Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Katanya mau dapat hasil

Katanya mau dapat hasil, apa iya bisa tanpa kerja keras yang luar biasa ? Kata orang memang mesti kerja keras, lalu kerja cerdas dan kalau bisa kerja ikhlas. Apa mungkin apa yang kita inginkan itu terjadi ? Tergantung kerjanya. lalu bagaimana kerjanya ? sudah maksimal, tapi ada hasilnya
Kerja ya pasti kita kerja, yang menjadi pertanyaannya, apakah kita tahu pasti apa yang seharusnya kita kerjakan ? Untuk itulah kita selalu ingin cepat dicapai, jadi kerjanya yang besar. Dalam kerja yang besar pasti banyak hambatan dan masalah. Lalu gemana ? Kita butuh semangat untuk kerja, dan semangat itu kalau lebih besar dari kerjanya (yang detail dan mudah), maka semangat menjadi bertumbuh. Yuk kita detailkan kerja yang mesti dikerjakan dengan baik.
Apa iya juga kita bisa berhasil ? Segala sesuatu pasti izin Allah, maka selain mesti menyempurnakan kerja kita dengan ilmu yang bener, maka kitapun melakukan kerja hati yang meminta Allah mengizinkannya. Maka kerja ikhlas itu menjadi hal utama agar dirahmati Allah
Insya Allah kita diberikan kesehatan agar mampu melakukan kerja yang konsisten. Dan dibimbing untuk ikhlas dan istiqamah. Aamiin

Katanya mau semangat terus

 Katanya mau semangat terus, tapi kok tujuan kita belum tercapai. Mengapa belum tercapai ? Karena kita belum konsisten semangatnya. Semangat kok ? Semangat untuk tujuan A belum benar-benar ditindaklanjuti dengan aktivitas A yang konsisten, maka hasilnya belum terwujud baik. Seseorang dibilang baik, jika orang tersebut konsisten berbuat baiknya, dan berbuat baik itu konsisten karena didukung oleh semangat berbuat baik.

Emang bisa orang konsisten untuk berbuat baik (bersemangat terus berbuat baik) ? Dalam keseharian kita banyak aktivitas yang terjadi, makan dan minum, isitrahat, kerja A - Z dan lainnya. Terkadang Saat kita ingin mengerjakan hal baik terhenti oleh aktivitas lain yang memang seharusnya kita kerjakan (rutinitas) atau aktivitas lain. Mau berbuat baik kepada si A, tapi orangnya nggak ada lalu kita menjadi melakukan hal lain. Begitu yang sering terjadi. Semangat itu pasti butuh media yaitu aktivitas. Semangat A tidak selalu diikuti dengan aktivitas A, kadang B atau lainnya. Semangat itu perlu dijaga dengan tetap terus beraktivitas yang baik.

Berhati-hati dalam beraktivitas, karena bisa jadi semangat kita "hilang". "hilangnya" semangat itu disebabkan aktivitas yang menjauh dari aktivitas yang seharusnya kita lakukan. Bisa dikatakan kehilangan fokus semangat. Tetapi di lain hal, semangat untuk aktivitas yang tidak terhubung dengan  keinginan kita bisa menambah semangatnya. Intinya tetap beraktivitas.

Membayangkan semangat untuk shalat, karena suatu hal menjadi lalai. Ada temen baik ngajak ngobrol maka bikin kita menunda shalat. Semakin larut obrolannya semakin lama dan shalatnya yang tadi semangat menjadi kurang semangat, biasanya terburu-buru shalatnya. Apakah ada penyesalan ? Jika ada maka semangat yang tadi kurang semangat menjadi bertambah semangat karena merasa berdosa. Semangat ini menjadi berbeda dan semakin baik untuk melakukan shalat.

Apapun semangat kita perlu dijaga dan tetap fokus dengan semangat awal agar apapun yang kita kerjakan membuat semangat menjadi lebih kaya nilainya.


