Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Semangat itu pemberian Allah

Pernahkah Anda kerja tanpa semangat ? Saya yakin pernah, tapi pertanyaannya adalah apa yang dirasakan kerja tanpa semangat ? Memulai kerjaannya aja udah males, ogah-ogahan dan kerja seperti tak ada energi, dan hasilnya tidak memuaskan. Keadaan seperti ini tidak ingin Anda alami lagi. Kemudian Anda terus berupaya keras untuk memunculkan semangat. semangat itu dekat dengan perasaan senang.
Berbagai cara dilakukan untuk mengemangati diri kita, diantaranya :
1. membuat dan mengucapkan kata-kata semangat seperti, "saya bisa" dan sebagainya
2. Menempelkan foto-foto atau tulisan yang menyemangati di kamar atau di ruang pribadi Anda
3. Membuat tujuan yang  jelas seperti saya kerja untuk keluarga, saya kerja untuk cari duit, saya kerja untuk karir dan sebagainya
Semua itu kita lakukan dengan sungguh-sungguh dan hasilnya ada tapi tidak menggembirakan. Semangat itu selalu kita upayakan terjadi karena ada yang kita inginkan. Bahkan sampai hari ini kita masih melakukannya .....hasilnya semangat itu tidak kuat dan mudah berubah. Apa yang kita dapatkan belum membuat kita puas.
mari kita perhatikan bahwa semangat itu yang sebenarnya bisa menjadikan kita kerja dengan sepenuh hati. Dengan semangat,
1. seseorang memiliki energi luar biasa sehingga mampu mengerjakan pekerjaan yang berat sekalipun tidak memiliki fisik yang kuat.
2. Seseorang mampu mengerjakan pekerjaan dengan ilmu dadakan sekalipun tidak memiliki ilmu atau sekolah yang mendukung
3. Seseorang mampu mengerjakan sesuatu pekerjaan sekalipun tadinya tidak bisa (tidak memiliki ketrampilan).
Semangat bersemanyam di tubuh kita menjelma sebagai energi luar biasa ..... sepertinya waktu itu tidak ada batasnya dan seperti energi yang tak pernah habisnya serta menciptakan perasaan senang menghadapi apapun.
Jika ada pertanyaan, apakah yang terjadi saat kita sadar dari kesalahan ? adakah semangat untuk memperbaiki kesalahan itu ? iya ya ada semangat. Semangat itu tidak perlu dicari tapi merupakan pemberian Allah. Kok pemberian Allah ? Saat kita beriman atau sadar kepada Allah, maka Allah memunculkan semangat dan semangat ini berbeda dengan semangat di atas. Inilah semangat sepenuh hati ..... yang menjadikan kerja, aktivitas, ibadah dan kerja kita menjadi bernilai. Jika Anda belum percaya ... renungkan dan buatlah diri Anda dalam keadaan sadar kepada Allah ? Contoh  Ingat mati maka ada semangat. Semangat tanpa kerja atau aktivitas menjadi tidak berarti. Terus apa yang harus kita kerjakan ? Kita percaya kepada Allah dan kita tahu Allah dari kitabNya yaitu Al Qur'an. Maka banyaklah membaca Al Qur'an agar kita tahu apa yang seharusnya kita kerjakan (termasuk hadist).  Didalam Al Qur'an ada janji-janji Allah yang memunculkan kita semangat mengerjakannya.
Kesimpulannya, mau semangat ? Percayalah kepada Allah lalu ikuti dengan membaca Al Qur'an agar kita tahu apa yang seharus kita kerjakan. Apa yang kita kerjakan (ibadah dan amal saleh) menjadi tempat semangat yang muncul itu menjadi energi dan mampu memelihara semangat itu sendiri.
Insya Allah kita diberikan selalu hidayah untuk terus meningkatkan iman yang ada di hati ini. 

