Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri
Showing posts with label motivator diri. Show all posts
Showing posts with label motivator diri. Show all posts

Merasa lebih baik

Ada penyakit dari hati kita yang sering meninakbobokan kita, yaitu kita merasa lebih baik dari orang lain. Kondisi ini karena kita ingin terlihat dari orang di sekitar kita dan membuat kita menjadi PD dalam pergaualan. Sebaliknya jika kita tidak lebih baik dari orang lain membuat kita merasa tidak nyaman dan minder. Keadaan ini terus-menerus mendorong kita untuk membandingkan diri kita dengan yang lain dan tak pernah habis
Aktivitas kita untuk menilai dan membandingkan orang lain itu cenderung memaksa kita pada keadaan yang tidak nyaman dan buruk. Bisa jadi apa pun yang kita lakukan menjadi tidak ikhlas karena selalu ada pembanding BUKAN karena Allah. Renungkan saja, buat apa kita menjadi lebih baik ? Begitu banyak dan besar untuk dibandingkan.
bagaimana jika kita mengukur diri kita terhadap apa yang sudah kita lakukan atau miliki ? Jika saya belum punya motor dan pengen punya motor maka kita berusaha dengan target kita sendiri yang sudah ditetapkan. Keadaan menjadi sangat buruk jika kita bandingkan dengan motor orang lain yang beragam yang membuat kita pusing, mana yang bagus ? Jika kita belum disiplin maka kita bisa merasa lebih baik dengan meningkatkan disiplin
mau merasa lebih baik lagi ? Buatlah list nilai diri kita saat ini baik dinilai secara skore atau parameter tertentu. Lalu buatlah akvitas untuk lebih baik lagi ... dari hari ke hari
Contoh :
1. saat ini bangun pagi 05:00 maka lakukan aktivitas agar bisa bangun 04:30
2. hadir di kantor 08:30 maka lakukan aktivitas (berangkat lebih pagi dari biasanya).
3. banyak lagi
Bayangkan kita bisa melakukan aktivitas-aktivitas yang sederhana untuk bisa membuat kita merasa lebih baik ..... dan bayangkan dalam waktu 2 bulan atau 3 bulan.
Insya Allah merasa lebih baik itu tak perlu melihat orang lain tapi lihatlah diri kita sendiri dan lakukan aktivitas yang membuat kita semakin baik.

Kebahagiaan yang semu

Tak banyak orang yang betul-betul bahagia. Ada seorang ibu dan anaknya di mall hanya icip-icip makan saja tidak mau berdiri dan mengambil posisi duduk. Begitu luar biasa kebiasaan makan yang diajarkan Allah yang memberi banyak kebaikan. Saat itu bagi saya kok aneh ya. Ternyata tidak.
Dia hanya menjalankan petunjuk dengan konsisten dan Insya Allah ibu itu merasakan kebagiaan yang luar biasa. Bukan lagi kebahagiaan semu seperti ditunjukkan oleh banyak orang dan bistermasuk kita didalamnya, yaitu terus beraktivitas tanpa banyak amalan yang dilakukan sesuai Al Qur'an dan Hadist.
Petunjuk Allah tidak mengenal waktu dan tempat serta keterbatasan apapun, semua menjadi mudah bagi mereka yang mau melakukannya. Sudahkah kita melakukan satu hal kecil saja sesuai Petunjuk Allah ? Saling mengingatkan kepada kebaikan menjadi awal petunjuk untuk sadar spiritual kepada Allah.
Ya Allah beri kami petunjuk sempurnaMu dan jadikan kami mampu mengamalkannya. Aamiin

