Memberi ruang bagi pikiran untuk disemangati agar menjadi apa yang kita inginkan dengan Perbuatan yang baik
e-Book Munir Hsan Basri
Katanya mau hemat
Katanya mau konsisten
Katanya Mau semangat
Katanya Mau Mulai
Kita memiliki banyak keinginan ini dan itu, bahkan setiap hari bisa berganti dari satu keinginan ke keinginan yang lain. Semua keinginan itu dimaksudkan untuk membuat kita semakin baik. Ingin pendapatannya bertambah, maunya mengikuti temen yang sudah sukses. Bermaksud dari yang kecil dengan langkah demi langkah untuk memulai. Tapi nyatanya kita hanya memiliki keinginan yang besar tapi tak mampu mewujudkannya
Katanya mau memulai .. selalu ada hambatan untuk memulai. Diantaranya tidak ada waktu, bayangkan jika memang kita tidak ada waktu, maka mengapa kita menghadirkan keinginan kita. Tidak salah dengan keinginan itu tapi keinginan itulah yang telah menghabiskan banyak mulai "melamunkan" sampai berpikir bagaimana caranya dan apa yang kita rasakan setelah meraihnya. Bisa jadi waktunya habis 1 jam, hanya 1 jam ? Kenyataannya kita mengulang kembali hal tadi minimal lebih dari 2 kali .... Banyak kan waktu yang habis. Memulainya tidak terjadi tapi waktu sudah habis tanpa hasil
Bayangkan dalam sehari atau seminggu atau sebulan kita memiliki banyak keinginan dan keinginan itu sangat kuat untuk diwujudkan .... hasilnya tidak ada. Pernah terjadi kita memulainya tapi berselang waktu semua itu berhenti.
Apakah benar kita tidak memiliki waktu lagi ? Artinya kita sudah memiliki aktivitas rutin dan mungkin ada waktu sisa. Aktivitas rutin sudah menjadi kuat dan susah diambil waktunya. Kondisi nyaman untuk aktivitas rutin karena sudah menjadi kebiasaan. Bagaimana dengan waktu sisa ? Waktu sisa cenderung digunakan untuk istirahat atau santai. Bisa nggak sih waktu itu digunakan ? Pasti bisa, tapi kita cenderung nyaman dan nggak berani dikorbankan. Jadilah kita ini tidak memiliki waktu.
Solusinya dapat kita lakukan beberapa hal :
1. Bagikan keinginan kita menjadi keinginan kecil yang bisa kita lakukan. Yakinlah dengan hal kecil kita dapat dilakukan dengan waktu yang pendek. Lakukan waktu singkat itu setiap hari (bisa jadi 10 menit atau lebih) dengan aktivitas mudah, Insya Allah keinginan itu bisa diwujudkan.
2. Tulislah keinginan kita dan beranilah menganalisanya sedetail mungkin. Hal ini mengurangi rasa takut atau kekhawatiran kita untuk bisa diwujudkan. Keinginan itu biasanya besar dan masih global memunculkan rasa "ketakutan" apakah saya bisa ?"
3. Mulailah menyisihkan waktu 5 - 60 menit per hari untuk mewujudkan keinginan kita, keinginan yang menjadikan kita semakin baik. Kalau tidak melakukan ini, maka karir atau pendapatan kita stabil (membosankan)
Saya yakin kita memiliki banyak solusi yang detail disamping memiliki keingnan. "Katanya mau Mulai" Bismillahirrahmanirrahiim ... Allah melihat apa yang kita kerjakan dan berdoa agar Allah meridhaiNya
Katanya mau dapet duit
Katanya mau mengerjakan ini dan itu
Dalam keseharian kita, banyak hal yang ingin dikerjakan ... kerja ini dan kerja yang itu, semua kerja itu tidak lain untuk membuat kita lebih nyaman. Mau kerja ini agar kita mendapatkan uang lebih, Mau kerja yang itu agar nanti bisa menikmati hasilnya. Tapi memang sebatas mau doang, belum mengerjakannya.
Untuk menyenangkan hati sebagai pembelaan diri, kita bilang,"saya sudah mengerjakannya, tapi hasilnya tidak sesuai keinginan". Karena memang mau memuaskan hati, maka kita pun menjawab seperti hal tadi. Hasil dari kerja ini dan itu mulai nampak jika kita konsisten melakukannya. Kata "sudah mengerjakan" menunjukkan hari ini tidak mengerjakannya lagi. Apa yang sudah kita kerjakan membuahkan hasil hari ini. Lalu karena "sudah mengerjakan" maka besok hari tidak memberikan hasil kepada kita. Jadi jika kita mau mengerjakan ini dan itu, maka hal itu mesti dikerjakan terus-menerus.
