Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Yakin atau Percaya

Yakin dan percaya sepertinya sama, bisa jadi hanya soal Bahasa dan persepsi saja. Jika kita percaya kepada Allah dengan segala kekuasaanNya, maka mengapa kita tidak mengikutiNya ? Kita percaya sesuai dengan pengetahuan yang kita dapatkan, tapi apakah kita yakin di hati ? Saat kita percaya banyak orang yang menjatuhkan diri dari ketinggian pada alas yang empuk TIDAK MEMBUAT ORANG SAKIT. Kita pun melihat sendiri mereka melakukan dan tidak ada masalah. Kita adalah orang yang takut berada di ketinggian, maka kita PERCAYA. Tapi mengapa kita tidak berani melakukannya sendiri ? Diisinilah kita tidak YAKIN.
Begitu pula halnya untuk menjawab bahwa kita sebagai muslim masih bisa benar-benar taat kepada Allah. Maksudnya adalah kita belum beriman … belum YAKIN tapi sudah percaya. Hati kita belum utuh kepada Allah, karena bisa jadi ada beberapa hal yang merusak hati itu diantara dosa kita, kelalaian kita dan tidak patuhnya kita untuk mengikuti petunjuk Allah (bahkan tidak pernah membaca petunjuk Allah). Perhatikan saat kita belum YAKIN dalam bersabar, maka kita berhenti untuk sabar karena berbagai alasan,”sampai kapan saya sabar dengan keadaan ini”. Saat kita PERCAYA maka kita tahu bahwa kesabaran itu tidak ada ujungnya dan buah kesabaran itu manis. Tapi saat kita menjalani yang sebenarnya, “kok sabar itu berat dan susah”, ada pikiran lain yang mengajak untuk tidak sabar lagi karena sepertinya ada angan-angan yang memberi solusi lain selain sabar. Bisa karena ilmu yang kurang atau salah yang bisa menyebabkan kita sulit sabar lalu menjadi tidak sabar. Inilah situasi yang menentukan apakah kita YAKIN atau tidak ? Kesabaran itu selalu mengajak hal lain dalam diri kita seperti mengajak kita selalu mengevaluasi dan memperbaikinya, mengajak kita menyempurnakan ilmu sabarnya, mengajak kita untuk terus konsisten dengan harapan Allah, mengajak pula semakin banyak ibadah (shalat) dan banyak lagi. “Mintalah pertolongan kepada Shalat dan Sabar”. Kunci keYAKINan kita adalah tuntasnya persoalan yang kita hadapi.

Terus gemana dong kalau kita yang hanya sebatas PERCAYA tapi belum YAKIN ? bersyukurlah bahwa modal PERCAYA yang kita miliki dengan semakin banyak melakukan ibadah hati agar semakin terbuka hati kita dan diizinkanNya memperoleh hidayah untuk YAKIN kepada Allah. Memohonlah dengan doa agar kita selalu dilindungi dan dibimbing untuk mendapatkan IMAN itu (keYAKINan).

Lapang dada

Orang yang bahagia itu orang yang memiliki hati yang lapang. Perhatikan saat kita memiliki hati yang lapang, keburukan yang kita alami menjadi baik dimata kita. Kita menerima dengan ikhlas apa yang kita alami dan berusahan untuk memperbaiki keadaan menjadi semakin baik sabar dalam ketaatan kepada Allah. Sebaliknya kita yang lapang dada mampu menerima keadaan yang baik untuk disyukuri, tidak sombong dan semakin taat dalam mensyukurinya dengan banyak berbagi.
Sudahkah kita lapang dada ? Lapang dada mesti kita usahakan dengan ketaatan kepada Allah dan berdoa agar diizinkanNya. Selama menjalani ketaatan itu sudah membuat Allah Bersama kita, semakin taat semakin yakin Allah Bersama kita dan lapang lah hati ini.
Jalani ketaatan itu dalam kerja … dimana saat kerja kita mengerjakan apa yang diperintahkan Allah, berbicara yang baik dan benar, memberi yang terbaik yang kita miliki baik itu ilmu, tenaga, materi untuk orang lain, bertanggung jawab atas apa yang kita kerjakan, mengerjakan dengan ilmu yang benar, selalu ingat waktu untuk beribadah, berlaku santun dan sebagainya.