Katanya mau santai

Katanya mau santai, tapi faktanya tak mudah mendapatkannya. Lagi kerja rasanya tak bisa santai, dan berharap setelah kerja bisa santai ... tapi nggak juga. Abis kerja malah capek bukan santai. Lalu kapan ya ? terbayangkan jika dalam seminggu kita tidak merasakan suasana santai yang benar-benar memanjakan kita sendiri.
Temen bilang,"kan udah santai saat istirahat dalam kerja". Bener sih istirahat, tapi dalam isitirahat itu tidak membuat kita santai tapi malah mikir kerja berikutnya (abis istirahat). Terus, apa sih istirahat itu ? Istirahat oleh kebanyakan orang adalah suasana dimana pikiran relax, perasaan senang dan suasana hari yang bahagia. Kalau begitu susah dong dapetnya. Kerja sudah membuat kita tidak relax karena ada beban dari target kerja. Paling bisa santai kalau abis pulang kerja, apa iya ? Santai sih, tidak kerja tapi nyatanya bukan santai ... kita capek.
Pikiran kita yang terbebani setiap hari karena memang pikiran memandang kerja itu seperti beban dan harus dikerjakan. Keadaan ini membuat perasaan kita tidak nyaman, tidak santai. kerja yang santai ... tidak baik, tapi santailah (nyaman) dalam kerja yang membuat kerja menjadi luar biasa. Mulailah untuk mengubah persepsi tentang  kerja agar pikiran, perasaan dan hati menjadi santai, relax, tenang dan nyaman. Bukankah kerja itu sama halnya aktivitas lainnya yang mesti kita lalui, tidak mesti diselesaikan hari ini tapi bagaimana kita mengerjakan dengan bener. Bukankah kerja itu bagian dari rasa syukur kepada Allah karena kita diberi amanah dimana kita diizinkan Allah bekerja. Dan banyak lagi ... 
Insya Allah sikap seperti di atas dapat juga kita terapkan dalam beribadah. Shalat misalnya, bukan lagi kewajiban yang membuat kita "berat"menjalaninya. Mengapa shalat tidak kita jadikan media komunikasi dengan pencipta untuk curhat dan memohon pertolongan (mintalah pertolongan dengan shalat dan sabar).
Yuk kalau kita katanya mau santai, belajarlah menata pikiran, perasaan dan hati agar mengikuti apa yang kita inginkan.

katanya mau sehat

Katanya mau sehat, tapi kok aktivitasnya begitu begitu aja, tidak semakin berkualitas. Padahal apa yang kita hadapi semakin besar, apa kuat tubuh kita ? Apa siap pikiran kita ? Apa mampu kendalikan emosi kita ? Apa iya kita bisa sabar ? Semua pertanyaan tadi mengajak kita untum semakin beraktivitas yang lebih baik dan semakin sehat.
Sakit ? Nggak sukalah. Tapi bisa sakit. Kalau begitu nggak perlu panik dan bersikap buruk. Sakit dan sehat seperti 2 sisi mata uang yang bergantian hadir. Saat sehat  bekerjalah maksimal dan saat sakit, kita mesti berprasangka baik sehingga kita merasa bersyukur. Bisa menghapus dosa dan menjadi semakin baik. Jadi tetaplah kerja yang maksimal sekalipun sakit.
Sakit ya ke dokter dong. Iyalah sebagai upaya untuk sembuh. Sembuhnya kapan ? Sakit pasti ada waktu, artinya waktu sembuhnya sudah tertentu. Mau dicepetin nggak bisa jadi bersabarlah karena semua itu proses yang mesti dilalui.
Katanya mau sehat, yuk selalu meningkatkan aktivitas dan amalan yang baik agar Allah merahmayi kehidupan kita. 

