Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri
Showing posts with label motivasi. Show all posts
Showing posts with label motivasi. Show all posts

Pengen sih

motivasi Islam yang berdasarkan petunjuk Allah memiliki banyak hal. Semua itu bisa memotivasi diri kita sendiri agar semakin baik. Motivasi ini tidak lain merupakan motivasi spiritual. Insya Allah motivasi kali ini bisa memberi semangat untuk menjalaninya.
Kata,"pengen sih" adalah menjadi miliki semua orang. Mengapa kita jadi pengen sesuatu ? Karena memang kita belum memilikinya. Sebenarnya pengen itu menaikkan apa yang sudah kita miliki, maka mau tidak mau kita pun mesti menyiapkan diri dengan kemampuan yang lebih tinggi.
Apa yang kita miliki saat --> kemampuan/aktivitas kita saat ini
Pengen sesuatu --> kemampuan/aktivitas lebih tinggi
Contoh saat kita memiliki motor dengan apa yang sudah kita lakukan. Lalu ada keinginan punya mobil, maka kita mesti menambah banyak pekerjaan untuk menambah uang agar mampu membeli mobil. Kalau tidak maka pengen itu menjadi sebuah mimpi.
Pengen bahagia, berarti kita belum bahagia. Maka kita mesti banyak beraktivitas yang membuat kita senang. Tapi banyak fakta menunjukkan banyak orang pengen tapi tidak banyak berbuat untuk mencapainya .... Alias menunggu keajaiban.
Mari kita renungkan, dalam iman kepada Allah ... Kita percaya, paham dan yakin bahwa Allah itu Maha segala sesuatu. Allah yang Maha Sabar, Allah yang Maha kasih sayang, Allah yang Maha pemaaf dan sebagainya. Dan perhatikan pula jika kita dekat dan bergaul dengan pedagang maka jiwa kita pun memiliki sifat pedagang, sama halnya dengan kita dekat dan bergaul dengan ustad, maka kita  bisa menjadi bisa ilmu agama.
Perhatikan :  
saya pengen sehat, saya pengen rezeki, saya pengen sukses, saya pengen sabar.
Bagaimana kata pengen kita hilangkan, maka kalimat di atas menjadi
Saya sehat, saya rezeki, saya sukses, saya sabar
Artinya bahwa kata pengen yang hilang tadi merubah pola pikir dan sikap kita terhadap sesuatu. Yang tadi pengen sehat menjadi saya sehat. maknanya kita sudah memiliki sikap dan perilaku sehat sehingga hanya butuh tindakan untuk sehat. Tapi jika kita pengen sehat mengajak pola pikir dan sikap untuk sehat dan menjadi persoalan bagi banyak orang.
Hal lain dari saya pengen sehat menjadi saya sehat, kata pengen merupakan keinginan atau nafsu. Maka saya kita menghilangkan kata pengen berarti kita menghilangkan nafsu itu sendiri dan saat bersamaan kita pun percaya kepada yang Maha Sehat (Allah) sehingga yang Maha Sehat itu memberi kesehatannya kepada kita. 
Salah ngga sih kita pengen ? Dalam banyak firman Al Qur'an, Allah tidak menyebutkan itu tidak baik tapi menggunakan bahasa "maukah kamu dengan sesuatu yang lebih baik di sisi Allah". Maka Allah pun mengingatkan kita bahwa nafsu atau keinginan itu cenderung membawa kita kepada keburukan kecuali dirahmati Allah.
Insya Allah motivasi kali ini mampu mengoreksi iman kita semakin baik hari ini. Ya Allah, Engkau yang Maha Pemberi Cahaya atau Hidayah ... Rahmati kami dengan cahayAMu agar kami semakin beriman dan mampukan kami untuk menerima hidayahMu. Aamiin

Berlatih ikhlas

motivasi hari ini ingin mengajak Anda untuk mampu memotivasi diri sendiri dengan semangat muslim, yang menjadi agama kita. Inilah motivasi spiritual yang benar untuk semakin baik hari ini, motivasi Islam.
Semua orang pasti tahu bahwa ikhlas itu merupakan perintah untuk dijalankan. Tapi berat dalam pelaksanaannya dan ikhlas itu seperti milik orang yang agamanya kuat.  Tapi ada juga yang bisa melakukannya seperti orang biasa dengan pola pikir sederhana. Misalkan seorang supir truk yang berhenti di lampu merah, supir truk itu dengan mudah memberi sedekah ke peminta tanpa banyak alasan. Seorang pedagang di pasar yang dengan mudah selalu bersedekah pula. 
Bisa jadi keikhlasan kita sulit diterapkan karena beberapa hal berikut ini, dalam pikiran dan alam bawah sadar kita berkata, "setiap apa yang kita lakukan pasti ada balasannya dan bahkan persepsi ini seperti yang dijanjikan Allah yaitu selalu membalasa apa yang kita kerjakan". Dengan hal ini maka tindakan ikhlas menjadi seolah-olah bentrok dengan mengatakan bahwa ikhlas itu tidak boleh berharap apa (meminta balasan). Maka yang terjadi adalah selalu ada pikiran setelah kita melakukan sesuatu dengan ikhlas.
Agar keikhlasan kita sejalan dengan pikiran dan alam bawah sadar yang mengatakan "segala sesuatu ada balasannya". Mari kita ciptakan pola pikir bahwa kita ikhlas terhadap segala sesuatu hanya berharap kepada Allah. Karena Allah maka kita jadi bersemangat dalam melakukan keikhlasan, dan semangat itu membuat perasaan senang. Akhirnya kesenangan itu berbuah manis yaitu tidak jadi masalah jika ada respon negatif atas keikhlasan kita. Saat memberi sedekah menjadi tidak mempermasalahkan siapa yang menerima karena kita hanya berharap kepada Allah dan saat memberi sedekahnya pun tanpa embel-embel karena yang kita hadapi sebenarnya adalah Allah (Allah melihat kita). Mari kita pahami pola pikir ini .... Dan melatih ya setiap melakukan apapun dengan ikhlas.
Bangun pagi ikhlas, bukan karena harus kerja lagi tapi bangun karena Allah yang bangunkan. Maka saya pun tersenyum. Demikian juga saat berangkat kerja bukan lagi karena mau cari uang, tapi karena Allah kasih kita kerjaan yang Allah mau lihat kita lewat pekerjaan. Maka sayapun tersenyum dalam kerja bukan lagi untuk bos tapi buat Allah.
Insya Allah kita diberi kekuatan untuk memahami petunjuk untuk ikhlas dan dimampukan untuk berlatih menjadi semakin baik. Aamiin

Hati yang tenang atau gelisah

Kali ini motivasi saya adalah memberdayakan diri untuk menjadikan Islam sebagai agamaku untuk semakin baik. Motivasi Islam yang berdasarkan kepada iman adalah motivasi spiritual yang tepat untuk mengarungi kehidupan ini.
Jika ditanya, apakah Anda bahagia ? Jawabannya cenderung "bahagia" dan ada juga yang bilang tidak bahagia. Alhamdulillahi rabbil alamin saat kita bahagia. Ada yang bahagia itu hanya didasarkan "hidup nggak ada masalah atau hidup biasa-biasa saja atau hidup dengan kekayaan". Kebahagian masih didasarkan pada apa yang kita miliki terutama tercukupinya semua kebutuhan.
Perhatikan pula yang kurang atau tidak bahagia, ternyata mereka kurang tercukupi kehidupannya. Ini hanya bahasa saja untuk menggambarkan kebahagian itu ada 2 jenis yaitu kebahagian hakiki dimana hati yang tenang dan kebahagian sementara yang didasarkan pada kesenangan (tercukupinya kebutuhan).
Kebahagian sementara memang bisa terjadi dengan terpenuhinya kebutuhan dan muncullah perasaan senang. kebahagian itu sementara karena kebutuhan dan pemenuhannya sangat dinamis dan bikin kita tidak puas (mudah bosen) sehingga bahagia kemarin tidak sama dengan bahagianya hari ini, Atau kebahagiaan hari ini hanya terjadi jika kehidupan kita terpenuhi.Kebahagiaan seorang bujangan adalah menikah, maka kebahagiaan selanjut berubah menjadi pengen punya anak dan seterusnya.
Mari kita renungkan, saat kita mempunyai uang yang cukup maka perasaan senang, tapi masih ada kekehawatiran tentang uang itu. Apakah cukup buat besok ? Jika uangnya saya belanjakan ntar bisa habis ? dan banyak lagi. Pada saat pertanyaan ini ditanyakan pada diri kita sendiri, maka sebenarnya kita menanyakan pada hati kita (yang berujung pada kebahagian hakiki). Jawabannya cenderung membuat kita gelisah. Ini tandanya kita tidak terhubung dengan Allah swt. Tidak terhubung itu bukan perkara jarak (jauh) karena sebenarnya Allah itu selalu siap dan dekat dengan kita. Hanya kita saja yang tidak terhubung dengan Allah (frekuensinya tidak sama karena pake emosi dan pikiran, dan kita pun tidak menyambungkannya dengan memanggilnya/berzikir).
perhatikan orang yang tenang hatinya saat bicara besok, yang kebanyakan mereka tidak bergantung pada harta dan terpenuhinya kebutuhan. mereka mengatakan "Insya Allah, besok itu urusan Allah dan Allahlah yang memenuhi kehidupan besok". Mengapa itu terjadi karena mereka menyandarkan kehidupan dan dirinya sendiri pada pada hati yang tenang. Hati yang tenang itu yang terhubung dengan Allah lewat zikir dan dipeliharanya hati itu dengan amal saleh (memberi). Karena amal saleh itu mengeluarkan sesuatu dari apa yang kita miliki dan tidak ada perasaan takut/khawatir yang membuat hati tetap terpelihara.
Insya Allah kita selalu diberi kekuatan untuk selalu memelihara hati untuk terus yakin dan percaya kepada Allah yang memberi hati yang tenteram. Aamiin

