Memberi ruang bagi pikiran untuk disemangati agar menjadi apa yang kita inginkan dengan Perbuatan yang baik
e-Book Munir Hsan Basri
Background E-Book "Semangat Kerja yang Konsisten"
Jalan menuju Semangat Kerja yang Konsisten
Alhamdulillahirabbilalamin. Saya sudah dapat mewujudkan e-book yang menempuh perjalanan yang panjang dan lama. Hanya karena izin Allah semua itu terjadi. Saya menulis e-book ini dalam waktu yang lama sekitar 5 tahun, entah kenapa ? Tapi itulah faktanya.
Untuk mewujudkannya saya sudah banyak meminta teman-teman untuk memberi komentar materinya. Mereka bilang,"oke". Lalu saya tulis, setiap selesai menulis sayapun membaca kembali tulisan itu ... "kayaknya nggak bagus, kurang sempurna". Akhirnya e-book itupun nggak pede untuk dipublikasi.
Dalam ilmu media sosial mulailah saya pasarkan. E-book ini ingin membuka wawasan tentang dunia kerja yang seolah nyambung dengan agama, tapi kenyataannya tidak tersambung dengan benar. Saya kerja cari uang dan saya juga shalat sebagai hamba Allah.
Saya sendiri protes dengan pola kerja yang saya jalani. Saya kerja cari uang, tapi saya shalat. Cari uang tidak menunjukkan saya beriman kepada Allah. Bukankah seharusnya saya kerja untuk Allah ?? dan kerja saya adalah langkah amal saleh dari iman saya kepada Allah.
Kerja sayapun disemangati karena hal keduniaan, seperti saya semangat karena kerja saya menghasilkan uang atau saya bersemangat karena saya ingin memenuhi kebutuhan keluarga. Dimana Allahnya ? Saya menempatkan Allah saat saya membutuhkan pertolongan.
Mari kita renungkan ... Allah mestinya tempat kita bergantung apapun dan yang utama (pertama). Saya beriman saya kerja.
E-Book Semangat kerja yang konsisten
Saya ingin berbagi dalam beberapa E-Book tentang kerja dan keyakinan kepada Allah (beriman). Mungkin Anda bilang,"selama ini saya sudah beriman (shalat dan sedekah) dan juga kerja". Tapi apakah iya ? Benar kedua hal itu sudah dikerjakan, tapi seperti apakah hubungannya ? Apakah saling terpisah atau terhubung ? pastilah Anda bilang terhubung, "saya shalat agar kerja lancar, berdoa juga".
baiklah untuk menguji hubungan iman dan kerja, perlu kita cek tentang apakah iman kita bertambah dengan kerja yang kita lakukan ?
1. Bertambah baikkah iman kita (shalat semakin khusyuk dan sedekah makin banyak) dengan kerja yang kita lakukan ? Bagaimana dengan waktu shalatnya, apakah tepat waktu ?
2. Sama halnya jika ibadah (iman) kita semakin meningkat, apakah kerja kita semakin produktif ?
Dua pertanyaan di atas menjadi ukuran keterikatan antara iman dan kerja. Memang kita kerja cari nafkah (rezeki), tapi dimana efek ibadah (iman) nya ?
Kami memberanikan diri untuk mengharmoniskan keduanya, dari satu judul ke judul E-Book merupakan buah pikir dan pengalaman kerja. E-Book pertama ini mengajak kita menjalani sebuah kerja atau aktivitas dengan dorongan yang benar. "saya beriman maka saya bersemangat".
Semangat menjadi energi awal kita bisa mengerjakan sesuatu. Darimana semangat itu bisa hadir ? Apakah mesti dicari atau dihadirkan ? atau semangat itu merupakan respon dari pikiran kita. Semoga pada tulisan berikutnya kita bahas lebih detail tentang semangat kerja.
Respon cepat dan semangat
Apa yang yang terjadi lagi kerja, dan diminta menghadap ke atasan. Untuk apa ? ternyata atasan Anda memberikan pekerjaan yang harus selesai hari itu juga. Anda bisa jadi menjawab,"tidak bisa pak karena saya masih banyak kerjaan". Apa sih sebenarnya yang terjadi ?
