jabatan, pada perusahaan, bersandar pada materi, uang, rumah, kendaraan
Bagaimana jika sandaran itu hilang ? Maka kita menjadi "hilang" juga. Mengapa itu terjadi ? Karena sandaran kita itu tidak mutlak alias bisa ada dan bisa hilang. Bukankah yang kita harapkan itu sandaran itu mesti kuat dan selamanya. Jadi yang pantas menjadi sandaran adalah Allah, Tuhan semesta alam
Makna yang bersandar itu berarti saat kita memiliki sesuatu berupa materi atau hal lainnya, maka sebaiknya kita berbagi sehingga tidak merasa memiliki. Tapi yang kita miliki adalah Allah yang Maha Memberi. Semua berasal dari Allah dan kembali kepada Allah.
Perhatikan saja, dulu kita dilahirkan dan dibesarkan tidak memiliki apa-apa dan kemudian diberikan Allah segala yang kita perlukan dan kita inginkan .. Mengapa kita mesti "kecewa" jika semua itu diambil lagi ? Insya Allah sikap ini kita bangun membuat iman kita semakin baik dan tinggi.

Kok dia hebat ya

Dalam hidup sehari-hari kita sering melihat orang lain dan sangat sedikit melihat diri kita sendiri. Mata melihat ke depan dan tidak bisa melihat ke dalam. Bahkan otak kita yang berpikir pun selalu memikirkan apa yang kita lihat sehingga jarang kita merenung untuk melihat keadaan kita sendiri dan berpikir tentang diri kita sendiri. Yang kita lihat kurang lebih ada 2 jenis yaitu yang lebih bagus dan yang buruk, ada yang sedang-sedang saja.
Apa yang terjadi ? Mata yang selalu terbuka dan melihat itu sangat mudah menerima informasi apa yang dilihat dan menyimpan dalam memori otak. Bangun tidur kita lihat kamar tidur, keadaan tidak rapi maka pikiran kita berkata,"biasa" karena hal itu terjadi setiap hari. Apa efeknya ? Karena kita terbiasa dengan yang tidak rapi, maka kita pun tidak melakukan apa-apa. Bagaimana saat kita melihat di luar rumah ada orang dan lingkungannya rapih ? Maka kita bilang,"hebat ya orang itu".
Hal lain adalah kita sering pula mendengar dari luar, yaitu omongan orang dan omongan orang tentang kita. Saat menyinggung tentang kita, kita mulai baper dan merasa "panas". Seakan-akan kita membantah apa yang diomongin orang tentang kita. Semua itu terjadi karena orang lain itu melihat kita dan berkomentar. Padahal kita pun melakukannya yang sama, kita melihat orang dan berkomentar tentang orang lain, dan kita merasa benar apa yang kita omongkan tentang orang lain.
Kok dia hebat ya ? maknanya kita mengakui orang itu hebat karena kita melihat orang itu dimana kemampuannya kita dibawahnya. Yang salah itu kita sendiri, karena kita tidak pernah memperhatikan diri kita sendiri, mata melihat sekitar kita dan pendengaran protes saat diomongin.
Kita juga hebat sekarang. Percayalah kita tidak lebih buruk dari yang lain. Mulai fokus melihat diri kita sendiri dan berterima kasihlah atas komentar buruk untuk kita dari orang lain. Kesadaran tentang keberadaan diri kita saat ini bisa mengantarkan diri kita kepada yang lebih baik
Jika kita bercermin,"ohh ternyata kita bangun siang dibandingkan orang lain", maka mengapa kita tidak mau bangun lebih pagi ?  Setelah bangun pagi terus-menerus, orang bilang,"hebat ya kamu sekarang"!
Ini baru satu hal kita fokus dan serius tentang diri kita, lalu jika setiap hari kita beri fokus dan waktu SATU PERBAIKAN MAKA DALAM SEBULAN KITA SUDAH MENJADI MANUSIA BARU. Banyak orang bilang "wow kamu luar biasa sekarang"
Insya Allah fokus kita ke dalam diri sendiri itu membuka pikiran untuk mengenal diri kita sendiri. Dengan mengenal diri sendiri dapat mengantarkan kita kepada siapa yang menciptakan kita.

