Memberi ruang bagi pikiran untuk disemangati agar menjadi apa yang kita inginkan dengan Perbuatan yang baik
e-Book Munir Hsan Basri
Waktunya SAMA
Penampilan diri yang semu
Silaturahmi bukan ala kadarnya
Memulai
Kita hidup dimulai dari kelahiran dimana kita tidak bisa berbuat apapun dalam proses itu. Setelah itu pun kita tidak punya apa-apa dan hanya bisa menangis dan naluri kepada kehidupan untu bergerak dan sebagainya. Semua itu menjadi bagian dari kehendak Allah.
Ketika masuk sekolah, memulainya tanpa ilmu yang cukup dan hanya mengandalkan semangat. Yang ada adalah pakaian baru, tas baru dan support orang tua.
Pernahkah terpikir oleh kita bahwa semua langkah memulainya berasal dari Allah baik itu dorongan maupun izinNya.
Sekarang sudah dewasa dan proofesional merasa bisa memulai semua lewat kendali kita sendiri. Ilmu dan nafsu memegang kendali untuk mewujudkan keinginan kita. Tapi boleh untuk direnungkan saat kita ingin memulai sesuatu adakalanya hasilnya tidak terjadi. Pernahkah kita berpikir bahwa hal ini ada peran Allah swt yang tidak mengizinkan itu terjadi ?
Sebagai orang yang beriman kepada Allah diberi petunjuk untuk memulai sesuatu demgan menyebut namaNya. Sudahkah kita melakukannya ? Mari kita mulai segala sesuatu dengan menyebut nama Allah, Bismillahorrahmaanirrahiim dan bersyukur saat memgakhirinya dengan Alhamdulillahi rabbil alamin.
Saya yakin petunjuk ini sudah dipahami banyak orang dan pertanyaannya, seberapa sering kita mengamalkannya ? Apakah hanya lisan aja atau dengan khusyuk ? Atau apakah dengan mengikuti petunjuk itu kita sudah merasakan kebaikannya ? Jawablah semua itu yang.menandakan refleksi pengamalan dari petunjuk Allah. Allah tidak pernah ingkar janji dan bukan juga kita ingin menguji Allah, Tapi kita mengamalkannya karena kita beriman atau percaya kepada Allah.
Allah urus semua
nggak pake zikir juga sukses
Contoh dalam kehidupan, bisa jadi kita bertanya,"kok yang nggak shalat sukses sedangkan yang shalat belum sukses ?" atau Anda juga yang bilang zikir itu baik untuk mengingat Allah,"jika zikirnya banyak maka banyak kebaikan (diberikan kesuksesan), tapi ternyata hasilnya tidak demikian ?" Logika yang bercampur emosi dengan mudah menilai sebagai berikut
1. Zikir/shalat dan kesuksesan tidak ada hubungannya. Mau sukses ? Kerja yang luar biasa dan zikir ya zikir aja, bahkan ada yang nggak zikir sukses.
2. Zikir/shalatnya ada yang salah/kurang sempurna
Apa yang kita bisa ambil hikmahnya ? Hikmah yang bisa memotivasi diri kita untuk semakin baik. Motivasi Islam menjadi yang utama agar motivasi spiritual kita menjadi sangat kuat dan berada dalam tindakan yang benar.
Hikmahnya, tidak perlu kita membandingkan apa yang sudah kita kerjakan dengan apa yang sudah dikerjakan sama orang lain. Penilaian kita hanya sebatas tampilan bukan pada niat dan hatinya, dan sekali lagi kita hanya melihat beberapa kali saja dan ada tindakan lain yang tidak terlihat oleh kita. Maka Allah yang Maha Mengawasilah yang tahu semua tindakan seseorang dan bahkan tahu niatnya. Perbandingan yang kita buat itu sangat rendah dari kebenaran, dan Allah lah yang Maha bisa menilai semuanya.
Yang kita bandingkan cenderung dari hasil yang diperoleh dan beberapa tindakan yang terlihat. Hasil sangat tergantung pada apa yang dikerjakan. Apa yang dikerjakan menjadi mutlak penilaiannya dari Allah. Jadi tak perlu juga kita membandingkan karena hak membandingkan hanya milik Allah.
Jadi saat kita zikir dan hasilnya tidak sesuai harapan kita, maka perlu disikapi dengan merenungkan niat kita. Jika memang kita berzikir meminta sesuatu ... bukankah ini menunjukkan kita berzikir karena Allah tapi karena mohon dikabulkan permintaan kita.
Renungkan ... jika zikir itu menenangkan hati, maka periksa ketenangan hati kita. Jika kita gelisah berarti ada yang salah dengan zikir kita.
Teruslah berzikir tanpa melihat kuantitas zikir dan orang lain dapatkan. Ukurlah nilai zikir itu dengan hati kita sendiri. Kuatkan kami ya Allah untu terus berzikir lewar amal dan lisan kami. Aamiin
Pantaskah meminta ?
Judul di atas banyak terjadi pada diri setiap orang, karena merasa tidak mampu atau tidak punya atau malas. Semua alasan itu sah-sah saja. Seorang karyawan merasa oke saja meminta naik gaji dan minta fasilitas. Tapi tergantung bos yang mau memberikannya dengan melihat kinerja kita. Jika bagus bisa diberikan atau diberikan setengahnya agar kita semangat lagi bekerja. Jika tidak berkenan maka bos pasti tidak mau memberikannya.
Sama halnya kita dengan orang tua, tapi karena ada kasih sayang maka pemberian atas permintaan kita jauh lebih mudah. Bahkan seorang anak yang bandel aja masih saja orang tuanya memberikan apa yang diminta anaknya.
Mari kita berpikir lagi pada level yang lebih tinggi yaitu meminta kepada Allah, bandingkan permintaan naik gaji atau fasilitas di tempat kerja kita sebagai berikut :
1. Disampaikan ke bos, iya banyak persyaratannya dan bahkan ada tuntutannya jika dipenuhi
2. Menyampaikan ke orang tua atau keluarga, paling doa dan dukungan. Lalu usul cari kerja baru saja
3. Disampaikan ke Allah dalam doa kita yang mengiringi amal saleh kita sepanjang hari. Memang Allah lebih besar kasih sayangnya kepada kita melebihi level orang tua atau keluarga. Kebaikan Allah itu biasanya tidak langsung kepada permintaan kita. Kita minta uang belum tentu diberikan uang tapi diberikan pekerjaan yang menghasilkan uang atau diberi kemampuan yanug menghasilkan uang atau Allah memberikan kesehatan agar kita mampu beraktivitas dan Allah berikan pula pikiran agar kita mampu menemukan jalan yang baik atau Allah memberikan hati agar kita mampu memilih jalan yang benar.
