Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Ikuti petunjuk dapat rahmat

Selamat malam rekan-rekan muslim, malam ini waktu yang pas untuk menerima pesan atau ilmu karena keadaan malam yang membuat kita relax dan mudah memahami sesuatu.

Malam ini saya berbagi bacaan Al Qur'an dan hanya dengerin aja dan baca sedikit. Sebelumnya pesan Al Qur'an itu  mudah dan tidak membuat kita susah. Saya lanjutkan dengan kalau mudah, maka kita semestinya membaca dan memahaminya (mengikuti). Apa yang kita dapatkan dengan mengikuti Al Qur'an ? Kita dapat rahmat, dengan rahmat itu kita bisa diberikan kebaikan di dunia dan di akhirat. Rahmat itu lebih baik dari apa yang kita kumpulkan di dunia ini, masak nggak mau ?

Apakah jika kita tidak mengikuti Al Qur'an tidak berdampak pada diri kita ? Ternyata ada, jika kita tidak mengikuti Al Qur'an, Allah yang Maha rahman maka Allah siapkan syetan sebagai temen kita. Temen yang menghalangi kita untuk berbuat baik, menuju Allah. 

Orang yang mengikuti Al Qur'an itu adalah mereka yang berakal. Allah murka kepada mereka yang tidak mau memahami Al Qur'an, tidak bersyukur dengan akal yang telah Allah berikan. Siapa mereka yang berakal itu ? Mereka yang dalam setiap saat, berbaring, berdiri dan duduk selalu memikirkan ciptaan Allah.

mari kita dengarkan ayat-ayat Allah :


























Kok Masalah lagi ?

Seorang temen curhat,"Mas, kok masalah saya nggak habis-habis ?" Saya hanya bisa berempati dan mengajak untuk sabar. Saya bilang,"bukan masalahnya nggak habis-habis, masalahnya besar". Temen saya bilang lagi,"kok orang "kaya" itu seperti nggak ada masalah". Saya menguatkannya,"Tidak pantas untuk dibandingkan, setiap orang mempunyai masalahnya sendiri". Yuk kita tenangkan diri.

Masalah itu bisa jadi ada lagi, tapi sebenarnya masalah itu belum tuntas penyelesaiannya. Lihatlah masalah dalam secara menyeluruh. Menghadapi masalah bukan berarti masalah sudah selesai. Sebenarnya masalahnya besar, saat kita menganggap sudah menyelesaikan masalah. Padahal masalahnya belum selesai. Mulailah bukan ingin menyelesaikan masalah, karena saat kita berpikir masalahnya selesai, maka muncul masalah lagi.  Mulailah bekerja semakin baik dengan terus belajar sehingga kerja itu bagian yang mesti kita jalani dan fokus. Masalah tidak disikapi sebagai masalah, masalah tidak jadi masalah karena kita semakin kerja yang semakin baik setiap hari.

Kerja dan masalah bukan dua hal yang berbeda, bagaimana kita menyikapi kerja dan masalah sebagai satu-kesatuan. Saat kerja kita semakin baik, maka masalah itu tidak sebagai masalah. Saat kerja yang tidak semakin baik, masalah itu menjadi nampak besar.

Hidup lebih dari sederhana

Hidup lebih dari sederhana memerlukan ilmu dan ketrampilan agar siap menghadapinya. Siapkan diri untuk bisa mengendalikan emosi, dan pikiran agar tetap sederhana.


Dari hari ke hari kita bekerja agar semakin baik, hanya dengan sabar semua kita lewati untuk meraih kesederhanaan baru. 




Masalah mas ?