Berjalan ke kiri dan ke kanan

Andaikan Anda berjalan dari rumah menuju tujuan dengan jalannya yang tidak lurus, kadang ke kiri dan kadang ke kanan. Yang pasti perjalanan kita itu terus bergerak mendekati tujuan. Seharusnya bisa nyampe lebih cepat, tapi apa mau dikata kita belum tahu jalan yang lurus itu. Jalan ke kiri atau ke kanan itu pun kita ikuti orang di dapan kita. Bisa karena macet kita yang tidak sabar menunggu jadi ikut jalan orang yang kelihatannya lancar dan cepat tapi ternyata jalan itu pun tidak lebih cepat. Menoleh ke jalan lurus .... bertemu lagi kita dengan kendaraan yang tadinya di belakang kita. Atau bisa juga kita tidak yakin dengan jalan lurus itu sehingga menggoda kita untuk belok kiri atau kanan.
Setelah tiba di tujuan, barulah kita tahu bahwa "mengapa saya tidak jalan yang lurus aja ?".
Bagaimana dengan perjalanan hidup kita ? Menuju jalan kebaikan yaitu jalannya Allah. Sudahkah kita mengenal jalan Allah itu ??? Apakah kita pernah merasakan nikmat dan susahnya jalan Allah itu ? Bisa jadi tidak banyak. Yang kita lakukan malah jalan yang menyimpang dari jalan Allah dan kita banyak merasakan suka dan dukanya. Imbanglah begitu atau bahkan yang menyimpangnya lebih banyak. Memori perasaaan kita tadi yang menyimpang jauh menggoda kita untuk susah menuju jalan Allah. Jika jalan ke kiri itu adalah jalan menyimpang yang buruk (rayuan syetan), maka seringkali kita mengikuti karena memang tidak sabar menunggu di jalan Allah. Sudah memohon kepada Allah untuk ditunjukki, dibuka, dimudahkan bagi kita ? Sepertinya tidak nampak, sedangkan kebutuhan dan keinginan sudah terdesak maka ajakan syetan lebih baik. Bahkan impian yang kosong diberikan syetan bahwa,"kalau salah kan Allah Maha Pemaaf". Jadilah kita menjadi di jalan kiri (jalan yang bukan jalan Allah).
Seandainya jalan kanan itu kita ibaratkan jalan yang juga kelihatannya jalan baik tapi tetap aja jalannya bukan jalan Allah. Kita merasa berjalan di jalan lurus tapi keikhlasannya membuat jalan itu miring ke kanan. Berilmu dengan benar, tapi masih ada di hati mau  disebut orang yang berilmu (pintar dan ingin dipuji), Memiliki harta dengan suka dermawan, tapi ada sedikit di hati ingin dibilang orang yang baik dan suka memberi, demikian juga dengan kita yang memiliki kekuasaan yang menjalankan perintah agama, tapi dalam hati masih ada ingin disebut sebagai orang yang berjasa bagi banyak orang karena kepemimpinan kita.
Jalan yang  lurus itu pasti lebih cepat, tapi bisa juga menanjak atau menurun. Maka kita sebagai hamba Allah mesti mengenal jalan itu .... Allah telah memberi petunjuk bagi manusia untuk menemukan jalan Allah. Dan ada tip-tip dari Allah saat mengikuti perjalanan jalan menurun atau jalan yang menanjak atau jalan berlubang dan jalan tidak mulus. Sudahkah kita mengenal dan memahami jalan Allah itu ? Ayo kita kuatkan niat di hati dan memohon Allah untuk membimbingnya agar kita mampu dan dimampukan menjalani jalan yang lurus.