Lapang dada membuat kita bahagia dan hidup dalam lindungan Allah. Berani nggak ? Just do it.

Kalau bukan karena karunia dan rahmatNya

Apa yang terjadi pada diri kita saat ini ... cenderung kita katakan karena kita sendiri yang melakukannya. Perhatikan saat kita makan, kan karena kita bisa makan dimana tangan dan mulut dikontrol dari kita sendiri. kita berjalan bukankah karena kita yang menggerakkan kaki kita sendiri. Apalagi ya ... kita berpikir seolah kita yang mengendalikan pikiran ini.
Jika direnungkan lebih dalam .... sepertinya tidak ada peran Allah. Apakah ini yang kita sebut "saya beriman kepada Allah" ? Mestinya tidak begitu, "saya beriman kepada Allah maka saya pun sadar kekuasaan Allah ada pada setiap langkah kehidupan saya dan setiap nafas saya". Bahkan kita pun sering mengucapkan "tanpa daya dan kekuatan hanya dari Allah", tapi faktanya tidak demikian


 Kita pun memulai kehidupan ini dengan lahir ke dunia ini seperti tidak merasa ada apa-apa. Iya lahir aja dari ibu kita. Kita bahkan tidak merasa apapun.
Allah memberitahu kita lewat Al Qur'an ... Kalau bukan karena karunia dan rahmatNya semua ini terjadi atas izinNya.
Di dalam surah An Nuur, surah ke-24 Allah mengulangi makna kalimat judul di atas sebanyak 3 kali pada ayat 10, 14 dan 20

 وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ وَأَنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ حَكِيمٌ ١٠
10. Dan andaikata tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atas dirimu dan (andaikata) Allah bukan Penerima Taubat lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan mengalami kesulitan-kesulitan)

وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ لَمَسَّكُمۡ فِي مَآ أَفَضۡتُمۡ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ ١٤
14. Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu

وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ وَأَنَّ ٱللَّهَ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ ٢٠
20. Dan sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar)


Bukankah kita tidak dibiarkan begitu saja untuk hidup. Tapi diminta pertanggungjawabannya kepada Allah. Oleh karena itu karunia dan rahmat Allah itu mesti disyukuri dengan mengerjakan apa yang diperintahkan.
Bayangkan apa yang sudah kita kerjakan selama ini lebih banyak tidak taatnya, lalu apakah ketidaktaatan itu tidak ada balasannya ? Pasti ada.
Mulai lalai meninggalkan shalat tepat waktu, tidak ikhlas kerja, tidak ikhlas berbagi, tidak jujur, malas, marah, mau menang sendiri, ngikutin godaan syetan, cenderung pada dunia, melakukan banyak kesalahan dan dosa sepanjang hidup kita. Jika dihitung maka timbangannya berada di kiri kita alias banyak dosanya.
Lalu beranikah kita bertanya pada diri sendiri, kok saya masih ngga di apa-apain sama Allah ? Kok seolah kita ini sudah benar imannya ? 
jawabannya adalah Karena karunia dan rahmat Allah lah kita masih tidak dibalas di dunia setimpal dengan apa yang kita sudah perbuat. berprasangka baik dengan sadar atas apa yang kita alami adalah Allah memberi kesempatan untuk merubah segalanya dengan ketaatan kepadaNya.
Syukur-syukur dosa kita sudah diampuni karena ibadah dan amal kita yang sedikit.
Begitu juga dengan keinginan kita yang belum terkabul, bisa jadi doa kita yang dikabulkan Allah pun merupakan berkat karunia dan rahmatNya. Karena banyaknya doa yang kita inginakan belum sebanding dengan amalnya (ketaatannya).
menyadari keadaan ini sangat baik buat kita untuk selalu memperbaiki iman kita semakin baik. Insya Allah kita selalu diberi petunjuk dan bimbingan untuk selalu taat kepadaNya. Aamiin






