Masihkah kita pantas meminta ? Meminta ke atasan berujung kepada seberapa bagus kerja kita, meminta kepada orang tua juga tergantung seberapa patuh kita kepada orang tua alias seberapa besar bakti (amal) kita dan tergantung kasih sayang orang tua, meminta kepada Allah pun tergantung seberapa besar amal atau kerja kita hanya untuk Allah.
Semua jawaban kepantasan meminta itu bergantung amal atau kerja atau kepatuhan, artinya kita mesti mengiringi permintaan kita lebih awal dengan amal ya kerja ya kepatuhan. Insya Allah kebaikan itu membuka pintu kepantasan kita meminta untuk diizinkan Allah lewat doa orang tua dan melalui atasan kita. Makna lain bahwa kebaikan yang kita lakukan sudah banyak memberikna porsi penentu kepantasan pada diri kita dan Allah Selalu memberi jalan yang benar agar kepantasan itu terjadi.
Seberapa besar kepantasan kita meminta ? Ukurlah apa yang sduah kita perbuat dalam kebaikan.
Kemampuan itu ada, tapi tidak mau
Seringkali kita mengatakan,"saya nggak bisa", atau "saya ngga mampu". Sebenarnya jika kita telusuri pernyataan itu bisa jadi keluar saat Anda ditanya untuk melakukan sesuatu atau diberi tugas. Maka yang terjadi adalah penolakan halus yang sopan. Jujur ya pada diri sendiri.
Jika Anda bilang,"saya ngga bisa", maka sebenarnya ada hal yang anda sudah tahu yaitu tentang hal yang ditanyakan. Misalkan bisa nggak kamu ke Bandung ? Maka dibenak Anda adalah Anda tahu Bandung dan Anda bisa. Artinya Anda punya kemampuan untuk mengerjakannya. Tapi Anda berpikir dan berimajasi tentang jauh, capek, biaya dan sebagainya maka Anda jawab tidak bisa.
Disisi lain ada orang yang tidak tahu Bandung, tentu ada rasa penasaran yang ingin Anda ketahui dengan bertanya. Kok Bandung ? Emangnya Bandung itu oke ? Tapi keinginan tahu Anda dikalahkan emosi yang mengimajinasikan Anda susah dan ribet dengan sesuatu yang baru. Padahal Anda sangat ingin meningkatkan kemampuan tentang Bandung. Artinya Anda punya kemampuan untuk mencari tahu dan memahami Bandung. Lalu jika dilanjutkan ada keinginan untuk bisa.
Sama halnya dengan "saya nggak mampu", kita menolak bukan karena tidak mampu tapi tidak mau. Berarti kita ini mempunyai kemampuan yang sangat mampu mendorong kita untuk bilang bisa dan mampu.
Ada pertanyaan, kok belum shalat ? Jika Anda terus beraktivitas dengan mengabaikan pertanyaan itu bukan berati kita tidak mampu shalat saat itu tapi kita tidak mau. Kemampuan untuk meninggalkan aktivitas pun kita mampu lalu shalat. Kalau pertanyaan seperti, mau nggak sih kamu jadi orang kaya ? Maka jawabannya mau. Lalu kita menjadi sangta mampu mengerjakan apa yang diperintahkan. Jadi sebenarnya kita ini sduah diberi kemampuan oleh Allah untuk bisa dan mampu beraktivitas lebih baik dqlam hal apapun lkarena Allah sudah memebrikqn modal seperti akal, emosi, tubuh dan alam untuk dimanfaatkan (bersyukur). Yang jadi pertanyaan adalah mengapa kita tidak mau ? Karena kita belum yakin kepada Allah. Mari kita koreksi dan tingkatkan keyakinan atau iman kita kepada Allah lewat ilmuNya dalam Al Qur'an.
Insya Allahkita diberi selalu hidayah untuk terus menyakini dqn meningkatkan iman kita kepada Allah dan menjadi hamba yang pandai bersyukur dna terus mampu beramal saleh. Aamiin
Catatan kebaikan
Catatan biasanya banyak digunakan oleh ibu-ibu atau profesional. Ibu-ibu mempunyai catatan agar tidak lupa dan fokus untuk dicek list aktivitasnya. Sama halnya dengan profesional ditempat kerja. Alhamdulillah makna catatan ini baik buat kita terapkan dalam memacu motivasi kita. Pepatah Tiongkok mengatakan,"tidak dicatat bikin lupa". Apakah kita punya catatan saat ini ? Dan dengan sedikit mikir mencari catatan apa yang sudah kita miliki ..... ngga ada tuh.
Jika catatan itu tentang utang, maka kita fokus dan selalu ingat utang, berusaha untuk membayarnya atau gemana menghasilkan uang untuk membayar utang. Ada banyak wanita suka membuat catatan tentang kesehariannya dalam diary. Laki-laki dan profesi sebagai orang teknik cenderung malas menulis atau mencatat. Padahal sudah banyak aplikasi dalam smartphone yang memudahkan kita membuat catatan agar bisa fokus dan cek list.
Mau semakin baik, ya mesti memulai dengan membuat catatan kebaikan dalam satu hari, gemana caranya :
1. Buatlah catatan kebaikan yang ingin kita kerjakan hari ini,
a. Bangun pagi dan membangunkan anggota keluarga
b. Sarapan dengan nasi uduk yang dijual oleh ibu-ibu dengan melebihkan pembayaran
c. Membaca Al Qur'an dan memahaminya walaupun 1 ayat
d. Ingin menyapa teman kantor dan berkomunikasi 2-3 menit
e. Membantu pekerjaan bawahan atau rekan dalam menyelesaikan pekerjaannya
f. Shalat tepat waktu di zhuhur dan ashar.