Shalat buat minta doa terkabul

Bisa jadi judul di atas merupakan pernyataan sekaligus pertanyaan (auto kritik), apakah betul shalat kita sampai saat ini merupakan langkah untuk dikabulkannya doa kita ??? Logika bilang,"pasti tidaklah, shalat itu kewajiban kita kepada Allah". Bener apa bener ???
Oke lah kalau memang shalat kita sebagai ibadah atau kewajiban kita kepada Allah. Tapi boleh dong kita menggali apa yang menjadi latar belakang shalat kita. Paling tidak kita bisa memahami diri kita sendiri lebih baik. Bukankah dengan mengenal diri kita sendiri bisa menembus kepada mengenal Allah.
Sejak kecil kita diajarkan belajar shalat ... maka kita pun belajar shalat dan menjalaninya. Bisa jadi sekedar menjalaninya. Mulai dewasa kita pun sudah merasakan bahwa shalat itu sebagai kewajiban. Dikerjakan bisa mengantarkan kita kepada Syurga dan jika sebaliknya maka kita bisa masuk Neraka. Shalat dikerjakan sebagai bentuk keinginan untuk masuk Syurga dan menghindar dari Neraka. Tapi dalam perjalanannya shalat kita belum mampu menghambat perbuatan keji dan mungkar.
Diajarkan pula sejak kecil, jika keinginan kita terkabul maka banyaklah shalat dan berdoa. Bisa jadi karena shalat kita belum mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar, maka kehidupan kita pun menjadi tidak tenang alias banyak masalah. Lalu dengan masalah hidup itu, kita ingin keluar dari masalah dengan adanya keinginan hidup lebih baik.
Usaha apapun kita lakukan, termasuk meningkatkan nilai shalat kita. Jika kita renungkan, maka "bisa jadi shalat bukan lagi kewajiban tapi shalat sebagai sarana/media agar keinginan kita terkabul". Iya atau iya. Semakin getol shalat kita saat ujian sekolah, semakin khusyuk saat banyak masalah, dan  bener kan ?
Bandingkan jika shalat kita sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah kita terima. Sikap ini mengajarkan kita untuk berpikir untuk memanfaatkan nikmat yang telah Allah berikan untuk menjadi semakin bernilai. Karena itulah lalu kita shalat. Bisa jadi Allah sangat berkenan dengan sikap kita ini lalu memberikan nikmat lagi berupa apa yang kita inginkan. Kita berharap dengan shalat seperti ini Allah pun berkenan menahan/menghambat tindakan tidak terpuji, keji dan mungkar yang kita lakukan.
Segala puji hanya bagiMU ya Allah, bukakan hati kami ini untuk selalu bisa mengevaluasi nilai ibadah dan amal kami. Berilah kami petunjuk agar menjadi hambaMU yang beriman dan beramal saleh. Aamiin

materi dan keinginan

Saat seseorang ditanya tentang keinginannya, maka jawabannya cenderung ingin kaya, ingin sukses, ingin jadi orang baik, ingin bahagia dan sebagainya. Ingin kaya dan sukses merupakan simbol materi atau keduniaan. Sedangkan ingin jadi orang baik dan bahagia merupakan simbol akhirat, tapi dalam kenyataannya kita tetap tertuju kepada kesuksesan dan kekayaan.
Materi dan keinginan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan tentang dunia, sedangkan orang baik dan keinginan adalah 2 hal yang tidak lazim di banyak kalangan sebagai satu kesatuan. Dan ada yang bilang dengan materi bisa membuat orang jadi baik, misalkan mudah dalam bersedekah dan banyak hal yang bisa dilakukan dengan uang yang banyak.
Yang jadi masalah keinginan itu tidak pernah habisnya dan merasa haus jika dikaitkan dengan materi. Punya uang 5 juta, maka ada keinginan baru untuk menambah uang menjadi 10 juta dan seterusnya meningkat. Adakah yang bisa menghentikan keinginan itu sekalian kita sedang sakit ? Tidak ada kecuali kematian. dengan bahasa yang memanjakan kita, "wajar dong keinginan itu meningkat dan kebutuhan pun menjadi meningkat". Salah nggak ? Renungkan saja
keinginan itu memang selalu menempel pada diri kita seperti yang difirmankan oleh Allah setiap manusia memiliki keinginan tentang dunia, tapi disisi lain Allah menyampaikan keinginan itu cenderung kepada keburukan, maka ada hal yang lebih baik. Apa itu ? keinginan menjadi beriman kepada Allah
memang sulit memisahkan keinginan dan materi, Sebenarnya keinginan kita dengan materi itu adalah tujuan, maka kita hanya menambahkan bagaimana caranya memenuhi keinginan itu ? Caranya adalah dengan beriman kepada Allah. Maka dengan demikian kita bisa membuat 3 hal jadi satu, yaitu keinginan, materi dan beriman kepada Allah.
Langkah selanjutnya kita perlu renungkan apakah pantas kita memenuhi materi yang diinginkan dengan beriman kepada Allah ? Bukankah kita pun percaya bahwa Allah yang memberi rezeki yang salah satunya adalah materi. Dan bahkan keinginan itu sendiri diciptakan Allah ada pada diri kita. Artinya materi dan keinginan milik Allah, bisa kita miliki jika Allah memberinya. Dengan demikian dibalik keinginan dan materi itu ternyata kita mesti beriman kepada Allah.
Mari kita jadikan hal ini sebagai motivasi yang kuat dalam memotivasi diri dengan semangat spiritual islami, Dengan beriman kepada Allah maka kita mendapatkan keinginan dan materi yang dirahmati Allah. Insya Allah kita selalu dibimbing atas pikiran, emosi dan apa saja tidak mengarahkan kita menjadi semakin beriman kepada Allah. Aamiin

Apakah Sekolah menjamin Sukses ?