Katanya mau sikap positif

Katanya mau bersikap positif, tapi kok baperan terus. Ada orang yang negur kita, malah kita tidak suka tegurannya. BUkankah teguran itu mengingatkan ada yang "tidak sesuai" atau salah pada diri kita. Kita bilang,"saya sudah bener kok?". Bener menurut kita, tapi tidak di mata orang lain. Saat ditegur kita lebih fokus kepada orangnya daripada pesan yang disampaikan, jadi baper deh.
Apa sih yang dimaksud dengan sikap positif ? Sikap itu adalah respon atas apa yang kita hadapi. Misalkan kita ditegur "jalannya yang sopan dong". Sikap merupakan wawasan, pengalaman dan pengetahuan tentang jaln yang sopan. jika kita memahami dengan bener, maka pikiran kita merespon positif. Kita bilang ,"terima kasih". Tapi sebaliknya jika kita sangat reaktif/responsif maka pengetahuan tadi tidak terhubung yang menyebabkan kita terpancing emosi, inilah sikap negatif. Sikap negatif menghasilkan tindakan negatif, bisa jadi kita marah dan malah menegur orangnya, "saya sudah tahu".
Mana yang baik sikap positif atau sikap negatif ? Pasti semua menjawab sikap positif. Tapi dalam faktanya kita tidak mudah melakukannya. Hanya karena uang Rp 10.000 bisa berantem. Maka kita perlu menguatkan pikiran dan hati agar kita semakin dominan dengan wawasan dan pikiran posiitf. Dominasi ini mendorong kita mendahului pikiran dibanding perasaan. Jadilah kita bertindak positif.
Bayangkan saat kita mendengar azan ? Responnya ada yang biasa aja tidak tergerak shalat dan ada juga antusias menjawab dan meresponnya dengan shalat. Belajar untuk memahami tentang azan menjadi penting agar kita dapat menyikapi positif saat mendengarnya. Sama halnya dengan ibadah lainnya ... bisa jadi memang kita hanya tahu sedikit tentang ibadah tersebut maka respon dan ibadah jarang kita lakukan (kualitas rendah).
Insya Allah kita diberi petunjuk dan digerakkan untuk selalu belajar dan membuktikan (mengamalkannya) agar muncul keyakinan untuk bisa bersikap positif.

katanya mau kerja bener

Katanya mau kerja bener ... apa bisa ? Kayaknya berat kan kita bukan manusia super yang serba bisa. Lalu mau pasrah dengan persepsi tersebut. Nggak begitu juga. Karena mau kerja bener maka kita mesti menerima hal yang tidak bener lalu memperbaikinya. Ubablah sikap kita saat kerja lagi ngga benar dengan hal positif.
Dalam kenyataannya, kita kerja selalu diminta bener oleh atasan. Kalau tidak bener disalahin dan dimarahi, yang bikin kita bete. Kalau kita larut maka semua berantakan. Maka atasan kita nggak salah, kitalah yang harusnya memgambil inisiatif untuk memperbaiki diri tanpa dipengaruhi hal negatif dari luar. Bayangkan tanpa atasan kita, apakah kita bisa memperbaiki diri ? Sikapi atasan kita dalam rangka menjadikan kita semakin baik.
Bayangkan saat Allah mengizinkan kita sakit, maka kita jadi peduli untuk sehat. Karena sakit itu nggak enak, maka kita mulai bersyukur tentang keadaan sehat. Bagaimana jika mengalami musibah ? Samit atau sakit adalah cara Allah memberi kita peringatan dan mengantarkan kita untuk ingat Allah.
Mari kita terus memperbaiki diri dengan tetap menerima apa yang kita alami sekalipu itu tidak nyaman.

