Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

percaya kok nggak nggak percaya

Jika ditanya apakah kita beriman ? Maka jawabannya pasti "saya beriman" dan ada beberapa orang menjawabnya dengan nada tinggi. Bisa jadi pertanyaan ini membuat kita negatif. Padahal pertanyaan adalah pertanyaan yang perlu dijawab. Gunakan logika kita dan hati agar pertanyaan itu bisa menjadi ukuran dari apa yang ditanyakan.
iman itu diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah percaya. Beriman kepada Allah berarti kita percaya kepada Allah. Ada yang salah ? tidak ada. Tapi jika kita teruskan dengan pertanyaan, "apakah kita beriman ?" Kita pun menjawab "saya beriman". Sampai disini pun sepertinya tidak ada yang salah.
lalu bidang apa saja yang kita beriman kepada Allah ? .. Mari kita perhatikan dan renungkan 
a. apakah kita shalat karena kita percaya kepada Allah ? adakah dalam shalat kita karena meminta Allah mengabulkan doa (keinginan) kita ? adakah shalat kita benar-benar menjadikan kita "bertemu" Allah ? adakah shalat kita hanya menggugurkan kewajiban saja sehingga shalat kita kurang khusyuk ? Jawaban pertanyaan ini bisa mengukur iman kita. Bisa jadi kita percaya tapi kita nggak percaya dengan apa yang Allah perintahkan untuk shalat.
b. apakah kerja kita hari ini merupakan pemberian (rahmat) Allah ? adakah di hati ini bahwa kerja kita saat ini adalah hasil usaha kita ? Mengapa juga jika kita percaya bahwa kerja kita hari ini adalah pemberian Allah, masih ada nggak terima atas hasil yang kita peroleh ??
c. apakah kita percaya bahwa jika kita beramal saleh pasti dibalas Allah dengan kebaikan ? masihkah ada keraguan dari kita dengan apa yang sudah kita lakukan tidak dibalas Allah sampai saat ini ? 
dan bahkan kita percaya kepada Allah tapi kita tidak mengikuti petunjuk Allah. Yang kita lakukan adalah mencari sendiri dengan cara sendiri atau cara dunia.
Untuk mendapatkan kebaikan tentu diukur dari amal saleh kita, dan amal saleh itu sangat bergantung pada iman kita. Yang utama dan pertama yang selalu kita sempurnakan adalah iman kita. Jangan sampai kita berkata "saya beriman (percaya) tapi nggak percaya dengan apa yang ktia kerjakan".
Soal iman itu soal hati, kita tak banyak berkuasa atas hati itu. Yang bisa kita lakukan hanya memelihara hati itu tetap baik dengan menjalani petunjuk yang Allah ridhai. Selebih itu kita berani berdoa agar hati ini disempurnakan dalam menyakini Allah. 

