Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Katanya mau hemat

Katanya mau hemat, tapi kok berpikir jangka pendek. Apa-apa maunya yang murah, beli barang, beli makanan dan sebagainya. Apakah yang murah itu selalu hemat ? Mau hemat uang, makannya yang murah yang kurang bergizi. Akibatnya mudah terserang penyakit dan akhirnya bayar mahal untuk obat dan dokter. Atau kita beli TV Murah, ternyata kualitas kurang baik yang bikin kita malas nonton dan bisa jadi cepet rusak. Akhirnya kita beli lagi TV baru.
Kata hemat tidak selalu murah. Hemat bisa berarti memanfaatkan apa yang ada sehingga tidak perlu membeli. Misalkan kita ingin berkunjung ke temen, dengan tubuh yang sehat kita bisa menggunakan angkutan umum daripada menggunakan kendaraan sendiri. Atau karena ingin membeli seusatu, maka belilah barang sesuai kebutuhan dan tidak tergiur dengan promo dan fitur produk yang mewah. Perhatikan saat kita membeli TV dengan teknologi canggih, faktanya kita hanya menghidupkan dan mematikan TV, memindahkan chanel saja. Yang bilang ada internetnya jarang digunakan. Apa yang kita beli terkadang berlebihan dibanding apa yang kita butuhkan
Sebaliknya ... dalam beribadah. Kalau shalat kita malah hemat tidak menggunakan pakaian yang bagus bahkan menggunakan pakaian seadanya. Padahal dalam shalat kita mesti memberikan yang terbaik, terutama berpakaian yang terbaik. Sama halnya dengan sedekah, kita sering irit atau berhemat yang penting ikhlas katanya. Padahal sedekah itu semakin banyak semakin bagus.
Bijaklah dalam berhemat, jauh lebih penting kita mendapatkan banyak hal, ilmu, uang dan hal lain. Dengan menjadi "kaya" atau berlebih, maka kita semakin berhemat dengan nilai yang lebih banyak. Sudahkah kita berilmu ? jika belum banyak, maka kita menjadi pelit (berhemat) dengan ilmu. Sudahkah kita memiliki uang yang banyak ? Jika belum maka kita menjadi semakin mudah berhemat tapi tidak mampu memberi yang banyak.
Insya Allah kita selalu dimampukan Allah dalam berakaitivitas dan Allah memberi keberkahannya.

Katanya mau konsisten

Katanya mau konsisten ... kok bisa berhenti melakukan sesuatu. Kapan dapet hasilnya ? Bisa jadi kita sudah mendapatkan beberapa saja, tapi setelah kita tidak memperolehnya lagi dengan lebih baik.  Apa iya kita kerja dengan beberapa kali saja bisa berhasil ? Konsisten itu wajib, konsisten ya kebiasaan baik. Semua itu dasar untuk meraih hasil.
Bayangkan jika konsisten itu tanpa semangat ... ya jadi tidak konsisten. Tidak perlu mikirin konsistennya tapi pikiran mnjaga semangatnya, maka konsisten pun mengikuti.
Semangat yang bisa stabil berarti bersumber dari sesuatu yang mutlak (yakin). Selama ini kita bersemangat karena ada hal yang ingin dicapai, misalkan kita semangat kerja karena uang. Pertanyaannya, apakah kita sudah mendapatkan uangnya ? belum sesuai target, keadaan ini bisa menurunkan semangat. Apalagi kita tidak mendapatkan tambahan uang selama melakukan kerja. Semangat menjadi hadir jika ada uang, atau semangat hadir jika ada hasil uang. Perhatikan diri kita sendiri ... semangat kita naik-turun karena ada daya tarik uang atau nggak, atau hasil (Uang) yang kita peroleh.
Pernahkah kita berpikir bahwa sebenarnya semangat itu bukan untuk hasil tapi semangat itu terhubung dengan kerjanya. Jadi hadirkan semangat itu untuk kerja yang berkualitas, bukan sekedar hasil yang kita dapatkan (uang).
Semoga kita diberikan jalan untuk menemukan semangat yang bisa membuat kerja kita jadi konsisten. Dari hari ke hari mampu menciptakan kebiasan menuju apa yang kita inginkan