Membangun motivasi bisa dilakukan dari dalam (motivasi diri). Motivasi diri menjadi semakin luar biasa jika kita dasarkan pada agama, yaitu agama Islam. Maka jadilah motivasi itu bersifat motivasi spiritual yang dikenal motivasi Islam
Banyak orang mengakui bahwa tidak semua orang bisa sukses dan tidak bisa juga diprediksi kapan dan dimana serta bidang kesuksesan bisa diraih. Padahal perjalanan hidup kita sudah direncanakan oleh orang tua kita, mulai tk - sd - smp - sma - kuliah dan diharapkan dengan bekal itu mampu membuat kita mendapatkan kerja yang baik dan punya gaji banyak. Itulah peta atau jalan sukses kita. Tapi sukseskah kita seperti yang diskenariokan tadi ?
Ada beberapa orang meraihnya, dan banyak sekali orang tidak mampu meraihnya. Ada yang terbalik dengan bidangnya, dulu disekolah tidak pintar bisa sukses dan ada juga yang pintar teknik tapi kesuksesannya dibidang sales atau pelayanan. Jika dibuat kesimpulan sepertinya amburadul.
Saya sendiri yang bisa dibilang mengikuti skenario di atas dengan bidang yang tidak sesuai kuliah, ada kesuksesan dalam jabatan dan karir. Tetapi semua tetap saja menjadi "karyawan" yang bekerja buat orang lain. Sangat berbeda jauh dengan mantan anak buah yang sudah bisa selevel malah jabatannya atau ada yang sudah berani berbisnis. Ilmu dari saya tapi mereka punya keberanian. Itulah yang membedakan bahkan ada orang yang sukses berbisnis tapi dia tidak menguasai dengn detail ilmunya (hanya memnfaatkan orang lain yang memahaminya).
Memang bukan untuk dibandingkan, tapi hampir dipastikan semua orang tidak bisa menentukan kesuksesannya. Disinilah kita mulai berpikir bahwa semua dengan izin Allah.
Yang jadi pertanyaan adalah apakah sekolah kita sia-sia ? Tentu tidak sia-sia, semua merupakan akumulasi pengetahuan dan kemampuan yang telah mengantarkan kita seperti ini. Agar lebih pas, boleh dong kita merenungkan .... ada ilmu dan waktu yang jika kita gunakan bisa mengantarkan kita kepada kesuksesan. Apa itu ?
Jika kita percaya (beriman) kepada Allah, dan bahkan dinyatakan oleh Allah dalam firmanNya,"semua atas izinNya, hidayah, daun jatuh, musibah dan sebagainya", maka kita wajib memberikan keimanan dan amal saleh kita kepada Allah agar Allah berkenan atau memberi izin untuk kesuksesan kita.
Akibatnya, mana yang lebih dulu "beriman dan beramal saleh dengan benar" atau sekolah formal dulu ? Mana yang lebih dulu pastilah yang utama dan pertama itu urusan dengan Allah. Barulah kita bangun ilmu pengetahuan dan kemampuan kita, dimana kedua hal itu pun bisa dibangun dan diberikan juga oleh Allah. Jadi kuatkan iman kita terlebih dan banyaklah beramal saleh. Sekolah atau belajar yang pas adalah kita fokus kepada minat dan talenta. Dan terus menggali minat dan talenta semakin tajam agar semakin menguatkan iman dan amal saleh.
Mari mengisi kehidupan diri kita dan anak kita dengan belajar membaca Al Qur'an, memahami Al Qur'an yang didukung pelajaran bahasa Arab, memahami hal terkait dengan isi Al Qur'an secara bertahap. Ketersedian dan fasilitas untuk itu dengan mudah kita peroleh dari internet, hanya kita perlu berhati-hati dan selektif. Porsi belajar Al Qur'an dan mengamalkan dalam wujud akhlak bisa menghabiskan sebagian dari hari kita dan sisanya diisi dengan ilmu dasar seperti di sekolah.
Dengan demikian kita beriman kepada Allah dan kita pun berani untuk mengikuti skenario Allah untuk kebaikan kita di dunia dan di akhirat (kesuksesan di dunia dan kesuksesan di akhirat).
Insya Allah kita selalu dibukakan hati untuk benar-benar memahami untuk beriman kepada Allah dan dibimbing dalam menyempurnakannya. Aamiin

Pantaskah kita dihadapan Allah ?

Saat kita tampil dihadapan publik, yang kita perlukan adalah penampilan dan kemampuan. Diawali dengan penampilan yang bagus dan pantas (tapi terkadang tidak mesti juga bagus yang aneh dan unik pun diterima). Pakaian dan "make up" rambut, muka dan sebagainya menjadi perhatian semua orang. Lalu menjadi diterima oleh publik lewat kemampuan kita yang luar biasa. Disisi lain ada orang yang nggak pantas, penampilan oke tapi kemampuan tidak ada.
Bagaimana dengan Anda ? Setiap aktivitas luar pastilah kita selalu memantaskan diri kepada siapa kita berhadapan. Selain penampilan dan kemampuan, ada hal lain yang perlu dilihat yaitu perilaku.  Bisa jadi dengan kemampuan yang oke bikin seseorang berperilaku sombong.
Begitu juga saat kita melamar seseorang seorang wanita, maka yang selalu dikedepankan adalah penampilan, kemampuan dan perilaku yang menyenangkan si wanita agar kita disebut pantas.  Semua itu urusan dunia.
Urusan akhirat, dengan Allah. Kepantasan itu hanya berhubungan dengan hati dan amal saleh. Kepantasan kepada Allah, tentunya kita berharap Allah ridha dengan keyakinan dan amal saleh yang kita buat. Pantaskah kita terus-menerus diberikan karunia dan rahmatNya sedangkan kita jarang atau tidak pernah berterima kasih ? Pantaskah kita tinggal dibuminya Allah sedangkan kita tidak memeliharanya (merusaknya). ? Pantaskah kita merasa beriman dan sudah mengikuti petunjukNya padahal hanya sedikit sekali atau bahkan kita tak pernah memahami petunjukNya ? Pantaskah kita melakukan keburukan dihadapan Allah yang selalu mencurahkan kebaikan kepada kita ? Jika kita renungkan pertanyaan itu dalam banyak hal, maka kita adalah orang yang tidak pantas hidup di bumi dan menerima segala hal tentang kebaikan Allah. Lalu yang pantas itu adalah mari kita percaya, kita beriman kepada Allah, lalu yang pantas lagi adalah kita memohon ampun dan yakin lagi kita semakin pantas untuk memahami Al Qur'an dan mengamalkannya TANPA perlu meminta apapun Lagi.
Insya Allah renungan pagi ini sangat memotivasi diri kita menjadi semakin baik imannya. Yang memang yang pantas itu adalah menjadi Islam sebagai agama sekaligus motivasi Islam. Inilah yang umum dikenal sebagai spiritula motivation.
Ya Allah tak pantas pakaian yang kami pakai hari ini, pantas juga rasanya kemampuan kami yang sedikit ini, apalagi amal saleh kami sampai hari ini. Kami ingin memohon ampun kepadaMU dan bimbing kami menjadi hambaMu yang pantas yang beriman dan beramal saleh. Aamiin

Mudah puas ..

Motivasi mesti terus dibangun tanpa sedikit kita lalai, mengapa ? Karena saat kita lalai, maka motivasi menjadi lemah dan tidak mudah untuk dibangkitkan lagi. Semua itu butuh waktu dan pemulihan. Jadi motivasi diri yang sangat khusus yang dibangun dengan motivasi spiritual menjadi sangat kuat. Bagi muslim, motivasi Islam menjadi pegangan utama.
Perasaan kita senang melakukan hal baru sampai apa yang kita lakukan itu sudah dilakukan dengan baik. Masih ada sih rasas senang saat menikmatinya. Kerja pertama kali menjadi sangat menyenangkan dan mulai surut selang beberapa waktu. Perasaan senang itu sudah biasa dan ingin yang lebih lagi. Sekalipun kita masih bekerja tapi perasaannya jadi biasa dan menjadi sebuah rutinitas.
Bagaimana dengan pikiran kita ? Pekerjaan baru sangat menantang dan sangat luar biasa untuk menyukseskannya. Setelah itu kita menjadi bisa dan melakukannya terus-menerus. Tidak ada lagi tantangan dan menjadi sebuah rutinitas.
Rutinitas yang dilakukan terasa hambar karena kurang semangat dalam memaknai pekerjaan. Tanpa kita sadari ternyata, semua itu sudah terekam dengan baik di alam bawah sadar sehingga apa yang kita kerjakan (rutinitas) itu bekerka otomatis tanpa perintah yang berarti dari emosi dan pikiran.
Sadarkah kita hal ini bisa merusak kehidupan kita tanpa makna ? Inilah hidup yang tidak berkembang. Perhatikan shalat kita ? Bukankah sebuah rutinitas saja ? Terbukti bahwa bacaan shalat kita sudah hafal tanpa perintah pikiran dan emosi lagi. Adakah ketenangan dalam shalat ? Yang tidak ada keinginan kita untuk memperbarui pelajaran shalat untuk memperbarui shalat semakin baik. Saat ditanya, "sudah paham tentang shalat ?" Jawabannya yang cenderung "gengsi", "emangnya dulu ngga belajar di tk dan sd ? Dengan kata lain .. Kita malu belajar shalat seperti halnya anak sekolahan belajar shalat. Hanya karena itu kita tidak mau memperbarui nilai shalat kita, padahal ini adalah salah satu cara tetap menyemangati diri setiap tindakan untuk semakin baik.
MEneruskan semangat itu menjadi fokus penting apakah yang kita lakukan selanjutnya masih menarik ? Sekalipun menarik tidak mampu membangkitkan semangat beraktivitas. Bisa jadi apa yang kita lakukan sekarang sudah merupakan aktivitas rutin ? Emosi kita mudah puas jika sudah melakukan sesuatu dan mudah bosan. Pikiran kita pun mengatakan, "saya sudah mengerjakannya dan tidak ada tantangan lagi. Lalu disimpan sebagai pikiran bawah sadar yang bekerja otomatis". Mari ciptakan dan pahami bahwa setiap langkah punya makna maka mulailah sesuatu dengan Basmallah dan mengakhirinya dengan hamdallah. Insya Allah kita selalu diberi semangat oleh Allah lewat hati sehingga peunjukNya mampu menggerakkan diri kita untuk melakukan sesuatu dengan semakin baik. Aamiin
Bismillahirrahmaanirrahiim, kesadaran kepada Allah wajib tumbuh terus-menerus. Mengapa ? Bisa jadi kita semakin bosan dengan apa yang kita lakukan seperti ibadah shalat, puasa dan lainnya. Kondisi ini membuat kita kita memaknai ibadah itu sendiri. Terus apa yang terjadi ? Yang terjadi adalah emosional atau nafsu kita mengajak kita untuk mengembara yang membuat perasaan senang, maka muncul pengen ini dan itu. Dan saat bersamaan ibadah kita tadi sudah semakin menjadi kebiasaan yang tersimpan dalam alam bawah sadar. Semua bacaan shalat sudah hafal dan tanpa berpikir lagi. Mengingat Allah untuk berlatih untuk selalu memperbarui niat dan belajar menyempurnakan ibadah adalah yang terbaik yang mesti kita lakukan. Insya Allah hati ini semakin terbuka untuk menerima cahayaMu yang semakin hari semakin beriman. Aamiin