Semakin baik malah jadi buruk

Menjadi keinginan semua orang untuk menjadi semakin baik, semakin dalam kehidupannya. Semakin menunjukkan ada perubahan menjadi baik dari sebelumnya. Uang bisa bertambah, ilmu menjadi lebih baik, perasaan lebih baik atau senang, hubungan lebih erat. Dan banyak lagi yang kita inginkan. Kalau bisa sih semuanya, tapi tidak banyak yang kita dapatkan.
Apa hubungan judul di atas untuk motivasi kita ? Perhatikan saja orang disekitar kita, bisa jadi tetangga, teman kantor atau saudara atau di masyarakat. Dulu dia sih tidak kaya, tapi sekarang semakin baik dan sudah memiliki banyak hal ... Ada mobil dan uangnya banyak. Lalu apakah kehidupan yang semakin baik itu BAIK ? Secara kasat mata memang baik sih, tapi jika perhatikan lebih detail. Orang yang semakin kaya mulai sedikit lupa dengan orang sekitarnya dimana dia suka berkumpul dan sekarang sulit ditemui. Uang yang banyak agak sedikit ngerem untuk berbagi dimana berbeda banget dengan dulu saat uangnya sedikit (mudah berbagi). Baik kah kehidupan yang semakin baik itu ? Ternyata bukan persoalan semakin baiknya tapi kehidupan itu semakin baik karena perilaku dan kemampuannya yang baik. Terbukti dengan bersandar pada apa yang diperoleh dari semakin baik itu tidak menjadi seseorang jadi baik bahkan bisa menjadikan seseorang yang buruk. Materinya bertambah baik tapi ilmu dan kemampuan yang terwujud dalam perilaku/akhlak yang lemah membuat seseorang tidak menjadi baik. Alhasilnya kehidupan yang semakin baik itu pun menjadi berakhir seperti asal.n
Bagaimana dengan iman seseorang ? Tanpa iman yang kuat, akhlak kita menjadi buruk dengan kehidupan yang semakin baik. Perhatikan pula, seseorang yang menjadi alim bisa jadi berubah perilakunya dalam bermasyarakat. Bisa menjadi seseorang semakin alim untuk selalu taat kepada Allah, dan bisa membuat dia semakin berkurang waktunya untuk bermasyarakat. Baik kah ? baik sih buat yang alim, tapi alangkah indahnya kealiman itu diperoleh dari bergaul dengan masyarakat. Sseorang yang memutuskan atau mencuekkan silaturahmi bukankah dia tidak mendapatkan syurga (hadist). Dalam situasi yang lain seseorang bisa semakin alim bisa menjerumuskan kita pada sifat sombong. Orang alim bisa jadi sombong karena tidak mau bergaul dengan orang yang tidak alim. Lalu apakah sombong itu baik ? Bisa saja menjadi semakin baik itu baik tapi bukan berarti berdampak buruk bagi orang lain. Dengan kata lain judul di atas banyak terbukti dalam kehidupan kita hari ini, semakin baik menjadi buruk.
Mari kita mempersiapkan diri agar kondisi semakin baik itu tidak membuat kita jadi buruk tapi menjadikan kita orang baik. Artinya dasar untuk mampu menjadikan kehidupan kita semakin baik itu baik perlu memperkuat iman yang kokoh.  Sudahkah kita memiliki iman yang kokoh dan tidak tergoyahkan dengan apapun yang kita terima. Insya Allah kita diberikan cahaya iman yang selalu dijaga oleh Allah bukan sekedar hanya meminta kehidupan semakin baik. Aamiin

