Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Katanya mau lebih kalem

 Katanya mau lebih kalem, tapi berat juga ya. Pemsa aja tenang tapi saat menghadapi sesuatu bisa menjadi responsif atau reaktif.Apa bisa ya kita menjadi lebih kalem. Jika kita lebih kalem, maka sering terlihat agak aneh dari tampilan kita. Kata temen, "tumben kalem". Lebih kalem bukan merubah tampilan kita menjadi aneh, aneh sih tapi tampilan yang lebih menarik. Salah satunya adalah murah senyum dan tenang.

Lebih kalem bukan sekedar menahan emosional kita saja, tapi banyak melibatkan pemahaman dan faktor Allah yang memberikan kita rahmat dan karuniaNya. Apakah kita langsung bisa ? Belum tentu, karena kita sudah menyimpan memori yang tidak kalem cukup lama. Kita wajib menggantikan perilaku kalem yang tenang itu sesering mungkin. Latihan untuk tidak responsif (tidak menjawab/merespon) langsung apa yang kita hadapi. Paling mudah, setiap bangun pagi tidak langsung bangun ke kamar mandi, tapi bisa merasakan suasana dan duduk sebentar di tempat tidur. Lalu mengucapkan syukur atas bangun pagi kita dengan berdoa dan mengucapkan syukur kepada Allah sampai kita membersihkan diri dan siap untuk ibadah. Langkah demi langkah ini untuk melatih kita untuk tenang dan sabar dalam melaksanakan tahapan demi tahapan. Lakukan setiap hari.

Dalam kerja, kita sering mengalami panik saat menghadapi pekerjaan yang berat. Memang kenyataannya kita selalu merasa tidak cukup ilmu setiap menghadapi pekerjaan. Oleh sebab itu sisihkan waktu untuk belajar lagi. Belajar apa ? Belajar untuk meningkatkan kinerja apa yang kita kerjakan sekarang, baik dalam dimensi waktu yang lebih cepat atau kualitas kerja yang menjadi semakin baik.

Katanya mau lebih kalem, yuk sisihkan waktu untuk belajar dan mempraktekkan hal kecil dengan logika dan hati. Perhatikan pula bagaimana kita mampu menjalani step by step dengan tenang (tidak terburu-buru). Insya Allah kita diberikan rahmat dan karunia Allah agar mampu lebih kalem setiap hari



Katanya mau berani

Katanya mau berani, tapi belum juga. Bonek dalam menjadi contoh baik  tapi ada juga buruk. Mereka berani berangkat menonton bola sekalipun nggak ada duit dan saking maunya mereka memiliki semangat luar hanya ingin mendukung klub sepakbolanya. Ada kepuasaan. Tetapi sedikit ada sisi negatif. Mereka menghalalkan segala cara untuk berangkat yang sedikit agak memaksa naik transportasi dan perilaku sedikit tidak sopan dalam perjalanan mereka.
Bagaimana jika mau berani dalam bekerja ? Sebenarnya seseorang hanya mau kerja lebih baik yang membuat dirinya nyaman dan menguntungkan. Kerja yang lebih baik itu sering terhambat saat kita merasa tidak nyaman dan tidak terlihat saat itu untungnya. Hambatan ini bisa menjadi kerja kita kembali dengan gaya rutinitas dan banyak berharap. Ternyata kata berani itu mengajak kita meninggalkan kenyamanan dan keuntungan pada akhirnya. So mau berani, bersiaplah untuk bekerja dengan tidak nyaman dan tidak berpikir untuk untung saat ini.
Ada orang yang ekstrem bisa melakukan ini karena sudah terbiasa atau ada tekad yang kuat karena desakan dari dalam dirinya. Bagaimana kita diberi kerja tambahan atau target lebih tinggi ? Di saat mengambil keputusan logika kita "iya" karena ada iming-iming untung, tapi tidak dengan perasaan kita yang sudah nyaman. Pahami dengan hati bahwa target tinggi adalah amanah untuk meningkatkan kemampuan kita. Bukankah kita diberi potensi pikiran, petunjuk, perasaan dan hati untuk bersyukur ? Allah lewat teladan Nabi menyampaikan bahwa Allah menyukai ibadah yang terus-menerus sekalipun tidak besar. Hikmahnya kerjakan dengan hal kecil yang terus-menerus untu membentuk kebiasaan. Setelah itu kita mulai berani untuk melangkah lebih besar.
Katanya mau berani, yuk aktifkan hati kita agar memahami bahwa Allah telah menciptakan kita untuk percaya dan yakin, dan kita pun dibekali modal pikiran dan perasaan. Harmoniskan hati  pikiran dan perasaan. Insya Allah kita dimampukan.