Khawatir masa depan

Seorang temen curhat tentang kehidupannya yang semakin terpuruk, satu masalah belum selesai ada lagi masalah baru, tambah pikiran stress. Semua masalah itu diawali dengan uang yang tidak cukup ? cek lagi dan renungkan dengan seksama, apakah kita sendiri yang kerjanya belum maksimal sehingga uangnya juga tidak maksimal ?? Jika sudah maksimal, maka boleh dong periksa apakah yang kurang uang itu untuk kebutuhan dasar atau memenuhi keinginan kita ???
Ada temen yang lain yang secara ekonomi udah cukup, masih ada kekhawatiran tentang bulan depan ? dan masa depan keluarga ?
Mau menyelesaikan masalah kekhawatiran tentang masa depan ... terus melintas dalam pikiran. Selalu dipikirkan dan selalu dicariin solusinya dan berusaha untuk dijalani, tapi ternyata masih ada aja kekhawatiran itu. Apalagi di saat usia semakin lanjut.
Perhatikan aja, jika kita kurang uang, tanya pada diri kita .. apakah ini persoalan pikiran atau urusan hati atau perasaan ? Secara langsung sih urusan PIKIRAN, kurang uang ya cari uang, ngga ada ilmunya cari ilmunya dan seterusnya. Jika kurang itu ada urusan dengan pasangan karena marah-marah, maka urusan ini BUKAN hanya pikiran tapi campur dengan perasaan. Sekali pun dirayu pasangan kita belum tentu menyelesaikan masalah kurang uang. Menyuruh pasangan untuk sabar bisa saja urusan selesai tapi hanya sementara. Masalah pasangan hanya bisa diselesaikan dengan memberi uang.
Out of box adalah berpikir bahwa kekhawatiran itu adalah urusan hati. Bukankah hati kita yang khawatir ? Bagaimana urusan khawatir itu kita sambungkan dengan hati dan Allah ? Emang urusan selesai dengan hati dan Allah (urusan uang dicukupkan). Buat apa kita sambungkan ke hati dan Allah ? Agar saat terrkoneksi (sadar) membuat kita mendapat petunjuk yang benar, dan kita tetap terus menggali ilmu yang benar untuk sesempurna mungkin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan kita. Allah ada cara yang sederhana yaitu beriman sepenuhnya kepada Allah, lalu tidak pasrah tapi kita pasrah kepada Allah dengan menjalankan apa yang diperintah dan dilarang, dan banyaklah beramal saleh
Berzikir menenangkan jiwa (hati), banyak beramal membuat hati bahagia dan perasaaan senang, banyak ibadah bisa menentramkan pikiran dan hati, bahkan saat berpikir masa depan berarti berpikir tentang hari ini yaitu apa yang kita kerjakan hari ini buat hari esok.
Ayo kita banyak merenungkan dan beramal saleh agar mendapat petunjuk dan keberuntungan dari Allah. 

Ketakutan atau khawatir vs beriman

Judul di atas kami angkat sebagai materi motivasi yang mesti kita perhatikan. Bisa dibayangkan saat kita sedang khawatir atau takut dengan masa depan kita. Khawatir bulan depan masih kerja apa nggak, bulan depan masih hidup lebih layak atau memang hari ini tidak punya uang untuk makan sehingga membuat kita semakin khawatir dan takut ... "kelaparan", "kekurangan" atau "mati".
Fakta seperti itu dapat kita lihat disekitar kita, yaitu orang yang mengemis atau meminta-minta, pekerja lepas, mereka tidak memiliki pekerjaan atau orang yang banyak hutangnya (pendapatannya tidak cukup). Suasana di rumah menjadi masalah, mau ngapa-ngapain jadi malas.Mau kerja ? yah pasti kerja tapi tidak membuat kita mendapatkan hasilnya sekarang. Mau cari tambahan, gemana caranya ? kerjapun hanya ala kadarnya dan tidak tuntas. Wajah suram ... Menunggu petunjuk dengan Berdoa dan minta tolong teman.
perhatikan katanya kita beriman kepada Allah, salah satunya adalah percaya kepada Allah yang Maha Memberi rezeki. Berpikir sederhana dan mudah aja adalah kita percaya berarti kita pasti berserah diri kepada Allah dengan jalan mengikuti petunjukNya agar Allah berkenan memberi rezeki. Sebagai hamba pasti ada kekhawatiran tidak diberikan rezeki tapi kekhawatiran itu dioptimiskan dengan percaya kepada Allah. Dalam beberapa terjemahan Al Qur'an ada kalimat "saat kita percaya kepada Allah dan beramal saleh maka tidak ada kekhawatiran dan tidak merasa sedih". Hati-hati bahwa semakin besar kekhawatiran membuat rasa percaya (beriman) itu berkurang. Semakin maksimal khawatir semakin tidak beriman yang bisa membuat kita "bunuh diri", tidak ada pegangan lagi. Gemana kalau jika beriman yang kuat ? Dengan iman yang benar melalui amal saleh yang kita lakukan tidak membuat kita 100% optimis (sombong). Optimisme untuk sebuah harapan dari Allah menjadi bagian dari iman kita dan rasa pesimisme kita tetap ada dalam rangka merasa apa yang kita lakukan tidak sempurna dan ingin selalu disempurnakan sampai datangnya ridha Allah.
Kehidupan diatur Allah maka apapun yang terjadi yang kita alami adalah bagian pengaturan oleh Allah. Pengatiran Allah aturan dituangkan dalam petunjukNya dengan konsep beriman sepenuhnya dan beramal saleh. Solusi atas kekhawatiran atau ketakutan kita dapat menerapkan penjelasan di atas. Bagaimana khawatir itu tidak semakin kuat ? Mari tingkatkan keimanan kita kepada Allah dengan memahami Allah dengan benar lewat Al Qur'an dan selalu beramal yang saleh. Semakin kuat iman kita semakin kta percaya Allahlah yang Maha Memberi rezeki dan kekhawatiran itu semakin kecil. Kekhawatiran itu tetap ada agar mengajak kita untuk selalu banyak beramal saleh dan menyempurnakannya sampai Allah berkenan. Banyak beramal dan menyempurnakannya mesti menuju kerja yang ikhlas, belajar dengan ilmu yang bisa menyelesaikan tuntas pekerjaan (amal) kita dan dibarengi sikap sabar. Percaya dan yakinlah bahwa saat kita berbuat amal saleh dengan memberi tenaga, waktu, pikiran, materi MAKA ALLAH SIAP MENGGANTIKAN DENGAN KEBAIKAN YANG LEBIH BAIK. Just do it.

