Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Pesan tren "Saya sudah tahu"

Dalam keseharian kita banyak aktivitas yang dilakukan, diantara mendengarkan ceramah, interaksi dengan nasehat atau diingetkan oleh orang lain atau keluarga. Apa yang terjadi dalam interaksi itu ? Saya dan Anda paling bilang dalam interaksi itu (minimal dalam hati),"Saya sudah tahu dan nggak usah dibilang lagi". Bagi Saya dan Anda ini telah berulang kali terjadi dan faktanya belum dikerjakan. Padahal kalau sudah dikerjakan, maka tidak ada lagi nasehat atau peringatan yang sama yang membuat bosen. 


Terlepas dari apa yang menjadi pesan dari orang lain kepada kita tidak penting juga sebenarnya untuk ditanggapi. Tinggal kita sudah jalani atau belum. Kalau sudah ya Alhamdulillah, dan kalau belum tinggal berterima kasih dan segera lakukan. Nggak perlu juga kita menjawab,"Saya sudah tahu". Maknanya kita mengatakan,"Saya sudah tahu" adalah hanya sekedar tahu secara emosional dan belum dikerjakan. Kok secara emosional ? Karena cenderung jawaban itu adalah respon sesaat (spontan) untuk menanggapi apa yang dibicarakan. Bayangkan kalau Anda menjawab dengan logika tentu tidak bilang,"Saya sudah tahu" tapi Anda menjawab,"Saya kerjakan sekarang dan minta maaf". 


Bagaimana jika respon itu dengan hati, maka kita banyak berterima kasih kepada Allah dengan sudah diingatkan oleh orang yang kita temui. Dari peristiwa ini dapat kita ambil hikmahnya adalah tidak perlu merespon sesaat untuk menjaga harga diri kita dengan lisan atau dalam hati,"saya sudah tahu" atau "sudah saya kerjakan", dan cukup merespon dengan ucapan terima kasih dan segera mengerjakannya.


Magic Word langgar aturan

Saya tutup malam ini dengan magic word, "langgar aturan". Buat apa ? untuk maju atau berubah menjadi semakin meningkat. Langgar aturan itu membebaskan diri kita tidak diikat oleh aturan yang baku. Atau kalau orang kerja mesti SOP. Bagaimana dengan langgar aturan dan menghasilkan produktivitas ?


Tapi ingat melanggar aturan itu tidak untuk mengambil keuntungan, seperti nyaman atau jalan pintas. Misalkan ada aturan masuk kerja jam 08:00 - pulang jam 17:00, ada perusahaan yang tidak menggunakan batasan jamnya tapi mengubah jam masuk dan pulang sesuai karyawannya, yang penting lama kerjanya dan hasil dari kerjanya. 




Magic Word Layang-layang

Malam ini saya mengambil hikmah dari main layang-layang. Sewaktu kecil saya sering main layang-layang. Yang menarik adalah saya main layang-layang itu saat ada angin berhembus, kalau tidak ada angin maka layang-layang tidak bisa terbang. Semakin kuat angin menerpa layang-layang, maka semakin tinggi layang-layang bisa terbang. Semakin banyak aksi yang bisa saya mainkan terhadap layang-layang.


Sekarang saya bisa belajar bahwa saat main layang-layang, angin dan layang-layang seolah berseberangan tapi malah menjadi satu kesatuan dalam kerja layang-layang. Angin bisa dianggap "masalah" dalam kerja yang berseberangan dengan kemampuan kerja kita. Layang-layang itu seperti (kemampuan) kerja kita. Berarti mau meningkatkan kerja kita, maka mesti ada masalah. Jadi janganlah kita berpikir masalah itu hal yang menakutkan kita. Tapi masalah itu menjadi partner dalam kerja.