Berbuat salah malah sadar

Mari kita perhatikan banyak dalam hidup kita ini melakukan kesalahan. Kesalahan yang disengaja atau yang tanpa perencanaan. Biasanya kesalahan yang disengaja itu untuk membela diri kita agar tidak jatuh nilai diri kita atau minta diakui orang lain agar tetap eksis atau lainnya. Hanya karena kita tidak mau disalahkan, "kok kamu nggak kerja ?", maka kita jawab dengan tidak mau mengakui kebenarannya dengan ucapan,"emangnya nggak lihat saya udah kerja dari tadi". Atau kesalahan kecil adalah kita menutupi kelemahan kita dengan kepura-puraan, pura-pura kerja, pura-pura sakit dan sebagainya.
Kesalahan tanpa perencanaan seringkali terjadi saat kita terdesak sehingga jawaban-jawaban atau perilaku kita cenderung baik, tapi sebenarnya ada kepalsuan. Yang mudah adalah saat di dalam forum dimana kita tidak bisa menjawab pertanyaan orang lain, maka muncul dorongan untuk membalasnya dengan pertanyaan yang menjatuhkan bahkan kita mengkritik habis-habisan. Salah nggak ? Pertanyaan dan kritiknya tidak salah tapi niatnya yang salah.
Jika berani maka kesalahan itu banyak kita lakukan dan ada banyak lagi kesalahan. Terus apa yang menarik ? Yang menarik adalah .... Dibalik kesalahan itu ada kebaikan. Pasti Anda jawab kesalahan ya kesalahan dan itu adalah dosa. Perhatikan saja di setiap kesalahan itu selalu ada hal kecil berupa kebaikan, saat kita melakukan kesalahan itu sebenarnya kita paham sekali bahwa itu salah. Dengan kita tahu salah maka di saat yang bersamaan kita pun tahu yang benar. Pengetahuan yang benar itu memang kalah dengan emosional kita saat itu. Bisa jadi kesalahan yang kita buat adalah ujian bagi kita apakah kita mau melanjutkannya atau kembali ke jalan yang benar. Hanya Allah yang Tahu, tapi hikmahnya adalah bisa jadi itulah rahmat dari Allah yang peduli pada kita yang selalu memberi petunjuk agar kita selalu berada di jalanNya.
Apakah kita tidak berterima kasih kepada Allah yang selalu mengingatkan kita dari kesalahan ? Dan terkadang kita pernah merasa menjadi orang benar (kembali ke jalan Allah) karena peristiwa dimana kita melakukan kesalahan tertentu. Di saat itulah sebenarnya Allah menunjukkan kekuasaanNya dengan membuat kita sadar. Di saat kecelakaan karena kelalaian kita yang membuat kita hampir mati, maka di saat itu kita merasa ada Allah. Sebenarnya Allah selalu ada, tapi karena kita melakukan banyak kesalahan atau kesalahan yang besar maka Allah menunjukkan kekuasaanNya untuk membuat kita sadar.
 Atau Allah menunjukkan kepada kita dengan memberi kondisi kiat yang semakin terpuruk, bermakna Allah pun menunjukkan kekuasaanNya bahwa kita dibiarkan mengalaminya terus-menerus. Artinya Kita merasa Allah itu jauh dan kita butuh, kesadaran pun bisa muncul. Contoh ringan, kita selalu berbohong dan banyak sekali orang yang sudah dibohongin, suatu saat kita terpikir jika saya dibohongin orang pastilah saya susah. Ada satu kejadian saat berbohong membuat kita sadar.
BersyukurLah bahwa Allah selalu ada dan dekat dengan kita, bahkan lebih dekat dari urat nadi kita. Maka Allah yang dekat itu pastilah tahu apa yang kita kerjakan dan Dia tidak membiarkan kita terjerumus ke dalam kesalahan. Dan Allah pun tahu bahwa apa yang kita lakukan itu hanya untuk dunia dan emosional kita saja. Petunjuk demi petunjuk sekalipun itu kecil merupakan rahmat Allah agar kita kembali kepadaNya. Allah berfirman, orang yang bertaqwa itu adalah orang yang selalu dalam jalan Allah atau orang yang berbuat kesalahan dan dia tahu kesalahannya dan segera memperbaiki kesalahannya. 
Mari kita menambah pengetahuan tentang hal yang benar dari petunjuk yang benar yaitu Al Qur'an agar mampu menguatkan kesadaran kita disaat bebrbuat salah. Dan itupun belum cukup, berusaha tidak salah dan berdoa, ya Allah ampuni kesalahan kami dan sadarkan diri kami untuk segera ingat kepadaMu jika berbuat salah. Aamiin