Berdoa atau beramal dicintai Allah

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). (QS An Naml, 27 :62)

Kita sudah sering diajarkan berdoa sejak kecil, jika ada kesulitan berdoalah, karena Allah pasti membalasnya. Setelah dewasa berdoa bagian penting dalam hidup kita karena kita sudah mengalami berbagai macam masalah. Berdoa dijadikan pula sebagai solusi dan kita selalu berharap Allah memberikannya. Karena keseringannya kita fokus pada doanya, maka saat doa itu belum dikabulkan muncullah rasa "kecewa". Begitulah doa dijadikan fokus dalam kehidupan kita
Bagaimana jika kita perhatikan ayat di atas."Menang benar doa kita dikabulkan oleh Allah dan diakhir ayat difirmankan amat sedikit kamu mengingatiNya" ? Amat sedikitlah kita mengingat Allah, artinya amat sedikitlah kita berbuat baik dan ibadah. Yang jadi pertanyaan adalah Allah mengabulkan doa kita, apa yang menyebabkan Allah mengabulkan doa kita ? Allah mengabulkan doa kita karena Allah sayang sama kita. Untuk disayang Allah maka kita pun diingatkan untuk selalu ingat Allah. Ingat Allah diaplikasikan dengan berzikir, beribadah dan beramal saleh. Jadi mari kita ubah fokus kita dengan banyak mengingat Allah agar Allah berkenan atas doa yang kita sampaikan.

Ingatlah Allah maka Allah pun ingat kepada kita, banyak berzikir, beribadah dan beramal saleh yang ikhlas agar Allah ridha. Insya Allah doa yang kita panjatkan menjadi mudah bagi Allah jika Allah berkenan.
Sebelum berdoa fokuskan diri kita kepada Allah dengan banyak amal yang Allah ridhai.
                                                                                   

Mulailah dari saat ini

Seorang teman dan sahabat bertanya,"kok susah kali berubah itu, gemana caranya ?"Pertanyaan ini termasuk susah dijawab karena memang saya pun pernah mengalamiya. Ada banyak nasehat dan terkadang sudah memulai tapi setelah itu menjadi berhenti.
Bukan nasehat tapi tak salah pula untuk kita renungkan :
1. Perubahan itu BUKAN merubah orang lain atau lingkungan. Tapi yang berubah itu diri kita, lalu dengan kita berubah maka sekitar kita melihat lingkungan (yang didalamnya da kita) jadi berubah. Mana yang mudah merubah diri kita sendiri atau orang lain (lingkungan) ?
2. Merubah diri kita sendiri itu BUKAN untuk dinilai atau dihargai orang lain. Maka dari itu ubahlah diri kita yang menurut kita saja. Apa yang mau diubah maka ubahlah.
3. Merubah yang buruk susah sekali, lalu karena yang buruk itu sudah menjadi kebiasaan atau bahkan karakter. Misalkan merubah kebiasaan tidak merokok. Susah banget ! Lihat orang merokok pengen merokok lagi, melihat penjual perokok udah ada keinginan merokok dan apa saja yang berbau merokok membuat kita kembali merokok. Karena susah merubah yang buruk itu, maka berpikirlah melakukan yang baik saja dan jadikan kebiasaan itu kebiasaan baik yang baru. Bukankah setiap kita melakukan kebiasaan baik maka tidak waktu untuk melakukan yang buruk. "kebaikan itu menutupi keburukan".
4. Bagimana caranya untuk melakukan yang baik untuk konsisten ? Disinilah sebetulnya komitmen kita diuji atau kegigihan kita diuji apakah kita benar-benar ingin berubah ? Jika konsisten maka perubahan terjadi. Bayangkan jika Anda ditanya bisakah Anda berbuat baik 1 tahun ? Bisa tapi sulit. Bagaimana kalau diberi waktu 1 bulan ? atau 1 minggu ? atau 1 hari ? atau 1 jam ? Bisa lah, tapi diusahakan. Tapi pertanyaan itu saya ulang dengan waktu berbeda, bisakah Anda berbuat baik dalam 1 detik ? Insya Allah pasti bisa. Lalu saya tanya lagi, bisa nggak satu detik lagi ? Bisa. Hikmahnya hidup ini adalah detik ini, satu jam itu 60 kali satu detik dan seterusnya. Jadi pikiran dan perasaan kita dapat menjadi ringan untuk memulai sekarang atau saat ini dan lakukan lagi dan lagi.
5. Ada yang bilang, tujuan berubah yang mampu menggerakkan kita berubah dengan kerja dan kerja. Tapi banyak orang yang memiliki tujuan atau keinginan membuat orang itu tertekan dan demotivasi. Karena yang menjadi fokusnya adalah hasil yaitu tujuannya tercapai. Bagaimana kalau kita bersyukur aja dengan melihat apa yang kita miliki saat ini dan kerja (berbuat amal saleh) untuk hasil yang semakin baik. Hasil yang semakin baik itu menjadi harapan kita hanya kepada Allah dan berharap Allah meridhaiNya dan mengabulkannya. Keinginan dipacu oleh nafsu yang dibalut oleh syetan dan cenderung kepada keburukan tapi harapan dengan selalu bersyukur memberi dampak baik bagi kesehatan dan selalu dalam lindunganNya.
6. hati-hati saat kita melakukan perubahan atau kebaikan, karena ada yang bisa merusaknya yaitu diri kita sendiri. Kok bisa ? Seringkali apa yang sudah kita mulai .... jadi berhenti karena
a. kita merasa belum ada hasilnya. Beginilah kita selalu ingin hasil seketika dengan apa yang baru kita kerjakan. "saya sudah kerja luar biasa, kok gaji nggak naik juga ?" atau "saya sudah shalat tapi kok belum dikabulkan ?" Renungkan sesaat bahwa apa yang terus kita lakukan sudah membuat diri kita percaya bahwa apa yang kita kerjakan itu sesuatu yang baik dan menambah semangat dan berprasangka yang baik.
b. kita sering melihat orang lain, "orang tidak nggak ngapa-ngapain tapi banyak yang dia dapat". atau kita melihat orang lain dengan perbuatan buruknya tetap saja memberikan hasil yang memuaskan. Tapi saya tidak ?
c. Kita pun sering terpeleset saat sudah melakukan yang baik digoda syetan dengan kesombongan. "tuh saya kan lebih baik dari kamu, saya sudah ini dan itu sedangkan kamu ...." Allah tidak suka sama orang yang sombong. Orang sombong biasanya tak lagi melakukan yang baik tapi lebih banyak bercerita kesuksesannya dan suka memberi nasehat.
7. Jadikan apa yang kita lakukan hanya untuk Allah, ikhlas. Insya Allah kebaikan demi kebaikan terus kita lakukan.
Insya Allah kita selalu diberi petunjuk oleh Allah dan dimampukanNya untuk berani memulai kebaikan dan terus dibimbing untuk istiqamah.