Katanya mau ini dan itu saat libur

Katanya mau aktivitas ini dan itu saat liburan. Tapi banyak yang menggoda seperti suasana yang tenang bikin malas berkepanjangan. Tadinya mau makan bareng sama keluarga, tapi ada anak yang sudah punya aktivitas sendiri ... Akhirnya tidak bisa. Tadinya mau beres-beres rumah tapi rasanya capek sehingga malas dikerjakan. 
Hari libur tidak berarti libur dari semua aktivitas. Hari libur itu hari libur kerja bagi yang formal. Perhatikan sebaliknya yang berdagang merupakan hari untuk berjualan. Jadi intinya kita tidak boleh tidak beraktivitas. Jadikan hari libur untuk beraktivitas bersama kelaurga. Bukankah itu yang kita inginkan agar tercapai kebahagiaan ?
Hari libur juga sudah diberikan Allah, yaitu waktu dan kesehatan. Itulah kesempatan untuk kita beriman dan beramal saleh. Tidak ada paksaan di dalam kerja, yang ada adalah kita kerjakan sesuai keinginan kita sendiri. Masihkan kita mneyia-nyiakan kesempatan yang Allah berikan, bersyukurlah. Beramal lah dan berativitaslah yang bermanfaat. Bayangkan kita bisa shalat dengan lebih tenang dan tidak dikejar oleh pekerjaan, kita bisa bersilaturahmi tanpa dibatasi waktu, kita bisa beramal dengan sedekah kepada orang yang kita temui dengan ikhlas dan banyak lagi. 
Insya Allah kita selalu diberi kemampuan untuk mengisi waktu kita dengan berbagai kebaikan yang bermanfaat. 

Katanya mau istirahat

katanya mau istirahat, apa bisa ? Hari Sabtu dan Minggu adalah waktu tidak bekerja. Tapi kenyataannya kita pun tidak mudah untuk istirahat. Ada aja yang dikerjakan, ini dan itu bahkan bisa lebih melelahkan dari hari kerja dan banyak menghabiskan uang. Istirahat tapi banyak uang yang keluar, sepertinya memberatkan kita.
Memang kita tidak bekerja di kantor, tapi tetap ada kerja di rumah. Yang bedain hanya tempat saja. Istirahat, apakah tidak ada di kantor ? ada bahkan kita sering mengambil waktu istirahat di jam kerja. Di rumah banyak istirahat dengan bersantai, tapi juga malah mengambil banyak istirahat dari jam yang seharus kita melakukan sesuatu. Jadi istirahat ... sama aja dan waktu lebih banyak tapi kita kurang menikmatinya, benar-benar istirahat.
Dari ajaran Islam malah dianjurkan istirahat itu dalam tidur yang pendek, cenderung mengambil waktu untuk banyak beribadah dan beramal. Ibadahpun mengambil waktu di malam hari seperti untuk Tahajjud dan bersedekah di waktu subuh, bukan mengambil waktu kerja di siang hari. Isitirahat itu ditunjukkan sebagai bagian dari kerja yang sudah dilakukan.Yang mesti kita perhatikan adalah seberapa manfaat kerja kita sehingga dapat membuat istirahat itu menjadi berarti.
Katanya mau istirahat, yuk kita bangun diri kita untuk memulihkan diri menjadi semakin kuat untuk kerja yang luar biasa, yang bermanfaat bagi banyak orang. Istirahat ya kerja yang semakin baik.

Katanya mau bersemangat

Katanya mau bersemangat, semangat sering kali dikaitkan dengan apa yang ingin dicapai, target atau cita-cita. Target yang tinggi bisa menunjukkan kekuatan semangat. Apa yang terjadi dengan target tadi ? Umumnya tidak tercapai karena ketinggian. 

Lalu di awal bersemangat kerja untuk meraih target, tapi di tengah jalan hilang. Seperti tidak percaya bahwa target itu bisa dicapai. Salah satu langkah yang bisa kita capai adalah tidak perlu menurunkan target tapi memecahkan target dalam periode waktu tertentu. Target yang kecil dan waktu yang bisa dilakukan.
Itulah semangat yang bisa bertahan dan meningkat. Lalu sama halnya saat kita ingin beribadah haji. Uang tidak ada, tapi ada cerita orang pergi haji setelah mengumpulkan uang sampai 10 bahkan ada yang 15 tahun. HIkmahnya sama, lakukan hal kecil dan harus konsisten setiap hari. Sabar dan istiqamah.
Yuk bersemangat beribadah kepada Allah dan bersemangat pula dalam hidup dengan aktivitas yang baik.

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...