Balas kejahatan dengan kebaikan

Judul di atas tidak mudah dilaksanakan. Apakah kita siap membalas kejahatan atau keburukan yang menimpa kita dengan kebaikan ? Pesan ini baik dan secara manusia hampir membalas keburukan atau kejahatan dengan hal yang sama atau bahkan lebih buruk lagi. Terus mengapa pesan itu disampaikan Allah kepada kita lewat Al Qur'an ?
Hampir setiap hari kita menerima pesan yang baik baik dari ucapan kita sendiri atau dari orang lain. Tentunya pesan itu untuk diamalkan sehingga kita menjadi semakin baik. Atau pesan baik itu sudah menjadi pencitraan diri dalam pergaulan kita.
Duduklah dengan tenang dan sabarlah untuk memahami makna pesan di atas,"balas kejahatan dengan kebaikan". Boleh kita bertanya pada diri sendiri :
1. Mengapa kejahatan mesti dibalas dengan kebaikan BUKAN dengan kejahatan lagi. Tanpa melihat latar belakang yang berbuat jahat dan melihat hasilnya ke depan, maka jika kejahatan dibalas dengan kejahatan maka tidak pernah selesai urusannya. Bahkan semakin menambah masalah baru. Saat kita dimarahin orang, lalu kita balas dengan memarahinya lagi. Orang yang berbuat marah bisa semakin marah dan terus aja saling memarahi.
2. Tidak ada orang yang ingin bermasalah, maka jauh lebih baik untuk menyelesaikan masalah dan begitulah Allah mengajarkan. "boleh saja membalas keburukan orang lain dengan nilai keburukan yang sama, tapi jika kita bisa bersabar menjadi lebih baik di sisi Allah". Jadi balaslah kejahatan itu dengan kebaikan.
Bagaimana caranya ? Jika kejahatan atau keburukan itu berupa fisik (seperti memukul) berusahalah untuk menghindar dan jika kejahatan itu bukan fisik maka kita cukup diam dan berdoa untuk kebaikan orang yang melakukan kejahatan
3. Tidak ada orang yang suka dengan kejahatan, apalagi menimpa dirinya. Misalkan dirampok atau ditipu atau dipukul atau berupa keburukan seperti sakit, dihina dan sebagainya. Ingat pesan dari Allah juga mengatakan,"setiap manusia tidak dizalimin kecuali dia sendiri yang menzalimin dirinya sendiri dari perbuatan buruk (ketidaktaatan kepada Allah)" dan "setiap dosa dibalas Allah sekecil apapun. Dan keburukan yang kita lakukan pasti dibalas Allah dan kita sendiri yang bertanggung jawab". Atas dasar itulah bahwa kejahatan yang kita terima bisa jadi adalah balasan atas ketidaktaatan kita kepada Allah atau Allah menguji kita dengan kejahatan ...jika hal ini yang terjadi maka kita lakukan seperti point 2. Tapi kita bisa mencegah atau meminimalkan kejahatan yang terjadi pada diri kita dengan BANYAK BERBUAT KEBAIKAN YANG TERUS-MENERUS.
4. Lakukan kebaikan setiap hari agar kita memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat.
Alhamdulillahi rabbil alamiin, atas petunjuk yang Engkau berikan kepada kami hari ini dan mampukan kami untuk mengamalkannya.
Insya Allah dengan pemahaman sedikit demi sedikit kita selalu diberi petunjuk dan kemampuan untuk menjadi manusia yang semakin baik hari ini.

Sampai jumpa lagi ...

