Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Banyak orang sibuk ...

Sepanjang tahun ini ada satu hal yang menarik dan seperti berulang dari tahun ke tahun adalah selalu membuat rencana atau sering dibilang membuat resolusi. hanya sedikit orang dari awal tahun yang mampu meraihnya. Bagaimana dengan tahun ini ??? Bersiap untuk memulai kembali. Apakah ada jaminan kembali berhasil ? Pola mereka sudah ada dan bisa jadi hanya ingin merubah pola agar menjadi lebih baik. Begitulah biasa setiap keberhasilan sudah membuat jalan sendiri yang bisa ita lalui kembali untuk lebih baik, syaratnya menambah dan meningkatkan kualitasnya.
Tahun ini mereka sudah mencapai level A, maka mereka menuntut level lebih tinggi untuk bersaing dengan orang lain yang lebih hebat. Sebuah dorongan yang kuat untuk memulai dengan baik.
Tapi disisi lain, mereka yang lain yang belum mencapai rencana tahun ini, mestinya mulai berpikir bahwa segala sesuatu tidak bisa diraih tanpa kerja. Yang sederhana sih, banyak dari mereka ini memang kerjanya belum maksimal. Perlu bukti ? Mereka menyambut liburan dan merencanakan seperti orang yang sudah berhasil. Sama-sama libur. Yang belum berhasil mengatakan bahwa saya libur untuk rehat sejenak setelah stress kerja. Tapi saat mereka masuk kerja lagi stress pun tiba. dan begitulah siklusnya. Libur dan bila perlu cuti agar tidak stress, apa yang dilakukan mereka adalah sangat sibuk. Disinilah perbedaan sikap mereka yang belum mampu meraih rencananya, mereka melihat kerja sebagai sebuah kesibukan dan stress sehingga sulit untuk meningkatkan kemampuan kerja. Kerja yang sibuk tidak menjamin hasil yang baik, seolah-olah kerja berat tapi hasil tidak ada. Renungkan .... seperti halnya orang sudah shalat tapi tak banyak memberi kebaikan. Periksalah kerja kita, apakah asal kerja atau kerja yang hanya mengerjakan untuk hasil yang direncanakan ?
Bayangkan saat kita kerja 10, jarang kita mendapatkan nilai 10. Probabilitasnya kecil. Tapi bayangkan saat kita kerja 15 maka nilai 10 itu menjadi mudah dan bisa diraih. Jadi sesibuk apapun kita, maka koreksi apa yang kita sibukkan (apa yang kita kerjakan). Jika rencana kita ingin jadi supervisor dalam karir kantor, maka nilai dan kualitas kerja kita tidak boleh sebatas supervisor tapi menetapkan kerja yang melebihi nilai supervisor. Inilah kerja bukan ala kadarnya, tapi kerja dengan sepenuh hati.
Bagaimana shalat kita tadi ? Jika shalat itu ingin dijadikan wasilah untuk permintaan doa kita dikabulkan Allah. Maka kita mulai mikir tidak boleh shalat seadanya. Koreksi kualitas shalat kita, shalat yang dimaknai dengan hati sehingga kita benar-benar shalat, yaitu berkomunikasi dengan Allah. Shalatlah dengan hati bukan sekedar lisan dan perbuatan fisik saja.
Apa hubungan shalat dan rencana kita ? Perhatikan "jika shalatnya benar maka perbuatan lain menjadi benar". Sikap dan paham ini mesti kita bangun agar shalat itu bisa mendorong kerja yang benar, shalat dengan sepenuh hati maka kerjapun menjadi sepenuh hati dan sungguh-sungguh. Insya Allah dengan mengembangkan kualitas shalat yang luar biasa maka kerjapun menjadi ringan untuk dijalani dengan bimbingan Allah. Sibuk ? ya Sibuk dengan kerja yang sudah terbimbing dan hasilnya dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Ingin berhasil shalatlah dengan benar.

Tidak kerja itu lebih baik itu biasa ???