Katanya Mau semangat

Saat kita memiliki tujuan, katakanlah kerja cari uang. Maka ada orang yang semangat dan terkadang ada juga yang kurang semangat. Kalau nggak semangat bisa karena sudah "tahu" duluan bahwa setiap bulannya sekian. Mau semangat kayak apa kalau uangnya segitu terus setiap bulannya. 
Berbeda dengan orang yang melihat semangat bukan sekedar cari uang. Memang sama kerjanya cari uang. Semangat itu untuk menjadi energi buat cari uangnya. Semangat itu mencerminkan kualitas kerja kita, kerja yang terbaik. Insya Allah dengan semangat ini kita mendapatkan ridho Allah. Allah Maha Melihat apa yang kita kerjakan. Maka bersemangat itu menjadi penting dalam kerja untuk menentukan nilai/kualitas kerja dan konsistensinya.
Kalau begitu yuk kita semangat kerja meraih uang (rezeki) dengan menunjukkan kesungguhan dan kualitas kerja yang terbaik.
Insya Allah kita selalu dicurahkan petunjuk, ilmu dan hati yang mampu menyemangati diri untuk Allah. Aamiin

Katanya Mau Mulai

Kita memiliki banyak keinginan ini dan itu, bahkan setiap hari bisa berganti dari satu keinginan ke keinginan yang lain. Semua keinginan itu dimaksudkan untuk membuat kita semakin baik. Ingin pendapatannya bertambah, maunya mengikuti temen yang sudah sukses. Bermaksud dari yang kecil dengan langkah demi langkah untuk memulai. Tapi nyatanya kita hanya memiliki keinginan yang besar tapi tak mampu mewujudkannya

Katanya mau memulai .. selalu ada hambatan untuk memulai. Diantaranya tidak ada waktu, bayangkan jika memang kita tidak ada waktu, maka mengapa kita menghadirkan keinginan kita. Tidak salah dengan keinginan itu tapi keinginan itulah yang telah menghabiskan banyak mulai "melamunkan" sampai berpikir bagaimana caranya dan apa yang kita rasakan setelah meraihnya. Bisa jadi waktunya habis 1 jam, hanya 1 jam ? Kenyataannya kita mengulang kembali hal tadi minimal lebih dari 2 kali .... Banyak kan waktu yang habis. Memulainya tidak terjadi tapi waktu sudah habis tanpa hasil

Bayangkan dalam sehari atau seminggu atau sebulan kita memiliki banyak keinginan dan keinginan itu sangat kuat untuk diwujudkan .... hasilnya tidak ada. Pernah terjadi kita memulainya tapi berselang waktu semua itu berhenti.

Apakah benar kita tidak memiliki waktu lagi ? Artinya kita sudah memiliki aktivitas rutin dan mungkin ada waktu sisa. Aktivitas rutin sudah menjadi kuat dan susah diambil waktunya. Kondisi nyaman untuk aktivitas rutin karena sudah menjadi kebiasaan. Bagaimana dengan waktu sisa ? Waktu sisa cenderung digunakan untuk istirahat atau santai. Bisa nggak sih waktu itu digunakan ? Pasti bisa, tapi kita cenderung nyaman dan nggak berani dikorbankan. Jadilah kita ini tidak memiliki waktu.

Solusinya dapat kita lakukan beberapa hal :

1. Bagikan keinginan kita menjadi keinginan kecil yang bisa kita lakukan. Yakinlah dengan hal kecil kita dapat dilakukan dengan waktu yang pendek. Lakukan waktu singkat itu setiap hari (bisa jadi 10 menit atau lebih) dengan aktivitas mudah, Insya Allah keinginan itu bisa diwujudkan.

2. Tulislah keinginan kita dan beranilah menganalisanya sedetail mungkin. Hal ini mengurangi rasa takut atau kekhawatiran kita untuk bisa diwujudkan. Keinginan itu biasanya besar dan masih global memunculkan rasa "ketakutan" apakah saya bisa ?"