Menerima apa yang kta alami

Sebuah keinginan dan harapan hidup yang lebih baik menjadi idaman semua orang, apalagi seseroang yang mengalami masalah yang belum selesai. Solusi yang ada di pikiran kita terus bergelora dan ada peluang yang diberikan orang sehingga solusi itu pun menjadi harapan sekaligus keinginan kita. Usaha dan doa terus dijalankan sampai kita menerima hasilnya.
Bersikap positif dan berhatap hasil sesuai dengan apa yang kita harapkan .... tapi hasil berkata lain. Solusi itu ternyata diberikan Allah. Langkah terbaik adalah menerima kenyataan itu dan terus berpikir prasangka bahwa Allah mau memberikan solusi yang terbaik buat kita, Seiring itu kita pun mesti berpikir bahwa solusi yang menurut kita mujarab untuk menyelesaikan masalah TIDAK SELALU benar. Yang Maha Tahu adalah Allah. Tak lupa seiring prasangka baik itu kita pun mesti banyak meminta ampun karena, karena bisa jadi apa yang Allah lakukan dengan takdirNya kepada kita merupakan balasan atas kesalahan kita selama ini.
Belajarlah menerima BUKAN sekedar menerima tapi benar-benar kita mengevaluasi takdir Allah kepada kita :
1. Yang pasti hasilnya sudah terjadi dan tidak bisa diubah, yang bisa merubahnya adalah Allah.
2. Karena yang merubah hasil itu adalah Allah maka kita mesti mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan, apakah sudah benar caranya ? Maka Allah menunggu hasil evaluasi kita dan mulai memperbaikinya. Perbaikan yang kita lakukan bisa jadi menjadi pertimbangan bagi Allah untuk memutuskan hasilnya.
3. Bisa juga tanpa perlu mengevaluasi kesalahan atau dosa masa lalu kita, maka hasil apapun mesti membuat kita semakin sadar untuk terus memperbaiki tindakan dan ibadah kita kepada Allah. Kita berharap dengan ibadah dan kerja kita dapat diridhai Allah sehingga kita berharap Allah berkenan untuk memberikan hasil yang kita inginkan.
dengan kata lain, jika takdir atau fakta yang kita alami saat ini yang tidak sesuai dengan harapan kita berarti kita diminta terus menggali hikmat atau yang tersirat dari takdir tadi. Dengan prasangka baik dan pikiran positif, Insya Allah kita dibimbing dan diberi petunjuk untuk mendapatkan kebaikan dari takdir tersebut