Kata yang berhubungan dengan kerja sering dikaitkan dengan urusan dunia, kerja di kantor, kerja cari uang, kerja yang membahagiakan atau sering kita tafsirkan kerja formal. Orang yang kerja di kantor disebut kerja, sedangkan kerja diluar kantor seperti berdagang "tidak disebut kerja tapi usaha". kerja atau usaha sebenarnya merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan sesuatu.
Awalnya kerja itu menjadi dorongan kuat bagi kita untuk menjalaninya, sering kita mengatakan, "saya kerja yang benar jika ini sudah dimulai atau diberikan kepercayaan". janji dalam diri yang sebenarnya tidak perlu diungkapkan. Keadaan ini sudah menjadi bagian dari awal kita memulai kerja. Selalu punya inisiatif dan proaktif untuk memulai pekerjaan itu bahkan kita lupa waktu, yang penting memberi yang terbaik sampai tuntas. Sampai berapa lama hal ini bisa bertahan ..?
Sampai kita merasa cukup. Benarkah begitu ? Ternyata semua keadaan itu terhenti karena kita sudah mulai bosan. Bosan mengerjakan hal yang sama setiap hari dan hasilnya tidak membuat hasi yang bertambah. Selalu ada kaitan dengan kerja lebih pasti harus menambah uang kita. persepsi inilah yang membuat kita mulai "frustasi" karena hasil tidak mengikuti nilai kerja kita. Akhirnya kita pun berhenti untuk melakukan kerja yang lebih baik
Mulai stress ? mulai tertekan dengan beban kerja yang semakin meningkat karena dunia luar menuntu kita kerja lebih agar bisa bertahan. Lalu hasil juga tidak mengikuti. Gaji atau pendapatan hanya naik setahun sekali dan tidak besar, sedangkan kebutuhan dan keinginan kita berlipat ganda. Mulai sering capek dan tak bergairah. Sudah tahu, kok masih diam saja ?
Boleh dong kita berpikir berbeda dari yang ada selama ini. kerja ya kerja dan hasil adalah hasil dari kerja. Sedangkan hasil itu meliputi kebutuhan dan keinginan kita. Bisa jadi hasil kita peroleh saat ini sudah cukup untuk hidup layak. Agar kerja yang maksimal terjadi maka kita pun mesti memiliki ketenangan jiwa dan kesehatan dan hal terkait lainnya. Ini semua dipenuhi oleh hasil yang kita dapatkan yang bukan saja berupa tapi campur tangan Allah untuk mengelola itu semua. Bagaimana jika kita sakit ? apakah kita bisa kerja ? maka tidak sakit itu adalah pemberian Allah alias wujud dari kerja kita dimana Allah memelihara tubuh kita tetap sehat agar kebutuhan hidup kita lebih baik. kalau begitu menjadi lebih sehat itu baik dong ? Maka kerja yang kita lakukan selama ini tidak hanya sekedar mencari uang tapi mengharapkan Allah memelihara kesehatan kita. masihkah kita berpikir kerja itu apa adanya alias tidak mau kerja yang lebih baik lagi ? Bangun diri kita dengan sehat yang luar biasa agar kerja yang luar biasa dan hasilnya Allah berikan yang lebih baik (barokah). Apa barokah itu ? Uang yang kita terima dari hasil kerja bisa menenangkan diri sehingga kita tidak dibalas oleh Allah dengan azab berupa keluarnya uang untuk hal-hal yang tidak kita duga. Uang bisa sama setiap bulan tapi saat kita dapat barokah maka uang itu terasa dicukupkan.
jadi kita mulai berpikir bahwa kerja itu bukan sekedar cari uang, tapi kerja itu mesti semakin hari ditingkatkan agar nilai barokah Allahnya semakin tinggi. Kehidupan kita dicukupkan ...
teruslah kerja yang membuat Allah tersenyum dan senyuman Allah itu membuat kita semakin beriman. kerja aja susah, apalagi tidak kerja. kerja semakin baik itu sangat berat, apalagi kerja yang tidak lebih baik. Selamat bekerja