2. Catatan di atas bisa dibuatkan dalam catatan kecil dimana setiap selesai mengerjakannya kita bisa kita cek list. Menjelang malam catatan itu bisa kita kumpulkan di satu tempat. Atau catatan itu bisa kita ganti dengan catatan kecil seperti post it yang berbeda warna setiap kebaikan. Setelah kita melakukan kebaikan itu catatannya langsung dibuang. Nah jika masih ada catatannya maka kita belum melakukannya.
Catatan sebagai media merupakan latihan menghisab diri kita sendiri, dalam Al Qur'an dikatakan "sudahkah kamu menghisab dirimu sendiri ? ". Catatan ini sebagai alat bantu dan semakin hari semakin terbiasa dan menjelma menjadi karakter. Bisa jadi catatan kebaikan itu pindah hati.
Insya Allah apa yang kita lakukan dengan membuat catatan kebaikan ini mendorong kita untuk terus ikhlas dalam setiap kebaikan. Allah yang Maha Menghitung apapun mampu mengajari kita memanage kebaikan kita agar menjadi amal yang dirahmati Allah. Aamiin
Kinerja bagus
Kinerja yang bagus terutama yang memberikan hasil yang bagus mampu menyemangati kita dalam bekerja. Lalu semangat inilah yang bisa memotivasi diri kita untuk semakin baik, motivasi internal yang baik. Boleh dong kita telusuri gemana kinerja bagus itu bisa meningkatkan motivasi spiritual yang semkain bikin kita bersemangat lagi.
Kinerja yang bagus itu merupakan 3 bagian yang tidak terpisahkan yaitu niat (tujuan) baik, prosesnya dalam bentuk aktivitas yang baik dan Insya Allah hasilnya baik. Bagi bos kinerja yang bagus itu kalau hasil kerja itu memberikan kontribusi yang besar, dan bos tidak pernah melihat niat dan prosesnya. Saat apresiasi itu kita dapatkan karena hasil kinerja yang bagus maka kita senang, dan keadaan ini bisa bikin kita senang dan mau mendapatkannya lagi. Karena fokus pada hasil ... tanpa disadari kita pun tidak menghiraukan proses yang baik lagi alias yang penting hasilnya, maka proses yang baik itu diabaikan. Salah nggak ? Ya ngga lah, karena kita fokus untuk hasil kinerja bagus.
Gemana dengan kita ? Kita bertanggung jawab pada diri kita sendiri, maka mau tidak mau kita wajib melihat kinerja bukan dari kacamata bos tapi harus dengan kacamata kita sendiri untuk kebaikan kita sendiri juga. Perhatikan jika kita melihat kinerja bagus itu dalam 3 hal di atas maka sebenarnya kita tidqk perlu mimikirkqn hasil kinerjanya. Hasil kinerja yang bos inginkan bisa terjadi jika niat dan prosesnya dilakukan dengan baik.
Ada hal menarik juga dalam hidup beragama, ada kesan bahwa kita pun beramal karena ada respon yang baik dari orang lain. Orang melihat kita dan berkomentar karena melihat hasil,"wah hebatnya amalnya banyak". Kondisi membuat kita tersanjung dan ingin dipuji lagi. Tanpa disadari bisa jadi amal kita berikutnya sudah tidak ikhlas lagi alias riya. Inget yang penting itu amal yang bagus dn baik bukan karena penilaian orang tapi diri kita dan Allah. Maka sempurnakan niat dan melakukan saja yang bai, yang dirahmati Allah maka orang yang melihat pun bisa berkata yang baik terhadap kita.
Insya Allah kita selalu diberika petunjuk agar mampu menyempurnakan iman kita dengan terus memahami makna kehidupan ini. Aamiin
Jadikan kebaikan itu semakin baik
Di situasi yang berbeda, ada orang yang punya semangat luar biasa untuk meraih impiannya tapi masih juga tercapainya. Bukan karena tidak mampu tapi urusan lain lah yang mengalihkan tindakan yang sudah baik yang ingin kita lakukan. Contoh, saat kita ingin bekerja luar biasa di kantor dengan rencana yang bagus tapi tidak terlaksana dengan baik. Ada saja kegiatan rutin dan kebiasaan yang melalaikannya. Urusan hp yang sudah jadi kebiasaan untuk dibuka melihat dan mengupdate sosial media, pekerjaan yang kurang teratur sehingga tidak tuntas karena banyak tugas rutin yang harus dikerjakan dan sebagainya.
Sekalipun ada kegiatan rutin atau kebiasaan yang melalaikan perjalanan kita menuju kesuksesan, maka hal itu tidk mudah untuk ditiadakan. Maka yang bisa kita lakukan adalah sebagaimana Allah mengajarkan kepada kita untuk cek list amal, seperti apa itu ? Allah selalu meningatkan kita secara berulang tentang banyak hal tentang pesan yang sama agar kita kembali fokus, yaitu fokus kepada tujuan. Dan untuk kembali ke fokus itu dibuat pertanyaan yang mana pertanyaan itu mesti dijawab oleh kita sendiri. Jawaban kita itu membuat kita kembali fokus. Tidakkah kamu berpikir tentang sabar ? Atau tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang memahami ? Sudahkah Anda shalat ? Dan sebagainya
Kembali ke fokus menjadi penting dalam perjalanan kita meraih apa yang kita inginkan karena kita termasuk manusia yang mempunyai sifat lalai dan melalaikan. Saat pertanyaan sudahkah kita shalat ? Maka jawabannya adalah kembali ke fokus dengan membuat ingin shalat lalu pertanyaan itu pun dapat dijadikan ukuran tindakan atau ada yang bilang kontrol point untuk cek list tindakan kita berada dalam koridor menuju keinginan kita. Setelah itu pertanyaan itu pun dapat ditingkatkan kualitasnya seperti sudahkah kualitas shalat kita menjadikan kita semakin beriman ? Jawabannya menjadikan kita selalu ingin mengecek kualitas shalat. Dengan demikian apa yang kita lakukan bisa terus semakin baik dan gangguan kegiatan rutin dan kebiasaan buruk dapat diatasi semakin minimal. Begitulah hendaknya kita mengambil hikmah dari petunjuk Allah agar kita tidak "melupakanNya". Kembali fokus kepada Allah dan mampu diingatkan untuk fokus menjadi dasar kita untuk meraih apa yang kita inginkan terwujud lewat rahmaNya.
