Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri
Showing posts with label Katanya mau. Show all posts
Showing posts with label Katanya mau. Show all posts

KATANYA MAU DUIT

Seorang staf saya selalu mengeluh,"pak, kok gaji saya nggak naik-naik". Mendengar keluhan itu saya hanya mendengar panjangnya keluhan itu. Katanya,"kebutuhan saya tidak tercukupi dan kurang. Nggak cukup pak". Saya belajar dari staf saya ini untuk menjadi semakin baik, ada beberapa kata yang saya jadikan kata kuncinya.

1. Gaji nggak naik-naik

2. Kebutuhan tidak cukup

Saya mulai berbicara kepada staf saya," gaji kamu tidak naik. kalau mau naik salah satunya kerjaan meningkat atau capai target atau tambah kerjaan. bagaimana ?" dan staf saya bilang,"nggak begitu pak. sekarang aja udah banyak dan stress". Lalu menuliskan berikut ini

Gaji naik = kerjaan tambah = capai target (atau melebihi), pertanyaannya adalah apakah kamu melakukan semua itu ? Bukankah pekerjaan kamu setiap bulan sama, apa mungkin naik gaji ? Lalu staf saya bilang,"iya sih".

"mau tambah pendapatannya ?" tanya saya dan langsung saja staf saya jawab,"mau dong". Saya langsung bertanya, "apakah kamu beriman kepada Allah ?" Dia langsung jawab,"iya". "oke kalau begitu" kata saya.

Saya menjelaskan 

     Uang atau gaji itu adalah hasil dari kerja

     Jika ingin menambah uang berarti menambah kerja baik jumlah atau kualitasnya

     Jika kerja yang sama setiap bulan berarti uang pun sama

Tapi saya lanjutkan dengan Uang bisa bertambah dengan sedekah (mengeluarkan) untuk orang lain dengan ikhlas. Tapi staf saya bilang,"bagaimana mau sedekah, uang aja kurang". Disinilah saya dan staf saya diuji, apakah saya dan staf saya beriman ? Percaya dan yakin dengan petunjuk Allah. Allah membalas hingga 700 kali. Jadi intinya didalam kesulitan itu ada jalan keluar, sedekah dengan uang yang kurang BISA menambah uang lebih banyak.

Yang terpikirkan oleh saya dan banyak orang termasuk staf saya adalah uang cukup dengan menekan atau mengurangi kebutuhan. Tapi kita tidak mudah melakukannya, alias agak "menderita". lalu kita berpikir juga bahwa uang bisa cukup (bertambah) dengan menabung. Apakah berani kita menabung. Kedua hal ini dibutuhkan keberanian mengambil keputusan dan sama-sama mengalami keadaan yang tidak nyaman. Bagaimana dengan sedekah ? Sama halnya soal keberanian (percaya dan yakin). Tetapi sedekah pasti balasannya tapi mengurangi kebutuhan dan menabung menjadi kurang pasti.

Dari hikmah tulisan di atas, Petunjuk Allah itu adalah solusi bagi kehidupan kita di dunia dan akhirat. Persoalannya adalah apakah kita percaya dan yakin ? Kita tidak pernah sedekah kalau tidak pernah memulai sekalipun pemahaman kita sangat baik. Untuk bersedekah pertama kali butuh keberanian, dan keberanian itu bisa dimulai dari yang kecil. Bersedekah dari yang ringan dan mudah ... pastikan dilakukan setiap hari.

Insya Allah tulisan motivasi ini bisa memberi kebaikan buat kita semua

Niat, semua sudah tahu.