Makhluk Allah

Banyak hal yang sudah kita ketahui, tapi tak banyak yang kita ikuti dan bahkan kita mengikuti yang belum kita ketahui dan mencari hal yang menarik. Apa yang sudah kita miliki dan belum dimaksimalkan tapi kita sudah mulai bosen dan ingin meraih yang lain, banyak menambah kualitas dan kuantitas.
Yang sudah punya motor, sebelum ada keinginan membeli mobil. Kemana-mana kita menggunakan motor yang ada. Kita rawat dan selalu dijaga penampilannya karena hanya dengan motor itu kita bisa mencari rezeki. Dan kita bangga memiliki motor itu dan bilang ke semua orang,"motor ini berjasa dan jantung kehidupan saya. Hemat lagi. Kalau hujan saya masih bisa menggunakan jas hujan". Dan yang lebih hebat lagi ... "saya sehat dengan motor ini".
Lalu ada apa dengan mobil ? Karena melihat orang lain pakai mobil, "kok enaknya. Nggak panas dan nggak kena hujan" Inilah barang kali dorongan untuk memiliki mobil dengan ditambah karena gengsi dan ingin membahagiakan keluarga. Jadi deh mau beli mobil. Tapi belum punya mobil. Apa yang terjadi pada diri kita, maka kita sudah mulai stress dengan beban pikiran ingin memiliki mobil, antara fakta belum punya uang dan impian untuk nyaman dalam hidup.
Keadaan ini membuat kita tidak bisa berpikir jernih, jalan pintas adalah membeli mobil dengan kredit. Ada tawaran pula bahwa DPnya murah dan cicilan lumayan. Artinya kita sudah harus berhutang untuk membeli mobil, lalu bagaimana dengan makan, dan kebutuhan lainnya. Bukankah jadi ikut berkurang .... ? Ditambah lagi nanti untuk menjalankan mobil butuh uang bensin dan perawatan, parkir dan jajanan saat mobil parkir di mall dan sebagainya. Mau juga mobilnya dibagusin dengan asesoris. Tidakkah kita berpikir semua itu karena kita sudah menjadi hambanya nafsu. Nafsu hanya mengarahkan kita menuju yang enak aja dan Nafsu tidak bisa memenuhinya ... kita aja yang mau mengikutinya. Dan akhirnya Nafsu tidak memberikan kebaikan apa-apa, jika kita terpuruk maka kita sendiri aja yang menanggungnya
Renungkan sesaat, kita ini adalah makhluk Allah, Allah yang menciptakan dan Dia pula yang memeliharaNya. Bahkan Allah juga memberi petunjuk dan siap membimbing kita untuk kehidupan yang lebih baik di dunia dan di akhirat. Kalau begitu mengapa kita tidak menjadi makhluk Allah saja ? Bukankah Allah mendengar curhatan makhlukNya, melihat makhlukNya selama 24 jam sepanjang usia kita. Bukankah Allah juga mengabulkan doa kita. Apa lagi ya ? Allah pula yang menerima kita yang sering salah dan Allah siap menerima taubat kita. Jalan yang Allah berikan adalah sederhana yaitu ikuti petunjukNya dan Allah siap membimbing dengan ikhlas. Dan yang luar biasa hasilnya diberikan kepada kita di dunia dan di akhirat. Jika kita ingin tambah uang, maka Allah mengajarkan kita berinvestasi ibadah dan sedekah. Tapi kita malah mencari uang dengan kerja yang luar biasa dengan sering mengabaikanNya. Ayo kita tanamkan agar kita tidak menjadi fasik karena keluar dari petunjuk Allah dan bahkan berlaku zalim terhadap kita sendiri dengan mengabaikan hak-hak tubuh ini (pikiran, tubuh, perasaan dan hati) untuk menghadap Allah. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang fasik dan zalim. Insya Allah kita diberikan hidayah untuk menjadi semakin baik


Kok bete ?