Kesalahan dan banyak amal

Boleh dong kita fokus sebentar …. Ambil gelas dan isi gelas dengan air susu (putih). Lalu tumpahkan beberapa tetas betadin maka warna air di dalam gelas menjadi merah. Bagaimana caranya untuk membersihkan tetesan betadin di dalam air susu tadi ?
1.       Buang semua air di dalam gelas dan menggantinya dengan air susu yang baru
2.       Menambah air susu lagi sebanyak-banyaknya sampai air menjadi sedia kala (tetesan betadin hilang)
Gambaran gelas dan air susu itu seperti hati kita yang dulunya bersih menjadi kotor saat kita melakukan dosa atau kesalahan. Sedikit saja kesalahannya membuat sulit untuk menormalkannya lagi, butuh energi dan tindakan yang banyak dan terus-menerus. Bisa dibayangkan dengan banyaknya kesalahan yang kita buat membuat hati ini sulit untuk difungsikan .. dengan kata lain hati kita sulit untuk menerima petunjuk kecuali ada kekuasaan dan kehendak Allah.
Secara logika sulit membuat hati jadi bersih lagi, maka tidak ada lagi langkah lain dengan terus-menerus melakukan kebaikan yang sungguh-sungguh dan berdoa agar Allah memberi rahmatNya kepada hamba yang kehendakiNya. Bahkan disaat kita baru memulai dengan sungguh-sungguh dimana Allah yang Maha mengetahui isi hati kita bisa dengan kehendaknya untuk menyempurnakan hati kita yang kotor.
Selalu ada harapan, bayangkan kita berkata yang baik setiap saat, ibarat air susu yang dimasukkan lagi ke gelas …. Insya Allah hati kita menjadi semakin bersih.
Bagaimana dengan pikiran kita ? Insya Allah otak kita semakin dalam ilmunya dan memudahkan kita untuk beribadah dan beramal yang banyak.

Insya Allah ya Rahman ya rahiim selalu mengingatkan kita untuk selalu membersihkan diri, hati dan pikiran dan kita pun dimampukan melakukannya dengan sungguh-sungguh. Aamiin

Wajib belajar

Ada pesan yang menarik dari Al Qur'an,"janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuannya. Karena pendengaran, penglihatan dan hati diminta pertanggungjawabannya". Suatu hari kita pernah mengalami kejadian seperti ini,"kenapa mas kok salah terus sih dengan pekerjaan yang sama ?" dan jawabannya "ngga ada yang ngajarinnya". Salah ngga ? Ngga salah sih .. karena memnag tidak tahu maka pekerjaannya jadi salah terus. Ditambah lagi," saya kan ngga sekolah tinggi dan yang pintar lah yang punya tanggung jawab ngajarin saya"
Pesan di atas mengingatkan kita untuk bisa melihat bahwa kesalahan itu menandakan kita belum memiliki ilmu yang cukup untuk mengerjakan sesuatu ... lalu bukan berarti membiarkan kita terus begitu. yang tersirat mengajak kita untuk menjawab pesan di atas agar setiap pekerjaan itu membutuhkan ilmu dan soal ilmu itu hanya bisa diperoleh dimulai dari diri kita sendiri.
Mulailah mencari tahu mengapa kita salah ? pertanyaan inilah yang mengajak kita ingin belajar dan bertanyalah kepada mereka yang tahu dan paham ilmunya.
Bisa jadi faktanya memang kita malas belajar dan membiarkan keadaan ini terus berlangsung. yang disalahkan adalah orang lain yang tidak mau membantu dan support. padahal kita lah biangnya. Kita lebih suka mencari alasan yang membenarkan keadaan yang membuat kita tidak ingin belajar.
Pertama yang mesti kita lakukan adalah mensyukuri pendengaran, penglihatan dan hati ... memelihara agar tetap berfungsi dengan baik, caranya ya harus sering dipergunakan setiap saat.  lalu yang kedua adalah memaksimalkan potensi ketiga indera itu agar mampu memahami pengetahuan dari apa yang kita kerjakan. Yang ketiga adalah tetap terus mengevaluasi dan memperbaiki pengetahuan semakin baik.
Begitulah pemahaman saya tentang pesan di atas. pastilah ada hal lain yang menyempurnakan hikmah dari pesan di atas. Insya Allah kita selalu dibukakan hati untuk bisa menerima kebenaran dan siap menjalaninya. Aamiin

