Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

katanya mau kerja bener

Katanya mau kerja bener ... apa bisa ? Kayaknya berat kan kita bukan manusia super yang serba bisa. Lalu mau pasrah dengan persepsi tersebut. Nggak begitu juga. Karena mau kerja bener maka kita mesti menerima hal yang tidak bener lalu memperbaikinya. Ubablah sikap kita saat kerja lagi ngga benar dengan hal positif.
Dalam kenyataannya, kita kerja selalu diminta bener oleh atasan. Kalau tidak bener disalahin dan dimarahi, yang bikin kita bete. Kalau kita larut maka semua berantakan. Maka atasan kita nggak salah, kitalah yang harusnya memgambil inisiatif untuk memperbaiki diri tanpa dipengaruhi hal negatif dari luar. Bayangkan tanpa atasan kita, apakah kita bisa memperbaiki diri ? Sikapi atasan kita dalam rangka menjadikan kita semakin baik.
Bayangkan saat Allah mengizinkan kita sakit, maka kita jadi peduli untuk sehat. Karena sakit itu nggak enak, maka kita mulai bersyukur tentang keadaan sehat. Bagaimana jika mengalami musibah ? Samit atau sakit adalah cara Allah memberi kita peringatan dan mengantarkan kita untuk ingat Allah.
Mari kita terus memperbaiki diri dengan tetap menerima apa yang kita alami sekalipu itu tidak nyaman.

Katanya mau ini dan itu saat libur

Katanya mau aktivitas ini dan itu saat liburan. Tapi banyak yang menggoda seperti suasana yang tenang bikin malas berkepanjangan. Tadinya mau makan bareng sama keluarga, tapi ada anak yang sudah punya aktivitas sendiri ... Akhirnya tidak bisa. Tadinya mau beres-beres rumah tapi rasanya capek sehingga malas dikerjakan. 
Hari libur tidak berarti libur dari semua aktivitas. Hari libur itu hari libur kerja bagi yang formal. Perhatikan sebaliknya yang berdagang merupakan hari untuk berjualan. Jadi intinya kita tidak boleh tidak beraktivitas. Jadikan hari libur untuk beraktivitas bersama kelaurga. Bukankah itu yang kita inginkan agar tercapai kebahagiaan ?
Hari libur juga sudah diberikan Allah, yaitu waktu dan kesehatan. Itulah kesempatan untuk kita beriman dan beramal saleh. Tidak ada paksaan di dalam kerja, yang ada adalah kita kerjakan sesuai keinginan kita sendiri. Masihkan kita mneyia-nyiakan kesempatan yang Allah berikan, bersyukurlah. Beramal lah dan berativitaslah yang bermanfaat. Bayangkan kita bisa shalat dengan lebih tenang dan tidak dikejar oleh pekerjaan, kita bisa bersilaturahmi tanpa dibatasi waktu, kita bisa beramal dengan sedekah kepada orang yang kita temui dengan ikhlas dan banyak lagi. 
Insya Allah kita selalu diberi kemampuan untuk mengisi waktu kita dengan berbagai kebaikan yang bermanfaat. 

Katanya mau istirahat

katanya mau istirahat, apa bisa ? Hari Sabtu dan Minggu adalah waktu tidak bekerja. Tapi kenyataannya kita pun tidak mudah untuk istirahat. Ada aja yang dikerjakan, ini dan itu bahkan bisa lebih melelahkan dari hari kerja dan banyak menghabiskan uang. Istirahat tapi banyak uang yang keluar, sepertinya memberatkan kita.
Memang kita tidak bekerja di kantor, tapi tetap ada kerja di rumah. Yang bedain hanya tempat saja. Istirahat, apakah tidak ada di kantor ? ada bahkan kita sering mengambil waktu istirahat di jam kerja. Di rumah banyak istirahat dengan bersantai, tapi juga malah mengambil banyak istirahat dari jam yang seharus kita melakukan sesuatu. Jadi istirahat ... sama aja dan waktu lebih banyak tapi kita kurang menikmatinya, benar-benar istirahat.
Dari ajaran Islam malah dianjurkan istirahat itu dalam tidur yang pendek, cenderung mengambil waktu untuk banyak beribadah dan beramal. Ibadahpun mengambil waktu di malam hari seperti untuk Tahajjud dan bersedekah di waktu subuh, bukan mengambil waktu kerja di siang hari. Isitirahat itu ditunjukkan sebagai bagian dari kerja yang sudah dilakukan.Yang mesti kita perhatikan adalah seberapa manfaat kerja kita sehingga dapat membuat istirahat itu menjadi berarti.
Katanya mau istirahat, yuk kita bangun diri kita untuk memulihkan diri menjadi semakin kuat untuk kerja yang luar biasa, yang bermanfaat bagi banyak orang. Istirahat ya kerja yang semakin baik.