Adakalanya seseorang bete, kondisi yang tidak nyaman. Mau ngapa-ngapain nggak enak. Serba salah. Inilah situasi yang membuat diri kita tidak produktif dan terkadang bisa merembet kepada orang lain. Bete bisa disebabkan oleh suasana dimana kita tidak menyenanginya, misalkan kita berada di lingkungan dimana ada orang yang tidak kita sukai atau memang lokasinya tidak kita sukai juga seperti berada di tempat yang jorok dan bau. Kita bilang bahwa bete itu penyebabnya di luar kita, baik itu suasana, orang, lokasi dan sebagainya.
kalau perspesi bete itu benar, maka begitu sulitnya kita hidup karena kita pasti menemui yang kita tidak sukai. Lalu kita tak sadar sudah menunjukkan diri kita yang sebenarnya yaitu kita tidak bisa nyaman dengan kondisi tertentu. Kita membatasi diri dan hanya bisa berada di kondisi yang kita sukai saja.
Perhatikan jika kita hanya nyaman dengan situasi nyaman saja, itu hal biasa. Dan orang melihat diri kita dari kondisi sebaliknya bagaimana sikap dan tindakan kita saat berada di kondisi tidak nyaman ? semakin sering orang bete menunjukkan nilai dirinya rendah. Kondisi yang tidak nyaman itu memberi kesempatan bagi kita untuk unjuk diri, itu nilai diri kita.
jadi jangan menganggap bahwa bete hal yang biasa dan mesti dicari jalan keluarnya. Sudahkah berpikiran seperti ini ? Inilah jalan kita untuk menjadi semakin baik. Bayangkan jumlah bete dalam sehari, maka sejumlah itu pula nilai diri kita hilang, Alangkah indahnya jika kita belajar agar tidak bete sehingga hari selanjutnya kita menjadi orang yang semakin baik.


Kerjakan apa yang kita doakan

Fakta menunjukkan apa yang kita dapatkan dari apa yang kita kerjakan banyak tidak sesuai. Maka ada banyak pertanyaan, mengapa bisa begitu ? Apakah Allah tidak mendengar dan mengabulkan apa yang kita kerjakan (sudah juga berdoa) ? Apakah yang kita kerjakan belum benar atau tidak benar ? dan banyak lagi pertanyaan .... dan kitapun mencari jawaban-jawabannya. Akhirnya kita pasrah dan menerima keadaan.
Sisi positif dari judul di atas adalah untuk mendekatkan hasil yang sesuai harapan kita. maka sebaiknya kita bertanya, Bagaimana caranya kerjakan dan doakan itu menghasilkan lebih baik ?
Banyak jawaban kita dalah kerja keras dan kerja sungguh-sungguh. Apakah kita paham dengan kerja keras ?  atau kerja seperti apa sih yang disebut dengan kerja keras ? apa ya, pasti Anda bingung. Anda bingung mencerminkan pikiran (otak) kita bingung, Bingung mau mengerjakan apa ?  Maka apa ayng sudah menjadi harapan kita dan kita doakan mesti didetailkan apa yang seharusnya kita kerjakan
Misalkan : kerja keras adalah
1. Saya mulai kerja pukul 05:00 sampai 19:00.
2. Saya mesti membuat rencana kerja
3. Saya mesti mengevaluasi apa yang sudah kerjakan pada akhir kerja pukul 18:30 dan saya jadikan perbaikan untuk kerja hari selanjutnya
4. Saya mengerjakan dengan niat dan sayapun mendoakan apa yang sudah saya rencanakan agar diizinkan Allah
5. Saya mengerjakan dari hal kecil dan kontinu
6. Saya mengerjakan dengan dasar ilmu yang cukup, kalau tidak tahu saya bertanya
7. dan sebagainya
Dengan membuat kata kerja keras dengan detail, maka pikiran menjadi paham. Maka pikiran pun memberi perintah ke tubuh (tindakan) menjadi jelas dan bisa dilaksanakan tubuh kita sendiri. Detail kerjaan membuat kita fokus melakukannya. dengan penjelasan ini kita mesti membuat doa kita pun semakin detail dan dapat dipahami pikiran.
apakah kita tetap untuk mendekatkan hasil kerja dengan harapan kita lewat kerja keras atau membuat pikiran memahami apa yang kita kerjakan (mengerjakan apa yang kita doakan) ?
Semakin detail dan mudah dipahami apa yang kita pikirkan membuat kita tidak bingung lagi ingin mengerjakan apa yang mesti kita kerjakan.
Insya Allah kita selalu diberi petunjuk yang jelas agar kita pun mampu mengerjakannya dengan mudah. 