Seorang teman yang jadi salesmen merasa kesulitan saat ini, karena untuk menjual banyak sekali hambatan. Harga menjadi mahal dan konsumen tidak memiliki daya beli tinggi, persaingan dengan kompetitor semakin berat, produk kompetitor semakin murah dan bagus, harga yang murah dari penjualan online menjadi trend saat ini. Ditambah lagi kebutuhan keluarga semakin besar seiring anak yang sudah mulai sekolah. Semua persoalan menjadi semakin terasa karena perasaan ini sangat merasakan yang tidak nyaman, merasa sendiri, sedih dan "malas" melakukan apa-apa.
Sama halnya dengan teman yang kerja di kantor, gaji ya segitu aja dan tidak bertambah secara drastis. Sedangkan kebutuhan di rumah dan lainnya semakin meningkat. pinjaman dan pinjaman hanya menjadi solusi sementara. Dan banyak lagi yang dirasakan dan dialami banyak orang. Seorang pedagang pun mengalami hal yang sama dan bisa juga terjadi pada orang yang terlihat kaya dan terkenal.
Jika kita pikirkan sepertinya semua itu karena persoalan duit dan mencari duit itu adalah solusinya. Dalam mencari duit sangat tergantung "nasib", bisa aja orang yang kerjanya ngga begitu sibuk dapat duit besar atau sebaliknya. soal mencari duit ini tidak ada rumus yang benar, bisa zigzag. Orang kaya bisa dapat uang banyak tapi uangnya pun bisa habis, di sisi lain orang yang biasa dapat uangnya sedikit tapi kok bisa pergi haji.
Ada hadist yang bilang begini,"semua amal itu bergantung niat". Oke kita pakai hadist itu sebagai dasar pemikiran kita dalam mencari duit. Jika mau dapat duit maka kita kerjapun diniatkan dapat duit, maka niat itu ngga salah. Tapi kita sering menjalankannya tapi kita tidak dapat duit. Bahkan orang yang berniat itu sudah banyak melakukan ibadah dan berdoa.
Bukan untuk mengatakan solusi benar dan yang itu salah, tapi mari kita merenungkan hadist di atas, memang dikatakan semua amal itu bergantung kepada niatnya, tapi boleh kita bertanya amal yang jelek karena niat jelek. Bener nggak ? iya sih. Perhatikan apakah orang yang jahat itu mempunyai niat jahat pula ? bener nggak ? Tapi kalau ditanya apakah bener mereka yang jahat mempunyai niat jelek ? Kalau ditangkap penjahat itu bilang mereka tidak niat, tapi ada godaan atau kesempatan. Atau boleh saja sih kita bilang penjahata itu merencanakan bukan meniatkan. Apa bedanya ? Rencana itu sebatas pikiran dan emosi kita, tapi niat itu masuk ke dalam hati. Masuk ke dalam hati, berarti niat itu berurusan dengan Allah. Dan niat itu tidak sekedar sebuah "niat" (kepada sesuatu), saya niat kerja buat keluarga bandingan saya niat kepada Allah dengan kerja saya.
Yang pasti niat itu pasti yang baik dan sekaligus niat itu pun tertuju hanya kepada Allah. Niat yang sesuai dengan petunjuk Allah. Mari kita evaluasi saat kita bilang saya kerja cari duit buat keluarga, siapakah yang memberi duit kepada kita dengan kerja ? apakah bos kita atau Allah ? Bisa jadi kita terjebak dalam menetapkan niat ini sehingga kita lalai menempatkan Allah jadi nomer satu dan satu-satunya. Baik nggakk niat itu ? baik dan karena niat cari duit kita pun mendapatkan duit, duit dari bos kita. Apakah duit itu berkah ? inilah yang bisa jadi persoalan kita. orang yang bekerja luar biasa mendapatkan duit terus kerja dan kerja sehingga mereka pun mendapatkan duitnya. Tapi dimasa tuanya duit itu menjadi "hilang" untuk membayar kelelahan kerja mereka alias sakit mereka di masa tua.
Jika begitu boleh dong kita ubah menjadi niat .... saya kerja untuk mendapatkan ridha Allah. Bukankah Allah yang mutlak yang bisa memberikan rezeki kepada kita dan juga yang memelihara kita. Jadi apa yang kita kerjakan tertuju kepada "bos" Allah, cara dan ilmu dalam kerja pastilah sesuai dengan keinginan Allah. Jika kita percaya betul pemahaman ini, Insya Allah kita dicukupkan Allah. Allah mengatur bos kita untuk membayar gaji, Allah mengatur kehidupan kita dimana kita menjalankan kehidupan sesuai petunjukNya. 
Sudah niat ? Insya Allah kita mulai hari ini, kerja kita atau belajar kita untuk mendapatkan ridha Allah. Agar diberi kemudahan dan kelancaran, maka kita mau tidak mau mesti membaca petunjukNya yaitu Al Qur'an. Dengan membaca Al Qur'an kita diberi hikmah oleh Allah tentang apa yang harus kita kerjakan. Ibadah (shalat, puasa, sedekah dan sebagainya) dan amal saleh menjadi dasar kita kerja. Misalkan dengan senyum kepada orang lain, bisa membuat kita kerja lebih baik karena senyum kita membuat orang di sekitar kita ikut memberi kontribusi kerja kepada kita. Shalat itu bisa menyakinkan orang dengan akhlak kita sehingga mereka itu percaya dan tidak takut untuk berbagi.
Demikian saja pemikiran kami tentang niat. Jadi kita mulai dari niat dan memang semua berawal dari niat. Insya Allah persoalan hidup kita yang semrawut dan tidak ada solusinya ini, dapat kita evaluasi dari niat dan menindaklanjuti niat itu dengan benar.