1. Jawaban itu adalah respon Anda terhadap apa yang dihadapi tidak suka. Yang namanya respon cepat (tanpa berpikir) cenderung negatif dan diikuti dengan tindakan (kerja) negatif, sekalipun Anda kerjakan tapi kerjanya terpaksa. Keadaan ini tidak ada kebaikan sama sekalian, dan bahkan membuat kita tambah malas, tidak semangat semangat turun.
2. Ada jawaban lain yaitu ,"malas". memang diawalnya sudah tidak ada semangat dan menjadi semakin lemah dengan apa yang dihadapi saat itu.
3. Jika yang dihadapin itu sebuah pekerjaan, maka Anda sudah mengukur duluan tentang kemampuan Anda dengan pekerjaan. Jawabannya cenderung,"tidak bisa karena saya belum pernah mengerjakannya atau kok bukan yang lain ?" dan banyak alasannya.
Ketiga respon atau jawaban di atas seringkali spontan dan terjadi sangat cepat, bisa jadi sudah siap untuk disampaikan. Karena semua itu sudah terdapat di memori pikiran (tersimpan dalam alam bawah sadar). Itulah bawaan emosi atau nafsu yang lebih mudah terjadi dibandingkan Anda mikir dulu. Jika ini yang terjadi (sikap negatif) ini berlanjut kepada tindakan negatif. Bisa saja Anda mengerjakan pekerjaan itu tapi dalam keadaan terpaksa (tidak nyaman), bisa sih selesai pekerjaannya ... Anda mengalami sesuatu yang buruk pada tubuh dan pikiran, hasilnya tidak berdampak baik kepada Anda.
Lalu mesti seperti apa ? Perhatikan beberapa kejadian, banyak pekerjaan yang bisa dikerjakan bukan karena kita memiliki ilmu dan ketrampilan (alasan no. 3), tetapi karena kita memiliki semangat (kerja). Semangat yang ada mendorong kita belajar yang akhirnya membuat kita menemukann cara mengerjakan pekerjaan tersebut (bertambah ilmu kita). Semangat yang hadir itu bertambah (meningkat) karena kita memiliki harapan dengan pekerjaan itu, bisa berupa harapan mendapatkan ilmu, uang, perhatian dan sebagainya. Ada juga harapan itu berupa keridhaan Allah sehingga kita mengerjakannya karena berbuat amal saleh.
Bayangkan saat kita menghadapi pekerjaan yang banyak dan untuk waktu yang pendek, maka spontan kita mengatakan tidak bisa. Tapi bagaimana jika kita mulai menjadi pendengar yang baik (untuk memahami detail pekerjaan tersebut) ? Kita banyak bertanya untuk tahu lebih banyak. Keadaan ini ternyata membuat kita berpikir (tidak lagi emosional/spontan). Saat awal kita sudah memiliki semangat dan bertambah semangat lagi karena kita berpikir ini adalah harapan (asa) jika saya dapat mengerjakannya. Pekerjaan itu adalah amanah dari Allah lewat seseorang untuk menguji kita, apakah kita bersyukur dengan memanfaat pikiran dan fisik untuk mengerjakannya atau kita tidak bersyukur dengan menolak ? Dengan modal semangat yang semakin tinggi dan berbekal komunikasi yang baik menjadi modal untuk memulai. Sekalipun tidak ada ilmu dan ketrampilan, kesungguhan dalam mengerjakannya (jihad beramal saleh) mengantarkan kita dibimbing Allah dengan petunjukNya. Akhirnya step by step semua pekerjaan itu bisa dilalui. Kita bertambah semangat karena hasil yang memuaskan, kita bertambah ilmu dan ketrampilan dan kita disenangi oleh orang yang dititipkan Allah amanah, yang pasti kita bisa beramal saleh. "Jika kita beramal saleh sedang kita beriman dan mengerjakan dengan petunjuk Allah, maka Allah mengampuni kesalahan kita dan memperbaiki keadaan kita (QS Muhammad, 47 : 2).
Insya Allah dengan selalu berpikir utuk mendapatkan keridhaan Allah, maka jadikan semua aktivitas sebagai amal saleh.