Belanja uang

Belanja adalah aktivitas yang disenangi banyak orang, tapi hanya untuk mereka yang punya uang. Yang sedikit uang atau malah nggak punya maka melihat orang belanja aja bikin susah. Muncul iri dan berkata, "dunia ini seperti roda yang berputar, sekarang sih mereka bisa belanja enak tapi besok bisa sebaliknya". Begitulah ucapan menyenangkan hati dan pembelaan diri.
Soal belanja atau tidak sebenarnya tidak bergantung uang, tapi bergantung pada kebutuhannya. pUnya uang bisa juga tidak belanja atau sebaliknya punya uang sedikit juga bisa belanja yang seharusnya dibutuhkan. Belanja secukupnya dan belanja sesuai uang.
Orang yang belanja punya perasaan senang dan ada juga rasa takut. Senang karena memiliki sesuatu dan rasa takut ya berupa uangnya bisa habis dan takut tidak bisa belanja lagi. Begitulah belanja cenderung menyenangkan sekaligus membahagiakan, "kata kita". Padahal hanya perasaan senang saja, karena hati belum tenang (tidak bahagia) karena ada ketakutan akan kehabisan uang dan tidak bisa belanja lagi.
Bagaimana belanja yang bahagia ? Belanja yang membahagiakan adalah belanja untuk berbagi kebaikan kepada semua orang. Kok belanja untuk berbagi ? Belanja itu merupakan membeli sesuatu untuk memenuhi kebutuhan, belanja amal adalah membeli atau melakukan banyak amal saleh untuk memenuhi kebutuhan hati agar bahagia. Orang yang belanja amal adalah orang yang sudah bahagia dan merasa yakin kepada Allah sehingga dia mampu berbuat amal saleh (membeli dari Allah yang dibalas dengan kebaikan) dan amal saleh itu diberikan (melalui) orang lain. Amal salehnya itu sendiri  sudah menenangkan hati dan balasan atas kebaikannya semakin menentramkan hati. Hati yang tenang membuat kita bahagia dan senang.
Mau belanja yang mana ? Bukankah belanja biasa bisa menghabiskan uang kita dan butuh uang yang banyak untuk terus belanja. Hasilnya bisa bikin senang sekaligus bisa bikin kita takut. Sedangkan belanja amal tidak perlu modal banyak, tapi hanya butuh iman dan beramal saleh saja. Kita jadi bahagia dan orang lain pun ikut bahagia.  Bisa juga belanja amal itu menghasilkan uang. Mau ? Insya Allah kita diberi petunjuk dan kemampuan untuk belanja amal. Aamiin

Apa yang ditinggalkan ...

Jika ditanya "apa yang ditinggalkan ..??, maka jawabannya adalah apa yang kita miliki. Seperti rumah, mobil dan materi lainnya. Ada juga kebanggan dari jabatan dan sebagainya. Yang jadi pertanyaan adalah buat apa kita meninggalkan sesuatu ? Sebenarnya kita tidak ingin meninggalkan sesuatu itu, tapi pengen memilikinya ..... Karena kematian maka tertinggallah semua yang kita miliki.
Tanyalah kepada seseorang, buat apa dia bekerja atau beraktivitas ? Yang utama adalah untuk bisa memiliki dan menikmatinya. Jika berkeluarga, maka pastilah untuk dimiliki dan dinikmati bersama keluarga. Ada sih yang sudah mempersiapkan materi yang diperoleh untuk keluarga agar mudah dalam hidupnya.
Jika kita merasa mempersiapkan apa yang kita miliki untuk keluarga, maka muncul pertanyaan apakah yakin benar-benar jadi kebaikan ? Seringkali apa yang ditinggalkan memunculkan perselisihan dan bahkan disalahgunakan sehingga mendatangkan keburukan.
Masa depan bukan milik kita tapi milik Allah, apa yang kita tinggalkan berupa materi tak luput dari kekuasaan Allah. Maka dari itu yang baik yang kita tinggalkan adalah ilmu dan amal yang bisa jadi teladan untuk diteruskan kepada keluarga. Dan hasilnya sangat membantu keluarga dalam menghadapi kehidupan di masa depannya.
Seperti halnya Nabi Muhammad saw, warisannya hanya Al Qur'an dan Hadist. Terpikir nggak sih oleh kita tentang hal itu ? Bisa jadi soal itu sudah kita miliki bahkan Al Qur'an dan Hadist yang edisi terbaik. Mari kita siapkan hal itu, tapi jauh lebih penting adalah ajari keluarga mencintai keduanya, bekali ilmu untuk memahaminya dan diberi ilmu untuk mengamalkannya. Dengan bekal itu, maka apa yang kita tinggalkan semakin kaya dan berkah.
Masih kepikir mengumpulkan harta yang banyak buat keluarga sampai-sampai kita stress dan sakit diujung usia ? 