Jujur pada diri sendiri ..

banyak pesan yang kita terima dan kita pahami belum tentu dapat kita laksanakan. Salah satunya adalah "belaku jujur aja". Memang kata jujur seperti ingin mengatakan sesuatu apa adanya yang secara logika tidak salah apalagi hati, tapi yang jujur itu menjadi sulit karena emosional kita dan kekhawatiran kita tentang setelah itu bisa berakibat buruk menurut kita. Secara umum jujur terlihat dari kejujuran kita kepada orang lain.
Seorang salesmen begitu sulit untuk berkata tentang produknya, kalau produknya bagus kejujurannya bisa banyak karena baik itu tidak merugikan salesmennya. Jika produknya tidak terkenal dan memang kurang berkualitas maka ada banyak cara untuk berjualan dengan selalu menutupi kelemahan produk itu sendiri. Yang ditakutkan seorang salesmen adalah tidak terjadi penjualan jika jujur dalam berjualan sehingga seorang salesmen yang tugasnya berjualan membuat dia untuk "berkata yang bukan semestinya untuk terjadi penjualan (rezeki Allah)". Apakah ini cara yang dibenarkan Allah dalam berjualan mencari rezeki ?
Demikian juga Seorang suami atau isteri tidak mau jujur kepada pasangannya karena takut hubngan suami-isteri jadi berantakan. Perasaan dan emosional kitalah yang menghambat kita untuk jujur dengan menunjukkan persoalan yang bisa muncul nantinya.
kejujuran itu urusan hati kita sendiri, tapi yang penting kita mau belajar untuk jujur. Bagaimana caranya ? Bisa jadi untuk jujur kepada sorang lain lebih susah
  1. Harus memulai intrspeksi diri tentang apa yang sudah kita lakukan sampai hari ini, khususnya 1 minggu lalu. Ingatlah apa saja yang kita perbuat. kalau agak sulit, kita bisa melakukannya saat sadar karena lihat kejadian atau sangaja merenungkannya
  2. Jika berani, memohonmaaflah kepada orang yang pernah kita perbuat                                                                      
Tetapi dua hal diatas pun masih sulit untuk kita lakukan, seolah kita ini salah dan jika kita minta maaf itu seakan-akan menurunkan harga diri kita. Yang lebih ditakutkan lagi adalah berbagai hal buruk bisa menimpa kita. Terus apa yang harus kita perbuat ? Diam saja atau cuek aja ... tapi kita masih bisa menasehati diri kita sendiri untuk berlaku jujur, yaitu jujur pada diri sendiri.

Jujur pada diri sendiri menjadi langkah awal untuk menjadikan semakin baik dalam hidup ini. Misalkan kita tidak jujur mengatakan pada orang lain tentang kehidupan kita. Apa yang kita alami tentang kehidupan kita itu umumnya "jelek" atau "rendah". Maka kita tutupi agar tidak membuat kita seperti itu. Maka jujur pada diri sendiri mendorong diri kita untuk mulai menyadari keadaan "jelek" tadi dan berani memperbaiki diri sendiri dari waktu ke waktu. Alhasil kehidupan yang jelek tadi berubah menjadi baik.
Contoh sederhana, setiap pagi kita terlambat datang ke kantor, maka dengan mudah kita digoda untuk tidak jujur dengan mengatakan,"saya terlambat karena jalanan macet". Alasan itu menjadi tameng kita agar tidak dibilang karyawan jelek dan sebagainya. Jika kita jujur semakin parah lagi persepsi teman dengan mengatakan "kita terlambat karena kita bangun kesiangan". Mulailah jujur pada diri sendiri, maka kita harus berani mengatakan pada diri sendiri,"bangun siang itu salah dan berdampak buruk, dan Allah pun tidak suka karena shalar subuh kita terlambat". Dari jujur terhadap diri sendiri ini membangkitkan semangat untuk bangun lebih pagi lagi agar Allah sayang sama kita. keadaan ini menyemangati kita mengoreksinya dan mau bangun lebih pagi lagi. Dengan usaha yang sungguh-sungguh (beramal saleh) yang didukung keyakinan kepada Allah agar kita benar-benar bisa melaksanakan perubahan dengan bangun pagi, Insya Allah usaha ini dirahmati Allah. Bangun deh kita lebih pagi. Dan persepsi di kantor pun menjadi berubah terhadap kita. 
Insya Allah jujur pada diri sendiri harus membangkitkan semangat untuk mengerjakan yang baik dan itu amal saleh. Dan amal saleh itu semakin membuat kita yakin kepada Allah, karena jujur bukan jujur saja tapi kita percaya bahwa kejujuran adalah perintah Allah.