Katanya mau bersemangat

Katanya mau bersemangat, semangat sering kali dikaitkan dengan apa yang ingin dicapai, target atau cita-cita. Target yang tinggi bisa menunjukkan kekuatan semangat. Apa yang terjadi dengan target tadi ? Umumnya tidak tercapai karena ketinggian. 

Lalu di awal bersemangat kerja untuk meraih target, tapi di tengah jalan hilang. Seperti tidak percaya bahwa target itu bisa dicapai. Salah satu langkah yang bisa kita capai adalah tidak perlu menurunkan target tapi memecahkan target dalam periode waktu tertentu. Target yang kecil dan waktu yang bisa dilakukan.
Itulah semangat yang bisa bertahan dan meningkat. Lalu sama halnya saat kita ingin beribadah haji. Uang tidak ada, tapi ada cerita orang pergi haji setelah mengumpulkan uang sampai 10 bahkan ada yang 15 tahun. HIkmahnya sama, lakukan hal kecil dan harus konsisten setiap hari. Sabar dan istiqamah.
Yuk bersemangat beribadah kepada Allah dan bersemangat pula dalam hidup dengan aktivitas yang baik.

Katanya mau hemat

Katanya mau hemat, tapi kok berpikir jangka pendek. Apa-apa maunya yang murah, beli barang, beli makanan dan sebagainya. Apakah yang murah itu selalu hemat ? Mau hemat uang, makannya yang murah yang kurang bergizi. Akibatnya mudah terserang penyakit dan akhirnya bayar mahal untuk obat dan dokter. Atau kita beli TV Murah, ternyata kualitas kurang baik yang bikin kita malas nonton dan bisa jadi cepet rusak. Akhirnya kita beli lagi TV baru.
Kata hemat tidak selalu murah. Hemat bisa berarti memanfaatkan apa yang ada sehingga tidak perlu membeli. Misalkan kita ingin berkunjung ke temen, dengan tubuh yang sehat kita bisa menggunakan angkutan umum daripada menggunakan kendaraan sendiri. Atau karena ingin membeli seusatu, maka belilah barang sesuai kebutuhan dan tidak tergiur dengan promo dan fitur produk yang mewah. Perhatikan saat kita membeli TV dengan teknologi canggih, faktanya kita hanya menghidupkan dan mematikan TV, memindahkan chanel saja. Yang bilang ada internetnya jarang digunakan. Apa yang kita beli terkadang berlebihan dibanding apa yang kita butuhkan
Sebaliknya ... dalam beribadah. Kalau shalat kita malah hemat tidak menggunakan pakaian yang bagus bahkan menggunakan pakaian seadanya. Padahal dalam shalat kita mesti memberikan yang terbaik, terutama berpakaian yang terbaik. Sama halnya dengan sedekah, kita sering irit atau berhemat yang penting ikhlas katanya. Padahal sedekah itu semakin banyak semakin bagus.
Bijaklah dalam berhemat, jauh lebih penting kita mendapatkan banyak hal, ilmu, uang dan hal lain. Dengan menjadi "kaya" atau berlebih, maka kita semakin berhemat dengan nilai yang lebih banyak. Sudahkah kita berilmu ? jika belum banyak, maka kita menjadi pelit (berhemat) dengan ilmu. Sudahkah kita memiliki uang yang banyak ? Jika belum maka kita menjadi semakin mudah berhemat tapi tidak mampu memberi yang banyak.
Insya Allah kita selalu dimampukan Allah dalam berakaitivitas dan Allah memberi keberkahannya.

