Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Berserah diri kepada Allah

Berserah diri dengan sepenuh hati menunjukkan kepercayaan yang tinggi kepada Allah swt. Dapat dimaknai dengan beberapa hal :
1. Dibekali niat yang didasarkan iman kepada Allah. Niat itu mendorong saya untuk termotivasi meraih apa yang saya inginkan dan niat juga memberi arah perjalanan. Tetapkan niat di setiap langkah saya.
2. Mulailah dengan dzikir atau menyebut Allah dengan banyak lalu sertai dengan doa mohon diizinkan dan dimampukan.
3. Dengan dasar iman yang saya miliki maka saya mesti percaya untuk menjalani dengan sungguh-sungguh atas petunjukNYA. Jika saya nggak tahu maka saya cati tahu petunjuk itu yang terdapat dalam Al Qur'an.
4. Selalu menyempurnakan apa yang saya lakukan sehingga saya yakin Allah berlaku adil dan memberikan kebaikan.
5. Yang baik selalu dari Allah dan yang buruk datang dari saya sendiri. Maka saya pun yakin dan berserah diri atas hasil yang saya dapat. Jika saya merasa buruk dari apa yang sudah saya lakukan, maka bisa jadi BAIK DISISI ALLAH.
6. Respondlah hasil buruk menurut saya dengan tindakan perbaikan dengan mendasarinya dengan ilmu.
Yakinlah bahwa Allah selalu memberi kebaikan tapi hanya saya yang merasa itu buruk. Dengan demikian hendaklah saya sabar dan ikhlas menerima apapun yang Allah berikan.
Ya Allah ampuni saya yang banyak berprasangka buruk terhasapMu dengan apa yang telah Engkau berikan. Dan izinkan dan mampukan saya untuk menjadi hamba yang panfai bersyukur dengan apa yang Engkau berikan. Dan bimbing saya untuk mampu melihat nikmat dan mensyukurinya. AMIN

Merasa bisa pasti tidak bisa

Otak dan pikiran ini menerima dan memerintahkan apa yang diterima dengan jelas yang juga bisa dipahami. Hal ini menunjukkan tanpa kita sadari seringkali kita merasa bisa ternyata kita belum bisa apa-apa. Seorang motivator dengan semangat berapi-api mengatakan "kamu bisa". Mari kita pahami makna dibalik kata penyemangat tersebut :
1. Di saat saya membaca kata tersebut "kamu bisa" maka makna kata "kamu" tidak berarti bagi saya karena otak saya tidak memerintahkan saya untuk melakukan, kata tersebut memerintahkan orang yang bisa.
2. Kata "bisa" seringkali menyemangati saja tapi tidak memerintahkan apa-apa kepada saya untuk melakukan aktivitas. Bahkan malah bertanya dalam self talk saya :
a. Saya bisa apa ? Ya saya tidak punya ilmunya.
b. Saya bisa apa ? Ya saya juga belum yakin dengan ilmu saya.
Berharap kata semangat itu membakar saya untuk beraksi ternyata belum mampu saya lakukan
3. Kata penyemangat "kamu bisa" sebaiknya diganti dengan "saya bisa" tapi disarankan motivator mesti memberi ilmu dan experience agar yang dimotivasi menjadi yakin untuk melakukannya. Maka kata penyemangat itu benar-benar beearti buat siapa yang membacanya.
4. Saat dalam berada di banyak orang, saat training atau saat dimotivasi agar kata penyemangat itu sangat berarti karena mempengaruhi emosional saya untuk melakukan (diucapkan bersama-sama atau diminta baca yang keras). Bagaimana saya setelah keluar dari suasana tersebut ? Inilah yang membuat saya termotivasi saat training tapi setelah itu seperti hilang ditelan bumi semangatnya. Maka kita perlu melakukan afirmasi kata penyemangat tersebut dengan menguatkan ilmu dan experience lalu ucapkan kata "saya bisa".
5. Selalu mewakilkan semua urusan saya kepada sang pencipta dengan doa agar saya diizinkan untuk memperoleh nikmat baru yang terbarukan.
Mari kita memahami hal ini jangan sampai semua kata penyemangat itu hanya menjadi lip service saja tanpa ada aktivitas nyata. Ingat merasa bisa belum tentu saya bisa. Maka siap kan ilmu dan keyakinan agar otak bisa memerintahkan saya untuk action dan action.