Masalah ? Setiap orang bilang ada masalah. Kata orang lagi,"hidup ini penuh dengan masalah". Iya sih sepertinya setiap kerja pasti ada masalah. Terus kalau masalah hadir disetiap aktivitas, buat apa ada solusi, toh nanti ada masalah lagi. 
Ada orang yang hidup dengan masalah biasa aja dan semakin mereka kerja terus. Kelihatannya mereka punya uang, sehingga setiap ada masalah bisa selesai dengan uangnya. Disisi lain ada orang yang punya masalah malah bikin hidupnya terpuruk. Umumnya mereka yang terpuruk dan banyak masalah itu sedikit uangnya. Apa begitu ?
Masalah bukan milik orang yang sedikit uangnya, masalah itu menjadi bagian dari kehidupan semua orang. Ada yang ringan dan ada yang berat masalahnya. Setiap orang menghadapi masalahnya masing-masing dan sesuai dengan keadaannya. Bisa jadi masalah itu sama, ringan dan beratnya tergantung dari sikap dan kemampuan mereka yang menghadapinya. Tidak hanya itu, bisa juga masalah itu tidak pernah ditemukan solusinya karena keinginannya yang tidak baik (berangan-angan kosong).
Bagaimana jika kita bersikap positif dengan prasangka baik kepada Allah dalam menghadapi masalah ? Hal ini mendorong kita untuk terus bekerja dengan memperbaiki kemampuan (dibarengi doa untuk dimampukan). Dan mulai berpikir untuk terus bersyukur daripada memiliki keinginan yang tinggi. Bersyukur itu menerima keadaan dan berusaha untuk mengoptimalkannya lebih baik.


Kerja adalah rasa bersyukur untuk melewati masalah sehingga dapat menerima nikmat yang lebih baik. Masalah mas ? Ya nggak lah, yang penting kerja dan memperbaiki kerja lebih baik lagi (proses belajar). 

Keinginan merubah kesederhanaan

Hati-hati dengan keinginan, karena keinginan itu merubah segala hal. Apakah kita siap untuk menghadapinya ? Keinginan menaikkan kemampuan kita, merubah sikap dan perilaku agar mengikuti keinginan, dan terakhir butuh kesabaran tinggi untuk menjalaninya


Kita yang sudah hidup terbiasa mesti tetap mempertahankan sikap dan perilaku sederhana tersebut, kalau tidak kita menjadi selalu tertekan. Saat kita sudah memiliki yang lebih dari sederhana. Punya banyak harta BUKAN berarti harta itu kita miliki semua. Ada milik kitanya dan ada pula untuk berbagi untuk orang yang butuh. 


Hidup sederhana tetap kita jaga sekalipun kita memiliki yang lebih. Kita hanya butuh untuk kebutuhan dasar saja, lebihnya berbagilah bagi yang kurang




Hidup sederhana

Awalnya kita ini hidupnya sederhana dan tidak neko-neko. Hidup sederhana itu nikmat, mencukupkan apa yang kita miliki. Mengerjakan banyak hal tanpa ada tekanan apapun.


Semua orang merasa nyaman saat hidup sederhana. Kesederhanaan itu berubah menjadi tidak sederhana karena ada keinginan untuk yang lebih baik. Salah nggak ? Nggak juga sih. Jalani hidup dengan sikap dan perilaku yang sederhana sekalipun ada keinginan. Bersiaplah belajar untuk bisa menghadapi hidup yang di atas hidup sederhana. 


Yuk hidup dengan keinginan tanpa harus tertekan, karena hal inilah hidup ini menjadi tidak sederhana lagi. 



 

Solusi hati untuk masalahmu

Kok bisa sih, solusi hati untuk masalahmu ? Hanya beberapa orang yang sepaham, atau mereka belum menggunakan hati (agama) dalam melihat masalah. Yang jadi masalah adalah kita masih berpikir di level emosi atau logika sehingga masalah masih dapat diatasi dengan pikiran yang lebih luas dan pengendalian emosi. Perhatikan ada yang sangat pintar dan membayar orang cerdas untuk menyelesaikan masalahnya, ada yang sukses dan ada yang tidak sukses juga. Bisa jadi yang sukses bisa menyelesaikan masalahnya secara logika (mengatur orang dengan aturan yang ketat dan SOP yang ketat pula), tapi tidak menyelesaikan masalah yang tersirat pada orangnya (produktivitas yang sebenarnya).