Dimana Allah ?

Pertanyaan di atas dapat direnungkan untuk mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan selama ini. Karena dulunya diajarin di sekolah terutama sekolah umum dan berlanjut ke kuliah atau lebih tinggi lagi, maka terbentuklah bahwa ilmu itu dipelajari dan dapat diraih dengan ketekunan. Dengan ilmu itu dan pengalaman kita dapat menuntun kita untuk meraih keinigjnan. Dimana Allah pada proses ini ? Seperti Allah hanya menjadi alat untuk memudahkan kita mendapatkan ilmu, kita belajar dan berdoa agar memperoleh ilmu. Setelah itu ilmu yang kita peroleh pun menjadi dasar kita bertindak atau berusaha untuk meraih apa yang kita inginkan. Dimana Allah ? Sekali lagi Allah ada menjadi pendorong dikabulkannya keinginan kita dalam doa. Berusaha dan berdoa.
Pengalaman dari sejak kecil itu sampai sekarang terus mengkristal menjadi karakter kita, bagi kita yang muslim. Bukankah Allah tempat kita bergantung, sumber ilmu dari Allah dan izin kelancaran berusaha pun datang dari Allah,"tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah". Bagaimana dengan Al Qur'an sebagai referensi mutlak dan menjadi referensi ilmu yang benar dalam kehidupan kita ? Kita hanya membaca dan memahaminya sebagai petunjuk dalam beragama. Sedangkan di zaman dahulu ilmuwan muslim mendapatkan ilmu dari Al Qur'an dan banyak ilmuwan Barat sudah membuktikan kebenaran AL Qur'an. Begitu kehidupan kita yang dominan oleh kehidupan dunia tanpa menempatkan Allah sebagai sumber segala hal.
Kita kerja mencari rezeki, kita pun berdoa untuk dimudahkan dalam meraih rezeki. Tapi mengapa kita tidak berpedoman kepada Al Qur'an dalam meraih rezekiNya ? Kita mencari cara-cara dari pengalaman seseorang yang sudah sukses. Ada persepsi yang terbangun,"emangnya shalat bisa menghasilkan uang ?" Persepsi ini membentuk pola pikir lanjutan untuk tetap shalat tapi harus ada cara-caranya. Dengan bekal mencari ilmu sampai kerja di atas selalu menuntun kita untuk belajar yang seolah bukan dari Al Qur'an sehingga kita lalai dari Allahnya.
Bukankah salah satu faktor kesuksesan yang kita raih itu adalah disiplin, pengetahuan disiplin dapat dibentuk dari shalat kita. Disiplin dalam bekerja dengan sepenuh hati yang diajarkan pula dalam shalat yang ikhlas. Bahkan di dalam Al Qur'an itu sudah banyak hal yang tidak terduga oleh kita setelah membacanya, kita mendapatkan petunjuk dan kebaikan yang diberikan Allah. Hal ini sudah dibuktikan oleh beberapa ilmuwan yang masuk Islam karena mempelajari Al Qur'an.
Insya Allah kita diberi hidayah dalam memahami Al Qur'an untuk menuntun kita menjadi muslim yang benar. Teruslah membaca, memahami dan mempraktekkan/mengamalkan apa yang sudah kita baca dan berharap Allah selalu bersama kita dalam setiap langkah kehidupan kita. Kita mencari rezeki Allah berarti kita pun mesti percaya Allah yang memberikanNya lewat alam semesta dan makhlukNya, untuk itu kita pun mesti mengikuti aturannya. Disinilah kita menempatkan Allah selalu yang pertama dan utama.