Waktunya SAMA

Kesungguhan kita dalam beramal saleh terus diuji dengan berbagai godaan dari syetan. Terkadang godaan itu tidak terlihat dari syetan lagi karena sudah rutin sebagai sebuah kebutuhan. Awalnya kita ingin sedekah dengan nilai tertentu (yang lebih banyak), tapi karena godaan syetan jadilah sedekahnya hanya Rp 2.000 yang penting ikhlas. Apa yang terjadi selanjutnya, kita menjadi biasa bersedekah terus Rp 2.000 dan jika ditanya ikhlas nggak ? Yang penting ikhlas.
Perhatikan waktu yang kita habiskan untuk bersedekah Rp 2.000 dan bersedekah Rp 10.000 adalah sama dan sama-sama ikhlas. Jika pakai logika maka kita memilih Rp 1.000 dengan alasan ekonomis, dan jika pakai hati ... memilih Rp 10.000 karena belum tentu masih ada waktu lagi buat kita bersedekah.
Renungkan sesaat ... iya ya. Mengapa begitu ? Karena ibadah dan amal saleh itu mestinya menggunakan hati (atau menghidupkan hati). Banyak professor yang tahu Islam dan banyak pula yang hafal Al Qur'an serta banyak pula orang yang sudah shalat dan puasa... bisa jadi semua itu karena mereka hanya menggunakan logika saja dan tidak menghidupkan hatinya. Berita tentang orang Islam yang banyak korupsi, bunuh diri dan berbuat kejahatan bisa menunjukkan bahwa hatinya tidak hidup.
Bayangkan lagi waktunya sama, berbuat baik dan berbuat buruk. Berbuat baik dengan sedekah itu sama waktunya dengan berbuat buruk dengan merampok. Allah berfirman, tidak sama orang yang berbuat baik dengan orang yang berbuat buruk.
Demi masa semua orang merugi kecuali yang beriman dan beramal saleh. Mari kita bersyukur dengan mengisi waktu kita dengan banyak beriman dan beramal saleh.
Bagaimana dengan shalat kita yang mau cepat-cepat selesai karena ada tugas yang mau diselesaikan ? Benarkah kita shalat yang hanya 3 menit saja dan setelah shalat pun kita tidak langsung bekerja yang luar biasa. Apakah kita mau mengorbankan waktu yang 3 menit demi pekerjaan atau kita BERANI shalat lebih lama lagi 5 menit saja demi Allah ? 
jangan sampai kita menjadi biasa shalat "cepat selesai" dan BERANIkan diri untuk shalat yang tenang demi Allah.
Insya Allah kita selalu diberi kemampuan untuk berani beriman dan beramal saleh. Aamiin

Penampilan diri yang semu

Penampilan yang menjadi penting dalam organisasi, bisnis dan masyarakat. Apa yang kita tampilkan ? Tampilan yang biasa yang diperbarui sehingga terlihat menarik dan menjadi sorotan banyak orang. Banyak atribut yang kita pasangkan pada diri kita seperti jabatan, pekerjaan yang "terlihat sangat sibuk", pakaian yang bagus, pulpen yang bermerek, kendaraan yang bagus dan ternama serta banyak hal lain.
Benarkah ? 90% benar. Perhatikanlah diri kita, saat kembali ke rumah kita tidak menunjukkan perilaku yang sama saat berada di luar. Demi apa ? demi gengsi dan harga diri untuk dilihat dan dihargai orang lain. Padahal harga diri adalah nilai dari diri kita yang diukur dari seberapa banyak yang sudah kita lakukan untuk kebaikan orang banyak (bukan sebagai bentuk pencitraan).
Sebenarnya harga diri itu bukan diberikan orang lain terhadap kita, tapi penilaian diri kita sendiri. kitalah yang tahu apa yang sebenarnya sudah kita lakukan.
Apakah harga diri kita itu dinilai dari pulpen bermerek yang digunakan untuk menorehkan tanda tangan ? Apakah harga diri itu dinilai dari merek baju yang kita gunakan ? dan seterusnya Tentunya tidak jika kita berkata jujur. 
Harga diri kita sepadan dengan apa yang kita kerjakan atau sama dengan amal saleh kita. Renungkan apakah kita bekerja untuk menampilkan pencitraan diri ? atau apakah kita bekerja karena Allah ?
Bagaimana kerja karena Allah ?? yang pasti dimulai dari niat bahwa hidupku (matiku) untuk Allah, maka selanjutnya kita bekerja sesuai petunjuk Allah. Awali pekerjaan dengan Bismillahi rabbil alamin dan ada kesabaran dalam bekerja untuk mengikuti proses yang ada, istiqamah dalam bekerja untuk menemukan solusi, jujur dalam mengungkapkan fakta, bersyukur dengan memanfaatkan nikmat (potensi yang ada) untuk mendapatkan hasil yang bernilai tambah, berdoa agar diberi kemampuan dan petunjuk, berkata yang baik dan banyak amal saleh lainnya.
Harga diri kita ditinggikan Allah atas apa yang kita kerjakan menjadi dirahmatiNya. Insya Allah kita diberi petunjuk dengan sering membaca Al Qur'an dan dimampukan untuk mengamalkannya. Aamiin