Masalah dapat kita ciptakan dengan membuat target kerja. Ada yang suka, tapi banyak yang tidak suka. karena tidak suka maka tidak terjadi kemampuan yang meningkat (kerja yang hebat). Maka ubah sikap kita menyikapi masalah dengan senang hati. Bagaimana caranya ? Fokuslah memahami masalah dengan benar, apakah karena logika yang kurang ? atau apakah karena ketrampilan yang belum terlatih ? atau apakah emosi kita yang tidak terkendali ? atau apakah hati kita yang tidak paham lebih mendalam makna masalahnya ?


Mencari tahu masalah merupakan cara untuk menyenanginya dan semakin puas dengan solusi yang pas.



Katanya mau beresin emosi

Dalam hidup selalu ada emosi, baik itu kecil maupun besar kadarnya. Tapi kadang juga emosinya kecil tapi intensitas besar sehingga tidak mudah dikendalikan. Kadang kita bisa menurunkannya menjadi emosi yang kecil dan bisa beralih kepada tindakan yang lebih baik. Mungkin banyak orang berpikir emosi tentang yang berhubungan dengan marah, tapi sebenarnya emosi juga bisa dikaitkan dengan nafsu atau keinginan.

Berapa banyak keinginan yang tidak terpenuhi membuat kita naik emosinya, kesal, kecewa dan bete. Keadaan ini bila tidak disikapi dengan baik menjadi sebuah prasangka buruk terhadap siapa saja. Bayangkan Saat kita memiliki keinginan untuk jalan-jalan karena ingin melepaskan kepenatan atau kebosenan. Lalu saat mau berangkat tidak jadi. Di awal yang terbayangkan adalah emosi senang jika keinginan itu terjadi, tapi emosi senang tadi berubah menjadi "sedih", kecewa dan sebagainya. Diterusin emosi ini, berarti semakin banyak lintasan pikiran terutama yang tidak positif muncul. Kalau tidak kuat menahan emosi tadi bisa berujung kepada tindakan yang tidak baik.

Kerugian yang besar jika keinginan itu tidak terjadi. Sudah berapa banyak keinginan kita yang belum terealisir. Dan sudah berapa banyak memori yang kuat tentang kecewa, tidak senang, kesal dan lainnya, yang sangat mempengaruhi kita dalam cara berpikir. Sedangkan kondisi yang bikin kita senang sangat sedikit, maka secara otomatis memori tadi lebih dominan untuk mempengaruhi kita mengambil keputusan. Misalkan keinginan kita itu terhubung dengan seseorang, maka secara otomatis saat melihat orang itu saja sudah membuat kita "tidak nyaman". Bayangkan apa yang terjadi setelah kita dimarahin atasan karena tidak sesuai keinginannya, sedangkan keinginan kita tidak dimarahi. Maka seharian kita memikirkan wajah atasan kita saat marah dan berpikir banyak hal mengapa begitu dan mengapa begini. Saat kita bertemu dengan atasan kita, maka sikap kita berbeda seperti ada rasa "takut" dan kecewa terhadap atasan kita. Kalau bisa jangan bertemu dulu dan seterusnya.


Sepanjang hidup ini dipenuhi dengan keinginan, nafsu dan sejenisnya. Sehari saja bisa puluhan keinginan yang berkembang dalam pikiran kita. Mau dilawan tidak bisa, mau dikendalikan tidak mudah, mau dihilangkan ya nggak mungkin. Sibukkan diri kita dengan aktivitas yang nyata, mensyukuri apa yang ada dan dioptimalkan 


Pesan tren tak bisa dihindari


Kebanyakan orang mengatakan bahwa masalah selalu ada dimana saja, kapan saja dan menghampiri siapa saja. Ini bermakna kita tidak luput dari masalah yang kecil sampai yang besar, mulai dari hanya satu masalah saja sampai bertumpuknya masalah, mulai masalah dari diri kita sendiri sampai masalah dari luar kita. Dan bahkan selalu ada omongan bahwa masalah itu "baik" dan membuat kita naik kelas jika mampu melewatinya. Semua ini sudah dipahami, tapi mengapa pemahaman itu tidak jadi nyata ?