Bebek dan Ayam bermain

Jika ada bebek dan ayam bertemu, maka keduanya bingung mau ngomong apa. Hal ini disebabkan karena bahasanya tidak sama, bahasa bebek dan bahasa ayam. Tapi bebek dan ayam bisa bermain bersama dengan bahasa baru, bahasa isyarat. Sekalipun ada hambatan dalam berkomunikasi maka bebek dan ayam bisa bermain bersama atau berjalan bersama dan aktivitas lainnya
Seorang bule datang berbelanja di pasar, belanja ikan. Maka penjual ikan jadi bingung dan rada takut karena tidak tahu bahasa bule. Mari kita cari apa yang samanya ? Orang Bule ke pasar buat beli ikan. Maka penjual ikan tak perlu khawatir, ternyata bicara aja apa yang dijual atau menunjukkan ikannya. Bukankah ikan yang dimaksud orang bule sama dengan ikan yang dijual di pasar. Lalu berat tidak perlu takut timbangannya pun dapat ditunjukkan pada angka yang terbaca tanpa bahasa bule.
Itulah yang sering terjadi dalam banyak kehidupan kita. Jika kita yang punya kepentingan kepada seseorang, maka kita mesti menggunakan bahasa orang tersebut atau secara alamiah bisa bersama dalam berbagai aktivitas sekalipun kendala bahasa.
Dalam agamapun banyak orang berpikir tidak bisa bersatu antara paham satu dengan yang lain, BUKANKAH tuhanya satu yaitu Allah. Orang Arab dan orang indonesia bisa shalat bareng, bisa saling membantu dalam kesulitan dan banyak hal lagi yang baik yang bisa dilakukan. Mengapa kita berpikir yang tidak bisa dilakukan karena perbedaan ?
Dengan seorang wanita kita yang pria sudah berbeda, kita dengan asal daerahnya sudah beda, kita dengan pendidikannya sudah beda, kita dengan latar belakang keuarga juga beda, kita dengan sifat dan karakternya berbeda ... dan banyak lagi. Tapi jika kita mempunyai tujuan yang sama maka perbedaan itu tidak ada lagi.
Berbuat baik itu sulit, karena kita memikirkan di luar berbuat baik itu. Orang sabar itu susah karena orang berpikir mana tahan dengan sabar, jujur itu tidak dihargai karena kita jujur buat orang lain bukannya jujur itu ikhlas, mau tersenyum aja kita mikir karena dia sih cuek kalau disenyumin, maknanya bahwa Allah mengajak kita untuk tidak melampaui batas, jika makan itu baik tidak berlebih maka janganlah kita melampaui batas dengan makan berlebih. Bukankah kita bisa berpikir makan yang sedikit tapi mengenyangkan, makan yang bergizi dengan sayuran dan lauk tempe/tahu sudah lebih dari cukup dibandingkan dengan daging yang mahal. Tujuan kita ingin berbuat baik maka pikirkan apa yang bisa kita lakukan agar bisa berbuat baik BUKAN diluar itu (melampaui batas).
Inssya Allah kita diberi kemampuan untuk mendapatkan petunjuk dan tidak melakukan sesuatu di luar batas. Aamiin

Sudah tahu, dan bisa, kok tidak terjadi ?