Mengapa kita terhenti (sudah mengerjakan) dari mengerjakan ini dan itu ? Pertama hasilnya tidak menggembirakan atau malah mengecewakan yang membuat kita tidak yakin untuk meneruskannya.Hal ini terjadi tanpa disadari karena kita sudah merasa cukup ilmu untuk mengerjakan ini dan itu. Dalam situasi kita "mau" menunjukkan perilaku (ilmu kita) belum sama dengan apa yang ingin kita mau. Untuk itu konsistensi itu mengajak kita untuk terus belajar dan menerapkannya dalam kerja agar hasilnya diperoleh. Dari waktu ke waktu dengan kemauan yang kita miliki kerja kita semakin kaya dan semakin sempurna.
kedua bisa juga karena kita merasakan berat untuk mengerjakannya, berat atau malas ? Ya. Semua ini memang motivasi yang kurang dan ilmu yang tidak cukup. memang semua yang kita mau itu pasti berada di atas kemampuan kita sekarang. Sudahkah kita bersedia menyisihkan waktu untuk meningkatkan kemampuan kita ? Tanpa belajar dan menambah ketrampilan, apa yang mau kita kerjakan ini dan itu ... terlihat berat dan menjadi mimpi.
Ketiga memang kita tidak memiliki gambaran (visualisasi) tentang apa yang kita mau kerjakan. Hal ini membuat kita mengerjakan yang tidak semestinya dan mudah untuk beralih kepada pekerjaan lain.
Katanya mau mengerjakan ini dan itu ... untuk tambahan pendapatan. Awalnya kita bingung mau mengerjakan apa. Seharusnya kita menentukan arah apa yang mau dikerjakan. Misalkan mau bisnis online ... kita memulai. Dalam perjalanan hasilnya tidak menggembirakan dan berhenti. Kita mau berbisnis online ... kita mesti sadar keadaan kita sekarang (ilmu dan ketrampilan), maka kita mesti membangun sikap dan kemampuan menjadi pebisnis online. Kita tergoda untuk membeli paket bisnis online yang instan, tapi semua paket bisnis itu tetap membutuhkan sikap dan kemampuan yang mumpuni.
katanya mau mengerjakan ini dan itu |
Insya Allah kita selalu diberi petunjuk menjadi hamba yang pandai bersyukur, yang menyadari keadaan kita sekarang (nikmat). Kita mesti siap dengan sikap dan kemampuan untuk mengolah keadaan kita sekarang menjadi sesuatu yang memiliki nilai tambah. Bayangkan kita ubah "katanya mau mengerjakan ini dan itu" kepada rasa syukur. Insya Allah selalu ada hasil dari rasa syukur itu
Katanya mau hebat
Judul sebagai lanjutan tentang "katanya mau ...". Begitulah saya ambil tema "katanya mau hebat". Kata hebat menjadi sesuatu yang luar biasa, melebihi dari orang dan diakui. Tentu tidak ada orang hebat untuk semua bidang. Misalkan hebat bisnisnya, belum tentu semua bisnis ... kehebatan bisnisnya dibidang jualan ayam misalnya. Bahkan ada orang hebat di bidang pengolahan sampah menjadi produk miniatur. Jadi kata hebat itu mendorong kita untuk belajar dan menguasai (memahami) dengan mahir. Apakah ada keinginan Anda untuk menjadi orang hebat ? pasti ada dong.
Kalau begitu semua orang mau jadi hebat, "iya". lalu munculnya judul tersebut "katanya mau hebat". Apakah Anda memahami bidang Anda dengan benar ? Apakah Anda sudah belajar dan mempraktekkannya banyak hal ?
Katanya mau hebat ...
Kok masih banyak malasnya ?
Kok masih terus mikir tapi tidak sungguh-sungguh jalani yang sudah tahu ?
Kok melemah saat menghadapi masalah ?
Kok belum yakin dengan apa yang dipikirkan ?
Kok belum mulai-mulai ?
dan banyak lagi pertanyaan yang mengusik keinginan kita mau hebat tapi tidak diamalkan apa yang sudah kita bisa.
Masak sih nggak bisa hebat ? Kan tidak ada orang yang hebat tanpa belajar, tanpa amal dan evaluasi, tanpa ada masalah, tanpa proses dan memerlukan waktu yang panjang (sesuai amal kita), dan banyak lagi.
Lalu mari kita singkirkan pikiran negatif dan membangun kalimat positif dalam pikiran. Keadaan ini tidak mudah tapi bisa.