Puasa yang mencerdaskan

Motivasi menjadi kata kunci untuk sukses, tanpa motivasi pada diri kita sendiri menghambat laju aktivitas kita. Agama menjadi salah satu sumber motivasi, yaitu motivasi spiritual atau motivasi Islam.
Puasa masih sering ditafsirkan sebagai tidak makan dan tidak minum dan jangan emosi (marah) (mamimo) mulai Subuh hingga Maghrib. Bahkan kita pun mengajari anak-anak untuk menahan lapar, menahan haus dan tidak boleh menjadi ceramah turun-temurun.
Apa yang terjadi ? Semua pikiran dan emosi kita berpikir tentang 3 hal diatas (mamimo), makan, minum dan emosi sepanjang hari. Berusaha untuk menahan dengan cara mengalihkan kepada aktivitas lain. Misalkan kerja, tapi saat istirahat inget 3 hal tadi bahkan saat kerja pun kita masih kepikiran dengan 3 hal (mamimo) karena sudah tersimpan dalam bawah sadar kita. Merubah pola ini menjadi tidak mudah.
Ilmu fokus yang mengantarkan kita melihat, berpikir dan merasakan sesuatu yang membuat kita menjadi bersemangat. Fokus pada makan, maka kita begitu merasakan yang enak dan nikmat tentang makanan tersebut sekalipun makanan nya biasa saja. Fokus kerja mengarahkan kemampuan dan energi yang membuat kita bekerja menjadi luar biasa, ada masalah menjadi ringan dan waktu pun terasa cepat.
Mari berlatih puasa dengan menggunakan ilmu fokus di atas, bagaimana caranya ? Jika kita bisa fokus kepada 3 hal (mamimo), mengapa kita tidak bisa fokus kepada amal saleh ?? Salah satunya adalah melakukan renungan tentang apa yang ingin kita kerjakan.
1. Lakukan renungan setelah shalat dan berdoa, kondisi ini sangat baik untuk merenung menggunakan hati. Kok pake hati ? iyalah agar fokus kita semakin mudah karena tidak menggunakan pikiran dan emosi sehingga 3 hal (mamimo) hilang. caranya ? Tanyakan pada diri kita sendiri (bicara dengan hati) merupakan aktivitas bicara kepada Allah karena hati itu milik Allah yang menjadi tempat iman bersemayam. Jika kita tanya ke hati berarti kita tanya kepada Allah dan setiap ada jawaban yang muncul maka jawaban itu adalah dari Allah. Maka Jawaban inilah yang membuat kita mendapatkan kecerdasan spiritual yang bisa menembus pola pikir (logika dan emosional).
Contoh, saat membangunkan sahur pasangan atau anak kita. Yang terjadi adalah kita membangun seperti memaksa dan membuat yang dibangunin merasa terganggu. Dan banyak dari membangunkan sahur ini membuatkita emosi. Keinginan yang baik berbuah tindakan yang tidak baik (emosi). Renungkan setelah shalat subuh, kok saya bisa emosinya waktu membangunkan sahur keluarga ? Bagaimana caranya agar saya tidak marah ? Jawabannya boleh dong kita tanya mereka, mau dibangunkannya seperti apa ? atau bisa jadi mereka yang dibangunkan mintanya setelah bangun langsung makan sahur atau ada pertanyaan yang bisa bikin kita mikir (dengan hati), boleh dong saya berdoa agar mereka yang dibangunkan kepada Allah. Setelah muncul jawaban maka ikuti dengan tindakan (amal saleh) ikhlas kepada Allah.
2. mempersiapkan niat dan semangat untuk beramal saleh dengan dorongan dari hati. mau kerja tapi capek ? Karena puasa. Oke. Tanya pada diri kita, bukankah kita bekerja untuk Allah ? Dan Allah membalas kerja yang luar biasa di bulan puasa. Bagaimana caranya ? Mulai dengan Basmallah dan ikuti pekerjaan dengan semangat beramal saleh dan akhiri dengan hamdallah. saat mulai melemah, tanya kembali, kok saya menyia-nyiakan waktu puasa dengan yang tidak bermanfaat ? atau tanya diri kita dengan tenang ... jadi malas karena puasa ? nggak dong, karena logika dan emosional kita yang mempengaruhinya ... malas itu karena merasa lapar dan kondisi fisik berubah dari bulan sebelumnya maka jadi malas. Apakah begitu jawaban kita kepada Allah,"karena puasa saya jadi malas". Padahal Allah memerintahkan puasa seperti kaum sebelum kita untuk menjadi bertaqwa. Apakah kita tidak mau bertaqwa ? Mau dong. Dan saat inilah waktu yang tepat untuk kerja yang dibalas dengan berlipat-lipat dan ampunan Allah.
Dengan dua langkah di atas, semakin membuat kita fokus kepada amal saleh dan seolah tidak ingat lagi 3 mamimo. Memeliharanya menjadi sangat penting dengan terus fokus dan kita dapat merasakan nikmat yang luar biasa. Mau ? Buktikan. Insya Allah puasa seperti ini mampu mencerdaskan diri kita dan Allah bersama kita dalam setiap langkah.
Mari berlatih BUKAN lagi memikirkan MAMIMO tapi FOKUS HATI dengan bertanya dan mewujudkan jawabannya (FOTI).
Ya Allah berikan kami rahmatMU dengan memberikan cahaya pada hati kami agar berani menerima petunjukMu dan sempurnakan dalam amal saleh kami. Aamiin.