Terkadang kita fokus pada urusan kepintaran dan usaha, belum tahu menjadi tahu dengan belajar. Belajar dengan berbagai cara, masuk dalam sekolah atau mencari guru atau belajr otodidak dengan buku dan kehidupan. Menjadi tahu itu memasukkan informasi ilmu dan pengetahuan ke dalam pikiran.
Sudah tahu terkadang belum tentu bisa melakukannya. Saya tahu cara menyupir mobil tapi pernah melakukannya.
Apa yang kita butuhkan ? Ilmu menjadi sempurna setelah dipraktekkan sehingga kita menjadi bisa. Saat dizaman sekolah dulu, kita selalu diberi tugas (PR) agar ilmu yang sudah diajarkan benar-benar bisa. Semakin banyak mempraktekkan ilmu (sudah tahu) semakin mahir kita. Cukupkah sampai disini ?
Tidak cukup dan seringkali orang bilang, "yang itu saya bisa". Terus apakah dengan bisa itu kita sudah mampu menghadapi hambatan dan persoalan dalam praktek di lokasi yang berbeda atau dipraktekkan bersama orang yang berbeda. Agar benar-benar kita bisa dan siap menghadapi apapun, kita mesti memiliki motivasi diri yang kuat. Buat apa ilmu yang sudah kita ketahui dan sudah bisa ? Motivasi yang kuat menjadi kita siap mempraktekkan ilmu yang kita miliki. Yang tadinya kita tidak mau bisa menjadi mau dengan menemukan motivasinya.
lalu dengan motivasi (mau) yang kita miliki seringkali bisa hilang sehingga kita tidak konsisten dalam menjalaninya. Agar konsisten, apa yang kita butuhkan ? Kita butuh keberanian yang melebihi dari sekedar mau. Keberanian mendorong kita melakukan apapun karena kita menganggap bahwa apa yang kita kerjakan itu adalah bagian dari hidup kita, mesti kita perjuangkan. Apakah kita berani dalam kerja ? Jika sudah berani, maka kita menjadi orang yang berjuang apa saja, berjuang kapan saja, berjuang dimana saja agar kerja itu dapat dilakukan dan menjadi bagian dari hidup ... 
Orang yang berani sangat merasa dirinya orang yang hebat dan mampu, cenderung optimis yang berlebih atau sombong. Dia lupa dalam hidupnya ada kejadian membuat dia tidak mampu apapun sekalipun memiliki semua. Ada peran Allah dalam setiap tindakan seseorang yaitu mengizinkan semua terjadi di dunia ini. Jika Allah berkenan maka apa yang sudah kita miliki yang bisa jadi belum sempurna DAPAT SAJA TERJADI. Dan sebaliknya. Apakah Allah mengizinkannya dengan memberi kebaikan atas apa yang kita kerjakan atau Allah membiarkan yaitu mengizinkan tanpa mendapingi apa yang kita kerjakan. Insya Allah kita sadar untuk selalu tahu dan paham Allah bersama kita, dan kita memang merasakan kehadiran Allah itu dalam setiap langkah kehidupan kita. Insya Allah kita dimampukan untuk selalu ingat dan Allah pun ingat dengan memberikan kebaikan dan selalu bersama kita dalam setiap langkah kehidupan kita. Aamiin

kekuatan Allah dalam diri

Apa yang ada di dalam diri kita ini terasa memang kita yang memilikinya dan berkuasa atas segala halnya. Pikiran (otak) adalah pengendali dari tubuh dan emosi. Jika pikiran (otak) bilang,"tidur !", maka kita pun tidur. Mau makan, mau berjalan dan berbagai aktivitas dikendalikan pikiran.
Itulah pikiran  yang memunculkan kemampuan atau kekuatan yang dapat dilanjutkan tindakan. Tapi bagaimana situasinya pikiran tidak menjadi kekuatan. Seperti apa itu ? Perhatikan saat kaki capek dan lelah, maka tubuh menjadi ikut lemah dan seolah pikiran memaklumi. Pikiran lalu mengajak tubuh untuk istirahat atau tidur. Tapi adakala pikiran menolak ajakan tubuh untuk istirahat, pikiran malah melawan tubuh dengan memerintahkan aktivitas yang mesti dilakukan. Begitulah pikiran yang menjadi pengendali dan pengatur tubuh bisa menang dan bisa kalah. Jika menang maka pikiran menjadi sebuah kekuatan, kekuatan yang mampu beraktivitas.
Saat kita lemah atau sakit ... pikiran dapat memakluminya, tapi pikiran bisa menjadi raja atau pengendali terhadap tubuh yang lemah atau sakit. Pikiran bisa memerintah beraktivitas dengan minum obat terlebih dahulu atau malah membangkitkan semangat dalam beraktivitas atau pikiran memerintahkan tangan untuk memijat bagian yang sakit dan sebagairnya.
Apa saja yang menggerakkan aktivitas kita ? Biasanya tujuan atau tanggung jawab. Karena ada tugas yang harus diselesaikan maka pikiran benar-benar menjadi kekuatan yang memudahkan kita beraktivitas. Atau karena sudah janji dimana kita tidak mau melanggar janji atau ada kepentingan yang kita ingin capai atau juga bisa dari ancaman/keburukan yang kita terima jika tidak dilaksanakan.
Ada cara lain untuk membangkitkan kekuatan pikiran itu, adalah Allah. Bagaimana caranya ? Aktifkan hati kita, hati yang aktif berarti kita connect (nyambung dengan Allah). Hati yang baik bisa membuat seluruh tubuh menjadi baik, termasuk pikiran. Maka apa yang kita kerjakan adalah otomatis dorongan dari Allah. Jika memang dorongan itu datang dari Allah, maka mau nggak mau kita pun harus bertanggung jawab kepada Allah. Dengan kata lain, "bos" dari aktivitas kita adalah Allah. 
Disisi lain saat kita mampu beraktivitas, maka ada kesadaran tentang peran Allah sehingga kita tidak riya dan sombong.
Dengan penjelasan ini kita mampu beraktivitas berkat dorongan Allah (karunia Allah). Jika kita lemah, maka kita wajib menyambung diri kita kepada Allah agar kita disupport Allah dalam beraktivitas. Kita beriman (yakin) kepada Allah Yang Maha Kuat dan Berkuasa, Insya Allah kekuatan itu jadi nyata dengan cara yang baik dan benar.