1. Tentukan mau hebatnya, apa yang menjadi pekerjaan kita saat ini adalah bidang yang sudah kita pahami dan kuasai dengan baik, dan tinggal memperdalam aja
2. Buatlah pertanyaan bagian mana yang bisa kita percepat atau yang bisa kita tingkatkan kualitasnya. Buatlah list apa yang mesti kita lakukan
3. Praktekkan dan evaluasi dengan benar, lakukan perbaikan
4. Pasang target yang lebih tinggi lagi atas apa yang hebat yang ingin kita perbuat
5. Yakinlah bahwa semua atas izin Allah, maka percay dan yakinlah bahwa Allah bisa mengizinkan asal kita banyak berbuat dengan kesungguhan.
6. Seiring apa yang kita kerjakan di atas, Insya Allah ada petunjuk mengiringi masalah dan cara yang lebih mudah.
Katanya mau hebat |
Bayangkan dari hari ke hari kita mengerjakannya ... langkah satu, kemudian dua dan seterusnya. Semua langkah itu semakin hari mengantarkan kita mendekat kepada kehebatan yang kita ingin ciptakan. Teruslah memotivasi diri menuju keadaaan yang semakin baik.
Katanya mau belajar
Kata belajar itu sering ditafsirkan berkaitan dengan sekolah formal, belajar di sekolah SD, SMP, SMA sampai Universitas. Lanjutannya belajar di sekolah formal tadi menjadi UKURAN kemampuan seseorang untuk bisa melanjutkan kerja di perusahaan. Jika seseorang tidak lulus atau tidak lengkap pendidikan belajarnya, maka nilainya dianggap dibawah yang belajar sampai tinggi.
Sebagai contoh, seseorang lulusan SMA tidak sama kedudukannya dalam kerja di perusahaan karena belajarnya. Sama halnya dengan seseorang yang lulus S2 lebih tinggi kedudukannya terhadap lulusan S1. Belum lagi melihat dimana mereka sekolah (belajar).
Ok lah, belajar itu adalah menambah pengetahuan dan ketrampilan, Orang yangi elajar di sekolah lebih dominan memahaminya dengan sedikit praktek sehingga banyak lulusan itu mesti banyak beradaptasi dengan lagi. Bahkan saking saat menerima tugas-tugas dalam kerja yang diberikan dan menjadi sibuk denga kerjanya. Dan lupa belajar lagi
Belajar membuat kita berada di posisi lebih baik. Demikian juga saat kita belajar di tempat kerjaan. Bukankah hasil belajar dalam kerja itu memberi dampak proses kerjanya lebih mudah dan cepat serta mampu mengerjakan banyak hal. Ujung-ujungnya duit alias pendapatan meningkat. Belajar berarti menaikkan nilai duit. Penjelasan ini bisa menjadi motivasi dan keinginan semua orang, Tapi faktanya banyak orang mengeluh pendapatannya kurang. Pendapatan kurang berarti kemampuannya kurang, kemampuan kurang karena tidak belajar lagi. Anda mau bantah, "saya belajar kok". Bener sih kita belajar tapi outputnya (hasilnya) tidak ada, alias hanya tahu dan paham saja. Buktinya ? Kita semua masih mengerjakan kerjaan dengan cara yang sama setiap hari dan setiap bulan ... belajar kita tidak kontinu seperti halnya kita belajar dari kelas 1 naik kelas 2 dan seterusnya.
Dalam kerja bisa jadi kita telah belajar, tapi belajar hanya sekali dan setelah tidak lagi. Padahal kerja kita semakin hari semakin tinggi dan banyak. Apakah cukup hanya belajar hari ini saja ? Tidak cukup, setiap hari mesti belajar. Buktinya kita tidak belajar kontinu adalah kita mengalami stress, tidak terkendali emosi dan suka mengeluh. Ditambah lagi kita tidak suka belajar. Semua dikerjakan sebagai rutinitas saja, lalu bosen.
katanya mau belajar |
Apa yang mesti kita lakukan dan dari mana memulainya ? Mulailah dengan niat belajar untuk Allah, maksudnya belajar itu karena banyak melakukan amal saleh dengan kerja yang kita lakukan. Yakinlah bahwa Allah memudahkan kita belajar. Setelah itu melihat satu kerjaan yang kita jalani, apakah ada masalah ? pasti ada mau bilang tidak ada masalah. Bukan itu maksud saya, jawablah pertanyaan berikut, Apakah ada cara yang lebih mudah dan cepat serta memiliki nilai yang tinggi dalam mengerjakan kerjaan tadi ? Pertanyaan ini dapat mengantarkan kita kepada aktivitas belajar. Jawaban kita,"saya mesti belajar lagi". Dari sinilah kita didorong untuk membuka buku lagi, bertanya kepada orang, melihat referensi apa saja dan bahkan kita dituntut mencarinya. Dan jangan lupa belajar itu bukan sekedar pengetahuan teknis saja, tapi bisa jadi belajar non teknis yaitu mengendalikan diri terutama emosional kita (perasaan kita). Dalam banyak kondisi, kita pintar tapi tidak mau mengamalkannya karena gengsi, emosi negatif dan sejenisnya.