Monyet dan perampok

Renungan hari ini sedikit lebih dalam dan Insya Allah tidak tersinggung. Minimal kita memahami apa yang terjadi pada diri kita sampai saat ini. Mari kita bangun motivasi diri dengan motivasi spiritual yang islami agar mampu membangkitkan semangat untuk semakin baik.
Apa hubungan monyet dan perampok dengan motivasi hari ini ? Monyet dan perampok itu bisa kita jadikan renungan tentang makna hidup kita, karena keduanya adalah makhluk hidup seperti kita. Apa perbedaannya ? Mari kita renungkan satu persatu
Perhatikan gambar berikut ini ... Apa yang bisa katakan

Monyet bisa merokok, monyet menikah dan punya keluarga, monyet bisa naik motor, monyet juga makan untuk hidup, monyet bisa berantem (emosi juga), dan monyet juga bisa sujud. Kok bisa ? Karena semua itu bisa dilatih (diajarkan). Sama halnya dengan kita sebagai manusia, bukankah mestinya kita malu jika tidak bisa dilatih menjadi semakin baik ?
Jika hidup kita sebagai manusia sama dengan aktivitas monyet di atas, lalu apa bedanya ? Kita jawab berbedalah, monyet binatang dan kita manusia. Terus ? kita adalah manusia yang kedudukannya lebih tinggi ? Apa ya ? Bukankah jika kita tidak mengikuti petunjuk Allah yang hanya mengandalkan nafsu bisa lebih rendah dari binatang ? 
Jika kerja kita hanya cari uang untuk makan lalu menghabiskan waktu istirahat, apa bedanya dengan monyet ? Perbedaan yang mendasar adalah kita punya hati sehingga bisa memahami lalu beriman kepada Allah. Maka sujud kita berbeda dengan monyet, makan kita berbeda dengan monyet dan seterusnya. Monyet mencari makan, manusia beriman menyakini beriman kepada Allah yang Maha Pemberi Rezeki dan kita pun dicukupkan Allah dengan rezekiNya (sehat, upah, dan kebaikan lainnya).
Terus jika udah dapat renungan di atas, semakin mempertegas lagi. Mari kita renungkan apa bedanya kita sebagai manusia beriman (benar-benar beriman) yang profesinya  pedagang, pekerja, ibadah dengan perampok. Perampok mencari makan dan aktualisasi diri dengan merampok, dimana pekerjaannya tidak terlihat sama orang lain. Yang terlihat adalah kekayaannya, kebaikan dan apa saja yang ditampilkannya. Bahkan dengan sempurna dia menunjukkan "orang baik".
Bagaimana dengan kita yang berprofesi sebagai pedagang, pekerja dan ibadah ... kok kita lebih suka menampilkan aktivitas kita, seolah-olah kita sebagai orang baik karena pekerjaan kita. Ria nggak ? Hanya kita yang tahu. Intinya kita mencari uang dengan pekerjaan itu 
Lalu apa bedanya ? Jawabannya adalah hatinya yang beda, perampok tidak menggunakan hatinya untuk beriman kepada Allah. Bagaimana dengan kita ? Ungkapan yang menyentuh yang mesti kita renungkan "orang jahat (perampok) dapaet rezeki, masak orang baik ngga dapat rezeki yang lebih baik"
Apa maknanya .... bisa jadi sampai hari ini kita memang melakukan pekerjaan yang baik tapi belum menggunakan hati. Tentunya kita masih berbeda dengan perampok, tapi jika kita renungkan lebih dalam kita beriman kepada Allah tapi kita masih menyimpan keraguan di pikiran,"kok rezeki ku hari ini seret atau kok hidup kita semakin berat" dan banyak lagi ungkapan yang muncul seolah tidak percaya bahwa itu MUTLAK BALASANNYA untuk mereka yang beriman dan beramal saleh.
Jika memang kita bekerja untuk cari uang, bukankah sama halnya dengan perampok ? Jika kita bilang tidak sama, maka sentuh hati kita untuk memahami bahwa Allah selalu ada dan siap memberikan petunjuk dan keyakinan pada hati yang kita buka.
Insya Allah kita diberi petunjuk di hati ini agar semakin percaya BUKAN hal yang harus dibuktikan terlebih dahulu, tapi dengan iman ini kita bekerja sebagai amal saleh yang Allah ridhai. Sempurnakan iman dan amal saleh kami. Aamiin

Referensi hidup masih dunia

Jika ditanya kepada banyak orang tentang apa yang menjadi cita-citanya, maka jawabannya adalah ingin sukses. Kesuksesan yang dimaksud adalah memiliki banyak materi seperti punya mobil, rumah, jabatan dan sebagainya. Dan bagi sebagian muslim jika ditanyakan lebih detail, bagaimana cara mereka meraih kesuksesan itu ? Tentunya dengan usaha (bekerja) dengan ibadah yang disempurnakan dengan doa. Adakah yang salah ? Tidak ada dan sesuatu yang luar biasa, tapi selanjutnya saya ingin berbagi tentang renungannya. Hal ini masih menunjukkan kepada kita bahwa tujuan dan referensi hidup kita masih tentang dunia alias materi
Secara umum kita memiliki formula seperti berikut :
Tindakan A untuk mendapatkan hasil A.
Contoh untuk lulus dengan dengan terbaik, maka kita mesti belajar tentang apa yang diuji. Ada yang berhasil dengan nilai baik karena memang belajar dengan benar, dan ada beberapa kejadian juga yang aneh yaitu yang tidak belajar bisa lulus juga atau ada yang udah belajar tidak lulus. Dengan fakta ini ada beberapa orang berpendapat sebenarnya ada faktor lain yang menjadi penentu kelulusan di atas selain belajar. Tapi sebenarnya ada yang sama yaitu mereka yang lulus itu memahami materi ujian.  Adapun mereka yang tidak belajar bisa jadi sudah memahami materi, sedangkan yang belajar bisa jadi terlihat belajar tapi tidak bisa memahaminya.
Cerita di atas bisa kita jadikan analogi dalam menjelaskan paragraf pertama. Keinginan untuk sukses itu bisa jadi harus tahu terlebih dahulu "kesuksesan seperti apa yang ingin diraih". Agar lebih jelasnya sebagai berikut :
Sukses menjadi manager atau orang kaya atau pengusaha memerlukan kerja keras. Maka tidak serta merta yang kerja keras itu sukses. Berarti kita yang ingin sukses harus tahu dengan detail kesuksesan seperti apa yang kita inginkan dan bekerja keras sesuai kesuksesan itu. Sampai sini nggak masalah
Berikutnya kita renungkan ...
Kesuksesan (dunia) karena jabatan, materi dan sebagainya tentulah harus menggunakan cara keduniaan. Bisa jadi mereka yang mengerjakan dengan dominan kerja keduniaan dapat meraihnya. Maka fakta dan apa yang kita lihat, tidak saja orang muslim yang sukses tapi ada juga orang non muslim yang sukses. Begitulah Allah membalas setiap kerja keras (amal baik) dari mereka yang ingin meraih kesuksesan dunia.
Tapi dapat kita renungkan lebih dalam .... banyak dari orang Islam menjadikan tujuan dunianya dengan bantuan Allah. Salahkah ? Sah-sah saja, tapi apakah pantas kita menjadi Allah sebagai "pembantu" kita dalam meraih kesuksesan dunia ?? Dan bisa jadi ada yang berpendapat bahwa bukankah Allah sendiri yang mau menolong hambaNya jika meminta bantuan. Nggak salah juga, bahkan Allah memberi pertolongan dengan sabar dan shalat. Tapi kita lupa bahwa bantuan itu diberikan Allah kepada mereka yang MEMILIKI TUJUANnya adalah Allah itu sendiri (kehidupan akhirat).
Disinilah kita mulai merasa ada yang tidak pantas. Tujuan dunia dengan cara akhirat.  Bukankah cara akhirat itu memberikan hasil kepada akhirat juga. Maka yang mesti kita renungkan agar menjadi kebaikan buat kita adalah .... kita sih ingin sukses, dan ingin juga meraih kehidupan akhirat yang baik pula, seperti halnya dalam doa sapujagat kita, ya Allah berilah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat.
Bagaimana jika merubah keinginan kita tadi dengan merubah saja, yaitu kesuksesan di akhirat berupa kesuksesan yang banyak amal salehnya. Amal saleh yang seperti apa ? Amal saleh yang sesuai dengan ilmu dan kemampuan kita. Jika kita adalah manajer, maka banyaklah beramal saleh untuk menuntun dan memelihara team dengan cara Allah agar bisa melayani konsumen dengan baik. Jika kita adalah pedagang, maka banyaklah beramal saleh dengan ilmu dagang lewat kejujuran, senyum dan silaturahmi. Insya Allah dagangan kita juga bisa sukses. Dan kesuksesan yang melekat dari apa yang kita kerjakan merupakan balasan dari Allah dan kita diberi waktu untuk menikmatinya.
Sukses akhirat dilakukan dengan cara Allah dan pasti pula kita memohon pertolongan denganNya. Insya Allah kita diberikan kesuksesan dunia yang menjadi amanah Allah kepada kita.
Insya Allah renungan ini menjadi motivasi yang kuat buat diri kita menjadi semakin baik. Motivasi diri yang tidak sekedar hanya sesaat tapi motivasi yang langgeng dan menguat, itulah dia motivasi yang dibangun dalam spiritual kita. Motivasi spiritual yang didasarkan kepada agama yang benar yaitu agama Islam. Maka jadilah motivasi Islam yang selalu membangkitkan kita untuk semakin baik dan benar.
Alhamdulillahi rabbil alamin atas petunjukMu ini dan berikan kepada kami untuk selalu menyempurnakan amal saleh kami dan hanya kepadaMu lah kami menuju. Aamiin

Jika Allah itu Maha Adil, maka mengapa kita tidak percaya ?