Berdoa dan menangis

Dalam satu kasus, ada orang berdoa dengan menangis. Terlihat doanya khusyuk, berdoa dengan hati. Tapi jika kita mau mengakui dan mengevaluasi doa kita, maka bisa jadi doa kita itu tidak khusyuk ... Kok bisa ? Mari kita renungkan beberapa point penting
Bisa jadi kita menangis bukan karena apa-apa tapi saat berdoa kita merasakan penderitaan yang kita saat ini dan kita tidak kuat untuk menanggungnya. Misalkan saking susahnya sedih membuat kita sedih dan berdoa untuk diselesaikan oleh Allah dengan kondisi yang lebih baik. Maknanya bisa karena sedih dengan penderitaan dan bikin kita menangis BUKAN karena Allah berkuasa atas kita yang sepantasnya kita takut dan bersedih karena kita tidak mampu mengakui itu.
Bandingkan orang kaya berdoa, bisa jadi mereka tidak menangis karena kehidupan mereka baik-baik saja. Dan orang kaya juga bisa berdoa itu sebagai formalitas sebagai bagian dari shalat atau ibadah lainnya. Bisa jadi doa mereka yang kaya bukan ingin mengatakan bahwa Allah lah yang menjadikan mereka kaya dan bukan juga ingin mengatakan bahwa mereka memuji dan bersyukur atas kekayaannya.
Mari kita lihat ... Mereka yang jadi karyawan yang diberi sanksi atau ingin dipecat memohon kepada atasannya untuk tidak dipecat. Mereka mengakui mereka salah dan sangat mengakui atasannya adalah orang yang berkuasa. Untuk itu mereka meminta maaf atas kesalahan dan berjanji untuk memberikan kerja yang lebih baik lagi. Aktivitas ini bisa kita sebut sebagi doa (permohonan) kepada atasan.
Lalu introspeksi yang kita dalam berdoa .... Karena doa itu memohon maka kita harus betul-betul menyadari kita ini hamba Allah yang lemah sebagai ciptaanNya. Mengikuti petunjukNya adalah rasa syukur. Mulailah dengan berdzikir memanggil Allah lalu memujiNya .... Karena Allah yang Maha SegalaNya kita wajib mengakui apa yang kita terima saat ini dalam keadaan lapang atau sempit adalah dengan izin Allah. Maka kita berharap dengan kekuasaan Allah yang Maha itu hati kita tersentuh dan sangat takut yang membuat kita menangis. Menangis karena kekuasaanNya. Maka kita pun mau merubah keadaan kita menjadi semakin baik dengan mengikuti petunjuk Allah. Harapan kita bukan kepada hasilnya tapi berharap diizinkan diberi waktu, diberi petunjuk, diberi kesempatan, diberi hati yang lapang untuk mengikuti petunjuk Allah, diberi kemampuan untuk mengamalkannya. Maka berdoa bukan menunggu lagi tapi berdoa selalu memberi dorongan dan motivasi luar biasa bagi kita untuk mengamalkan petunjuk Allah semakin baik lagi. Dan Allah lah yang mengizinkannya terjadi dan membalas apa yang kita lakukan.
Insya Allah tulisan ini bisa memberi inspirasi bagi kita untuk menjadi semakin baik dalam berdoa. 