3. Mulailah menyisihkan waktu 5 - 60 menit per hari untuk mewujudkan keinginan kita, keinginan yang menjadikan kita semakin baik. Kalau tidak melakukan ini, maka karir atau pendapatan kita stabil (membosankan)

Saya yakin kita memiliki banyak solusi yang detail disamping memiliki keingnan. "Katanya mau Mulai" Bismillahirrahmanirrahiim ... Allah melihat apa yang kita kerjakan dan berdoa agar Allah meridhaiNya




Katanya mau dapet duit

Katanya mau dapaet duit, terus kerja dan kerja. Dapat ngga sih duitnya ? Dapaet tapi sedikit. Tentunya mau dapet duitnya kan yang gede biar kaya. Lalu kenapa belum dapet duit banyak ?
Duit itu kan hasil dari kerja, maka yang menentukan nilai duit itu banyak atau sedikit pastilah dari nilai kerjanya. Atau Kalau hari ini kita dapat duit sebanyak 10 dengan kerja A, maka besok pagi duit kita bisa lebih besar jika kita melakukan kerja lebih banyak (misalkan 2A). Tapi dalam kenyataannya kita masih mengerjakan A, Lalu bagaimana caranya kita bisa mengerjakan 2A ? Tentu harus memiliki energi dan ilmu. Sekalipun sudah memiliki ilmu dan energi, kerja kita bisa jadi belum sempurna menjadi 2A. Perlu waktu dan bahkan kita pun mesti berpikir tentang izin Allah.
Jadinya katanya mau dapet duit banyak, perlu 2 hal yaitu dekat dengan Allah agar diizinkan dan sekaligus minta dimudahkan dalam menambah ilmu dan fisik yang kuat. Tanpa Allah bisa nggak ? Bisa saja, tapi karena kita beriman, maka kita mesti percaya duit itu diberikan oleh Allah dan kita pun percaya bahwa kita pintar juga karena Allah, yaitu karena rahmat Allah semata. Sekalipun kita menganggap diri kita mampu untuk mendapatkannya, Allah ingin menguji apakah dengan izin tersebut kita itu bersyukur atau kufur ? 

Katanya mau mengerjakan ini dan itu

Dalam keseharian kita, banyak hal yang ingin dikerjakan ... kerja ini dan kerja yang itu, semua kerja itu tidak lain untuk membuat kita lebih nyaman. Mau kerja ini agar kita mendapatkan uang lebih, Mau kerja yang itu agar nanti bisa menikmati hasilnya. Tapi memang sebatas mau doang, belum mengerjakannya.

Untuk menyenangkan hati sebagai pembelaan diri, kita bilang,"saya sudah mengerjakannya, tapi hasilnya tidak sesuai keinginan". Karena memang mau memuaskan hati, maka kita pun menjawab seperti hal tadi. Hasil dari kerja ini dan itu mulai nampak jika kita konsisten melakukannya. Kata "sudah mengerjakan" menunjukkan hari ini tidak mengerjakannya lagi. Apa yang sudah kita kerjakan membuahkan hasil hari ini. Lalu karena "sudah mengerjakan" maka besok hari tidak memberikan hasil kepada kita. Jadi jika kita mau mengerjakan ini dan itu, maka hal itu mesti dikerjakan terus-menerus.

Mengapa kita terhenti (sudah mengerjakan) dari mengerjakan ini dan itu ? Pertama hasilnya tidak menggembirakan atau malah mengecewakan yang membuat kita tidak yakin untuk meneruskannya.Hal ini terjadi tanpa disadari karena kita sudah merasa cukup ilmu untuk mengerjakan ini dan itu. Dalam situasi kita "mau" menunjukkan perilaku (ilmu kita) belum sama dengan apa yang ingin kita mau. Untuk itu konsistensi itu mengajak kita untuk terus belajar dan menerapkannya dalam kerja agar hasilnya diperoleh. Dari waktu ke waktu dengan kemauan yang kita miliki kerja kita semakin kaya dan semakin sempurna.

kedua bisa juga karena kita merasakan berat untuk mengerjakannya, berat atau malas ? Ya. Semua ini memang motivasi yang kurang dan ilmu yang tidak cukup. memang semua yang kita mau itu pasti berada di atas kemampuan kita sekarang. Sudahkah kita bersedia menyisihkan waktu untuk meningkatkan kemampuan kita ? Tanpa belajar dan menambah ketrampilan, apa yang mau kita kerjakan ini dan itu ... terlihat berat dan menjadi mimpi.