Sifat dan perilaku kita seringkali tidak sejalan dengan apa yang kita percayai, misalkan kita ingin sehat. Benarkah kita ingin sehat ? Faktanya kita tidak selalu menjaga makan dan minum kita dengan makanan dan minuman yang sehat. Lalu kita ingin membantah atau membenarkannya,"iya makan yang enak (kurang sehat) sekali saja nggak apa-apa". Perhatikanlah ternyata tidak hanya sekali dan tidak pernah dibantah lagi, lihatlah kesehatan kita apakah semakin sehat ? apakah kita sering sakit ? apakah kita mudah capek ? apakah kita tidak mampu beraktivitas dengan benar ?
Ternyata semua pikiran dan apa yang kita percayai itu mesti didorong dengan tindakan nyata, lalu hanya karena emosional lah kita tidak menjalaninya.
Jika ditanya, apakah Allah itu Maha Adil ? Pasti jawabannya,"iyalah dan saya mempercayainya". Lalu apakah cukup sampai di situ ? Seperti halnya tentang sehat, Mengimani dan mempercayai Allah Maha Adil itu WAJIB. Apa buktinya dan tindakan kita yang sesuai dengan hati dan pikiran kita.
Pertama yang paling mudah, apakah kita merasa mendapatkan keadilan itu dari Allah ? "Apa ya". Pasti sulit kita menemukan keadilan itu. Bisa jadi Allah telah Adil memberi kita kehidupan ini. Apalagi ya. Kita merasa Allah itu adil karena kita tidak pernah mengalami suatu masalah. Tapi berbeda saat kita mengalami masalah, misalkan kita dizalimin orang lain. Maka kita dengan reaksi cepat meminta orang yang menzalimin kita dibalas oleh Allah lewat doa kita yang cenderung buruk. Disinilah Allah dimata kita tidak Adil. Atau kehidupan kita yang tidak menjadi semakin baik ... maka muncul doa untuk kebaikan kita. Semua itu tanpa kita sadari ternyata kita tidak percaya bahwa Allah itu Maha Adil.
Mari kita renungkan, di saat hati tenang. Kezaliman itu menunjukkan Allah itu Adil. Dimana adilnya ? Allah ingin memberi keadilan itu pada diri kita sendiri dengan mengajak kita untuk selalu berbuat baik dan berdoa yang baik BUAT DIRI KITA SENDIRI dan orang LAIN. Karena selama ini kita jarang melakukannya. Allah adil, Adil terhadap hak diri kita untuk menjadi seimbang dalam hidup ini. Hanya karena emosi saja kita mengatakan "Allah itu tidak adil". 
Kedua yang bisa saja terjadi pada diri kita sendiri adalah sifat iri. Apa hubungannya iri dengan tidak adil ? Sifat iri itu diantaranya membandingkan diri kita dengan orang lain yang lebih baik. Misalkan bisa saja muncul pertanyaan seperti ini,"kok dia yang tidak shalat dan kerja hanya begitu aja bisa sukses". Padahal saya sudah berbuat baik dan segala hal masih begini aja. Ungkapan ini memang tidak secara tersurat mengatakan Allah itu tidak Adil, tapi secara tersirat ya. Mengapa hal ini terjadi ? Sekali lagi karena emosi kita terpancing atau tergoda dengan keadaan yang tidak semakin baik. Bukankah jika kita mau semakin baik, hanya kita lah yang bisa merubahnya dengan melakukan yang baik dan diizinkan Allah. Kita balik pernyataan di atas dengan mengatakan "Jika saya percaya Allah itu adil maka saya tetap terus melakukan hal baik dan keadilan itu milik Allah. Saya hanya percaya akhirnya Allah itu pasti membalas dengan adil apa yang telah saya lakukan".
Mari kita renungkan dengan menyingkirkan emosi kita dan menyakini Allah itu adil dengan terus beramal saleh yang Allah rahmati. Inilah motivasi terbesar kita agar diri menjadi semakin baik

Allah selalu ingin menyempurnakan amal kita

Ingin beramal yang baik (saleh) terasa berat, sekalipun sudah ada niat. pengen sedekah saja, masih banyak pertimbangan (pikiran), padahal sedekah ya nggak pake pikiran tapi pake hati berupa keyakinan. Berat dalam beramal saleh itu menunjukkan kita belum baik imannya, alias belum yakin kepada Allah.
Semua kejadian dalam beramal saleh itu selalu diiringi niat baik tapi dihambat oleh pertimbangan pikiran. Bahkan saat kita beramal saleh itu pun masih muncul lingkungan yang tidak bersahabat sehingga membuat kita urung beramal saleh. Saat kita memberi sedekah, ternyata orang yang mau dikasih nggak ada alias tidak sesuai kriteria kita atau kesibukan yang membuat kita tidak beramal saleh. Banyak sekali penghambat jika kita ingin beramal saleh.
Jika kita telusuri keberatan (hambatan) kita dalam beramal saleh itu berasal dari kita sendiri. Niat yang sudah ada tidak dikuatkan dengan niat benar-benar kepada Allah. Niat ini memerlukan pemahaman yang benar tentang amal salehnya agar menjadi pendorongnya. Niat itu mesti membuat kita yakin dan yakin dengan apa yang ingin kita amalkan. Ucapkan Bismillahirrahmaanirrahiim
Niat yang sudah benar itu sudah menjadi koneksi (kesadaran) kita kepada Allah. Allah "tahu dan melihat" kita. Insya Allah pada saat itu kita diberi kekuatan untuk menggerakkannya dalam beramal saleh.
Bisa jadi kesempurnaan amal saleh itu masih dihambat oleh emosional dan pikiran yang digoda oleh syetan. Pikiran kita selalu membuat kita berpikir,"jika sedekah, maka uang kita berkurang. dan berkurangnya uang itu bisa bikin kita miskin". Dan secara emosional, "ngapain juga sedekah yang nggak bikin kita seneng" atau "yang dikasih aja ngga berubah tetep aja minta-minta". Niat yang sudah ada tapi melawan pikiran dan emosional kita sendiri.
Lalu ilmu dan pengetahuan (pemahaman) kita tentang sedekah yang kuatlah yang membuat kita ingin melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. "saya pernah baca kok, orang banyak sedekah malah jadi berkah hidupnya". kesungguhan dalam beramal saleh pun wajib mengikuti petunjuk yang telah Allah sampaikan dalam Al Qur'an dan hadist. Dengan kesungguhan ini Allah pun menyempurnakan amal saleh kita dengan menyingkirkan segala hambatan tersebut. 
Sebaliknya ketidaksempurnaan kita dalam beramal saleh disebabkan dari dalam diri kita sendiri. Maka sepantasnyalah kita berlatih dan menambah pemahaman tentang Allah dan amal saleh itu sendiri. 
mau dekat atau bersama Allah, mari beramal saleh. Insya Allah kita diberi kemampuan untuk memahami Allah dan petunjukNya. Aamiin

Berdoa minta rezeki ..