Silaturahmi bukan ala kadarnya

Kata silaturahmi atau silaturahim sudah sering kita dengar. Saya pun yakin Anda sudah paham dengan maknanya. Dan sudah menjadi materi ceramah bagi banyak penceramah dengan berbagai versi. Apa yang menarik untuk dibahas dalam motivasi  ?
kebaikan silaturahmi sudah kita ketahui banyak manfaatnya. Semua manfaatnya berupa kebaikan dan pahala, bisa jadi Anda sangat ingat "silaturahmi itu membuka pintu rezeki". Ada orang yang sudah mendapatkan kebaikannya tapi ada juga sudah bersilaturahmi belum merasakan kebaikannya.
Saatnya kita menggugat diri kita sendiri mengapa silaturahmi belum dapat dirasakan kebaikannya ???
1. Periksa apakah silaturahmi yang kita lakukan yang dibalas oleh Allah dengan kebaikan, sudah dengan niat yang benar ???
Bukankah kita bersilaturahmi terkadang bukan niat kepada Allah, tapi niatnya untuk dibalas dengan kebaikan (misalkan membuka pintu rezeki). bener nggak ???
Buktinya saat silaturahmi yang kita bicarakan tentang bisnis, bukannya memulai silaturahmi dengan berbincang tentang satu sama lain (keadaannya dengan saling bertanya).
Bayangkan saat kita bersilaturahmi kita bertemu untuk saling mengetahui keadaan masing-masing dan bisa jadi ikut merasakan (berempati) dengan keadaan saudara kita. Dengan saling merasa berempati maka ada rasa untuk saling membantu, Rasa ingin membantu ini bisa membuat kita merasa tidak ada rahasia lagi atau tidak takut .... dan akhirnya jika ada bisnis pun menjadi perbincangan dalam silaturahmi ini.
2. Kebanyakan orang dalam silaturahmi menjadi ajang untuk menunjukkan kehebatan masing-masing.
Bukankah saat silaturahmi kita ingin menunjukkan apa yang kita miliki .... pake mobil bagus, pakaian yang terkenal dan bahkan dandanan yang wah. Kalau ini terjadi maka bisa jadi salah satu pihak merasa minder dan membuat suasana silaturahmi jadi hambar.
Buktinya perhatikan saja silaturahmi disekitar kita. Kumpul-kumpul atau arisan atau reuni atau berkunjung yang menjadi media silaturahmi selalu ada orang yang menunjukkan "kehebatannya dalam materi". Sekalipun suasana bisa diterima semua orang, dalam hati kecil merasa kecewa dan komunikasi jadi tidak menarik (berbangga-bangga dengan kepemilikannya).
Bayangkan silaturahmi itu didasari niat baik, maka semua orang tidak peduli dengan atribut materi tapi saling berkomunikasi dengan baik. "wah bajunya bagus, dimana belinya ?" maka jawabannya "lumayanlah kok dibilang bagus, murah loh harganya dan saya beli di pasar tradisional tebet kok".  Apa yang terjadi selanjut, bisa jadi komunikasi ini berlanjut,"nitip ya saya mau beli juga dong" atau "temenin dong belinya" semua ini kebaikan dari silaturahmi.
3. Silaturahmi tidak penting yang penting HP.
Saat silaturahmi sering semua anggota bukan banyak berbincang tapi sibuk main HP dengan media sosialnya.
Bukankah saat bertemu semua mulai sibuk dengan HPnya dan saat makan pun bukan makannya yang dimulai dengan doa tapi yang penting adalah foto makanannya untuk diupload.
Bayangkan begitu nikmatnya saat bersilaturahmi semua menikmati makan tanpa HP. Ada yang bilang "ini makanannya buat sendiri ya, boleh dong kasih resepnya" atau "tuan rumah bilang, kalau ada acara saya bisa bantu cateringnya". Ada cerita dan pengalaman yang menarik