Tidak YAKIN maka menCOBA

Kita beraktivitas dalam sehari-hari lebih dipengaruhi oleh keyakinan, ada yang bilang "saya melakukan ini dan itu karena saya yakin" Benarkah begitu ? Ada benarnya. Mari kita uji pernyataan itu, apakah kita YAKIN dengan ibu dan ayah kita itu adalah orang tua yang sebenarnya ? Anda ya pasti lah. Tapi apakah Anda tahu bukti mereka orang tua kita ? Yang terlihat foto mereka masih mudah dan pernikahan. Bukankah foto belum cukup untuk membuktikan mereka adalah orang tua kita. Buktinya nyatanya adalah mereka menyayangi kita. Tunggu dulu, fakta itu juga tidak begitu kuat karena banyak juga orang tua selalu menyayangi anaknya (anak angkat/anak asuh). Kalau mau bukti ilmiah, pastilah kita bisa buktikan dengan test DNA. Apakah itu perlu dilakukan ? Perlu buat Anda yang penasaran. Tapi satu cara untuk membuktikannya dalah PIKIRAN kita yaitu YAKIN. Maka dengan kata YAKIN kita menganggap diri kita ini anaknya orang tua kita saat ini.
KeYAKINan yang sungguh-sungguh membuahkan dorongan dan dukungan bahkan pembelaan yang kuat dari otak emosi kita. Perhatikan saat orang tua kita diganggu orang lain, maka kita dengan tingkat emosi yang kuat pasti membela orang tua dan bisa jadi Intelektual kita dipacu untuk melakukan apapun agar apa yang sudah kita YAKINi menjadi tidak terusik. Tapi dalam beberapa kasus bisa lain, contoh kita yang biasa makan tempe maka begitu YAKIN bahwa tempe itu sehat. Bagaimana dengan penyajian makan yang tersedia ada tempe dan ada buntut ? Ada yang tetap makan tempe tapi ada juga yang COBA makan buntut. Mengapa Anda makan buntut ? Lebih karena penasaran dan berharap ada yang lebih baik. Maka sebuah keYAKINan bisa dikalahkan oleh rasa penasaran dan berharap yang lebih baik (enak dan nyaman). 
Contoh lain, jika kita sudah terbiasa dengan kehidupan keluarga yang harmonis, seringkali keYAKINan itu membuat rusak kehidupan keluarga. Kok bisa ? Dalam kasus ini keYAKINan terhadap keharmonisan keluarga sudah membiasa sehingga tidak ada rasa lagi dalam melakukan aktivitas berkeluarga dan sudah menjadi program otomatis. Disinilah anggota keluarga yang begitu YAKIN semua berjalan lancar dapat digoda dengan COBA. Bisa jadi bersosialisasi dengan media sosial merupakan awal yang baik (silaturahmi katanya) dan interaksi sosial tersebut memberikan harapan baru yang membuat Anda merasakan sesuatu yang lain. Lalu kondisi ini berlanjut dengan menCOBA aja ... satu kali OK, dua kali enak dan tiga kali enak juga. Hati-hatilah ternyata kata COBA berubah mengalahkan kata YAKIN dan yang berbahaya kata COBA bisa menjadi sebuah keYAKINan baru.
Melihat kondisi di atas, maka yang pasti perkuatlah dan selalu pelihara keYAKINan yang benar kepada Allah swt. Mengapa ? Karena keYAKINan kepada Allah itu pasti memberi keYAKINan yang baik dalam aktivitas kehidupan kita. YAKIN pada Allah swt, maka bisa menumbuhkan keYAKINan terhadap keluarga dan keYAKINan terhadap aktivitas lainnya ... kehidupan keluarga menjadi harmonis karena Allah swt yang mengizinkannya. IZINnya datang dari Allah swt karena kita YAKIN kepadaNYA.

Bisa ini dan itu

Semakin banyak yang dipelajari maka semakin banyak yang diketahui dan membuat haus ingin tahu semakin banyak. Hal ini jadi penting tapi jauh lebih penting lagi adalah bukan sekedar bisa ini dan itu .... mampu melakukannya.
Cari tahu yang mana kita belum mendapatkan hasil maksimal. Sehingga kebisaan kita memperkuat tindakan untuk meraihnya. Lalu cek apakah anda sudah jadi sesuatu atau punya sesuatu dari bisa ini dan itu ?

Kesadaran spiritual

Sadar apa nggak sih kita ? Orang gila kita bilang, "orang yang ngga sadar". Kita ? Kadang sadar kadang nggak, saat ngantuk dan pusing. Apa perlu kita mesti sadar terus ? Pasti.
Kesadaran emosional seringkali membuat kita larut dalam suasana dan ingin menikmati. Kesadaran ilmu memacu kita haus dan larut untuk memahami banyak hal. Tapi jika kita lmengalami kesadaran spiritual maka akal kita mampu membedakan hal baik dan hal buruk. Artinya kesadaran ilmunya menjadi kritis untuk memahami lebih dalam sehingga mendapatkan kebaikan dan keburukan dari suatu aktivitas. Kebaikan dan keburukan memancing kesadaran emosional kita untuk meraih yang baik. Akhirnya ketiga kesadaran itu mendorong KITA untuk bertindak yang baik. Yuk kita raih kesadaran spiritual itu agar hidup semakin bermakna.