Seringkali kita meminta pertolongan dengan seseorang, "mas bantu saya, saya tidak punya uang untuk makan". Atau "mas pinjam uang karena saya ada keperluan". Meminta pertolongan seperti itu tidqk salah, tapi banyak orang yang diminta pertolongan merasa nggak nyaman. Tapi ada beberapa orang yang tidak minta uang tapi meminta atau "mengemis" agar barang yang dimilikinya dibeli. Masih lebih baik caranya. Ada yang membeli dan barang yang dibeli tidak digunakan, atau ada yang membeli tapi barang yang dibeli diberikan kepada orang lain atau tidak membeli karena merasa tidak membutuhkan barangnya dan hanya memberi uang sekedar rasa kasihan.
Ada cara lain untuk mendapatkan uang yaitu dengan bekerja yang dihargai orang. Maka dengan cara ini, ada orang yang meminta pertolongan dengan cara meminta pekerjaan. Semua cara di atas jika dilaksanakan dengan ikhlas bagi orang yang membantu tidak jadi persoalan bahkan menjdi ladang amal. Yang menjadi bahasan adalah yang meminta, apakah dengan meminta dengan cara di atas bisa membuat kita semakin baik ? Semua tergantung kondisi dan kesadaran kita kepada Allah. Cara yang terakhir lebih mendidik kita semakin baik.
Sekarang kita bayangkan jika kita juga melakukan yang sama kepada Allah dengan meminta rezeki karena merasa kurang atau bahkan kita pun tetap meminta rezeki sekalipun ada uang. Pertanyaannya, apakah Allah memberi atau membalas doa kita dengan memberi rezeki (uang) ? Pastinya tidak langsung. Yang adalah memberi kesempatan amal atau kerja yang berujung kepada kita mendapatkan uang. Jika begitu boleh dong biar tepat kita pun memohon pertolongan agar diberi pekerjaan atau amal yang berbuah kepada rezeki yang kita minta. Sudahkah kita berdoa seperti ini, ya Allah yang Maha razzaq, bimbing kami untuk selalu taat kepadaMU dan izinkan kami untuk selalu mampu bekerja dalam meraih rezekiMU. Aamiin
Insya Allah uraian ini bisa kita renungkan agar semakin hari semakin baik keislaman kita.  

Ada dan tidak ada

Judul di atas saya ambil menjadi bagian penting dalam semangat hidup kita. Mengapa ? Terkadang semangat itu ada karena sesuatu yang ada secara fisik yang bisa mendorong kita atau semangat itu menjadi luar biasa karena sesuatu yang tidak nyata (tidak ada).
Memang definisi ada itu sering ditafsirkan secara fisik terlihat atau tidak terlihat secara fisik tapi dapat dirasakan kehadirannya (ada). Begitulah yang terjadi, tapi nggak perlu pusing juga sih yang penting kita dapat memahami secara makna.
Semangat itu bisa mendorong kita termotivasi untuk melakukan apapun karena ada sesuatu yang mendorongnya. Misalkan karena keluarga berarti ada secara fisik yang membuat kita terdorong. Tapi benarkah demikian ? Perhatikan saat kita bekerja luar biasa di kantor, apakah dorongan itu masih ada (keluarga yang terlihat secara fisik) ? jawaban tidak ada, tapi keluarga itu ada karena kita merasakan kehadirannya dihati.
disisi lain ada sesuatu yang mendorong kita bersemangat seperti mimpi yang tidak ada atau tidak nyata yang hanya ada di imajinasi kita saja. Tapi mimpi itu benar-benar mendorong kita bekerja luar biasa.
Kedua hal di atas menjadi penting bagi kita untuk selalu bersemangat untuk bekerja luar biasa. Ada atau tidak ada tidak jadi penting tapi kita bisa merasakannya karena kita fokus. Jika hal ini bisa kita rasakan semangat luar biasa dalam bekerja, maka mesti kita pun bertanya mengapa kita belum beramal saleh yang luar biasa kepada Allah ?
Bekerja luar biasa secara makna sama dengan amal saleh, yaitu melakukan aktivitas karena ada dorongan. Mengapa sih kita shalat (amal saleh) ? Karena kita takut masuk neraka, neraka bisa kita jadikan dorongan yang sebenarnya masih belum nyata hanya berupa gambaran yang menakutkan kita. Tapi neraka itu tidak ada saat kita tidak fokus karena fokusnya kepada hal lain yang menyebabkan kita "kurang" shalatnya. Sama juga saat shalat itu karena syurga. Shalat kita menjadi luar biasa karena kita merasakan betul dorongan itu sangat hadir di hati ini, yang berarti kita lagi fokus atau kita sedang sadar kepada Allah. Neraka atau Syurga itu diciptakan Allah untuk membalas amalan manusia yang tidak mengikuti petunjukNya. Saya yakin semua orang tidak mau masuk neraka atau sangat ingin masuk syurga, tapi yang jadi persoalannya adalah kehadiran neraka atau syurga itu tidak kuat di hati ini. Jadilah kita "kurang" shalatnya atau bahkan kita melakukan dosa ...
Jika syurga atau neraka itu diibaratkan sesuatu yang kita imajinasikan dalam pikiran seperti halnya mimpi, maka setiap orang mempunyai bermacam-macam imajinasinya. Imajinasi itu tidak mutlak kebenarannya, tapi kita mesti membangun imajinasi itu dengan hati yaitu kehadiran Allah di hati yang mampu membuat menjadi sangat kuat untuk mendorong kita shalat luar biasa. Kehadiran Allah di hati bisa memberi imajinasi yang benar tentang syurga dan neraka. Boleh dong kita sekarang untuk bersemangat luar biasa dalam beramal saleh itu didasarkan pada kehadiran (fokus) Allah di hati ini.
Allah ada dan secara kasat mata kita tidak mampu melihatNya (tidak ada), tapi kita bisa merasakan atau mampu melihat kehadiran Allah itu dengan ciptaanNya (kekuasaan dan kebesaranNya). Maka fokus atau menggunakan hati menjadi sangat penting dalam membangun semangat kepada Allah yang membuat kita pun menjadi beramal saleh yang luar biasa. Mari kita bangun fokus kepada Allah dengan selalu melihat sesuatu itu secara fisik (ada) DAN melihat pula secara non fisik. Contoh saat melihat anak kita, yang terlihat adalah fisik anak bisa membangkitkan semangat tapi tidak jarang juga bikin bete. Tapi jika kita dalami lagi maka anak itu adalah titipan Allah, dimana titipan itu bisa baik bisa juga buruk. maka yang dititipkan siapa wajib menjaga tetap baik titipan itu (sekalipun bikin bete) atau mampu membuat titipan itu semakin baik. Inilah yang disebut tidak ada (tidak nyata) dibalik fisik dari anak. Kemampuan ini mesti dibangun dari ilmu Al Qur'an dan hati dengan emosional positif. Dengan demikian kita sebagai orang tua sangat bersemangat mendidik anak BUKAN lagi untuk berbangga dengan prestasi anak tersebut karena didikan kita, tapi sangat ingin mendidik anak itu sebagai uji kemampuan amal saleh yang dinilai oleh sang Pencipta. Mendidik anak sebagai amal saleh yang luar biasa dan sangat ikhlas untuk Allah.
Insya Allah kita diberi kemampuan untuk selalu melihat hal yang ada dan "tidak ada" agar hati ini mampu menghadirkan Allah dan Allah pun selalu ingin masuk ke dalam hati kita. Bimbing dan ajari kami selalu menuju kesadaran kepadaMu ya Allah. Aamiin

Kita lupa ada waktu yang membatasinya

Dunia ini seakan menjadi milik kita saat kita merasa senang karena apa yang kita inginkan terjadi. jadi kita bekerja luar biasa demi apa yang kita inginkan. Maka banyak orang bermimpi dan berusaha. Ada yang berhasil dan ada pula yang belum berhasil, Semua orang berusaha sesuai kadarnya
Yang berhasil menganggap dirinya lah yang menentukan keberhasilannya atas usaha yang dia anggap luar biasa. Dan yang belum berhasil selalu membandingkan bahwa dirinyapun sudah bekerja luar biasa tapi karena Allah yang belum memberikannya saja dia belum berhasil.
Usaha yang luar biasa itu menjadi motivasi bagi siapa saja untuk meraihnya. Hanya karena sebuah keinginan, harapan atau mimpi membuat kita merasa bahwa waktu itu masih panjang. Tapi seringkali kita melupakan faktor waktu. Perhatikan orang di sekitar kita yang meninggal di usia yang kita anggap "masih muda" yang menghentikan usahanya dalam meraih mimpi.
Itulah kita bekerja karena mimpi. Tapi bandingkan jika kita bekerja luar biasa karena batas waktu. Dan batas waktu itu tidak pernah kita tahu, seakan dan memang mengatakan bahwa hari esok itu milik sang Pencipta (maka kita wajib untuk berkata "Insya Allah"). Apa perbedaan kerja yang kita lakukan karena mimpi dengan bekerja demi waktu (usia) ?
Bekerja demi mimpi pastilah cenderung urusan dunia, sebaliknya bekerja pasti luar biasa demi waktu (usia)yang merupakan urusan ibadah. Bekerja demi mimpi melupakan waktu dan tidak saat kita bekerja demi waktu yang menyebabkan kita bekerja luar biasa secara maksimal dengan memberdayakan potensi yang kita miliki. Bekerjanya tidak menghalalkan segala cara tapi bekerja dengan batasan amal saleh.
Tidak salah juga jika kita punya mimpi. Mimpi yang memiliki nilai kebaikan di mata Allah. Maka kita pun bisa bekerja luar biasa demi mimpi itu dan yang pasti kita pun ingat bahwa semua apa yang kita lakukan tetap dibatasi waktu. Bekerja sebagai amal saleh menjadi diri kita selalu bersyukur dengan apa yang kita raih.
Insya Allah kita selalu diberi mimpi yang baik yang dirahmati Allah sehingga membuat kita semakin mencintai Allah dengan banyak berbuat amal saleh yang luar biasa. Aaminn