Katanya mau

 Katanya mau .... bagaimana caranya ? Jawab dan jalani. Seringkali kita bertanya dan menjawab tapi tidak dikerjakan. Maka yang muncul pertanyaan lagi dan kita pun tidak yakin dengan jawabannya, akhirnya hanya sebagai tanya-tanya aja. Hati-hati jika kita bertanya dengan kata awal mengapa ? Karena pertanyaan mengapa membawa kita mencari alasan tapi tidak membawa kita kepada tindakan.

Katanya bisa bermakna keinginan untuk melakukan sesuatu atau meraih sesuatu. Ada yang salah ? Mestinya tidak ada yang salah, dan boleh saja membuat pernyataan "katanya ..." Katannya mau ... hampir semua orang bilang mau. Mau apa ? mau sukses atau mau itu dan ini. Kata mau sudah cukup bagi orang tertentu untuk melakukan tindakan, tapi perlu dorongan kuat lagi untuk mewujudkannya

Dalam sehari-hari banyak yang mau, tapi belum tentu melakukannya. Bisa jadi maunya itu masih berada dalam pikiran kita. Dan pikiran memutuskan untuk bertindak, apa untung dan ruginya ? Kalau pikiran kita dominan memikirkan untung, maka cenderung kita melakukannya. Tapi sebaliknya jika kita fokus kepada rugi, maka kita tidak mengerjakannya. Solusinya sederhana, berikan input hal-hal yang menguntungkan tentang apa yang kita mau, bisa lewat berita, buku, pelatihan dan banyak sumber lain.

Apa yang terjadi jika katanya mau tadi dominan oleh perasaan ? Perasaan memiliki 2 sisi, nyaman dan tidak nyaman  atau enak/ringan mengerjakan atau berat mengerjakannya. Jika maunya kita itu didominasi perasaan tidak nyaman, maka kita tidak ingin bergerak, nyaman dengan situasi sekarang. Sebaliknya perasaan nyaman menjadikan kita tergerak untuk mengerjakannya.

Katanya mau masuk syurga, kok nggak deket atau belum banyak mengerjakan yang Allah mau. Tetap mau kan beriman dan beramal saleh ? Fokuskan hati kita yang didukung dengan ilmu (logika) dan perasaan nyaman. Perbanyak baca Al Qur'an, berteman dengan orang saleh, menyempurnakan amal saleh dan membiasakannya.

Insya Allah katanya mau, sisihkan waktu dan
dapat kita kerjakan. Mulai hari ini tentang hal kecil. Hari berikutnya dikerjakan lagi dan lagi. 