Ketiga memang kita tidak memiliki gambaran (visualisasi) tentang apa yang kita mau kerjakan. Hal ini membuat kita mengerjakan yang tidak semestinya dan mudah untuk beralih kepada pekerjaan lain.

Katanya mau mengerjakan ini dan itu ... untuk tambahan pendapatan. Awalnya kita bingung mau mengerjakan apa. Seharusnya kita menentukan arah apa yang mau dikerjakan. Misalkan mau bisnis online ... kita memulai. Dalam perjalanan hasilnya tidak menggembirakan dan berhenti. Kita mau berbisnis online ... kita mesti sadar keadaan kita sekarang (ilmu dan ketrampilan), maka kita mesti membangun sikap dan kemampuan menjadi pebisnis online. Kita tergoda untuk membeli paket bisnis online yang instan, tapi semua paket bisnis itu tetap membutuhkan sikap dan kemampuan yang mumpuni.

katanya mau mengerjakan ini dan itu

Insya Allah kita selalu diberi petunjuk menjadi hamba yang pandai bersyukur, yang menyadari keadaan kita sekarang (nikmat). Kita mesti siap dengan sikap dan kemampuan untuk mengolah keadaan kita sekarang menjadi sesuatu yang memiliki nilai tambah. Bayangkan kita ubah "katanya mau mengerjakan ini dan itu" kepada rasa syukur. Insya Allah selalu ada hasil dari rasa syukur itu



Katanya mau hebat

Judul sebagai lanjutan tentang "katanya mau ...". Begitulah saya ambil tema "katanya mau hebat". Kata hebat menjadi sesuatu yang luar biasa, melebihi dari orang dan diakui. Tentu tidak ada orang hebat untuk semua bidang. Misalkan hebat bisnisnya, belum tentu semua bisnis ... kehebatan bisnisnya dibidang jualan ayam misalnya. Bahkan ada orang hebat di bidang pengolahan sampah menjadi produk miniatur. Jadi kata hebat itu mendorong kita untuk belajar dan menguasai (memahami) dengan mahir. Apakah ada keinginan Anda untuk menjadi orang hebat ? pasti ada dong.

Kalau begitu semua orang mau jadi hebat, "iya". lalu munculnya judul tersebut "katanya mau hebat". Apakah Anda memahami bidang Anda dengan benar ? Apakah Anda sudah belajar dan mempraktekkannya banyak hal ?

Katanya mau hebat ...

Kok masih banyak malasnya ?

Kok masih terus mikir tapi tidak sungguh-sungguh jalani yang sudah tahu ?

Kok melemah saat menghadapi masalah ?

Kok belum yakin dengan apa yang dipikirkan ?

Kok belum mulai-mulai ?

dan banyak lagi pertanyaan yang mengusik keinginan kita mau hebat tapi tidak diamalkan apa yang sudah kita bisa.

Masak sih nggak bisa hebat ? Kan tidak ada orang yang hebat tanpa belajar, tanpa amal dan evaluasi, tanpa ada masalah, tanpa proses dan memerlukan waktu yang panjang (sesuai amal kita), dan banyak lagi.

Lalu mari kita singkirkan pikiran negatif dan membangun kalimat positif  dalam pikiran. Keadaan ini tidak mudah tapi bisa.

1. Tentukan mau hebatnya, apa yang menjadi pekerjaan kita saat ini adalah bidang yang sudah kita pahami dan kuasai dengan baik, dan tinggal memperdalam aja

2. Buatlah pertanyaan bagian mana yang bisa kita percepat atau yang bisa kita tingkatkan kualitasnya. Buatlah list apa yang mesti kita lakukan

3. Praktekkan dan evaluasi dengan benar, lakukan perbaikan

4. Pasang target yang lebih tinggi lagi atas apa yang hebat yang ingin kita perbuat

5. Yakinlah bahwa semua atas izin Allah, maka percay dan yakinlah bahwa Allah bisa mengizinkan asal kita banyak berbuat dengan kesungguhan.