Ternyata kita boleh sangat paham tapi kita sulit melaksanakan pemahaman itu karena banyak hal. Maka hasil resultante adalah kita tidak suka ada masalah atau kita benci masalah. Apakah masalah yang harus dibenci ? Mesti tidak. Karena pemahaman masalah itu baik, maka yang mesti kita benci adalah mengapa kita tidak bisa melaksanakan pemahaman itu. Kepada siapa seharusnya kita benci ? Benci kepada diri kita sendiri. Buat apa kita benci sama diri kita sendiri ... bisa jadi semua itu karena kita belum mampu dan kemampuan itu tidak meningkat karena kita tidak mau. Maka cintailah diri kita sendiri agar semua menjadi semakin baik dan siap naik kelas.

Yuk berpikir baik terhadap masalah, tapi menganggap masalan itu adalah sahabat yaang mengajak kita menjadi semakin baik.

Pesan tren Shalat dan kerja

Dalam beberapa kasus yang dialami karyawan,"shalat tidak mensupport kerja". Secara logika memang shalat ya shalat aja, ibadah kepada Allah. Dalam realitasnya, memang beberapa karyawan itu mengerjakan shalat tidak dengan kesungguhan, seperti tidak tepat waktu dan setelah makan baru shalat. Diterima atau tidaknya shalat kita, hanya Allah yang tahu. Tetapi paling tidak kita bisa mengukur dari apa yang seharusnya kita perbuat dalam shalat. Saat menemui masalah dalam kerja, kita selalu berdoa kepada Allah untuk diberikan petunjuk dan solusi. seiring shalat yang kita lakukan ... petunjuk itu sepertinya lama tampaknya. Lalu ... bagaimana kedudukan shalat bisa memberi solusi kepada kerja kita ?

Allah memiliki hak prerogatif, Maha berkehendak kepada siapa saja dalam rangka menguji bersyukur atau tidak ? Terlepas dari itu, mari kita mendalami untuk menyelaraskan shalat dan kerja kita. Sampai hari ini kita menjadikan shalat untuk membantu kita menemukan solusi masalah dalam kerja. Bisa saja Allah berikan, tapi kan kita mesti mikir apakah Allah itu hanya sebagai pembantu kita. Dalam bahasa teknis disebut pengungkit. Namanya alat atau pembantu maka saat tidak dibutuhkan segera ditinggalkan. Mungkin seperti itulah kalau kita susah atau mengalami masalah, maka kita ingat Allah untuk membantu kita dan sebaliknya saat masalah itu sudah dibantu Allah, maka rada cuekabulkan atau lupa sama Allah. Seolah kita yang menyelesaikan masalah kerja kita.


Shalat adalah ibadah BUKAN pembantu kita, Allah menolong kita karena kita mengerjakan apa yang diperintahkan (salah satu shalat). Allah senang dan ridho atas apa yang kita kerjakan, maka Allah memberi balasan berupa pahala, kebaikan di dunia dan di akhirat. Jadi shalatlah terus dan memperbaiki kualitas shalatnya agar Allah ridho. Sepanjang kita shalat, Allah mengajari kita untuk berdoa apa yang kita minta. Dalam surah Al Fatihah, "Beribadah hanya kepadaKU dan memintalah pertolongan hanya kepadaKU". Artinya shalat dulu yang bagus (ibadah) dan barulah kita boleh minta pertolongan. Apakah pertolongan kita dikabulkan ?

Boleh jadi kita mesti inrospeksi diri, apakah kita sudah mendapatkan pahala yang banyak dari ibadah dan amal saleh kita ? Bisa jadi pahala yang sudah dikumpulkan sudah banyak, dan Allah memperkenankan pahala itu diturunkan untuk kebaikan kita. Apa iya dengan pahala sedikit, Allah mau mengabulkan doa kita ? Bisa ya dan bisa tidak. Seharusnya kita memantaskan diri. Kemudian shalatnya sendiri bisa memberikan keridhoan Allah kepada kita. Shalat itu ibadah untuk mengingat Allah, semakin bagus kualitas ingatnya kita kepada Allah dan semakin sering, maka Allah pun ingat kita. Dengan cara ini shalat kita mudah tersambung dengan kerja kita. Tidak lupa juga kita membuka pintu petunjuk Allah itu lewat kerja yang ikhlas, mengikuti cara yang Allah telah diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. 