Kesadaran yang hilang

Setiap hari kita merasa sadar dengan kondisi kita. Tetapi apakah betul kita dalam kesadaran penuh kepada Allah ? Ada sebagian menjawab,"iya dong dan saya inget lagi ngapain". Saat bekerja saya inget kerja atau saya inget saat makan dan seterusnya.
Semua itu betul, tapi apakah Kita menyadari betul keadaan saat kita melakukan aktivitas ? Contoh sederhana adalah tentang bekerja ...
Saat kita bekerja pastilah kita tahu sedang kerja, tapi apakah saat bekerja itu kita merasakan semua keadaan saat itu ? Suasana ruangan kerja, proses pikiran kita berpikir dalam menyelesaikan pekerjaan dan sebagainya. Bisa jadi kita bekerja tetapi pikiran kita yang ada selalu bergantian mengerjakan, kadang serius bekerja dan kadang pula berpindah kepada jam kerja dengan segala kemacetannya, kadang bekerja dan kadang pula tertekan oleh target untuk menyelesaikan pekerjaan, dan banyak lagi. Apa yang kita rasakan setelah bekerja ? Begitu capek dengan hasil kerja yang tidak maksimal. Hal ini disebabkan oleh tidak sepenuhnya kita sadar dengan pekerjaan itu sendiri dan banyak pikiran atau bahkan tindakan yang berbeda.
Dapat kita tafsirkan dengan bekerja tanpa penuh kesadaran, yaitu emosi, pikiran dan khayalan tidak harmonis dalam melakukan pekerjaan. Kesadaran yang penuh memberikan kebaikan yang banyak bagi setiap orang yang mengerjakan ... Cenderung mendorong seseorang bekerja dengan baik dan bersemangat serta dilakukan dengan sungguh-sungguh. Saya sebut kesadaran ini adalah kesadaran kepada pekerjaan (sesuatu selain Allah) dan menjadi semakin baik dengan meningkatkan kesadaran itu kepada kesadaran kepada Allah ... Lakukan semua pekerjaan itu dengan niat hanya untuk Allah dan melakukan pekerjaan sesuai petunjukNya dan orang disekitar kita (bos atau anak buah) adalah media atau fasilitas yang diberikan Allah untuk bekerja. Dengan demikian hal itu merupakan pengabdian kepada Allah, itulah kesadaran kepada Allah (sadar spiritual).
Mau ? Sesuai janji Allah pasti benar, maka jadikan Allah sebagai motivator diri untuk selalu memelihara iman yang tidak saja dengan shalat dan ibadah lainnya tapi dapat dilakukan dalam setiap tindakan kita yang dalam hal ini bekerja.

Bercermin

Di saat kita bersilaturahmi banyak hal yang kita bisa maknai, yang utama adalah menyambung hubungan dengan saling berinteraksi untuk berbincang kebaikan. Dengan interaksi itu pastilah kedua belah pihak mempunyai kondisi yang berbeda. Ada yang lebih baik dari yang lain. Untuk itu pahami lebih dalam ... Untuk bercermin.
Apa yang mesti dilihat dengan bercermin itu ? Pastilah kebaikan dari orang lain atau cerita orang lain yang kita dengar.
1. Ada sikap untuk menonjolkan diri dan keluarga. Sah-sah saja, maka kebaikannya adalah kita mesti semakin banyak beramal shaleh agar dirahmati Allah derajatnya. Dengan kedudukan yang dirahmati Allah maka kita tidak perlu menonjolkan diri ... Dan malah membuat kita semkin rendah hati dan sederhana.
2. Keyakinan seseorang untuk lepas dari ketergantungan pada hal yang dilarang Allah, misalkan utang. Hari gini nggak utang, mana mungkin. Jika demikian salah dong petunjuk Allah itu. Beriman berarti kita pasti mengatakan petunjuk Allahlah yang benar, maka mohon diberi hati yang terbuka untuk menyempurnakan ilmu hidup tanpa utang bisa kita jalani. Yang pasti kita mesti menguatkan shalat dan ibadah yang lain agar kita semakin kuat bergantung kepada Allah dan semakin kecillah ketergantungan kepada dunia, khususnya utang.
Mari kita melihat sisi kesuksesan seseorang bukan dari hasilnya tapi lihat apakah mereka mengikuti petunjuk Allah atau tidak.