Yang kita lihat hanya depannya aja

Terkadang diantara kita sering mengalaminya, melihat seseorang punya mobil mewah. Saat itu kita bilang,"hebat ya". Hal inilah yang mendorong kita juga ingin seperti orang itu, "memiliki mobil mewah". Apa yang terjadi selanjutnya,"kita berusaha dengan cara kita untuk memiliki seperti yang dimiliki orang tersebut". Disinlah awalnya yang membuat kita bermasalah. Kok bermasalah ? Bukankah kita mulai berusaha maksimal dengan kerja keras untuk menjadi seperti teman kita, salahkah itu ? Tidak salah dan bahkan ada semboyan,"bercita-citalah setinggi langit" dan ada slogan "saya bisa". Semua ini mendorong kita untuk bisa menjadi seperti orang yang kita lihat. Saat kita berkeinginan memiliki mobil mewah seperti orang yang kita lihat membuat kita menjadi lebih maju dan kemajuan itu bagus
Tidak salah seharusnya benar, tapi bisa jadi tidak tepat. Apakah kita hatus memiliki mobil mewah seperti teman kita ? Tidak mesti kan. Mari kita membaca yang tidak terlihat agar kita bisa mengambil hikmahnya.
1. Tujuan membeli mobil mewah itu untuk apa ? Untuk menjadi sombong, untuk transportasi atau untuk aktivitas usaha atau yang lainnya.
2. Darimana teman kita membeli dan apakah mobil itu hadiah atau dibeli dengan hutang ? atau mobil tersebut mobil kantor
3. Apa jabatan atau status teman kita ? sebagai karyawan, pengusaha, atau lainnya
4. Bagaimana sifat teman kita ? Karena sifat atau karakter menjadi penentu bagaimana mobil mewah itu dimanfaatkan.
5. bisa juga yang Anda pikirkan lain dari 4 hal di atas
Dari pertanyaan di atas kita bisa mengambil hikmahnya ...
Kita membeli sesuatu ada tujuannya, jika tujuan kita untuk transportasi maka kita bisa membeli mobil yang sesuai kantong kita, hindari untuk berhutang, atau mencicil yang tidak memberatkan kita. Atau kita memang memegang amanah untuk tidak berhutang dengan menabung terlebih dahulu dengan memaksimal kerja kita. Cara inilah yang mengantarkan kita kepada rasa syukur kepada Allah, persoalan memiliki mobil hanyalah izin dan ridha Allah saja. Jika Allah berkenan maka semua bisa dipenuhiNya.
Agar kita pun bisa mensyukuri pembelian mobil, maka kita mesti belajar dan siap memiliki akhlak yang benar selama memiliki mobil. Sebelumnya kita pikirkan jika sudah memiliki mobil :
1. Mobil itu perlu BBM, sudah siapkah kita dengan uang untuk membeli BBM. Jangan-jangan uang kita pun sudah ngga cukup. Jika ini terjadi maka sering kali kita cenderung pelit untuk menggunakan mobil untuk keperluan yang baik atau lainnya dan menjadi perhitungan setiap menggunakan mobil. Apakah keadaan ini kita senangi sebagai hamba Allah ? Atau kita siap berubah dimana tadinya kita orang yang tidak begitu menjadi pelit dan perhitungan.
2. Mobil itu perlu perawatan seperrti oli, sekali lagi masalah uang. Apakah kita sudah siap ? Atau bahkan kita tidak ingin mobil itu digunakan yang akhirnya banyak diparkir di rumah karena takut rusak dan sebagainya.
3. Apakah aktivitas kita dan akhlak kita sudah siap untuk memiliki mobil, memiliki uang cukup untuk menggunakan mobil, mempunyai aktivitas yang memang memerlukan mobil dan kita pun memiliki sikap yang baik dengan mobil yang kita miliki untuk segala kemungkinan.
Sudahkah kita berpikir dan merenungkan sesuatu yang terlihat dengan membaca yang tidak terilhat, begitu lah Allah mengajari kita untuk bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki. Jika sudah bersyukur maka Allah tambah nikmatnya dan sebaliknya tidak bersyukur kata Allah tunggu azabNya. Memliki sesuatu atau mobil juga menjadi bagian ilmu dan petunjuk Allah.
Apakah kita memiliki uang lebih untuk memiliki mobil ? apa tujuan kita memiliki mobil ? apakah aktivitas kita memerlukan mobil itu dalam kehidupan sehari-hari ? Apakah mobil itu harga mati untuk dimiliki ? Apakah kita sudah memiliki akhlak yang baik setelah memiliki mobil itu ? Apakah hari ini memiliki mobil itu hanya sekedar emosi saja atau kebutuhan ? Apakah dalam setahun ini kita sudah bertambah rezekinya ? Apakah kita tidak ada kebutuhan utama yang lain yang harus diutamakan  ? Sudahkan kita sering beribadah dan beramal saleh setelah menerima nikmat Allah ? dan banyak lagi pertanyaan yang menjadi ukuran yang tidak terlihat (tersirat).
Insya Allah, saat kita sudah beribadah dan banyak beramal saleh dan bertambah secara kualitas dan kuantitas yang dilakukan terus-menerus, pastilah Allah memberikan yang terbaik karena Allah juga Maha Mendengar isi hati kita dan Allah juga tahu dalam memberi sesuatu (nikmat) agar kita tidak menjadi jauh dariNya maka dari itu kita pun mesti sabar dan menerima dengan ikhlas apapun kehdiupan ini. Aamiin