Logika banyak atau sedikit

Fbanyak atau sedikit bisa berarti baik buat seseorang. Jika uang yang banyak, maka diyakini semua orang ingin memilikinya. Tapi sebaliknya jika pekerjaan yang banyak, maka diyakini pula sedikit yang pengen. Artinya banyak atau sedikit itu menjadi baik buat seseorang sangat tergantung konteknya.
Demikian juga makna banyak ditafsirkan usia yang banyak (panjang) sampai tua menjadi doa setiap mereka yang berulang tahun sejak dulu. Tapi sekarang ada beberapa orang tidak mau umur panjang yang penting sehat dan bahagia di sisa umurnya. Jika kita tahu umur pendek itu ada baiknya, maka tidak banyak dosa yang kita lakukan. seperti anak kecil yang belum baligh meninggal, maka secara logis anak itu masuk syurga. Tapi persoalannya muncul, kita tidak bisa mengatur kematian itu. Jadi bukan soal banyak umurnya (usia panjang) atau pendek usianya tapi bagaimana kita mengabdi kepada yang menciptakan umur kita.
Terus ada ungkapan "banyak anak banyak rezeki", fakta yang ditunjukkan orang zaman dulu cenderung banyak anak yang berjumlah lebih dari 4 bahkan 10 anak. Prinsip ini tidak diyakini profesional muda dan menyakini bahwa banyak anak semakin susah. Banyak atau sedikit tidak menjadi masalah atau cenderung mengalami kesulitan dalam mendidik dan mencukupkan anak sangat tergantung keyakinan kita kepada Allah dan mengamalkannya dalam amal saleh. Orang tua zaman dulu masih kuat iman dan budi pekertinya dan banyak dari mereka menyakini pula rezeki datang dari Allah.  Tapi saat ini mungkin bisa jadi iman masih ada ... Dan mulai fokus bahwa rezeki bergantung usaha dan kerja keras. Allah ditempatkan diakhir jika diperlukan yaitu saat kita merasa rezeki kurang atau mengalami kesulitan. Jika kita bertanya kepada orang tua yang hidup di masa lalu, maka mereka sangat yakin kepada Allah dan siap untuk bekerja di jalan Allah. Dan hasilnya anak-anaknya sampai bisa berhasil. Bagaimana dengan profesional muda saat ini ? Bukankah mereka mengedankan hidup mewah dan bisa membahagiakan anaknya. Bisa jadi logika mereka beriman tapi hati mereka belum tunduk. Maka mereka tahu rezeki datang dari Allah, tapi mereka ragu apakah hasil dari pekerjaan mereka bukan datang dari Allah tapi dari penilaian manusia. Untuk itu mereka berlomba yang menjadi yang terbaik dimata dunia tapi tidak dimata Allah. Sejak mulai bekerja profesional tidak berpikir untuk menerima amanah Allah dengan anak atau mau menerima cukup maksimal 2 saja. Disinilah muncul godaan untuk semakin berkurang iman kita dan syetan merasuki dengan dukungan penuh.
Dari makna banyak atau sedikit BUkan perkara suka dan tidak suka, semua terjadi atas izin Allah. jika sungguh-sungguh beriman maka kita tidak perlu risau dengan banyak atau sedikit karena yang apa yang perlu kita lakukan adalah bagaimana amalan itu menjadi disukai (dirahmati) Allah dan diizinkan untuk menerima balasan Allah yang lebih baik.
Insya Allah kita selalu dipelihara imannya dengan dimampukan untuk selalu yakin kepada Allah lewat perbuatan yang dirahmatiNya. Aamiin