Contoh, aturan disiplin untuk datang lebih awal. Bisa dibuatkan aturan reward dan penalty, tak hanya itu, juga dilakukan kontrol ketat, atau dibuatkan CCTV. Kemungkinan semua orang dipaksa mengikutinya dan bisa disiplin. Disiplinnya dapat diciptakan dengan ilmu logika dan teknologi. Disiplinnya sukses. Dibalik kesuksesan itu ada yang tersirat yang tidak disentuh dalam disiplin. Apa itu ? Secara fisik disiplinnya didapat. Semangat disiplin bukan sekedar kehadiran datang lebih awal, tapi apa yang mau diperoleh dengan disiplin itu. Misalkan datang lebih awal untuk apa ? Buat apa kalau datang lebih awal, tapi mulai kerjanya juga sama. Ada yang datang dengan terpaksa dan tidak terpaksa, semuanya sama. Terus apa yang membedakannya ? Disinilah menjadi nilai seseorang itu berdisiplin "terpaksa" atau bersyukur. Bayangkan semua orang memiliki kepentingan masing-masing sesuai logikanya, maka disiplin bisa diciptakan tapi produktivitas tidak ada. Dan sebaliknya jika "semua orang" bisa disiplin dengan pemahaman hati (agama), maka produktivitas itu bisa tinggi.


Masalah emosi bisa diselesaikan dengan solusi emosi, tapi belum tentu juga selesai masalahnya

Masalah logika bisa diselesaikan dengan solusi logika, tapi belum tentu juga selesai masalahnya

Masalah hati bisa diselesaikan dengan solusi hati, sekaligus bisa menyelesaikan masalah logika dan emosi. Hati memahami lebih dalam apa yang kita pikirkan dan kita rasakan.

Perhatikan :

1. Masalah muncul karena ketidakmampuan orang untuk menyelesaikan apa yang dihadapinya.

2. Ketidakmampuan berarti ilmu yang belum dipahami

3. Ilmu yang dbelum dipahami cenderung kepada tindakan buruk

4. Tindakan yang buruk terjadi karena kita dikuasai oleh selain Allah (syetan)

5. Penguasaan diri oleh syetan menunjukkan tidak adanya Allah di dalam hati.

6. Masalah dapat dikatakan tidak adanya pengajaran dari Allah di hati kita.

Darimana masalah disiplin itu karena tidak ada pengajaran dari Allah ? 

  1. Bisa jadi berawal dari semua orang merasa sudah disiplin, tapi tidak mendapatkan hasil yang lebih baik. Bukankah sikap ini menunjukkan ketidakikhlasan (bekerja minta dibalas dengan materi/keduniaan). Pengajaran yang bukan dari Allah. 
  2. Bagi sebagaian orang disiplin nggak begitu penting, mereka hanya berpatokan sesuai kerja yang diharapkan. Pengajaran dari Allah tetap mengedepankan disiplin waktu seperti shalat dan ibadah lainnya.
  3. Atau beberapa orang yang memiliki kepentingan sendiri sehingga disiplin hanya terjadi secara fisik (kehadiran).

Bayangkan solusinya dengan hati, salah satunya adalah mengajak semua orang untuk menikmati kehadiran lebih awal di tempat kerja untuk bersyukur kepada Allah tanpa perlu berdesakan atau kemacetan, mempersiapkan kerja dengan baik di waktu yang baik, ingin mempersembahkan kinerja terbaik dihadapan Allah dengan disiplin kerja.  Tanpa perlu memerintahkan orang untuk disiplin, mereka yang hatinya terbuka dapat berdisiplin dengan produktivitas nyata. 