Mari buatkan pertanyaan yang selalu kita siapkan di atas meja berupa pesan, atau alarm yang identik dengan aktivitas ingi kita kerjakan atau menulis pesan di diary yang selalu Anda baca secara periodik atau melibatkan orang lain seperti keluarga/teman/orang tua untuk menegur kita saat lalai atau meminta atasan mengevaluasi kita setiap saat terhadap target yang sudah ditetapkan atau dengan cara yang Anda bisa dan senangi.
Sudahkah kita beramal hari ini ? Sudahkah amal kita membuat kita semakin percaya dengan janji Allah ? Sudahkah amal kita itu ikhlas ? Insya Allah pertanyaan itu dapat menggugah kita untuk kembali fokus dan sekaligus mengecek perjalanan kita menuju yang Allah rahmati. Aamiin
Pengen sukses jangan jadi orang baik
Perlu kita renungkan hal di atas agar motivasi kita tetap terjaga dan bisa langgeng. Motivasi yang didasarkan agama (motivasi Islam) dapat menjadi inspirasi untuk menemukan kepercayaan diri yang kuat sehingga mampu menjalani kehidupan ini semakin baik.
Mengapa seseorang tidak ingin sukses ? Atau menjadi orang baik ? Sebenarnya sukses itu baik, tujuan yang baik dan memampukan seseorang semakin baik. Karena banyak yang kita lihat orang sukses itu terbuka aibnya seperti menjadi sukses dengan cara korupsi, menjadi sukses dengan cara menghalalkan segala cara, menjadi sukses dengan menipu orang banyak, menjadi sukses dengan mengeksplore media terlihat hebat dan sebagainya. Aib itu terbuka setelah mereka sukses dan bahkan ada orang yang sudah tahu sejak awal tentang perjalanan sukses seseorang yang tidak baik. kondisi di atas semakin nyata dengan fakta lain membuat orang sukses itu sedikit sombong dan "tidak dermawan". Dan kesuksesan itu selalu mempertunjukkan kemewahan. Mata kita tidak suka dengan hal ini yang tanpa sengaja memasuki alam bawah sadar kita, lalu mereka pun tidak ingin menjadi orang sukses. Padahal Nabi dan sahabatnya termasuk orang sukses dan terkenal tapi perilakunya sangat baik. NAbi dan sahabatnya sukses dengan cara yang baik dan setelah suksespun tetap menjadi orang baik. Mari kita semakin sering membaca kehebatan Nabi dan Sahabatnya dalam berbisnis yang bikin sukses tapi tetap jadi orang baik, kalau tidak berarti pikiran dan alam bawah sadar kita diisi dengan kesuksesan seperti diatas.
Tidak ingin jadi orang baik ? Bisa iya maka yang terlihat dari orang baik itu seperti menerima keadaan seolah tertindas sehingga kehidupannya tidak lebih baik dimata banyak orang. Orang baik takitu seperti tidak punya pengen dengan dunia, yang ada adalah kehidupan yang tertuju kepada agama dan hidup sederhana. Tidak ada yang salah, tapi dilihat oleh orang banyak tidak memotivasi banyak orang untuk hidup lebih baik atau tidak menyenangkan. Bagaimana dengan hidup Nabi dan sahabatnya ? Mereka hidup sederhana dan taat kepada Allah, tapi Nabi dan sahabatnya telah menunjukkan diri mereka mampu menjadi leader dan yang pasti hidupnya kecukupan yang bukan berarti tidak mampu bersedekah atau memabntu orang lain tapi Nabi dan sahabatnya yang taat itu siap mengajak orang menjadi semakin baik, hidup yang bahagia atau tenteram dan hidup dengan kecukupan untuk berbuat baik kepada sesama.
Masihkah kita berpikir bahwa sukses dan jadi orang baik itu seperti bertentangan ? Menjadi orang baik itu adalah modal sekaligus cara untuk sukses. Menjadi orang yang bertanggung jawab mampu mengantarkan kita jadi sukses, orang yang jujur siap mengantarkan kita kepada kesuksesan, orang yang dermawan bukan pelit mampu memberdayakan dirinya untuk semakin dirahmati Allah dan siap menjadi orang sukses, orang yang tekun dan sabar menjadikan kita orang yang tidak mudah putus asa yang siap menjadikan kita sukses dan banyak lagi perilaku orang baik yang siap diizinkan Allah untuk sukses dengan kecukupan.
Tak penting untuk jadi sukses atau orang baik, tapi berpikirlah kita mesti percaya atua beriman kepada Allah yang telah memberikan semuanya agar jadi orang sukses itu bagian dari percaya kita kepada Allah atau menjadi orang bagian itu bagian dari percaya kepada Allah. Insya Allah kita selalu diberikan hidayah dari Allah untuk selalu beriman dan beramal saleh yang dirahmatiNya. Aamin
Jika sukses bukan dari izin Allah
Ibadah diantara kerja dan istirahat
Kita lebih sering bekerja atau beramal seperti apa adanya, kok bisa ? Iyalah karena kita ngga sungguh-sungguh alias tidak mempersiapkan semua hal. Perhatikan saat kita kerja, bukankah kita mempersiapkan semuanya, mulai dari mandi, sarapan, pakaian yang bagus, berangkat lebih awal dan eeterus menjaga semangat agar di awal kerja tetap fit. Dan persiapan itu menguatkan kita dalam bekerja. Begitulah kerja yang sungguh-sungguh yang dikuatkan pula oleh hasil uang yang kita peroleh dan pengawasan kerja yang bener.
Bagaimana dengan amal kita, shalat aja ? Seperti tidak seperti kerja di atas. Mari kita perhatikan, waktu shalat itu lebih sering saat kita teringat saja, lagi kerja,"eh ternyata udah jam 1 siang waktunya shalat". Artinya persiapan tidak ada dan kemungkinan besar shalat pun kurang berkualitas. Shalat diantara kerja dan istirahat. Apa yang terjadi ? Saat shalat membuat kita masih ingat tentang pekerjaan yang belum selesai dan apa yang harus kita kerjakan. Saat shalat ingat,"oh ya tadi saya lupa untuk telp si A" dan banyak hal lain sehingga kita pun shalat tidak fokus. Ditambah lagi shalat zhuhur dimana waktunya istirahat, maka shalat kita menjadi sangat berat karena berpikir,"saya belum makan dan lapar sehingga shalat tidak konsnetrasi". Dan kondisi ini semakin memberatkan tubuh kita untuk berdiri shalat, capek dan lelah. Akhirnya shalat pun ingin segera diselesaikan.