Katanya mau konsisten

Katanya mau konsisten ... kok bisa berhenti melakukan sesuatu. Kapan dapet hasilnya ? Bisa jadi kita sudah mendapatkan beberapa saja, tapi setelah kita tidak memperolehnya lagi dengan lebih baik.  Apa iya kita kerja dengan beberapa kali saja bisa berhasil ? Konsisten itu wajib, konsisten ya kebiasaan baik. Semua itu dasar untuk meraih hasil.
Bayangkan jika konsisten itu tanpa semangat ... ya jadi tidak konsisten. Tidak perlu mikirin konsistennya tapi pikiran mnjaga semangatnya, maka konsisten pun mengikuti.
Semangat yang bisa stabil berarti bersumber dari sesuatu yang mutlak (yakin). Selama ini kita bersemangat karena ada hal yang ingin dicapai, misalkan kita semangat kerja karena uang. Pertanyaannya, apakah kita sudah mendapatkan uangnya ? belum sesuai target, keadaan ini bisa menurunkan semangat. Apalagi kita tidak mendapatkan tambahan uang selama melakukan kerja. Semangat menjadi hadir jika ada uang, atau semangat hadir jika ada hasil uang. Perhatikan diri kita sendiri ... semangat kita naik-turun karena ada daya tarik uang atau nggak, atau hasil (Uang) yang kita peroleh.
Pernahkah kita berpikir bahwa sebenarnya semangat itu bukan untuk hasil tapi semangat itu terhubung dengan kerjanya. Jadi hadirkan semangat itu untuk kerja yang berkualitas, bukan sekedar hasil yang kita dapatkan (uang).
Semoga kita diberikan jalan untuk menemukan semangat yang bisa membuat kerja kita jadi konsisten. Dari hari ke hari mampu menciptakan kebiasan menuju apa yang kita inginkan

Katanya Mau semangat

Saat kita memiliki tujuan, katakanlah kerja cari uang. Maka ada orang yang semangat dan terkadang ada juga yang kurang semangat. Kalau nggak semangat bisa karena sudah "tahu" duluan bahwa setiap bulannya sekian. Mau semangat kayak apa kalau uangnya segitu terus setiap bulannya. 
Berbeda dengan orang yang melihat semangat bukan sekedar cari uang. Memang sama kerjanya cari uang. Semangat itu untuk menjadi energi buat cari uangnya. Semangat itu mencerminkan kualitas kerja kita, kerja yang terbaik. Insya Allah dengan semangat ini kita mendapatkan ridho Allah. Allah Maha Melihat apa yang kita kerjakan. Maka bersemangat itu menjadi penting dalam kerja untuk menentukan nilai/kualitas kerja dan konsistensinya.
Kalau begitu yuk kita semangat kerja meraih uang (rezeki) dengan menunjukkan kesungguhan dan kualitas kerja yang terbaik.
Insya Allah kita selalu dicurahkan petunjuk, ilmu dan hati yang mampu menyemangati diri untuk Allah. Aamiin

Katanya Mau Mulai

Kita memiliki banyak keinginan ini dan itu, bahkan setiap hari bisa berganti dari satu keinginan ke keinginan yang lain. Semua keinginan itu dimaksudkan untuk membuat kita semakin baik. Ingin pendapatannya bertambah, maunya mengikuti temen yang sudah sukses. Bermaksud dari yang kecil dengan langkah demi langkah untuk memulai. Tapi nyatanya kita hanya memiliki keinginan yang besar tapi tak mampu mewujudkannya

Katanya mau memulai .. selalu ada hambatan untuk memulai. Diantaranya tidak ada waktu, bayangkan jika memang kita tidak ada waktu, maka mengapa kita menghadirkan keinginan kita. Tidak salah dengan keinginan itu tapi keinginan itulah yang telah menghabiskan banyak mulai "melamunkan" sampai berpikir bagaimana caranya dan apa yang kita rasakan setelah meraihnya. Bisa jadi waktunya habis 1 jam, hanya 1 jam ? Kenyataannya kita mengulang kembali hal tadi minimal lebih dari 2 kali .... Banyak kan waktu yang habis. Memulainya tidak terjadi tapi waktu sudah habis tanpa hasil

Bayangkan dalam sehari atau seminggu atau sebulan kita memiliki banyak keinginan dan keinginan itu sangat kuat untuk diwujudkan .... hasilnya tidak ada. Pernah terjadi kita memulainya tapi berselang waktu semua itu berhenti.