E-book Semangat kerja yang konsisten
Mulai saat ini saya menerbitkan e-book tentang dunia kerja dan keterkaitannya dengan agama islam (Allah). Banyak hal yang terjadi bahwa kerja itu ya kerja untuk mencari uang, lalu uang yang didapat dikeluarkan untuk kebutuhan hidup. Karena kerja adalah kerja, hanya sebatas mencari uang, maka kita hanya mengaitkannya dengan niat ... Niat saya kerja untuk menafkahi keluarga dan ini kita anggap sudah bernuansa agama.
Sebenarnya semua aktivitas apapun atas izin Allah, maka kerja itupun atas izin Allah. Izin bisa berupa diizinkan tapi tidak diridhai (tidak diberikan petunjuk dan pendampingan) atau izin yang diridhai karena mengerjakannya sesuai petunjuk Allah. Dalam e-book "semangat kerja yang konsisten" membahas bagaimana kita bisa kerja dengan dasar iman, bukan kerja menyesuaikan dengan iman.
Insya Allah e-book "Semangat kerja yang konsisten" terbuka untuk sharing dan konsultasi di WA 087823659247. Saya pun mengeluarkan newsletter tentang rencana aksi tentang semangat. E-Book bisa dipesan dengan harga Rp 50.000 dengan bonus workbook dan power pointnya.Kerja sepenuh hati
Bersemangat !!
Bukan Ujian keimanan
Apa yang kita lakukan saat sakit ? Biasanya aktivitas kita menurun dan mulai mengeluhkan kondisi yang semakin lemah. Apakah ini yang kita bilang ujian iman, dimana iman kita ? Bukankah jika iman itu sudah ada memiliki sifat dan karakter yang baik, diantara kita bisa menerima dengan ikhlas ketetapan Allah (sakit tadi). Tak hanya itu jika kita sakit kita cenderung dan fokus untuk berobat lebih dulu dan sangat mengandalkan obat agar sembuh. Dengan apa yang kita lakukan di atas, dimana iman kita ? dimana kita menempatkan Allah dalam masalah sakit ini ? Disinilah kita mulai berpikir dan introspkesi diri
Bisa kita bayangkan .... bisa kan sakit tidak diizinkan Allah karena kita menjaga kesehatan dengan makan yang sehat. Kita bekerja melebihi waktunya sehingga tubuh tidak mendapatkan istirahat. lalu bisa juga kita memang melalaikan pola pikir negatif sehingga tubuh mengikuti pola negatif. Atau memang kita tidak tahu cara hidup sehat dan tidak mau juga belajar. Jika ini yang terjadi maka apakah ini yang disebut ujian keimanan ?
Bagaimana dengan masalah hidup ? musibah dan sejenisnya ... masihkah kita berpikir kita diuji imannya. Saya mulai berpikir memang itu ujian, tapi ujian apa ? Sakit mengingatkan kita diuji, apakah kita sudah bersyukur dengan nikmat sehat ? Sudahkah kita menggunakan pikiran untuk menjalani hidup sehat atau mengabaikannya ? apakah kita bersyukur dengan tubuh yang sehat dengan memperbanyak ibadah dan amal saleh atau melalaikan (kufur) dengan nikmat Allah itu dengan tidak mentaatinya ? Jika pola pikir kita seperti ini membuat kita lebih sadar dan sesuai memang kondisi kita, maka kita pun menjadi mau berubah menjadi semakin baik (tidak merasa iman kita yang sudah baik).
Apapun sikap kita menghadapi sakit dan sejenisnya ? Yang terpenting kita semakin sadar kepada Allah dan kembali kepadaNya untuk menghadapinya bersama Allah. Hal inilah yang menjadi kekuatan kita untuk meningkatkan iman kita.
Mengeluh atau berhenti
Featured post
Apa iya karyawan itu mesti nurut ?
Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...
-
motivasi diri hari ini masih berbicara tentang hal kecil yang kita sepelekan dalam hidup ini. Motivasi yang berdasarkan motivasi Islam yang...
-
Hampir semua orang ingin menjadi orang sukses, tapi ada beberapa orang yang mengatakan,"saya nggak mau sukses, saya mau jadi orang bai...
-
Ada banyak keinginan yang ingin kita raih, pengen sukses, pengen kaya, kaya bahagia, pengen beli mobil dan sebagainya. Pahami dan yakinilah...