Mengevaluasi diri setiap hari tentang ibadah dan amal yang kita lakukan sampai hari ini memberi ruang pada diri kita semakin baik. Bisa dibayangkan begitu luar biasanya jika shalat itu seperti halnya kita bekerja atau kita mau ke pesta. Mari kita mulai mempersiapkan shalat dengan niat menyediakan waktu di awal dan melengkapi ilmunya.
Berlatih shalat zhuhur, ashar, maghrib, isya dan subuh sudah dari cukup untuk merubah kebiasaan kita selama ini. Insya Allah petunjukMu selalu membuka hati yang mendorong kami semakin beriman lewat pengabdian yang tulus dan sungguh-sungguh. Aamiin
PahaLa atau rahmat Allah
Dari judul di atas, jika disuruh memilih maka banyak orang tidak memilih tapi mau dua-duanya. Mau rahmat dan balasan Allah. Jika dirangkai kata-katanya adalah kita mengabdi kepada Allah untuk mengharapkan rahmatNya dan balasanNya sebagai bentuk penghargaan Allah atas pengabdian kita. Lalu yang jadi pertanyaan adalah mana yang mesti kita tuju ? Berharap balasan atau rahmat Allah. Di dalam Al Qur'an banyak disebutkan tentang balasan atas amal saleh yang kita kerjakan. Salahkah demikian ? Shalat dan sabar agar persoalan kita diselesaikan. Atau ada yang shalat istikharah untuk mendapatkan pilihan yang tepat. Atau bersyukur agar ditambah nikmatnya ... Dan banyak lagi.
Bisa jadi saat kita mengharapkan balasan seperti yang telah Allah janjikan atas amal saleh kita, maka Allah dengan kasih sayang yang lebih utama memberikannya. Tapi boleh dong kita renungkan lebih dalam, jika benar kita beribadah untuk mendapatkan sesuatu berupa balasan yang telah janjikan maka hal itu menunjukkan kita tertuju pada balasanNya BUkan tertuju kepada Allah (ikhlas).
Bisa dibayangkan perbedaan yang luar biasa jika kita mengabdi dengan amal saleh kita yang hanya berharap rahmat Allah, maka kita dicukupkan kehidupannya. Kata dicukupkan bisa berarti melebihi makna balasan hanya sebatas keinginan kita. Dengan ibadah shalat dan sabar, kita tidak sekedar diberikan solusi atas persoalan yang kita hadapi, tapi bisa jadi kita disempurnakan ilmu dan keperluan yang terkait dengan solusinya. Bisa jadi Allah yang ridha memberikan rahmatNya dalam berbagai sendi kehidupan kita yang membuat kita semakin beriman. Janji Allah pasti benar, maka boleh dong kita sekarang beraktivitas dalam lingkup amal saleh hanya berharap kepada Allah saja (ikhlas).
Insya Allah kita selalu disempurnakan pemahaman tentang Allah untuk semakin beriman kepadaNya. Aamiin
Naik turun iman
Tentu semua hal yang terkait dengan keimanan kita sampai hari ini mesti menjadi yang utama dan pertama untuk dipikirkan, mengapa ? Agar kita mampu menjalani kehidupan ini dengan iman yang selalu meningkat dan bisa juga sesekali turun. Motivasi Islam berikut ini bisa menjadi inspirasi bagi sqya dan anda untuk menguatkan motivasi diri yang bersifat spiritual agar menjelma motivasi spiritual yang kuat dan semakin baik.
Iman turun bisa karena memang lagi tidak beriman yang berarti unsur ketidakberimanan itu kuat dalam emenntukan tindakan kita. "Tidak beriman seseorang yang lagi dalam keadaan berzina", lalu apa yang kita bisa ambil hikmahnya.
Yang pertama adalah kita harus mengakui ada keadaan atau kondisi yang membuat kita melakukan yang buruk, yang Insya Allah dimata Allah sebenarnya kondisi itu tidak buruk hanya kita kurang beriman (cenderung kepada nafsu) sehingga membuat kita bertindak buruk. Tapi disisi lain kondisi itu bisa membuat kita semakin beriman karena kita sadar dan percaya bahwa tindakan buruk itu merusak diri kita sendiri.
Yang kedua adalah iman yang rendah itu sangat dipengaruhi oleh keyakinan kita kepada Allah karena bebrapa hal. Salah satunya adalah ilmu tentang petunjuk untuk beriman itu sendiri. Misalkan sudahkah kita tahu tentang sabar yang sebenarnya ? Sudahkah kita benar-benar sabar dalam tindakan ? Mari jadikan waktu hidup kita untuk membaca petunjuk Allah dalam Al Qur'an.
Ketiga adalah hendaklah kita selalu ikhlas untuk menghadapi apapun termasuk kondisi buruk dengan tindakan baik yang benar. Hasilnya ada yang baik dan banyak juga yang tidak sesuai dengan harapan dan janji Allah. Yang salah bukan hasilnya tapi kita belum sempurna melakukannya. Jadi banyak dari hasil yang baik itu membuat kita semakin pede atau percaya yang akhirnya membuat kita semakin kuat imannya. Sikapi hasil yang buruk untuk mampu membuat kita semakin mencari cara atau ilmu untuk semakin sempurna lagi dalam bertindak. Manusia mempunyai persepsi "seeing is believing atau bukti itu membuat kita percaya"
Insya Allah kita dimampukan untuk terus menyakini Allah dengan semakin banyak menghadapi apapun yang kita hadapi dengan ilmu yang benar sehingga membuat kita semakin baik dalam beriman dan beramal saleh. Aamiin
Memahami diri sebagai ciptaan Allah
Tahukah kita tentang diri kita sendiri ? Semua orang menjawab ya, tapi ada satu pertanyaan yang menggelitik saya, "apakah kita ini diciptakan Allah ?" pasti lah kita menjawab iya. Lalu darimana kita tahu hal itu ? Bisa jadi diceritakan oleh ibu kita dan melihat hal yang sama tentang kelahiran. Kedua hal ini belum mampu menjawab tentang "apakah kita diciptakan oleh Allah ?"