Selaraskan iman kita - kerja untuk semakin meningkat iman. Indikator shalat dan kerja adalah shalat semakin bener dan kerja semakin bener dan semakin banyak ibadah dan amal salehnya.


Pesan tren bersyukur atas rahmat Allah

Apakah kita tidak merasa Allah sudah berikan tubuh ini dan kehidupan sebagai berkah dari Allah ? Tidak bersyukur berarti kita menganggap beban menjalani kehidupan ini. lalu merasa berat dengan tubuh ini yang berisi pikiran, hati, indera dan perasaan. Padahal itu semua membuat kita dapat menikmati keberkahan selanjutnya.

Perhatikan alam ini indah, maka pikiran kita menjadi relax dan menyenangkan. Pikiran yang dituntun Allah dapat membantu kita menguasai dan memanfaatkan alam untuk kebaikan kita





 

Pesan tren Bertanyalah untuk tahu

Banyak orang tak ingin bertanya jika tidak perlu. Kadang ada persepsi kalau bertanya itu tidak tahu dan terkesan tidak pintar. Kondisi ini bikin kita merasa lemah diantara orang lain. Padahal saat kita bertanya berarti memang kita tidak tahu, tapi setelah itu kita menjadi tahu apa yang sebelumnya tidak tahu. Bertanya.


Tidak tahu karena tidak bertanya, lalu tidak tahu membuat kita tidak melakukan apapun. Kalau pun melakukannya tapi dengan cara yang tidak tepat. 





Disisi lain, ada yang tahu dan mengerjakannya. Tapi tidak pernah mengukurnya. Maka sebenarnya kita tidak pernah tahu. Jadi cari tahulah apa yang sudah kita kerjakan agar kita dapat mengukur pemahaman apa yang kita ketahui.

Pesan tren seberapa manfaatkah kita ?

Hari demi hari, sudah kita lalui dan sudah banyak perbuatan yang kita lakukan. Dari hal kecil sampai yang besar. Di rumah membantu aktivitas rumah menjadi semakin baik, dan dikantor sudah melakukan yang terbaik untuk keuntungan kantor. Memang begitulah apa yang seharusnya kita lakukan. Tapi ada pertanyaan yang mendalam, apakah atau seberapa banyak perbuatan kita di rumah maupun di kantor bermanfaat ? Khusus manfaat bagi banyak orang disekitar kita.

Bisa jadi kita sudah memberi manfaat bagi orang lain, tapi apakah sudah bermanfaat ? Apa nggak kita mengerjakannya itu untuk mengharapkan balasan. Tentunya azaz manfaat itu adalah ikhlas. Maka ada beberapa cirinya yang bisa kita rasakan sebagai berikut :

1. Beriman kepada Allah.

2. Beramal saleh sebagai akibat dari iman.

3. Berkualitas dalam mengerjakan banyak dengan langkah sederhana

4. Memiliki ilmu pengetahuan yang semakin memudahkan kita mengerjakannya.

5. Menciptakan silaturahmi atau jaringan

6. Orang lain mendapatkan kebaikan

7. Iman kita semakin bertambah men
ingkat kepada Allah

Bayangkan hari demi hari kita tidak mendapatkan kebaikan dari apa yang kita sudah kerjakan. Apakah kita menjadi semakin baik ? Kerjakan dengan ikhlas, belum bisa terus ikhlas dan teruskan kerja dengan ikhlas. Jangan tunda kerja yang ikhlas itu dan kesempatan selalu ada. (Menunda adalah orang kreatif yang selalu mencari alasan baru untuk menutupi ketidakmampuan kita.           


                                                                    


Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...