Kacamata Allah

Tentu judul di atas merupakan kiasan yang berarti cara pandang Allah. Apakah kita bisa melakukannya ? Buat apa memahami kacamata Allah ? dan pasti juga kita tidak sanggup.
Saat kita masih sekolah di SD, ditanya tentang pelajaran SMP maka jawabannya tidak tahu. Tapi saat ditanya pelajaran SD dimana kita tidak tahu jawabannya. Yang kita lakukan adalah bertanya kepada saudara yang sudah SMP dan dia menjawab dengan lancar. Atau kita bertanya kepada guru yang lebih tahu. Artinya semakin mudah jawaban atas persoalan yang kita hadapi jika kita memiliki kemampuan lebih tinggi.
Teman juga ada yang bilang, "cari duit susah banget sekarang ". Dan temen melanjutkan," kerja ini susah dan kerja yang itu juga susah". Berbagai cara kita lakukan tapi hasilnya tidak memberikan hasil yang lebih baik. Kemudian kita bertemu teman yang sudah jadi pengusaha. Ternyata setelah ngobrol ternyata teman yang pengusaha tadi memberi jalan keluar atas persoalan kita. Begitulah kacamata kita sulit menemukan jawaban atas persoalan yang kita hadapi tapi saat orang lain dengan kacamatanya memberi kemudahan atas persoalan yang kita hadapi.
Dilain cerita kita merasa tidak mudah juga menjalani hidup, tapi saran teman memberi wawasan solusi sementara. Lalu kita pun masih bergelut dengan kesulitan. Bukankah kita menjadi hamba yang beriman dimana Allah itu Maha SegalaNya yaitu Maha Pemberi solusi. Mengapa kita tidak menggunakan kacamata Allah ? Kacamata Allah mampu melihat secara komprehensif persoalan kita dan solusinyapun luar biasa. Yang jadi persoalan adalah bagaimana kita tahu kacamata Allah ? Tidak mungkin kita "menjadi Allah" atau menguasai ilmu Allah. Allah yang rahman itu memberi kita petunjuk Sebagai pedoman hidup atau solusi  yang merupakan cara pandang Allah melihat makhlukNya. Yang menjadi persoalannya adalah kita tidak atau jarang atau sekedar membaca Al Qur'an (tidak tahu artinya) sehingga kita tidak pernah melihat dengan kacamata Allah. Pengen persoalan kita semakin mudah dan ada solusinya ? Mudah saja baca Al Qur'an dengan arti dan maknanya. Insya Allah kita adalah manusia tapi berpikir dan berpandangan dengan kacamata Allah sehingga mampu melihat banyak kebaikan. Ya Allah beri kami kemampuan untuk memahami Al Qur'an agar kebaikannya memberi petunjuk atau solusi bagi kehidupan  didunia yang Engkau rahmati. Aamiin

Ketakutan dan kekurangan

Kedua kata sebagai judul di atas membuat kita menghindar. Maka banyak lebih suka berani sebagai lawan kata dari takut. Tapi fakta menunjukkan hanya sedikit orang yang berani. Berani nggak bisa dan takut dihindari ... Apa yang kita inginkan ? Berdiri kedua sisi tersebut semakin membuat kita terpuruk.
Waktu dulu kita pernah test masuk organisasi sekolah, dimana salah satunya dibawa ke kuburan dengan mata ditutup di malam hari. Muncul perasaan takut luar biasa, mengapa itu terjadi ? Memang organisasi sekolah itu membuat skenario agar kita takut dan resiko dari ketakutan itu sudah diantisipasi lewat senior yang survey lokasi dan menyiapkan team dokter dan mereka berjaga-jaga di sekitar kuburan. Hikmahnya yang bisa kita ambil bahwa ketakutan itu diciptakan dan disiapkan untuk menguji apakah kita mampu melewatinya apa nggak ? Jika kita mampu melewati sesuai petunjuk senior maka kita bisa melewatinya atau jika kita pun takut maka ketakutan menjadi sirna dengan waktu. Ada ketakutan tapi ketakutan untuk dilewati dengan mengoptimalkan potensi kita menjadi sebuah keberanian.
Waktu kecil kita pun sering ditakut-takuti dengan malam atau sesuatu yang dibilang seram. Lalu  hal itu membuat kita penasaran lalu menghadapinya. Dengan percaya diri bahwa ketakutan itu hanya cerita dan belum terbukti membuat kita semakin berani. Perubahan menjadi berani memberi nilai kepuasaan.
Di dalam Al Qur'an Allah menguji manusia dengan ketakutan dan kekurangan bahkan kelaparan. Allah yang Maha Kuasa dan Maha Rahman dan Rahiim sudah menyiapkan resiko terburuk saat kita mengalami ketakutan tersebut. Untuk mampu melewati Allah sudah menyiapkan Al Qur'an sebagai pedoman untuk menghadapi ketakutan dan Allah pun siap mendampingi kita. Jadi ketakutan itu diharapkan semakin menyakinkan kita bahwakita mesti percaya dan beriman kepada Allah, ketakutan itu pelajarqn dari Allah untuk taat mengikuti petunjukNya dan ketakutan itu semakin membuat kita percaya pula bahwa Allah berada dibelakang smua itu untuk embantu kita.
Insya Allah kita diberi kekuatan  siqp menghadapi apa yang Allah berikan kepada kita dan kita punmau mengikuti petunjukNya. Aamiin