Pertanyaan ini sebetulnya menuntun kita untuk menjawabnya dengan benar. Perhatikan "diciptakan Allah", jika benar Allah itu pencipta manusia/diri kita ini maka pastilah Dia menjelaskannya. Untuk tahu kebenarannya, maka kita tinggal baca apa yang Allah telah sampaikan ... lewat wahyu yaitu Al Qur'an. Setelah kita baca isi tentang penciptaan diri kita "manusia diciptakan dari setetes mani dan seterusnya lewat ibu kita" maka kepercayaan itu menjadi benar.
Sampai saat ini, kita masih merasa dilahirkan oleh ibu kita dan ibu kita punya keinginan besar terhadap diri kita yaitu menjadikan hidup kita sukses (sebagai tujuan hidup kita). Itu artinya kita dibuatkan tujuan hidup oleh yang melahirkan kita yaitu ibu. Maka sejak dilahirkan kita pun mulai dibentuk dengan segala oleh ibu agar keinginan (tujuan) ibu kita terpenuhi. Alhasil jadilah kita seperti hari ini.
Pernahkah kita merenung tentang "jika ibu kita punya tujuan terhadap diri kita, maka pastilah ada pula tujuan hidup kita yang diinginakan oleh Allah yang menciptakan kita" ???? Tentunya level tujuan yang Allah inginkan terhadap kita pasti lebih baik dan lebih mulia. Dengan membaca kembali Al Qur'an, maka kita dapati bahwa tujuan hidup kita hanya untuk mengabdi kepada Allah,"tidak diciptakan jin dan manusia untuk mengabdi/beribadah kepada Allah".
Terus bagaimana dengan tujuan ibu kita terhadap diri kita ? Insya Allah, keinginan ibu cenderung baik, tapi pastikan bahwa tujuan yang sebenarnya adalah mengabdi atau beribadah kepada Allah. Ibu pengen kita jadi insiyur, maka jadikan belajar sampai menjadi insiyur itu sebagai ibadah kepada Allah sehingga apa yang kita lakukan dengan ikhlas dan sesuai petunjukNya. Jika ibu kita ingin kita jadi dokter maka jadikan pula profesi dokter itu menjadi ibadah dengan memberikan pelayanan yang benar kepada pasien. Dan seterusnya.
Maka mau tidak mau, jika kita tahu tentang sesuatu maka temukan ilmunya agar kita menjadi benar. Dan referensi ilmu yang mutlak itu adalah Al Qur'an. Sama halnya jika kita beriman kepada Allah maka sempurnakan keimanan itu dengan menemukan ilmunya di dalam Al Qur'an sehingga iman kita menjadi benar. Salah satu pemahaman kita tentang Allah yang menciptakan kita, maka kita mesti membuka hati untuk memahami AL Qur'an dan menjadikan hidup kita sebagai pengabdian kepada Allah, "hidupku, ibadahku dan matiku hanya untuk Allah".
Insya Allah motivasi hari ini bisa membuka mata hati kita untuk semakin mengenal Allah dan mampu mengamalkannya. Aamiin
Sekedarnya aja
Saya beriman dan saya bersemangat
Agama mengajarkan kebaikan dan Allah memberi petunjuk bagi kehidupan kita di dunia ini dan di akhirat nanti. Apakah mesti ada 2 jalan yaitu jalan menuju Allah lewat petunjukNya DAN jalan untuk bisa hidup di dunia ? Dalam setiap doa kita selalu mengucapkan,"berilah kami kebaikan dan di dunia dan di akhirat". Berdoa merupakan ibadah jalannya Allah, bukankah doa itu kita memohon 2 hal yaitu kebaikan di dunia dan di akhirat dengan satu jalan yaitu jalan Allah.
Hanya belum yakin saja (iman yang belum kuat) kita masih mengambil jalan selain Allah tanpa sadar. karena jalan inilah yang membuat kita semakin dijauhi Allah. Orang yang beriman dan beramal saleh diberikan petunjuk oleh Allah.
Mari kita bangkitkan kesadaran sejati yaitu percaya (beriman) kepada Allah, sebagai langkah awal untuk menjalani kehidupan kita di dunia dan di akhirat. Bagaimana caranya untuk beriman kepada Allah ? ya kita mesti belajar untuk tentang Allah, memahami kekuatan dan kekuasaan Allah dan merenungkannya dalam setiap langkah kehidupan kita. Tidak perlu malu untuk belajar beriman kepada Allah sekalipun sudah tidak usia sekolah. Karena sekali lagi inilah faktor utamanya.'
Bayangkan saat kita beriman kepada Allah, misalkan musibah yang kita hadapi karena merasa sebagai ujian yang datangnya dari Allah, maka kita menjadi orang yang sabar dan bersyukur. Saat itu ada semangat yang luar biasa untuk melewati musibah itu.
Saat kita mendapatkan rezeki yang kita ucapkan Alhamdulillahi rabbil alamin, menandakan kita sedang beriman. Maka muncullah semangat untuk bersyukur dan beramal saleh.
Banyak kejadian orang sukses pun memiliki semangat untuk berbagi ke sesama ...
Dan apakah kita masih belum yakin dengan iman kepada Allah ? Dan yang luar bisa dengan beriman kepada Allah itu selalu muncul kebaikan yaitu Allah memberikan semangat sebagai energi untuk melakukannya. Semakin bermakna dan semakin "berkualitas" pula apa yang kita kerjakan
Insya Allah kita diberikan hidayah dan petunjuk untuk selalu dalam keadaan beriman kepada Allah dan dibimbing pula untuk istiqamah. Aamiin
Semangat yang kuat
Gagal sukses bukan berarti salah jalan
Gagal dalam menjalani satu resep kesuksesan bukan berarti resep itu yang bagus atau jelek atau salah jalannya. Di awal kita merasa resep itu oke buat kita dan sudah dibuktikan oleh banyak orang. Dan giliran kita menjalaninya memberikan hasil yang beda. Bisa jadi kita tidak sempurna dalam melakukan apa yang seharusnya kita lakukan atau karena kekurangan ilmu yang kita miliki belum mampu menjalani resep itu. Alhasil berbeda dan bukan resepnya yang salah tapi kitanya yang belum sesuai atau kita tidak mau mengikuti resep itu dengan benar.