Lama itu membosankan

Seringkali semakin lama waktu semakin baik dan jika dalam bekerja orang bilang menjadi senior atau orang berpengalaman. Benarkah ? Ternyata hanya 10% yang benar. Sisanya semakin lama bekerja semakin malas dan menurun motivasi kerjanya. Mengapa ? Karena sudah membiasa mengerjakan hal yabg sama setiap hari. Maka penting bagi Anda untuk menyadari itu dan memperbarui atau meningkatkan kemampuan.

Kemampuan mencopy BUKAN copy paste

Dalam dunia komunikasi seringkali terjadi miss komunikasi, bisa jadi disebabkan dari penyampai informasi atau penerima informasi. Ada 3 pola sikap orang yang menerima informasi :
1. Celengan menunjukkan mampu menerima tapi tidak mampu mengeluarkan informasi dengan benar. Kalau ditanya, "sudah paham ?" Pasti jawabnya,"paham". Setelah itu terserah Anda ...
2. Tape recorder menunjukkan mampu menjelaskan informasi seperti apa adanya dari penyampai.
3. Mesin fotocopy yaitu mampu mencopy informasi dengan gaya sendiri/karakter. Gaya/karakter sendiri itu seperti halnya kertas untuk fotocopynya. Jika menggunakan kertas berwarna (emas) dan halus maka hasil fotocopy lebih bagus dari yang asli.
Dari 3 sikap orang di atas, maka point ketiga menjadi penting dan memberi dunia komunikasi yang menarik. Hal ini sering dipraktekkan oleh seorang salesmen dan menjadi kunci dalam keberhasilan mereka. Orang hebat itu dicerminkan dari cara bersikapnya, apa pun informasinya (sekalipun buruk) maka pesan yang diungkapkan lagi menjadi sebuah kebaikan.

Take and give or Bersyukur

Anda bisa jadi sudah mengerti maksudnya. Memberi dan menerima, secara umum kita memberi masih memperhitungkan apa yang kita terima. Mari berkalkulasi :
1. Seperti hitung dagang, banyak tindakan kita berdasarkan itu. Bisa saja memberi dulu dan kemudian kita memperhitungkan berapa jumlah yang diterima. Jika yang diterima tidak sesuai menurut kita maka tindakan kita selanjutnya menjadi berkurang. Dan sebaliknya jika yang kita terima sesuai menurut kita maka kita umumnya meminta lebih lagi untuk tindakan berikutnya. Atau kita sendiri mengurangi tindakan di awal untuk menguji tentang apa yang kita terima maka hal ini menjadi tanda tanya, dimana orang juga berlaku sama seperti kita ... jadilah sesuatu yang tak berujung.
2. Ada orang yang bekerja tidak memperhitungkan seberapa besar yang diterima. Kondisi ini sebenarnya orang tersebut tidak berhadapan dengan manusia, tapi orang ini yakin dengan Tuhannya memberikan balasannya. Ada pekerjaan pun bagi mereka sudah bersyukur dan mereka memberikan yang terbaik bagi yang memberi pekerjaan karena merasa sudah dibantu sebagai wakil Tuhan. Yakinlah Tuhan otu Maha Memberi Rezeki.
Bagaimana kita bersikap ? Beriman dan beramal shaleh ... kami dengar dan kami taat. Tentulah kota tidak bisa bersyukur penuh secara langsung kepada Allah swt, maka lanhkah bersyukur pertama adalah teruslah menyembah hanya kepada Allah (shalat dan ibadah wajib lainnya) dan berbuat baiklah kepada siapapun terutama orang yang telah menjadi wakil Allah yang telah memberi kebaikan bahi kita.

Mimpi kali yee ?

Banyak orang mengatakan "berani bermimpi" atau "semua berawal dari mimpi". Maka banyak bermimpilah. Mimpi membuat kita menjadi mengkhayal dengan melamunkan impian itu tercapai. Boleh bermimpi tapi mimpi tidak mengantarkan kita kepada kebaikan, tapi kebaikan itu menjadi bernilai meraih mimpi. Jadi amalkan sikap dan perilaku yang pasti menjadikan kita orang baik (kebaikan).

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...