6. Seiring apa yang kita kerjakan di atas, Insya Allah ada petunjuk mengiringi masalah dan cara yang lebih mudah.

Katanya mau hebat 

Bayangkan dari hari ke hari kita mengerjakannya ... langkah satu, kemudian dua dan seterusnya. Semua langkah itu semakin hari mengantarkan kita mendekat kepada kehebatan yang kita ingin ciptakan. Teruslah memotivasi diri menuju keadaaan yang semakin baik. 

                                        

Katanya mau belajar

Kata belajar itu sering ditafsirkan berkaitan dengan sekolah formal, belajar di sekolah SD, SMP, SMA sampai Universitas. Lanjutannya belajar di sekolah formal tadi menjadi UKURAN kemampuan seseorang untuk bisa melanjutkan kerja di perusahaan. Jika seseorang tidak lulus atau tidak lengkap pendidikan belajarnya, maka nilainya dianggap dibawah yang belajar sampai tinggi.

Sebagai contoh, seseorang lulusan SMA tidak sama kedudukannya dalam kerja di perusahaan karena belajarnya. Sama halnya dengan seseorang yang lulus S2 lebih tinggi kedudukannya terhadap lulusan S1. Belum lagi melihat dimana mereka sekolah (belajar). 

Ok lah, belajar itu adalah menambah pengetahuan dan ketrampilan, Orang yangi elajar di sekolah lebih dominan memahaminya dengan sedikit praktek sehingga banyak lulusan itu mesti banyak beradaptasi dengan lagi. Bahkan saking saat menerima tugas-tugas dalam kerja yang diberikan dan menjadi sibuk denga kerjanya. Dan lupa belajar lagi

Belajar membuat kita berada di posisi lebih baik. Demikian juga saat kita belajar di tempat kerjaan. Bukankah hasil belajar dalam kerja itu memberi dampak proses kerjanya lebih mudah dan cepat serta mampu mengerjakan banyak hal. Ujung-ujungnya duit alias pendapatan meningkat. Belajar berarti menaikkan nilai duit. Penjelasan ini bisa menjadi motivasi dan keinginan semua orang, Tapi faktanya banyak orang mengeluh pendapatannya kurang. Pendapatan kurang berarti kemampuannya kurang, kemampuan kurang karena tidak belajar lagi. Anda mau bantah, "saya belajar kok". Bener sih kita belajar tapi outputnya (hasilnya) tidak ada, alias hanya tahu dan paham saja. Buktinya ? Kita semua masih mengerjakan kerjaan dengan cara yang sama setiap hari dan setiap bulan ... belajar kita tidak kontinu seperti halnya kita belajar dari kelas 1 naik kelas 2 dan seterusnya.

Dalam kerja bisa jadi kita telah belajar, tapi belajar hanya sekali dan setelah tidak lagi. Padahal kerja kita semakin hari semakin tinggi dan banyak. Apakah cukup hanya belajar hari ini saja ? Tidak cukup, setiap hari mesti belajar. Buktinya kita tidak belajar kontinu adalah kita mengalami stress, tidak terkendali emosi dan suka mengeluh. Ditambah lagi kita tidak suka belajar. Semua dikerjakan sebagai rutinitas saja, lalu bosen.

katanya mau belajar

Apa yang mesti kita lakukan dan dari mana memulainya ? Mulailah dengan niat belajar untuk Allah, maksudnya belajar itu karena banyak melakukan amal saleh dengan kerja yang kita lakukan. Yakinlah bahwa Allah memudahkan kita belajar. Setelah itu melihat satu kerjaan yang kita jalani, apakah ada masalah ? pasti ada mau bilang tidak ada masalah. Bukan itu maksud saya, jawablah pertanyaan berikut, Apakah ada cara yang lebih mudah dan cepat serta memiliki nilai yang tinggi dalam mengerjakan kerjaan tadi ? Pertanyaan ini dapat mengantarkan kita kepada aktivitas belajar. Jawaban kita,"saya mesti belajar lagi". Dari sinilah kita didorong untuk membuka buku lagi, bertanya kepada orang, melihat referensi apa saja dan bahkan kita dituntut mencarinya. Dan jangan lupa belajar itu bukan sekedar pengetahuan teknis saja, tapi bisa jadi belajar non teknis yaitu mengendalikan diri terutama emosional kita (perasaan kita). Dalam banyak kondisi, kita pintar tapi tidak mau mengamalkannya karena gengsi, emosi negatif dan sejenisnya.