4. Bisa jadi Anda punya hal lain untuk menggugat silaturahmi ??? Gemana jika silaturahmi sudah menjadi hal wajib untuk diikuti sehingga beberapa merasa keberatan karena ada keperluan keluarga yang lebih penting.
Apa motivasinya ??? Jika silaturahmi banyak kebaikannya, maka saya dan Anda menyempurnakan silaturahmi dengan benar. BUKAN berpikir hasilnya.
Sudahkah silaturahmi itu membuat kita memahami dan berempati ???
Sudahkah silaturahmi itu membuat kita saling mengenal dan membuat kita seperti saudara ?
Sudahkah silaturahmi itu membuat kita merasa penting untuk dijalani dan tidak terbatas oleh waktu dan tempat ???
Yang utama itu bersilaturahmi itu menjalankan perintah Allah karena kita beriman. Percaya kepada Allah dan terserah Allah saja untuk membalasnya
Mulailah dengan Bismillahi rabbil alamin
Berkomunikasilah dengan prasangka baik dan saling memahami
Bersyukurlah silaturahmi itu bisa terjadi
Berdoalah untuk kebaikan buat orang lain dengan silaturahmi itu
Mari kita belajar dan mengevaluasi apa yang sudah kita kerjakan. Menggugat bukan berarti ada yang salah, bisa jadi dengan menggugat kita mampu melihat ada sesuatu yang harus diperbaiki. Ya Allah yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu, tundukkan lah hati kami untuk rendah hati dan terus bisa memperbaiki diri untuk menjadi semakin percaya kepadaMU. Dan jadikan kami orang yang senang bersilaturahmi, Aamiin

Memulai

Kita hidup dimulai dari kelahiran dimana kita tidak bisa berbuat apapun dalam proses itu. Setelah itu pun kita tidak punya apa-apa dan hanya bisa menangis dan naluri kepada kehidupan untu bergerak dan sebagainya. Semua itu menjadi bagian dari kehendak Allah.
Ketika masuk sekolah, memulainya tanpa ilmu yang cukup dan hanya mengandalkan semangat. Yang ada adalah pakaian baru, tas baru dan support orang tua.
Pernahkah terpikir oleh kita bahwa semua langkah memulainya berasal dari Allah baik itu dorongan maupun izinNya.
Sekarang sudah dewasa dan proofesional merasa bisa memulai semua lewat kendali kita sendiri. Ilmu dan nafsu memegang kendali untuk mewujudkan keinginan kita. Tapi boleh untuk direnungkan saat kita ingin memulai sesuatu adakalanya hasilnya tidak terjadi. Pernahkah kita berpikir bahwa hal ini ada peran Allah swt yang tidak mengizinkan itu terjadi ?
Sebagai orang yang beriman kepada Allah diberi petunjuk untuk memulai sesuatu demgan menyebut namaNya. Sudahkah kita melakukannya ? Mari kita mulai segala sesuatu dengan menyebut nama Allah, Bismillahorrahmaanirrahiim dan bersyukur saat memgakhirinya dengan Alhamdulillahi rabbil alamin.
Saya yakin petunjuk ini sudah dipahami banyak orang dan pertanyaannya, seberapa sering kita mengamalkannya ? Apakah hanya lisan aja atau dengan khusyuk ? Atau apakah dengan mengikuti petunjuk itu kita sudah merasakan kebaikannya ? Jawablah semua itu yang.menandakan refleksi pengamalan dari petunjuk Allah. Allah tidak pernah ingkar janji dan bukan juga kita ingin menguji Allah, Tapi kita mengamalkannya karena kita beriman atau percaya kepada Allah.