Malas dan Prasangka buruk

Pernahkah kita bertanya, mengapa kita malas ? Bangun aja malas, mau kerja malas, mau ngapain juga malas. Kayaknya memang sifat manusia jadi malas. Ada dua hal yang bisa bikin malas itu berkurang dan hilang, yaitu keberanian untuk hidup lebih baik dengan adanya impian atau kebutuhan untuk hidup yang bermakna. Solusi Allah sederhana, beriman dan beramal saleh. Iman itu percaya sama Allah dan percaya dengan apa yang disampaikanNya, maka saat beriman konsekuensinya beramal saleh. Beramal saleh itu beraktivitas yang baik, beraktivitas itu melawan malas. Allah mengajak kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan bukan untuk menang tapi menang terhadap diri kita sendiri. Pemenangnya adalah siapa yang banyak kebaikannya dan dirahmati Allah dan siapapun bisa jadi pemenang (BUKAN satu juaranya). 
Malas adalah akibat dari prasangka buruk. Mengapa kita tidak mau kerja ? Umumnya kita berkata,"kerja dan ngga kerja sama aja. Hasilnya sama". ungkapan itu merupakan prasangka buruk yang berakibat pada 'malas" kerja. Semakin malas menambah prasangka buruk itu jadi benar atau banyak prasangka buruk lainnya yang mendukung. Bagaimana jika berprasangka baik kepada Allah, "saya kerja untuk ibadah", maka untuk meraih amalan maka saya jadi beraktivitas (beramal saleh) yang bisa menghilangkan sifat malas. Prasangka yang baik itu adalah keyakinan kita kepada Allah, dan akvitiasnya adalah amal saleh. 
Jadi dengan percaya kepada Allah dan menyakini betul apa yang Allah sampaikan kepada kita sebagai petunjuk, maka muncullah prasangka baik. Prasangka baik bikin kita rajin (tidak malas) karena keyakinan kita itu menuntun kita untuk beramal saleh. Amal saleh itu adalah kerja.
Insya Allah dengan diberinya kita pikiran untuk mampu beriman dan diberikannya tubuh ini agar kita dimampukan untuk beraktiivitas. Aamiin

Pemasangan Solar Water Heater

Seperti apa solar water heater dipasang ? Gambar di bawah ini bisa memberikan gambaran pemasangan solar water heater. Pada dasarnya solar water heater dipasang dalam dua cara :

1. Pemasangan di permukaan rata (dak). Pemasangan dengan cara ini menguntungkan diantaranya mudah dijangkau jika ada kerusakan atau untuk pemeliharaan.
2. Pemasangan di genteng. Pemasangan ini lebih rapi dan memiliki estetika. Tapi mesti memperhitungkan arah sinar Matahari.

Pemasangan untuk lokasi di dak atau genteng harus mempertimbangkan masalah teknis yaitu arah sinar Matahari yang bisa menentukan penyerapan air panas yang sehingga pemasangan yang efisien.  Arah collector yang tidak tepat membuat air panas yang tidak panas dan tidak banyak.                         
Pertimbangan non teknis juga bisa dijadikan alasan untuk menempatkan solar water heater dipasang di lokasi. Untuk pemilihan lokasi Anda sebagai pembeli dapat meminta lokasi yang Anda inginkan dan teknisi memberikan pertimbangan teknis.