Katanya mau belajar, nanti hasilnya kebaikan buat kita. Semoga jalan menuju kehidupan lebih baik di dunia dan di akhirat kita dapatkan bersama Allah dengan niat yang ikhlas.

KATANYA MAU DUIT

Seorang staf saya selalu mengeluh,"pak, kok gaji saya nggak naik-naik". Mendengar keluhan itu saya hanya mendengar panjangnya keluhan itu. Katanya,"kebutuhan saya tidak tercukupi dan kurang. Nggak cukup pak". Saya belajar dari staf saya ini untuk menjadi semakin baik, ada beberapa kata yang saya jadikan kata kuncinya.

1. Gaji nggak naik-naik

2. Kebutuhan tidak cukup

Saya mulai berbicara kepada staf saya," gaji kamu tidak naik. kalau mau naik salah satunya kerjaan meningkat atau capai target atau tambah kerjaan. bagaimana ?" dan staf saya bilang,"nggak begitu pak. sekarang aja udah banyak dan stress". Lalu menuliskan berikut ini

Gaji naik = kerjaan tambah = capai target (atau melebihi), pertanyaannya adalah apakah kamu melakukan semua itu ? Bukankah pekerjaan kamu setiap bulan sama, apa mungkin naik gaji ? Lalu staf saya bilang,"iya sih".

"mau tambah pendapatannya ?" tanya saya dan langsung saja staf saya jawab,"mau dong". Saya langsung bertanya, "apakah kamu beriman kepada Allah ?" Dia langsung jawab,"iya". "oke kalau begitu" kata saya.

Saya menjelaskan 

     Uang atau gaji itu adalah hasil dari kerja

     Jika ingin menambah uang berarti menambah kerja baik jumlah atau kualitasnya

     Jika kerja yang sama setiap bulan berarti uang pun sama

Tapi saya lanjutkan dengan Uang bisa bertambah dengan sedekah (mengeluarkan) untuk orang lain dengan ikhlas. Tapi staf saya bilang,"bagaimana mau sedekah, uang aja kurang". Disinilah saya dan staf saya diuji, apakah saya dan staf saya beriman ? Percaya dan yakin dengan petunjuk Allah. Allah membalas hingga 700 kali. Jadi intinya didalam kesulitan itu ada jalan keluar, sedekah dengan uang yang kurang BISA menambah uang lebih banyak.

Yang terpikirkan oleh saya dan banyak orang termasuk staf saya adalah uang cukup dengan menekan atau mengurangi kebutuhan. Tapi kita tidak mudah melakukannya, alias agak "menderita". lalu kita berpikir juga bahwa uang bisa cukup (bertambah) dengan menabung. Apakah berani kita menabung. Kedua hal ini dibutuhkan keberanian mengambil keputusan dan sama-sama mengalami keadaan yang tidak nyaman. Bagaimana dengan sedekah ? Sama halnya soal keberanian (percaya dan yakin). Tetapi sedekah pasti balasannya tapi mengurangi kebutuhan dan menabung menjadi kurang pasti.

Dari hikmah tulisan di atas, Petunjuk Allah itu adalah solusi bagi kehidupan kita di dunia dan akhirat. Persoalannya adalah apakah kita percaya dan yakin ? Kita tidak pernah sedekah kalau tidak pernah memulai sekalipun pemahaman kita sangat baik. Untuk bersedekah pertama kali butuh keberanian, dan keberanian itu bisa dimulai dari yang kecil. Bersedekah dari yang ringan dan mudah ... pastikan dilakukan setiap hari.

Insya Allah tulisan motivasi ini bisa memberi kebaikan buat kita semua

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...