Antara bersabar atau bermasalah

Kehidupan ini lebih mudah untuk berkata tegas kata kita sih. "Kalau begitu udah aja dibilang kok nggak ngerti-ngerti .... " inikah sikap yang diajarkan nabi ? Insya Allah semua sudah memahaminya, tapi soal memilih mana yang mau diterapkan .. Tetap bersabar yang benar atau mengambil sikap
Kita adalah milik Allah dan orang lain pun milik Allah. Nabi tidak bisa mengislamkan pamannya, tapi apakah nabi mesti tegas terhadap hal ini ? Bisa jadi banyak hal yang tidak kita ketahui dengan skenario Allah, oleh karena itu bukankah semestinya kita mengintensifkan hubungan dengan Allah untuk menemukan jawaban apa yang kita hadapi.
Insya Allah dengan selalu beribadah dan bekerja dengan petunjuk Allah ...kita dibimbing dalam menemukan tindakan yang benar

Selalu ada kesempatan belajar

Seringkali di setiap kejadian membuat orang ingin mengeluh dan mengumpat atas ketidaknyamanan atau ketidakberesan. Atau terakhir kita pasrah dengan keadaan tapi hati ngedumel.
Bercerminlah bahwa wajah kita saat itu semakin buruk dan menjadi sangat lelah. Tapi dengan iman seharusnya kita dapat menangkap keadaan di atas untuk meningkatkan kemampuan kita menjadi semakin baik. Dimana banyak orang mencuekkan keadaan di atas dan siaplah kita menjadi orang pertama melakukannya untuk menjadi ahli masalah. Dengan semangat belajar agar kita bisa lulus dan diakui.
Mau ? Jangan berpikir dan dengar kata orang lain lagi. Just dolagi.Inilah motivasi terbesar agar kita menjadi motivator diri terbaik.

Perhitunganku salah

Tak banyak sih dengan apa yang kumiliki. Dan menjadi mudah lenyap dalam perhitunganku jika digunakan. Begitulah kira-kira perhitunganku yang selalu ingin memenangkan atau menguntungkanku sendiri. Yang sering kita lakukan,"baru minta izin atau sesuatu aja sulit banget sih ... Dasar apa-apa diperhitungkan"
Renungkan ... Boleh-boleh saja kita berhitung dengan siapa pun tapi sebenarnya perhitungan itu tidak menjadikan kita lebih baik. Hanya sekedar ini tidak rugi dan hati ini jadi puas. Sebelum kita membuat perhitungan, sadarilah bahwa perrhitungan yang sesungguhnya adalah berhitunglah dengan Allah.  Berapa banyak sih yang sudah kita kerjakan ? Bisa jadi masih sedikit dan cenderung doanya yang banyak agar apa yang kita inginkan terpenuhi. Setelah tercapaipun kita masih berhitung rugi ... Alias kurang. Sadarilah bahwa perhitungan/kalkulator kita yang salah atau tidak fungsi. Perhitungan kita selalu tidak dapat menghitung pemberian Allah, tapi mengapa mesti selalu menghitung apa yang belum kita miliki ? Sehingga kita meminta dan menghitung ... Meminta dan menghitung lagi. Ya Allah ajari kami untuk pandai berhitung bukan apa yang kami minta tapi pandai berhitung yang sedikit apa yang sudah kami lakukan.

Kepasrahan itu beriman kepada Allah

Kesulitan dan kesusahan dalam hidup sering mengantarkan banyak orang untuk selalu mencari jalan pintas sebagai solusi atau ada juga beberapa orang dengan kemampuan yang dimilikinya sangat ingin menunjukkan siapa dirinya dengan melakukan "aktivitas pelarian dari kesulitan hidup". Seseorang yang korupsi bisa jadi berawal dari kesulitan memenuhi kehidupannya, sama halnya dengan seorang "pelacur", perilaku aneh, suka marah atau perilaku negatif lainnya yang merupakan aktivitas jeda atas pelarian dari kesulitan hidup dan kita berharap kesulitan itu selesai.
Kesulitan hidup selesai dengan aktivitas yang benar, apa itu ? Jika Allah mengizinkan, maka kita menemukan solusi dari kesulitan hidup ... tapi fakta kita tidak merasa bersyukur dengan izinNya itu. Sepertinya hal ini terungkap dalam kalimat berikut "badai pasti berlalu". Setelah kesulitan itu berakhir maka banyak orang tidak menjadi dekat dengan Allah karena merasa dia sendiri yang menyelesaikan kesulitannya.
Disisi lain, Kesulitan itu adalah kepasrahan kepada yang memiliki atau memberi kesulitan itu sendiri yaitu Allah swt .... maka banyak orang yang menemui kesulitan menjadi pasrah dan mengadu kepada Sang Pemiliknya. Sadarilah bahwa kesulitan itu menjadikan kita lebih dekat dengan Allah dan mendapatkan kebaikan dariNya. 
 