Bagaimana dengan shalat kita ? Bukankah Allah telah memberi formula bahwa orang yang shalatnya bener (khusyuk) dapat mencegah yang keji dan mungkar. Tapi fakta menunjukkan bahwa banyak orang Islam yang terlihat shalat sudah bener masih melakukan korupsi, kejahatan dan perbuatan tidak bermoral. keadaan ini membuat kita bertanya, bener nggak sih shalat itu bisa mencegah yang keji dan mungkar ? Pertanyaan ini mestinya kita cari tahu jawabannya, karena jika tidak dapat mengisi alam bawah sadar kita bahwa "shalat ya shalat dan perbuatan keji dan mungkar tetap jalan".
Mestinya ada dorongan yang kuat untuk membuktikan shalat kita yang belum benar BUKANnya orang shalat juga mengerjakan yang keji dan mungkar. Mengapa begitu ? Karena "resep" atau formula itu benar yang berasal dari Allah. mari kita tambahkan ilmu kita yang bener bagaimana caranya shalat yang mengantarkan kita bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar. Jika shalat kita pun sulit untuk benar, maka memperbaiki dasarnya shalat itu jauh lebih penting yaitu beriman kepada Allah. Sudahkah iman kita sampai hari ini sudah benar ??
Jika dalam perjalanan belajar beriman dan shalat masih memberikan hasil buruk, maka tetaplah kita menganggap bahwa beriman dan shalat itu benar dan hanya kitalah yang kurang ilmunya sehingga kesempurnaan beriman dan shalat yang kurang (hasilnya pun bisa buruk). Bersabarlah untuk terus menemukan ilmu yang benar yang wajib belajar memahami Al Qur'an,
Insya Allah kita menjadi semakin baik sekalipun hasil hari ini belum baik dengan terus beriman kepada Allah. Dan cahayailah hati ini agar Engkau tanamkan keimanan itu dengan benar. Aamiin
Apapun resepnya pastilah Allah paling ajib resepnya
Seolah-olah kesuksesan yang kita cari selama ini merupakan kunci kehidupan kita, maka mau tidak mau kita pun mencari resepnya. Kesuksesan itu bisa berupa memiliki kekayaan (berlebih), berupa jabatan tinggi (untuk dihargai), berupa materi yang sangat mewah (untuk dipertunjukkan kepada banyak orang), berupa apapun untuk membuat kita merasa senang dan tenang .... tapi dari banyak orang yang sudah sukses "senang" dan "tenang" dapat diperoleh tapi dibarengi rasa tidak senang dan khawatir terhadap apa yang dimiliki bisa hilang.
Dan kita selalu merasa "lebih tahu" tentang resep sukses itu atau kita "lebih tahu" mana resep yang ajib TANPA ilmu yang memadai. Atau kita tidak pernah membuat hipotesanya. Si A yang sudah sukses dan berhasil dalam meraih kesuksesannya membuat kita "lebih tahu" bahwa resepnya oke dan cocok buat kita. Atau kita berkelana dari satu ke orang lainnya dengan ilmu yang berbeda (semua resep telah dibuktikan keberhasilannya) yang membuat kita bingung (saking lebih tahu). Resep A hebat, resep B cocok, resep C luar biasa tanpa banyak beraktivitas, resep D dan seterusnya.
Bukankah saat kita mencari resep itu menandakan bahwa kita ini memang tidak tahu, maka bertanyalah kepada yang paling tahu BUKAN bertanya yang tahunya sedikit sesuai ilmunya. Berangkat dari keadaan ini, maka kita mesti percaya kepada yang Maha Tahu dan yang menciptakan kita. Secara logika Pencipta itu tahu segalanya tentang kita dan tahu juga tentang cara penggunaan (petunjuk hidup). Kalau si A sukses tapi kita tidak pernah tahu ada cara yang buruk yang dilakukannya, terbukti bahwa kita tidak tahu banyak tentang si A. Pantaskah kita percaya dengan resepnya ??? Dan bahkan si A itu tidak tahu banyak tentang kita ?
Jika si A, si B, si C seperti hal di atas, maka saya berserah diri kepada yang Maha Tahu yaitu Allah swt. Dan ternyata Allah sudah menyiapkan resepNya untuk hidup di dunia dan di akhirat. Resep Allah telah tertulis dengan jelas dan efek (balasan) dari apa yang ditulisNya sedangkan resep manusia si A dan si B masih mencoba dan mencoba lalu berhasil yang kemudian ditulisnya dalam kitab keberhasilannya.
Insya Allah kita terus dibimbing oleh Allah dalam hidup ini dengan petunjukNya. Dan mampukan kita untuk mengamalkannya. Aamiin
Motivasi jadi faktor sukses
Bahkan banyak orang stress dengan segala penyakitnya akibat motivasi sukses (uang). Ada yang sakit fisik dan ada pula yang sakit non fisik. Dan yang sukses pun bisa terkena penyakit. Uang yang sudah diraih selama mencapai sukses ... habis untuk menyembuhkan penyakit saat sukses. Apa sih yang sebenarnya kita cari ? dan apakah kesuksesan itu mesti mengorbankan banyak hal dan bahkan kesuksesan itu harus dibayar dengan sakit ?
Mari kita dalami lebih lanjut, keinginan untuk sukses itu mesti dimotivasi oleh sesuatu yang bisa mendorong kita bekerja luar biasa untuk sukses. Maka banyak orang mencari motivasi itu ... ada yang motivasinya sukses karena anak dan keluarga, ada juga yang motivasinya karena gengsi dan harga diri, dan ada pula yang ingin sukses dengan motivasi aktualisasi diri dan sebagainya. Dan ada juga yang ingin sukses agar bisa bahagia di hari tua nya.