SANKEN memberikan bracket (dudukan) solar water heater secara gratis untuk pemasangan dak dan genteng. Untuk mengenal model dengan jenis pemasangannya, SANKEN memberikan kode di huruf terakhir.
Contoh :
SWH - PR 100 P - solar water heater Sanken dengan kapasitas tangki 100 liter, huruf terakhir P (pitch) untuk bracket di genteng
SWH - PR 100 L - solar water heater Sanken dengan kapasitas tangki 100 liter, huruf terakhir L  untuk bracket di dak
Bagaimana jika Anda membeli jenis P (type genteng) tapi dipasang di dak ? Solar water heater ini harus dimodif bracketnya dan memerlukan biaya yang tidak ditanggung oleh SANKEN dengan membuat bracket lokal, biaya berkisar Rp. 600.000 - Rp. 800.000

Dimana lokasi pemasangan yang terbaik ? Di dak lebih disarankan, tapi semua bergantung lokasi. Untuk itu Sanken memberikan pelayanan survey GRATIS bagi Anda yang serius ingin membeli solar water heater.

Kami siap memberikan konsultasi di whatapp : 081310737352     

Buat apa berbuat baik ?

Saat seorang teman ditanya, "kok baik banget sih sama dia ?" dan teman saya menjawab,"saya baik sama dia karena orang tuanya dulu baik sama keluarga kami". Begitulah sekilas pembicaraan tentang berbuat baik. Hampir semua orang ingin berbuat baik dan selalu dikaitkan dengan agama. Berbuat baik itu merupakan kewajiban sehingga ada beberapa orang merasa berat, kalau dibilang terpaksa ya tidak. Tapi untuk berbuat baik itu banyak yang berhitung untung ruginya. Apa yang saya dapatkan ? atau untuk mendapatkan apa ?
Mari kita pahami beberapa hal tentang berbuat baik,
1. Seseorang berbuat baik karena orang lain telah berbuat baik kepada kita
2. Bisa juga saya berbuat baik untuk mengharapkan orang lain berbuat baik kepada kita sesuai apa yang kita inginkan.
3. Ada juga yang berbuat baik ya berbuat baik aja. Tapi biasanya berbuat itu ada dasarnya juga seperti kasihan, mau bantu aja, atau ikhlas
Bagaimana dorongan berbuat baik yang kita lakukan ? Apakah seperti point 1 atau point 2 atau ada alasan lain. Kebanyakan dari kita memang berbuat baik karena point 1 dan 2. Semua itu berujung pada seberapa untungnya buat kita  ? Apa yang terjadi ? Berbuat baik itu menjadi berat ...
Berbuat baik itu tidak saja untuk orang lain tapi juga buat diri sendiri .... apakah ada makna lain. Ada pesan dari Al Qur'an yang berisi "berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kita". Inilah solusi bagi keberatan kita berbuat baik atau berbuat baik dengan ikhlas.
Renungkan pesan tersebut ....
1. Perhatikan apa yang sudah diperbuat Allah kepada kita. Begitu banyak nikmat, petunjuk dan pertolongan yang membuat kita menjadi seperti ini ... banyak sekali dan kita pun tidak bisa menghitungnya (saking banyaknya).
2. Perbuatan baik Allah itu bukan sekedar kebaikan buat kita tapi membuat energi yang ada pada diri kita. Dan energi itu mesti dialirkan kepada pada diri kita sendiri dan orang lain. Energi yang tidak termanfaat membuat diri kita yang menerimanya menjadi buruk.
3. Berbuat baik kepada diri sendiri dan orang lain bisa menyehatkan diri kita secara fisik dan spiritual. Maknanya kita berbuat baik kepada orang lain TIDAK LAGI memiliki kepentingan (menjadi ikhlas). Dan sekaligus berbuat baik kepada orang lain itu telah menunjukan kita berbuat baik pula kepada Allah.
4. Saat kita menerima rezeki berupa pendapatan (gaji) yang Allah izinkan. Maka kebaikan Allah itu (berupa rezeki) mesti dikeluarkan sedekah atau zakat kepada orang yang berhak menerimanya. maka bersedekah bukan bersedekah tapi meneruskan kebaikan Allah itu kepada orang lain (alam semesta) agar kita tidak menjadi "buruk" (tidak bersedekah).
5. Bagaimana dengan pemberian Allah dengan kita menjadi pintar (ilmu dan petunjuk), maka kita sangat membutuhkan aktivitas mengajarkan kembali ilmu itu kepada orang lain. Jika kita tidak mengajarkan maka diri kita menjadi orang sombong (membuat diri kita menjadi buruk).
Saya yakin penjelasan di atas semakin membuka hati dan pikiran kita tentang ilmu Allah yang mutlak kebaikannya buat diri kita sendiri. Masihkah kita mencari ilmu selain Allah ??
Insya Allah kita selalu dituntun dan dbimbing untuk mendapatkan petunjuk Allah yang ada di alam semesta dan di dalam Al Qur'an. 