Apakah benar kita tidak memiliki waktu lagi ? Artinya kita sudah memiliki aktivitas rutin dan mungkin ada waktu sisa. Aktivitas rutin sudah menjadi kuat dan susah diambil waktunya. Kondisi nyaman untuk aktivitas rutin karena sudah menjadi kebiasaan. Bagaimana dengan waktu sisa ? Waktu sisa cenderung digunakan untuk istirahat atau santai. Bisa nggak sih waktu itu digunakan ? Pasti bisa, tapi kita cenderung nyaman dan nggak berani dikorbankan. Jadilah kita ini tidak memiliki waktu.

Solusinya dapat kita lakukan beberapa hal :

1. Bagikan keinginan kita menjadi keinginan kecil yang bisa kita lakukan. Yakinlah dengan hal kecil kita dapat dilakukan dengan waktu yang pendek. Lakukan waktu singkat itu setiap hari (bisa jadi 10 menit atau lebih) dengan aktivitas mudah, Insya Allah keinginan itu bisa diwujudkan.

2. Tulislah keinginan kita dan beranilah menganalisanya sedetail mungkin. Hal ini mengurangi rasa takut atau kekhawatiran kita untuk bisa diwujudkan. Keinginan itu biasanya besar dan masih global memunculkan rasa "ketakutan" apakah saya bisa ?"

3. Mulailah menyisihkan waktu 5 - 60 menit per hari untuk mewujudkan keinginan kita, keinginan yang menjadikan kita semakin baik. Kalau tidak melakukan ini, maka karir atau pendapatan kita stabil (membosankan)

Saya yakin kita memiliki banyak solusi yang detail disamping memiliki keingnan. "Katanya mau Mulai" Bismillahirrahmanirrahiim ... Allah melihat apa yang kita kerjakan dan berdoa agar Allah meridhaiNya




Katanya mau dapet duit

Katanya mau dapaet duit, terus kerja dan kerja. Dapat ngga sih duitnya ? Dapaet tapi sedikit. Tentunya mau dapet duitnya kan yang gede biar kaya. Lalu kenapa belum dapet duit banyak ?
Duit itu kan hasil dari kerja, maka yang menentukan nilai duit itu banyak atau sedikit pastilah dari nilai kerjanya. Atau Kalau hari ini kita dapat duit sebanyak 10 dengan kerja A, maka besok pagi duit kita bisa lebih besar jika kita melakukan kerja lebih banyak (misalkan 2A). Tapi dalam kenyataannya kita masih mengerjakan A, Lalu bagaimana caranya kita bisa mengerjakan 2A ? Tentu harus memiliki energi dan ilmu. Sekalipun sudah memiliki ilmu dan energi, kerja kita bisa jadi belum sempurna menjadi 2A. Perlu waktu dan bahkan kita pun mesti berpikir tentang izin Allah.
Jadinya katanya mau dapet duit banyak, perlu 2 hal yaitu dekat dengan Allah agar diizinkan dan sekaligus minta dimudahkan dalam menambah ilmu dan fisik yang kuat. Tanpa Allah bisa nggak ? Bisa saja, tapi karena kita beriman, maka kita mesti percaya duit itu diberikan oleh Allah dan kita pun percaya bahwa kita pintar juga karena Allah, yaitu karena rahmat Allah semata. Sekalipun kita menganggap diri kita mampu untuk mendapatkannya, Allah ingin menguji apakah dengan izin tersebut kita itu bersyukur atau kufur ? 

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...