Semua motivasi itu sah-sah saja dan bisa membakar semangat kita untuk meraihnya. Mari kita renungkan ... haruskah kita memiliki motivasi untuk sukses atau meraih apa yang kita inginkan ??? "harus dong". Oke bagaimana kita tidak memiliki motivasi ? Bisa sukses nggak ? Ada beberapa orang yang terlihat bekerja apa adanya menjadi sukses. Apa sih rahasianya ? Ada yang tekun dengan kejujurannya bisa sukses, ada yang tekun dengan tanggung jawab bisa sukses dan banyak lagi. Dan jika kita tanyakan lebih dalam, apa yang membuat mereka itu bisa sukses ? Mereka bilang,"mereka percaya bahwa kesuksesan itu merupakan hasil dari kerja mereka dan pemberian Allah tanpa adanya motivasi segala". Jadi menjadi beriman (percaya) Allah dapat meraih sukses dengan menjalani petunjukNya.
Motivasi memacu diri (tertekan) dalam meraih kesuksesan atau menjadi beriman kepada Allah tanpa banyak tekanan dan hanya menjalani apa yang telah Allah berikan petunjukNya dalam Al Qur'an ?? Semua itu pilihan dan ada pilihan yang lebih baik.
Insya Allah, kita selalu diberi petunjuk untuk semakin beriman dengan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan. Aamiin
Cari tahu resep Sukses
Ada yang melakukan banyak hal dan berharap untuk bisa meraih sukses. Apa saja dikerjakan setiap hari Dari satu kerjaan ke kerjaan lainnya. Itulah yang mereka yakini atau tidak bisa mengantarkan mereka kepada kesuksesan.
Ada lagi orang yang ingin sukses dengan banyak belajar dan mencari resep ajaib lalu menerapkannya. Orang seperti ini mengikuti banyak pelatihan dan seminar serta bahkan menjadi follower dari orang terkenal. Tetap saja menjadi follower (atau ngefan/pengagum). Alhasil mereka kecapean dalam memburu resep sukses itu dan pasrah.
Ada juga orang yang bekerja apa adanya dengan iringan ibadah dan doa agar dikabulkan keinginannya. Umumnya ibadah dan doanya yang kuat atau dominan.
Setiap orang yang sukses bisa menyebutkan faktor dari kesuksesannya, bisa kerja keras, kreatif, pintar, modal dengkul, punya keinginan yang kuat sebagai motivasi, jujur, kerja sebagai ibadah, memahami pasar dengan baik dan banyak lagi .... Diantara mereka yang tahu faktor sukses BELUM mampu meraihnya. Artinya ada pesan yang ingin disampaikan ... semua faktor sukses itu wajib dijalani dan ada izin dari Allah. Untuk mendapatkan izinNya maka resep itu mesti yang diinginkan oleh Allah. Sudahkah perilaku dan akhlak kita bisa menjadi yang diinginkan Allah ?
Salah satu hal yang disenangi Allah adalah BUKAN meminta tapi memanfaatkan apa yang sudah diberikan yang bisa memberikan nilai tambah bagi diri kita dan orang disekitar kita, inilah yang kita kenal dengan syukur. Bersyukur yang utama adalah percaya kepada Allah, jika kita selalu menyempurnakan "beriman kepada Allah", maka Allah pun senag dengan kita dan Insya Allah dikabulkan keinginan kita, yaitu kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat. Salah satu kebahagian itu adalah kesuksesan dalam hidup.
Insya Allah kita selalu diberi petunjuk dan pencerahan dalam hati ini untuk menerima resep hidup yang dirahmatiNya. Aamiin
Cara paling murah dan mudah ya pasti semangat
Mau tidak semangat ?
Persoalannya adalah kemauan untuk semangat itu hanya sebatas mau saja. Jika dorongan kemauan itu besar maka terjadilah aktivitas. Dan semangat itu bisa melemah saat kita menghadapi masalah dalam beraktivitas dan bisa meninggi lagi semangat itu karena kita mampu melewatinya. mau Semangat bisa memulai tergantung pada kekuatan dari apa yang ingin kita lakukan dan kemampuan yang kita miliki.
Fakta membuktikan bahwa kemauan bersemangat itu terjadi dengan sendirinya yang bergantung pada situasi dan kondisi saat itu, dan tidak banyak orang ingin memfokuskannya dengan membuat kemauan itu jadi nyata. Kemauan itu tinggi terjadi saat berada di hadapan orang yang kita hormati atau yang menjadi atasan kita, atau bisa karena gengsi dan sebagainya. Padahal kemauan bersemangat seperti ini sangat lemah untuk diteruskan.
Yuk saat kita tidak bersemangat, katakan pada diri kita ... mau tidak semangat ? jawaban ini selalu bisa membangkitkan kita untuk bersemangat. Atau mulailah sesuatu yang tidak bersemangat dengan menggantikannya lewat istighfar dan dilanjutkan dengan Bismillahi rahmaani rahiim, Insya Allah kita mendapatkan semangat itu dari Allah yang jauh lebih baik.
Latih saja dari sejak pagi hingga petang, Insya Allah kita diberi petunjuk untuk selalu bersemangat dan menghasilkan aktivitas yang dirahmatiNya (amal saleh). Aamiin
Tidak bersemangat
Bersemangat dalam diri sendiri
Pengen sih
Kata,"pengen sih" adalah menjadi miliki semua orang. Mengapa kita jadi pengen sesuatu ? Karena memang kita belum memilikinya. Sebenarnya pengen itu menaikkan apa yang sudah kita miliki, maka mau tidak mau kita pun mesti menyiapkan diri dengan kemampuan yang lebih tinggi.
Berlatih ikhlas
Hati yang tenang atau gelisah
Insya Allah kita selalu diberi kekuatan untuk selalu memelihara hati untuk terus yakin dan percaya kepada Allah yang memberi hati yang tenteram. Aamiin
Shalat buat minta doa terkabul
materi dan keinginan
Apakah Sekolah menjamin Sukses ?
Pantaskah kita dihadapan Allah ?
Mudah puas ..
Featured post
Apa iya karyawan itu mesti nurut ?
Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...
-
motivasi diri hari ini masih berbicara tentang hal kecil yang kita sepelekan dalam hidup ini. Motivasi yang berdasarkan motivasi Islam yang...
-
Hampir semua orang ingin menjadi orang sukses, tapi ada beberapa orang yang mengatakan,"saya nggak mau sukses, saya mau jadi orang bai...
-
Ada banyak keinginan yang ingin kita raih, pengen sukses, pengen kaya, kaya bahagia, pengen beli mobil dan sebagainya. Pahami dan yakinilah...