Semakin tahun semakin meriah

Tanggal 1 Januari pukul 24:00 selalu dirayakan hampir semua orang sebagai tahun baru. Kegemberiaan itu selalu menggoda untuk diikuti bersama teman, pacar, keluarga atau rekan bisnis. Dari tahun ke tahun semua lokasi atau semua orang ingin merayakannya semakin heboh dan semakin baik. Hasilnya adalah senang lalu capek.
Apakah hal itu mesti kita teruskan tradisinya ... "dari dulunya sudah begitu". "nggak ikut dibilang nggak gaul". Hasilnya juga sama SENANG dan CAPEK. Kok mau ya ? Bukankah kita sudah menghabiskan waktu dan tenaga untuk kesenangan dan capek, lalu kita ulangi lagi.
Kita menjadi semakin baik untuk hal-hal yang baik buat kita. Bagaimana jika tahun baru itu tidak sekedar dirayakan tapi jauh lebih penting apa yang mesti saya lakukan mulai tgl 1 Januari itu untuk kebaikan kita.
Jadi seharusnya kita mesti MERAYAKAN setiap kebaikan yang kita jalani dan berhasil. Perayaan ini jauh lebih penting dan bermanfaat daripada MERAYAKAN MALAM TAHUN BARU.
Agar kebaikan itu semakin nyata maka perayaan atas kebaikan setiap hari itu mesti terus-menerus. Boleh dong kita tanya kepada diri kita sendiri,"apa mau hidup seperti yang dulu yang tidak membuat kita semakin baik ?" Ajukan terus pertanyaan ini kepada diri kita sendiri setiap hari ... Insya Allah kita semakin terdorong untuk semakin baik dan merayakannya juga wajib agar menambah semangat untuk semakin baik
Begitulah Allah mengajarkan hidup hari ini lebih baik dari hari sebelumnya. kalau tidak lebih baik maka kita termasuk orang yang merugi. Merugi berarti sudah menghamburkan waktu dan tenaga sia-sia (tidak ada kebaikan). Islam juga mengajarkan jauhi perbuatan yang sia-sia yaitu perbuatan yang cenderung kepada keduniaan.
Soal tanggal 1 Januari tidak mesti juga kita ikuti, kalau sekedar momentum yang menyemangati nggak masalah. Sebenarnya waktu untuk semakin baik itu bisa dimulai kapan saja. Perhatikan saja, PERAYAAN TAHUN BARU yang dimeriahan dengan pesta, musik dan kembang api ... sebagai muslim tidak perlu menyainginya dengan mengisi juga acara di tahun baru itu dengan zikir, ceramah akbar dan sebagainya sampai jam 12:00. Bukankah sebagai muslim diajarkan di waktu malam untuk beristirahat lalu bangun di pagi hari untuk beribadah. Bayangkan seorang muslim yang merayakan tahun baru dengan zikir jadi ngantuk bahkan ketiduran di pagi harinya, bisa jadi ngga bisa bangun dan Subuh kesiangan.
bandingkan saat seorang muslim tidak merayakan tahun baru dan tidur seperti biasanya ... dan bisa bangun lebih pagi. Bukankah aktivitas ini jauh bermanfaat bagi kita untuk beribadah BUKAN ikut-ikutan untuk merayakan dengan cara islam. Nggak salah caranya, tapi waktunya yang ngga tepat bagi kebanyakan orang yang tidak biasa melek sampai dini hari dan bikin susah bangun di pagi hari.
Mari kita berpikir sederhana,"mau tahun baru atau hari baru ... beranikah kita bertanya sudahkah kita menjadi manusia baru yang semakin baik ? Apakah kita pernah merasa senang dengan keadaan kita yang semakin baik ? Rayakan secara personal dan berbagi.
Insya Allah kita selalu diberi petunjuk untuk terus-menerus memahami makna hidup dengan apa-apa yang sudah kita kerjakan agar perbuatan kita selalu mendatangkan kebaikan. Aamiin

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...