Koin 2 muka

koin selalu memiliki 2 muka, yang pertama ada gambar dan sisi yang lain angkanya. Jika dilempar ke atas maka keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk terlihat di atas setelah jatuh di lantai. Dengan keahlian seorang pesulap yang sudah terlatih, maka dia mampu memunculkan lebih sering bagian muka yang diinginkan. Tapi tidak bisa seratus persen. Hal ini dilakukan juga oleh wasit sepakbola sebelum pertandingan untuk mengundi team mana yang harus mendang bola duluan.
Kehidupan kita juga sama dengan hal diatas, yaitu selalu ada 2 hal seperti laki-laki dan perempuan, barat dan timur, makan dan minum, baik dan buruk dan sebagainya. Kedua hal itu mempunyai kesempatan yang sama untuk terjadi. Kadang kita baik dan terkadang kita buruk, atau kadang banyak laki-laki yang tampil tapi bisa juga perempuan yang tampil. Semua itu sangat tergantung keahlian seseorang yang mengelolanya dalam pikiran dan latihan. Seorang yang sering berbuat kebaikan, maka bisa jadi dia sudah terbiasa dengan kebaikan dan pikirannya dipenuhi hal positif.
Kali ini motivasi kan diri kita untuk selalu bisa mengambil hikmah lewat motivasi spiritual dan motivasi islam yang telah Allah berikan. Mau motivasi yang baik ? Terusin baca ya
Seseorang yang ingin beriman lalu menjadi kurang beriman mesti merenungkan hal di atas. Keinginan untuk beriman itu sudah bagus, lalu yang penting adalah mewujudkannya dalam amal saleh. Bisakah hal itu terjadi ? Bisa asal kita mau belajar ilmunya dan sering berlatih, maka beriman itu menjadi semakin baik. Sudahkah kita belajar petunjuk Allah untuk beriman ? Dan sudahkah kita melatihnya ? Jawaban ini adalah ukuran keberhasilan untuk beriman.
Jika keinginan beriman itu tidak didukung oleh usaha yang sungguh-sungguh untuk belajar dan melatihnya, maka otomatis seperti halnya koin yaitu muncullah keinginan untuk tidak beriman alias melakukan perbuatan sia-sia dan buruk. Hal ini terjadi tanpa diminta dan yang lebih hebat lagi tidak perlu dilatih karena ilmunya muncul dengan sendirinya.
Kadang baik kadang buruk, segera untuk mengevaluasi diri ... Seberapa besar ilmu dan latihan kebaikannya atau dengan kata lain seberapa banyak di hati dan pikiran kita memuat yang baik ? Atau seberapa sering kebaikan yang sudah kita miliki selalu mengisi pikiran dari waktu ke waktu ?
Insya Allah kita diberi keinginan yang dirahmati Allah seperti keinginan untuk semakin beriman dan dibukakan hati dan pikiran untuk mampu memahami petunjukNya. Dan diberi waktu dan kesempatan untuk mengamalkannya. Aamiin

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...