Katanya mau belajar, nanti hasilnya kebaikan buat kita. Semoga jalan menuju kehidupan lebih baik di dunia dan di akhirat kita dapatkan bersama Allah dengan niat yang ikhlas.
KATANYA MAU DUIT
Seorang staf saya selalu mengeluh,"pak, kok gaji saya nggak naik-naik". Mendengar keluhan itu saya hanya mendengar panjangnya keluhan itu. Katanya,"kebutuhan saya tidak tercukupi dan kurang. Nggak cukup pak". Saya belajar dari staf saya ini untuk menjadi semakin baik, ada beberapa kata yang saya jadikan kata kuncinya.
1. Gaji nggak naik-naik
2. Kebutuhan tidak cukup
Saya mulai berbicara kepada staf saya," gaji kamu tidak naik. kalau mau naik salah satunya kerjaan meningkat atau capai target atau tambah kerjaan. bagaimana ?" dan staf saya bilang,"nggak begitu pak. sekarang aja udah banyak dan stress". Lalu menuliskan berikut ini
Gaji naik = kerjaan tambah = capai target (atau melebihi), pertanyaannya adalah apakah kamu melakukan semua itu ? Bukankah pekerjaan kamu setiap bulan sama, apa mungkin naik gaji ? Lalu staf saya bilang,"iya sih".
"mau tambah pendapatannya ?" tanya saya dan langsung saja staf saya jawab,"mau dong". Saya langsung bertanya, "apakah kamu beriman kepada Allah ?" Dia langsung jawab,"iya". "oke kalau begitu" kata saya.
Saya menjelaskan
Uang atau gaji itu adalah hasil dari kerja
Jika ingin menambah uang berarti menambah kerja baik jumlah atau kualitasnya
Jika kerja yang sama setiap bulan berarti uang pun sama
Tapi saya lanjutkan dengan Uang bisa bertambah dengan sedekah (mengeluarkan) untuk orang lain dengan ikhlas. Tapi staf saya bilang,"bagaimana mau sedekah, uang aja kurang". Disinilah saya dan staf saya diuji, apakah saya dan staf saya beriman ? Percaya dan yakin dengan petunjuk Allah. Allah membalas hingga 700 kali. Jadi intinya didalam kesulitan itu ada jalan keluar, sedekah dengan uang yang kurang BISA menambah uang lebih banyak.
Yang terpikirkan oleh saya dan banyak orang termasuk staf saya adalah uang cukup dengan menekan atau mengurangi kebutuhan. Tapi kita tidak mudah melakukannya, alias agak "menderita". lalu kita berpikir juga bahwa uang bisa cukup (bertambah) dengan menabung. Apakah berani kita menabung. Kedua hal ini dibutuhkan keberanian mengambil keputusan dan sama-sama mengalami keadaan yang tidak nyaman. Bagaimana dengan sedekah ? Sama halnya soal keberanian (percaya dan yakin). Tetapi sedekah pasti balasannya tapi mengurangi kebutuhan dan menabung menjadi kurang pasti.
Dari hikmah tulisan di atas, Petunjuk Allah itu adalah solusi bagi kehidupan kita di dunia dan akhirat. Persoalannya adalah apakah kita percaya dan yakin ? Kita tidak pernah sedekah kalau tidak pernah memulai sekalipun pemahaman kita sangat baik. Untuk bersedekah pertama kali butuh keberanian, dan keberanian itu bisa dimulai dari yang kecil. Bersedekah dari yang ringan dan mudah ... pastikan dilakukan setiap hari.
Insya Allah tulisan motivasi ini bisa memberi kebaikan buat kita semua
Featured post
Apa iya karyawan itu mesti nurut ?
Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...
-
motivasi diri hari ini masih berbicara tentang hal kecil yang kita sepelekan dalam hidup ini. Motivasi yang berdasarkan motivasi Islam yang...
-
Hampir semua orang ingin menjadi orang sukses, tapi ada beberapa orang yang mengatakan,"saya nggak mau sukses, saya mau jadi orang bai...
-
Ada banyak keinginan yang ingin kita raih, pengen sukses, pengen kaya, kaya bahagia, pengen beli mobil dan sebagainya. Pahami dan yakinilah...