Allah urus semua

Seringkali kita tahu tentang masuk WC itu ada doanya dan adab di dalam WC dimana tidak boleh berduaan (salah satunya). Saya dan Anda tahu .... hafal doanya dan pernah melakukannya. Tapi sekarang apakah kita melakukannya lagi sekarang ? Bisa ya dan tidak, tidak konsisten. Mengapa begitu ?
Bisa jadi semua itu karena kita merasa itu adalah pelajaran saat TK/PAUD. Oleh sebab itu kita sering meminta anak kita atau adik kita untuk menghafal doa dan adab masuk WC. Atau buat renungan kita lebih dalam,"saya sudah berdoa dan mengikuti adab masuk WC itu, tapi ngga ada pengaruhnya ?"
Pertanyaan terakhir itulah yang membuat kita semakin tidak membiasakanya. Mari kita belajar memahami dan memaknai adab masuk WC itu,
1. Allah itu Maha Mengatur segala sesuatu dan meliputi apa yang kita kerjakan. Maka masuk WC pun mesti didasari iman, percaya kepada Allah. Kita yang muslim dan percaya kepada Allah maka kita pun wajib percaya dengan petunjuk Allah dalam adab masuk WC. Akibatnya adalah mau melakukan petunjuk apa yang Allah perintahkan seperti halnya bersilaturahmi dan sebagainya.Apa yang kita dapatkan ? Saat masuk WC yang kita anggap "tidak bersih" bisa memelihara iman kita dengan cara mengamalkan petunjuk Allah (amal saleh). Bayangkan saat kita beriman lalu terputus imannya karena masuk WC, dan keadaan tidak beriman ini bisa membuat tidak beriman juga setelah keluar WC. Pantaslah Allah mengajari dan memberi petunjuk agar kita selalu memelihara iman dengan banyak beramal saleh.
2. Petunjuk Allah itu adalah agar kita sendiri menjadi manusia yang teratur, seperti halnya kita diperintahkan untuk berkata yang baik. Hasilnya ? Kita tidak merasa manfaat langsung, tapi yakinlah bahwa hasil amalan ini bisa berdampak banyak pada diri kita. Insya Allah kita dilindungi dari perbuatan yang tidak baik dan dilindungi dari syetan. Ngga itu aja, Ridha Allah atas ketaatan kita tersebut bisa mengantarkan kita kepada rahmat.
3. Selain itu adab masuk WC membuktikan kepada kita, Allah itu Maha Kuasa dan Maha Mengatur. Allah mengatur dan memelihara makhluk dan alamNya, sekalipun kita tidak mengikuti petunjukNya, Allah berkuasa untuk memberikan balasannya dengan kecelakaan di kamar mandi agar kita lebih berhati-hati (kembali kepada petunjukNya). Urusan adab masuk WC bisa jadi amal saleh kita sehingga menambah catatan kebaikan kita dan dibalas dengan kebaikan. Beriman kepada Allah bukan sekedar shalat dan sedekah, tapi masuk WC pun jadi catatan kebaikan kita.

Insya Allah pemahaman ini dan berdoa agar mampu mengamalkannya bisa mengantarkan kita menuju iman yang semakin kuat. Memelihara iman dapat dikerjakan dimana saja dan kapan saja dengan aktivitas sehari-hari kita.

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...