Masalah setelah membandingkan

Seorang karyawan yang abis gajian pada penasaran kok gajinya biasa-biasa aja. Rasa penasaran itu ditumpahkan ke temannya dan tanya sama temannya, "emangnya gaji kamu berapa ?" dan ternyata gaji temannya lebih besar. lalu muncul dipikirannya, kok bisa ya ? Menurut dia,"selama ini saya kok yang kerja lebih berat dan banyak, tapi kok gaji saya kecil ?" Apa yang terjadi selanjutnya, mulailah karyawan tadi berprasangka buruk ke temanna, ke atasannya dan dicurhatinlah ke semua orang yang ditemuinya. Disinilah mulai muncul masalah dan masalah itu bertambah karena dia mulai malas bekerja sehingga bulan-bulan berikutnya gajinya pun semakin kecil. Bisa jadi ada pikiran tentang "Allah itu tidak adil". 
Padahal jika diulang kembali, saat karyawan tadi merasa gajinya kecil tidak bertanya kepada temannya dan membandingkan. Maka yang ada di pikirannya adalah bagaimana cara supaya gajinya naik ? Apa saya belum produktif ? Apa saya tidak dekat dengan atasan saya ? atau Apa saya melupakan Allah yang Maha Pemberi Rezeki. Yang terjadi adalah karyawan tersebut semangat untuk merubah keadaan sehingga menjadi semakin baik.
Sekalipun karyawan itu bertanya dan melihat, sebenarnya tidak perlu juga kemudian untuk membandingkan. Saat membandingkan itulah ada syetan yang mulai membisikkan agar si karyawan untuk bersikap buruk dan tidak menerima keadaan (tidak bersyukur), tapi ada juga pikiran yang positif yang dikalahkan yaitu membandingkan dan hasilnya lebih rendah mestinya mampu membangkitkan semangatnya untuk merubah dirinya semakin baik.
Allah itu adil kepada hambanya, yaitu bukan menyamakan semua hal. Tapi membalas dan memberikan sesuai dengan apa yang dikerjakan dan jangan lupa ada hal pula yang mengurangi balasan Allah itu untuk setiap keburukan yang dikerjakan. Kita hanya melihat apa yang dikerjakan orang lain, tapi kita tidak pernah tahu amal lain yang dikerjakannya. Bisa jadi kita kerja keras luar biasa, tapi kita iri dan dengki sama orang lain. Apa kita tahu berapa yang Allah balas ? Yang pasti Allahlah yang Maha Tahu dan Maha Penghitung yang benar. Apa yang kita terima hari ini adalah yang terbaik dari Allah dan kewajiban kita adalah hanya bersyukur sesuai petunjukNya.
Insya Allah kita semakin mampu memahami kekuasaan Allah yang ada pada diri kita dan Allah pun membimbing kita untuk berbuat yang semakin baik.

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...