Mengapa perusahaan tidak membiasakan kerja dengan hati bagi semua karyawannya ?  Jika ada pekerjaan, maka mesti ada wawasan bahwa pekerjaan itu bisa dikerjakan dengan hati, logika yang luas dan emosi yang dikendalikan. Paling tidak hari ini, saya melatih hal tersebut dan Anda. 

Katanya mau belajar

Katanya mau belajar, kok belum mulai ? Emangnya kamu tahu kapan saya belajar ? Terus bagaimana perubahannya ? Ya belum lah, namanya baru belajar. Belajar terkadang diterjemahkan dengan sekolah, atau mengikuti seminar dan sejenisnya. Atau memang mau bener-bener belajar lewat video atau menonton. Sebenarnya pada situasi apapun kita bisa belajar, dan bisa juga dari perbuatan kita sendiri. Yang penting ada yang berubah dari diri kita. Sudah berubah dengan hasilnya ?
Sekali lagi kita butuh belajar saat mengalami kesulitan atau tidak mampu mengerjakannya. Terkadang kita masih ngotot terus mengerjakannya, tapi hasilnya sama. Belajar dong ? Tanya temen atau orang yang paham sekarang. Tak perlu menjadi pintar, tapi bisa menyelesaikan kesulitan kita sudah bagus. Belajar dan praktekkan.
Seiring dunia yang semakin cepat berubah, tak cukup belajar jika ada kesulitan, tapi belajarlah terus-menerus untuk siap menghadapi dunia yang berubah. Kita siap berada didalam perubahan itu. Untuk itu sisihkan waktu agar bisa belajar. Kesempurnaan belajar seperti ini mesti dilakukan dengan praktek sehingga pelajaran yang kita pahami semakin sempurna.
Jangan dibatasi oleh pikiran kita sendiri untuk belajar. Saya kan bukan jurusan teknik, maka saya tak bisa belajar. Dan sebaliknya saya kan guru, masak belajar psikologi. Yang terpenting adalah belajar itu mengubah pola pikir yang semakin baik dan mendorong untuk mempraktekkannya. Apakah saya seorang yang tamatan SMA, bisa belajar berdagang ? bisa service AC ? Bisa memasak ? Bisa apa saja yang kita inginkan ? Andalah yang bisa menjawabnya dan pikiran Anda tidak terbatas. Belajar dan mempraktekkan terus-menerus

Ngomong sendiri

Ngomong sendiri ? Tanpa disadari saya suka ngomong dengan diri sendiri, dikenal dengan self talk. Terus ada masalah apa dengan ngomong sendiri ? Kita ini sering dan sangat sering ngomong sendiri saat sendiri atau sesaat mau ngomong sama orang lain. Ternyata, ngomong sendiri itu berbahaya. Kok bisa ? Ngomong sendiri itu sering berulang dan menjadi kebiasaan, yang dominan tentang hal negatif. Disinilah berbahayanya, self talk negatif menjadi memori. 

Apa sih kita bicarakan dalam self talk ? Apa saja yang terlintas dalam pikiran saat itu, misalkan saat kita naik kendaraan umum. Muncul pikiran, "Kok angkotnya lama ya ?" ... pas angkot datang, ada lagi pikirannya,"Yaah, Angkotnya penuh" dan "nunggu lagi makin lama". Kita mikir atau bertanya dan dijawab sendiri. Ngomong sendiri ini cenderung tidak memberikan kebaikan bagi kita.


Ngomong sendiri itu terus terjadi sepanjang hari. Mau lagi diam atau sesaat lagi ngobrol. Apa yang bisa kita perbuat ? Lebih baik membaca buku ? Berat banget, atau menulis ? Semakin berat aja. Dengerin ceramah aja ? boleh juga. Sesuai dengan hobby kita aja. Yang terpenting kalau masih mau ngomong sendiri sebaiknya dikontrol untuk hal baik saja.


Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...