Tidak enak ...

Seorang sahabat "tidak enak" terhadap kita agar kita merasa nyaman, Ada kekhawatiran kita marah, emosi dan banyak hal bisa terjadi yang tidak diduga. Persahabatan menjadi point penting daripada membenarkan apa yang terjadi pada diri kita. Sebaliknya kita pun merasa "tidak enak" untuk menegur sahabat jika ada salah.
Seorang suami merasa "tidak enak"terhadap isteri dan anaknya yang ingin sesuatu, yang menurut suami bisa membuat mereka bahagia. Jika tidak dituruti, maka "kan itu juga tanggung jawab suami". Keadaan ini membuat suami berkorban untuk keluarganya. Dalam hatinya, dia ingin mengungkapkan ada yang mengganjal semua itu. Tak terungkap dan akhirnya suami pun merasakan penderitaannya.
Seorang bawahan di kantor merasa tidak enak menegur atasannya, karena dia (atasan) sudah berbuat baik kepada dirinya. "entar kalau ditegur malah saya disalahin dan dia marah besar". Padahal kita tahu apa yang dilakukan atasan bisa berdampak negatif.
Cerita lain, ada teman yang ingin pinjam uang, tapi kita sendiri tidak suka dengan kelakuan teman yang foya-foya. Mulut tidak mampu bicara untuk mengatakan tidak. Akhirnya kita pun meminjamkan uang juga, padahal kita hanya uang segitunya.
Semua keadaan tidak enak itu memang seperti menutupi "kebaikan" yang berakhir kita mengerjakan atau melakukannya dengan berat (terpaksa) atau tidak ikhlas. Begitulah perasaan yang sangat berperan untuk menciptakan keadaan tidak enak itu. Apakah dampaknya ? Menutupi kebaikan adalah godaan syetan dan kita lah yang terkena dampaknya. Maka orang lain pun mendapatkan balasan yang buruk yaitu "tidak berubahnya perilaku atau sifat mereka".
Allah mengajarkan kita untuk mengungkapkan kebaikan itu, untuk disampaikan agar kita mendapatkan balasan kebaikan dan kebaikan itu bisa memberi manfaat kebaikan bagi orang di sekitar kita. Balasnya keburukan dengan kebaikan melalui cara-cara yang santun. Maka merasa tidak enak mesti diambil hikmahnya adalah kita harus belajar banyak untuk memahami orang lain agar kita pun tahu cara yang pas untuk menegur orang lain. Dan yang pasti proses belajar itu juga harus berani mengungkapkan walaupun pahit.
Insya Allah kita diberi hidayah dan bimbingan untuk mampu menciptakan suasana yang nyaman bagi diri kita sendiri dan orang lain dengan amal saleh yang kita lakukan.

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...