Katanya mau sukses

Katanya mau sukses, tapi kita tidak pernah memulainya. Apakah bisa sukses tanpa memulai dan konsisten ? Padahal mau suksesnya itu tinggi, tapi baru mimpi dan berada di pikiran terus. Ada yang mau bilang, "saya udah memulai dan hasilnya belum ada". lalu apakah yang salahnya ? Kesuksesan buah dari konsisten melakukan sesuatu berhubungan dengan kesuksesan yang kita ingin raih. Dan satu lagi apakah kesuksesan itu yang kita ingin raih itu berupa hasil dari kerja kita ? Misalkan mau jadi kaya, maka kaya itu tidak mudah diraih tanpa kerja, kerja seperti apa yang harus kita lakukan ? Kerja yang dibutuhkan banyak orang lah mengantarkan kita kepada "kaya".
Contoh kerja yang banyak dibutuhkan orang, misalkan kerja = berdagang yang menjadi kebutuhan dasar banyak orang. Jualan nasi goreng, bukankah semua orang suka. Tambahkan kerja itu dengan nilai tambah berupa pelayanan atau porsi yang isinya enak (ayamnya banyak atau nasinya banyak). Kerja seperti ini membawa kita ingin memberi lebih kepada calon pelanggan. Bagaimana dengan kerja di kantor ? Bagus juga, tapi terbentur pada aturan, waktu dan sop. Kerja di kantor bisa kaya ? bisa tapi butuh waktu lebih lama.
Kata sukses seringkali ditafsirkan dengan materi, jabatan dan kepemilikan. Katanya mau sukses, maka sebaiknya kita ciptakan dalam pikiran sukses itu proses perjalanan kerja kita menuju yang terbaik dimata pelanggan. Daripada kita fokus kepada target (keinginan suksesnya) lebih baik fokus kepada kerjanya, yaitu kerja yang memberikan kebaikan bagi orang banyak dan dibutuhkan banyak orang.
Katanya mau sukses, ya kerja. Lalu pilih kerja yang menjadikan kita semakin berkualitas dan menjadi solusi banyak orang. 
Kerja itu adalah tindakan atau perbuatan, kerja yang baik menghasilkan hasil yang baik (sukses). Kerja yang baik = amal yang baik, jika kita kaitkan amal saleh, berati kita kerja yang baik yang dirahmati Allah. Sudahkah kita siap untuk banyak membaca Al Qur'an agar bisa melakukan kerja yang saleh ? Sudahkah kita juga siap untuk kerja yang ikhlas ?
Katanya mau sukses, berarti mau dihargai Allah dengan merahmati apa yang kita kerjakan. Sukses berarti balasan Allah atas apa yang kita perbuat. Sukses dimata Allah, baik buat kita. Yuk menjadi hamba Allah yang saleh agar sukses dunia dan akhirat.

Katanya mau dapat hasil

Katanya mau dapat hasil, apa iya bisa tanpa kerja keras yang luar biasa ? Kata orang memang mesti kerja keras, lalu kerja cerdas dan kalau bisa kerja ikhlas. Apa mungkin apa yang kita inginkan itu terjadi ? Tergantung kerjanya. lalu bagaimana kerjanya ? sudah maksimal, tapi ada hasilnya
Kerja ya pasti kita kerja, yang menjadi pertanyaannya, apakah kita tahu pasti apa yang seharusnya kita kerjakan ? Untuk itulah kita selalu ingin cepat dicapai, jadi kerjanya yang besar. Dalam kerja yang besar pasti banyak hambatan dan masalah. Lalu gemana ? Kita butuh semangat untuk kerja, dan semangat itu kalau lebih besar dari kerjanya (yang detail dan mudah), maka semangat menjadi bertumbuh. Yuk kita detailkan kerja yang mesti dikerjakan dengan baik.
Apa iya juga kita bisa berhasil ? Segala sesuatu pasti izin Allah, maka selain mesti menyempurnakan kerja kita dengan ilmu yang bener, maka kitapun melakukan kerja hati yang meminta Allah mengizinkannya. Maka kerja ikhlas itu menjadi hal utama agar dirahmati Allah
Insya Allah kita diberikan kesehatan agar mampu melakukan kerja yang konsisten. Dan dibimbing untuk ikhlas dan istiqamah. Aamiin

Katanya mau semangat terus

 Katanya mau semangat terus, tapi kok tujuan kita belum tercapai. Mengapa belum tercapai ? Karena kita belum konsisten semangatnya. Semangat kok ? Semangat untuk tujuan A belum benar-benar ditindaklanjuti dengan aktivitas A yang konsisten, maka hasilnya belum terwujud baik. Seseorang dibilang baik, jika orang tersebut konsisten berbuat baiknya, dan berbuat baik itu konsisten karena didukung oleh semangat berbuat baik.