IYA Sukses

Kesuksesan bisa dibangun dengan menemukan cara-cara yang sudah pernah dilakukan orang lain. Maka kita pun belajar meniru atau menerapkan kesuksesan orang lain pada diri kita. Kita pun bertaruh untuk itu dengan biaya yang tidak sedikit lewat training dan seminar.
Ada banyak cara berupa tip sukses, cara singkat untuk sukses, cara mudah untuk sukses dan banyak lagi. Ingatlah bahwa kesuksesan itu tidak bisa diraih dengan cara singkat, sukses dapat diraih dengan proses yang benar DAN YANG DILUPAKAN banyak orang adalah kesuskesan itu tidak sama setiap orang. Dan YANG PASTI pula kesuksesan itu PEMBERIAN/IZIN ALLAH terhadap apa yang sudah kita lakukan.
Mari kita bangun dasar kesuksesan itu yang ada pada diri kita sendiri dengan cara mensyukurinya. Menyadari kita punya potensi dan memberdayakannya. Mulailah dengan iman kepada Allah, bahwa kesuksesan itu milik Allah dan saya wajib dekat denganNYA. Bekali ilmu yang cukup untuk melaksanakan keimanan yang sudah kita pahami dalam sukses sembari pula membaca dan memahami Suksesnya Nabi lalu terakhir amalkan .... 


Insya Allah bermanfaat dan kita diberi kemampuan untuk menjadi semakin sukses dari hari ke hari

IYA iman yakin dan amalkan


Untuk menjadi manusia yang beriman tidak bisa sekedar beriman saja, tapi mari kita temukan untuk menjadi benar-benar beriman.
IYA merupakan pesan bagi saya sendiri dan Anda semua untuk menjadikan amal itu mudah dan bisa dilaksanakan. I adalah iman yang didasari ilmu, ilmu yang kita peroleh mampu menjadi sebuah keYakinan bagi kita karena telah melihat petunjuk/referensi. Modal Yakin bisa mendorong kita untuk mengAmalkannya
Insya Allah video ini memberi kebaikan dan hikmah bagi kita semua. 

Terima kasih sudah menonton video.

percaya kok nggak nggak percaya

Jika ditanya apakah kita beriman ? Maka jawabannya pasti "saya beriman" dan ada beberapa orang menjawabnya dengan nada tinggi. Bisa jadi pertanyaan ini membuat kita negatif. Padahal pertanyaan adalah pertanyaan yang perlu dijawab. Gunakan logika kita dan hati agar pertanyaan itu bisa menjadi ukuran dari apa yang ditanyakan.
iman itu diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah percaya. Beriman kepada Allah berarti kita percaya kepada Allah. Ada yang salah ? tidak ada. Tapi jika kita teruskan dengan pertanyaan, "apakah kita beriman ?" Kita pun menjawab "saya beriman". Sampai disini pun sepertinya tidak ada yang salah.
lalu bidang apa saja yang kita beriman kepada Allah ? .. Mari kita perhatikan dan renungkan 
a. apakah kita shalat karena kita percaya kepada Allah ? adakah dalam shalat kita karena meminta Allah mengabulkan doa (keinginan) kita ? adakah shalat kita benar-benar menjadikan kita "bertemu" Allah ? adakah shalat kita hanya menggugurkan kewajiban saja sehingga shalat kita kurang khusyuk ? Jawaban pertanyaan ini bisa mengukur iman kita. Bisa jadi kita percaya tapi kita nggak percaya dengan apa yang Allah perintahkan untuk shalat.
b. apakah kerja kita hari ini merupakan pemberian (rahmat) Allah ? adakah di hati ini bahwa kerja kita saat ini adalah hasil usaha kita ? Mengapa juga jika kita percaya bahwa kerja kita hari ini adalah pemberian Allah, masih ada nggak terima atas hasil yang kita peroleh ??
c. apakah kita percaya bahwa jika kita beramal saleh pasti dibalas Allah dengan kebaikan ? masihkah ada keraguan dari kita dengan apa yang sudah kita lakukan tidak dibalas Allah sampai saat ini ? 
dan bahkan kita percaya kepada Allah tapi kita tidak mengikuti petunjuk Allah. Yang kita lakukan adalah mencari sendiri dengan cara sendiri atau cara dunia.
Untuk mendapatkan kebaikan tentu diukur dari amal saleh kita, dan amal saleh itu sangat bergantung pada iman kita. Yang utama dan pertama yang selalu kita sempurnakan adalah iman kita. Jangan sampai kita berkata "saya beriman (percaya) tapi nggak percaya dengan apa yang ktia kerjakan".
Soal iman itu soal hati, kita tak banyak berkuasa atas hati itu. Yang bisa kita lakukan hanya memelihara hati itu tetap baik dengan menjalani petunjuk yang Allah ridhai. Selebih itu kita berani berdoa agar hati ini disempurnakan dalam menyakini Allah. 

Belanja uang

Belanja adalah aktivitas yang disenangi banyak orang, tapi hanya untuk mereka yang punya uang. Yang sedikit uang atau malah nggak punya maka melihat orang belanja aja bikin susah. Muncul iri dan berkata, "dunia ini seperti roda yang berputar, sekarang sih mereka bisa belanja enak tapi besok bisa sebaliknya". Begitulah ucapan menyenangkan hati dan pembelaan diri.
Soal belanja atau tidak sebenarnya tidak bergantung uang, tapi bergantung pada kebutuhannya. pUnya uang bisa juga tidak belanja atau sebaliknya punya uang sedikit juga bisa belanja yang seharusnya dibutuhkan. Belanja secukupnya dan belanja sesuai uang.
Orang yang belanja punya perasaan senang dan ada juga rasa takut. Senang karena memiliki sesuatu dan rasa takut ya berupa uangnya bisa habis dan takut tidak bisa belanja lagi. Begitulah belanja cenderung menyenangkan sekaligus membahagiakan, "kata kita". Padahal hanya perasaan senang saja, karena hati belum tenang (tidak bahagia) karena ada ketakutan akan kehabisan uang dan tidak bisa belanja lagi.
Bagaimana belanja yang bahagia ? Belanja yang membahagiakan adalah belanja untuk berbagi kebaikan kepada semua orang. Kok belanja untuk berbagi ? Belanja itu merupakan membeli sesuatu untuk memenuhi kebutuhan, belanja amal adalah membeli atau melakukan banyak amal saleh untuk memenuhi kebutuhan hati agar bahagia. Orang yang belanja amal adalah orang yang sudah bahagia dan merasa yakin kepada Allah sehingga dia mampu berbuat amal saleh (membeli dari Allah yang dibalas dengan kebaikan) dan amal saleh itu diberikan (melalui) orang lain. Amal salehnya itu sendiri  sudah menenangkan hati dan balasan atas kebaikannya semakin menentramkan hati. Hati yang tenang membuat kita bahagia dan senang.
Mau belanja yang mana ? Bukankah belanja biasa bisa menghabiskan uang kita dan butuh uang yang banyak untuk terus belanja. Hasilnya bisa bikin senang sekaligus bisa bikin kita takut. Sedangkan belanja amal tidak perlu modal banyak, tapi hanya butuh iman dan beramal saleh saja. Kita jadi bahagia dan orang lain pun ikut bahagia.  Bisa juga belanja amal itu menghasilkan uang. Mau ? Insya Allah kita diberi petunjuk dan kemampuan untuk belanja amal. Aamiin

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...