Kerja itu menjalankan doa dan niat

Setiap pagi kita bangun dan setiap hari kita bekerja. Hari demi hari kita lalui dan berharap hasil kerja membuat kita bahagia atau terpenuhinya keinginan kita. Yang jadi pertanyaan adalah apakah sudah tercapai keinginan kita ? Rasanya belum dan selang waktu itu terkadang ada kebahagiaan bersama keluarga sekalipun hasil belum menggembirakan. Jika dicari apa yang kurang ? pasti ada yang kurang dan belum sempurna. kalau begitu kita tidak boleh berhenti kerja ..... sedangkan kerja kita yang jadi karyawan banyak memberikan keuntungan bagi perusahaan ketimbang diri sendiri. Apakah kita masih terus begini ? dan sampai kapan ?
Dalam hadist disampaikan,"bahwa perbuatan itu tergantung niat". Boleh ya kita menafsirkan sebagai berikut, "nilai dari perbuatan bergantung kepada niat, jika niatnya baik maka perbuatannya juga baik". Ada pertanyaan yang sederhana, Apakah saat kita berniat maka otomatis perbuatannya mengikuti niat ? Ternyata banyak dari kita mengalami yang berbeda. Awalnya niat baik kemudian perbuatan kita banyak digoda dan ada pula hambatan sehingga hasil perbuatan itu menyimpang dari niat. Niatnya mau silaturahmi ternyata perbuatannya "gosip", niatnya mau membantu ikhlas ternyata ada kebanggaan atau senang dipuji, niatnya mau memberikan solusi ternyata berharap dibalas sesuatu dengan solusi kita.
Mari kita renungkan hadist di atas, Perbuatan itu tergantung niat, tapi perbuatan tidak otomatis karena niat baik. Maka kita balik, niat menentukan perbuatan. Agar niat itu diikuti oleh perbuatan, maka kita butuh niat yang detail agar otak/pikiran yang menjalankan niat itu paham perintahnya. Bisa saja niatnya global, tapi harus diikuti dengan rencana apa yang ingin dikerjakan dengan detail. Setelah kita memiliki detail rencana, lakukan pengulangan agar bisa kuat disimpan dalam memori alam bawah sadar. Setelah itu apa lagi ? Kita memohon izin atas semua rencana itu dapat dilaksanakan dengan baik. Mulailah dengan Bismillah dan mengerjakan apa yang kita sudah doakan dan niatkan. Insya Allah kita selalu bersama Allah dan Allah tidak merugikan kita. Apa yang kita dapatkan sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Allah Melihat dan tidak tidur serta Allah Maha Tahu apa yang tersembunyi dan yang nyata.
Amalkan semua itu dan jika belum sesuai hasilnya lakukan evaluasi lagi dan tambah lagi dengan membaca Al Qur'an agar Allah menurunkan berkahNya dalam setiap langkah kita.


Cek Pahala ?