Emang bisa orang konsisten untuk berbuat baik (bersemangat terus berbuat baik) ? Dalam keseharian kita banyak aktivitas yang terjadi, makan dan minum, isitrahat, kerja A - Z dan lainnya. Terkadang Saat kita ingin mengerjakan hal baik terhenti oleh aktivitas lain yang memang seharusnya kita kerjakan (rutinitas) atau aktivitas lain. Mau berbuat baik kepada si A, tapi orangnya nggak ada lalu kita menjadi melakukan hal lain. Begitu yang sering terjadi. Semangat itu pasti butuh media yaitu aktivitas. Semangat A tidak selalu diikuti dengan aktivitas A, kadang B atau lainnya. Semangat itu perlu dijaga dengan tetap terus beraktivitas yang baik.

Berhati-hati dalam beraktivitas, karena bisa jadi semangat kita "hilang". "hilangnya" semangat itu disebabkan aktivitas yang menjauh dari aktivitas yang seharusnya kita lakukan. Bisa dikatakan kehilangan fokus semangat. Tetapi di lain hal, semangat untuk aktivitas yang tidak terhubung dengan  keinginan kita bisa menambah semangatnya. Intinya tetap beraktivitas.

Membayangkan semangat untuk shalat, karena suatu hal menjadi lalai. Ada temen baik ngajak ngobrol maka bikin kita menunda shalat. Semakin larut obrolannya semakin lama dan shalatnya yang tadi semangat menjadi kurang semangat, biasanya terburu-buru shalatnya. Apakah ada penyesalan ? Jika ada maka semangat yang tadi kurang semangat menjadi bertambah semangat karena merasa berdosa. Semangat ini menjadi berbeda dan semakin baik untuk melakukan shalat.

Apapun semangat kita perlu dijaga dan tetap fokus dengan semangat awal agar apapun yang kita kerjakan membuat semangat menjadi lebih kaya nilainya.


Katanya mau santai

Katanya mau santai, tapi faktanya tak mudah mendapatkannya. Lagi kerja rasanya tak bisa santai, dan berharap setelah kerja bisa santai ... tapi nggak juga. Abis kerja malah capek bukan santai. Lalu kapan ya ? terbayangkan jika dalam seminggu kita tidak merasakan suasana santai yang benar-benar memanjakan kita sendiri.
Temen bilang,"kan udah santai saat istirahat dalam kerja". Bener sih istirahat, tapi dalam isitirahat itu tidak membuat kita santai tapi malah mikir kerja berikutnya (abis istirahat). Terus, apa sih istirahat itu ? Istirahat oleh kebanyakan orang adalah suasana dimana pikiran relax, perasaan senang dan suasana hari yang bahagia. Kalau begitu susah dong dapetnya. Kerja sudah membuat kita tidak relax karena ada beban dari target kerja. Paling bisa santai kalau abis pulang kerja, apa iya ? Santai sih, tidak kerja tapi nyatanya bukan santai ... kita capek.
Pikiran kita yang terbebani setiap hari karena memang pikiran memandang kerja itu seperti beban dan harus dikerjakan. Keadaan ini membuat perasaan kita tidak nyaman, tidak santai. kerja yang santai ... tidak baik, tapi santailah (nyaman) dalam kerja yang membuat kerja menjadi luar biasa. Mulailah untuk mengubah persepsi tentang  kerja agar pikiran, perasaan dan hati menjadi santai, relax, tenang dan nyaman. Bukankah kerja itu sama halnya aktivitas lainnya yang mesti kita lalui, tidak mesti diselesaikan hari ini tapi bagaimana kita mengerjakan dengan bener. Bukankah kerja itu bagian dari rasa syukur kepada Allah karena kita diberi amanah dimana kita diizinkan Allah bekerja. Dan banyak lagi ... 
Insya Allah sikap seperti di atas dapat juga kita terapkan dalam beribadah. Shalat misalnya, bukan lagi kewajiban yang membuat kita "berat"menjalaninya. Mengapa shalat tidak kita jadikan media komunikasi dengan pencipta untuk curhat dan memohon pertolongan (mintalah pertolongan dengan shalat dan sabar).
Yuk kalau kita katanya mau santai, belajarlah menata pikiran, perasaan dan hati agar mengikuti apa yang kita inginkan.