Cek Pahala ? Buat apa ? Bukannya itu urusan Allah saja. Bisa saja kita cek pahala, tapi kan yang tahu nilanya hanya Allah. Judul di atas bertujuan untuk mengajak kita berpikir tentang kepantasan kita meminta kepada Allah.
Allah itu Maha Pengasih dan Maha penyayang .... sebesar apapun kesalahan dan dosa kita, Allah tetap memberikan rahmat dan karunia untuk kehidupan kita. Bisa jadi pemberian Allah itu hanya sebatas kebutuhan dasar.  Sebagai manusia kita selalu berdoa auntuk mendapatkan yang lebih baik, maka kita kerja dan berdoa. Harapan berdoa itu menjadi sangat kita tunggu .... dan kita dalam keadaaan terpuruh atau dalam keadaan level minimum.  Kok doa kita lama atau belum dikabulkan Allah ? Bisa jadi doa kita ditahan atau memang ada apa dengan doa kita.
Bayangkan ketika kita meminta bantuan kepada seseorang, maka beberapa orang bilang,""siapa kamu, nggak kenal kok minta bantuan ?" atau ada pertanyaan selanjutnya "kayaknya kamu ngga pernah membantu saya ?" Bagaimana kalau doa kita kepada Allah, berarti kita meminta bantuan kepada Allah dijawab seperti pernyataan itu ? Bolehlah kita merendah dan mengesplorasi diri kita sendiri bahwa apakah pantas kita dikabulkan permintaannya oleh Allah sedangkan kita jarang shaat, jarang membantu Allah, jarang bersyukur ..... ibarat kata kita jarang beribadah dan beramal salehnya maka pahalanya.jadi sedikit
Jadi saat kita meminta kepaa Allah, maka sepantasnya kita mengukur diri apakah kita pantas dikabulkan doanya, sekalipun kita berharap banget Allah mengabulkannya. Semakin sering meminta atau semakin banyak yang diminta maka cek pula pahala kita ? banyak ngga .... banyak ngga nya ltayalah pada diri kita berapa banyak kita ibadah dan beramal saleh, atau seberapa banyak keikhlasan kita dalam melakukan amal saleh.
JSikap yang pantas yang mesti kita lakukan adalah selalu berpikir positif saat doa kita belum dikabulkan, kita mesti semakin banyak beribadah dan beramal. dan sebaliknya saat kita dikabulkan maka kita pun berpikir pahala saya semakin berkurang maka saya mesti menambah amal saleh lagi.

proses kerja yang benar pasti hasilnya benar

Dalam keseharian, kita selalu bekerja dan bekerja. Yang penting bekerja, apakah kita berorientasi kepada hasilnya, pasti iya. BUkankah jika orientasi bekerja pada hasil maka kita pengen merubah apa saja ayng kita kerjkan untuk menuju hasil yang sesuai yang kita inginkan.
Hal di atas sudah kita kerjakan dan hasilnyapun sudah sering kita dapatkan. Hasil dan apa yang kita kerjakan ditentukan olej kita sendiri, Harapannya adalah kita mendapatkan hasil kerja yang lebih baik, memberi kebaikan bagi kita sendiri dan mencukupkan kebutuhan kita.
Apa yang terjadi ? Sepanjang tahun hasilnya tidak memberi dampak yang mendorong kita menjadi seamkin baik  Lalu apa yang salah ? Jika kita telusuri maka ada beberapa faktor yang tidak dijalankan dengan sebenarnya. Alias yang salah dengan proses bekerjanya. Karena fokus kita kepada hasil bekerja, kita cenderung tidak menymepurnakan atau mempersiapkan bekerja yang benar, akhirnya kita mengerjakan 2 kali bekerja untuk satu tujuan
Apa bedanya fokus hasil dan proses bekerjanya ? Jika kita fokus kepada hasil maka kita benar-benar mencocokkan proses bekerja untuk meraih hasil yang kita inginkan. Sedangkan fokus kepada proses bekerja, maka kita benar-benar memperisapkan dan menyiapkan segala tenatng proses bekerja, dan hasil sudah pasti mengikuti proses bekerja. Ada kesungguhan untuk mengerjakan dengan benar BUKAN sekedar mengerjakan saja.
Misalkan kita yang ingin mendapatkan hasil kerja (uang Rp 1.000.000), maka kita berkeja sesuai apa yang diperintahkan  (SOP). Jika uang yang inginkan tidak kita dapatkan, maka kita selalu mengubah pola atau menambah kerja agar tercapai hasilnya.
Seorang admin yang membuat laporan yang ditargetkan selesai setiap tgl 1 awal bulan. Maka kecenderungan admin tersebut mengerjakannya di akhir bulan. Didalam pikirannya yang penting laporan selesai tgl 1. Kapan pun mengerjakannya tidak masalah.. laporannya selesai tgl 1, tapi bisa si admin bisa terburu-burumengerjakannya sehingga cenderung bisa salah. Kenapa buru-buru ? Karena saat membuat laporan itu ada pekerjaan lain yang rutin dikerjakannya.
Bagaiaman mereka yang berfokus pada proses laporannyanya ? Admin ini bekerja setiap hari mempersipakan data dan laporan. Jika ada kesalahan atau ada hal yang janggal maka dia bisa merubahnya dan mencari tahu kesalahannya di hari yang sama atau besoknya. Pekerjaan harian ini tidak memberatkan bila dibandingkan dengan pekerjaan di ujung bulan.  Laporan setiap hari jika dikumpulkan sampai tgl 30/31 itu adalah sama dengan laporan satu bulan.  Sikap dan perilaku admin ini berbeda jauh dengan asdmin yang pertama.
Jika sikap di atas kita terapkan dalam ibadah, maka kita mendapati pekerjaan yang ringan :
1. Shalat itu jadi berat karena kita menunda (seperti halnya admin yang membuat laporan di akhir waktu). Bayangkan shalat ntar aja, abis makan. Setelah makan jadi kenyang dan bikin malaes aktivitas termasuk shalat.  Waktu shalat sebelum makan lebih ringan dibanding waktu shalat setelah makan.
2. Mengeluarkan sedekah 20.000 itu berat, kita cenderung mengeluarkan 2.000 saja. Bayangkan kita sedekah 2.000 diberbagai tempat. Setiap sedekah 2.000, kita sedekah di tempat parkir sekali, kita sedekahkan lagi di pasar dengan membayar dilebihkan 2.000, bertemu pengemis kasih 2.000, makan bakso nambahin baksoteman 2.000 dan seterusnya. Menebarkan nilai kecil diberbagai tempat jauh lebih ringan dengan mengeluarkan 2.000 dan manfaatnya lebih banyak. Sesuautu yang kecil (ringan-ringan) jika dikerjakan konsisten jauh lebih baik
Sebenarnya hasil itu akibat dari proses, tetapi hasil A bisa diperoleh dari proses A atau proses B atau proses lainnya. Proses A sampai Z itu bisa benar atau bisa salah. Fokuslah pada proses yang benar dengan mengerti apa yang seharusnya kita kerjakan.
Demikian juga dalam beragama, di awali dengan iman percaya kepada Allah yang membuat aturan dan petunjuk bagi kita untuk mendapatkan hasilnya. Siapa yang rezekinya ditambah sama Allah jika bersyukur, proses bersyukur itu ada caranya yaitu yang diajarkan Allah di dalam Al Qur'an dan ilmunya. Bagaimana jika seseorang ingin menambah rezekinya tapi dengan jalan yang berbeda, yaitu mencuri, riba dan sebagainya. Orang ini dapat rezekinya tapi rezeki jadi barokah (rezeki yang didapat ada tapi penggunaannya bisa menghabiskan rezeki yang didapat.
Contoh untuk mendapatkan uang lebih, seseorang bisa menabung yang banyak di bank. Orang mendapatkannya karena dia fokus kepada hasil. Untuk dapat uang banyak harus menabung yang banyak. Bayangkan seseorang mempunyai uang yang sama (atau lebih sedikit), dia fokus pada proses yang benar yaitu sedekah. Maka dia mengeluarkan sedekah setiap hari ... hasilnya uangnya berlipat dalam berbagai bentuk bisa berupa keuntungan dalam bisnis dan selalu berkecukupan.
Insya Allah kita dapat mengmabil hikmah dari penjelasan di atas. Dengan memperhatikan orang disekitar kita, kita sudah dapat menyimpulkan orang yang fokus pada hasil dan orang yang foksu pada proses. Proses itu harus dibekali ilmu, yaitu percaya kepada Allah. Saya beriman dan beramal saleh. Amal saleh adalah proses yang seharusnya kita kerjakan.
Ya Allah maafkan dan ampuni kesalahan kami dalam orientasi hidup kepada hasil yang kami inginkan , maka kami pun beramal (bekerja) dengan berbagai cara agar hasilnya dapat kami peroleh. Kami lalai dan kami pun mudah tergoda. Ya Allah bimbing kami dan tuntun kami kepada amal yang benar, proses yang benar agar kami mendpatkan yang terbaik yang Engkau berikan. Aamiin

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...