katanya mau sehat

Katanya mau sehat, tapi kok aktivitasnya begitu begitu aja, tidak semakin berkualitas. Padahal apa yang kita hadapi semakin besar, apa kuat tubuh kita ? Apa siap pikiran kita ? Apa mampu kendalikan emosi kita ? Apa iya kita bisa sabar ? Semua pertanyaan tadi mengajak kita untum semakin beraktivitas yang lebih baik dan semakin sehat.
Sakit ? Nggak sukalah. Tapi bisa sakit. Kalau begitu nggak perlu panik dan bersikap buruk. Sakit dan sehat seperti 2 sisi mata uang yang bergantian hadir. Saat sehat  bekerjalah maksimal dan saat sakit, kita mesti berprasangka baik sehingga kita merasa bersyukur. Bisa menghapus dosa dan menjadi semakin baik. Jadi tetaplah kerja yang maksimal sekalipun sakit.
Sakit ya ke dokter dong. Iyalah sebagai upaya untuk sembuh. Sembuhnya kapan ? Sakit pasti ada waktu, artinya waktu sembuhnya sudah tertentu. Mau dicepetin nggak bisa jadi bersabarlah karena semua itu proses yang mesti dilalui.
Katanya mau sehat, yuk selalu meningkatkan aktivitas dan amalan yang baik agar Allah merahmayi kehidupan kita. 

Katanya mau sikap positif

Katanya mau bersikap positif, tapi kok baperan terus. Ada orang yang negur kita, malah kita tidak suka tegurannya. BUkankah teguran itu mengingatkan ada yang "tidak sesuai" atau salah pada diri kita. Kita bilang,"saya sudah bener kok?". Bener menurut kita, tapi tidak di mata orang lain. Saat ditegur kita lebih fokus kepada orangnya daripada pesan yang disampaikan, jadi baper deh.
Apa sih yang dimaksud dengan sikap positif ? Sikap itu adalah respon atas apa yang kita hadapi. Misalkan kita ditegur "jalannya yang sopan dong". Sikap merupakan wawasan, pengalaman dan pengetahuan tentang jaln yang sopan. jika kita memahami dengan bener, maka pikiran kita merespon positif. Kita bilang ,"terima kasih". Tapi sebaliknya jika kita sangat reaktif/responsif maka pengetahuan tadi tidak terhubung yang menyebabkan kita terpancing emosi, inilah sikap negatif. Sikap negatif menghasilkan tindakan negatif, bisa jadi kita marah dan malah menegur orangnya, "saya sudah tahu".
Mana yang baik sikap positif atau sikap negatif ? Pasti semua menjawab sikap positif. Tapi dalam faktanya kita tidak mudah melakukannya. Hanya karena uang Rp 10.000 bisa berantem. Maka kita perlu menguatkan pikiran dan hati agar kita semakin dominan dengan wawasan dan pikiran posiitf. Dominasi ini mendorong kita mendahului pikiran dibanding perasaan. Jadilah kita bertindak positif.
Bayangkan saat kita mendengar azan ? Responnya ada yang biasa aja tidak tergerak shalat dan ada juga antusias menjawab dan meresponnya dengan shalat. Belajar untuk memahami tentang azan menjadi penting agar kita dapat menyikapi positif saat mendengarnya. Sama halnya dengan ibadah lainnya ... bisa jadi memang kita hanya tahu sedikit tentang ibadah tersebut maka respon dan ibadah jarang kita lakukan (kualitas rendah).
Insya Allah kita diberi petunjuk dan digerakkan untuk selalu belajar dan membuktikan (mengamalkannya) agar muncul keyakinan untuk bisa bersikap positif.

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...