Fenomena Libur dan stress

Menarik untuk disimak ..... Malam sebelum libur atau sepulang kerja sehari belum libur jalanan di jakarta, bogor dan bandung menjadi sangat macet yang membuat jarak tempuh menjadi 3 bahkan 4 kali lipat. Misalkan dari jakarta ke bandung bisa mencapai 6 jam dimana biasa hanya 2 jam. Itu dengan kendaraan sendiri, terminal bisa dan stasiun tiketnya habis sebelum waktunya. Yang penting bisa libur ke kampung halaman atau libur di tempat tujuan wisata ... Soal capek No PROBLEM.
Fenomena libur ini sudah menjadi acara penting selain libur liburan, natal dan tahun baru. Di sisi lain ada pertanyaan yang menarik, kok bisa ya semua menyambut libur seperti hari yang ditunggu-tunggu sekalipun hanya 1 hari ? Dan banyak pula orang sudah mempersiapkan semuanya termasuk keuangannya. Apakah banyak orang stress dengan kerja saat ini ?  Mari kita ambil hikmahnya :
1. Jika libur sudah menjadi acara yang direncanakan dengan baik, maka bukankah Anda juga perencana yang baik juga dalam bekerja. Anda perencana kerja yang hebat dan mengerti detail-detail dalam pekerjaaan. Demikian juga dengan energi dan semangat menjadi kekuatan yang siap Anda korbankan dalam bekerja. Bukankah Anda orang yang mencerminkan perilaku seperti halnya saat anda berlibur ? Jika iya, maka Anda termasuk orang yang pekerja keras yang membutuhkan libur. Atau anda bukan seperti itu ...
2. Bukan seperti itu karena Anda bisa jadi hanya perencana hebat saja tapi tidak banyak mempraktekkannya. Artinya anda pekerja yang capek mengerjakan ini dan itu tanpa adanya kemampuan yang mumpuni yang akhirnya membuat Anda stress. Dan anda juga butuh libur.
3. Atau Anda memang ada kebutuhan/kepentingan tertentu yang hanya bisa dilakukan di saat libur.
4. Bisa jadi juga sih Anda libur karena ingin menunjukkan anda banyak uang. Maka berlibur adalah pekerjaan anda untuk menghabiskan uang dan tenaga.

Hendaknya semua alasan itu mesti jadi pelajaran ... Terutama jika stress maka Anda libur, stress tidak bisa diselesaikan dengan libur karena libur adalah aktivitas yang sama halnya dengan kita bekerja yang bisa bikin stress. Nggak percaya ? Saat Anda libur bisa berantakan karena banyak hal termasuk hal kecil maka bisa membuat Anda bete dan stress. Hal ini ditunjukkan bahwa setelah pulang libur Anda stress lagi dengan pekerjaan rutin. Tapi ada yang bilang libur itu bagus karena bikin kita senang tapi capek tetep ada. Kesenangan di tempat libur hanya bertahan beberapa hari dan bisa membuat anda sibuk dengan liburan berikutnya. Intinya anda tetap stressdi tempat kerja. So apa solusinya, stress butuh solusi bukan sekedar libur , tapi kemampuan (ilmu dan ketrampilan) mesti ditingkatkan sehingga tekanan atau stress menjadi semakin rendah. Berolahraga dan makan yang sehat menjadi penunjang tingkat semakin kecil atau bisa dikendalikan. Stress lawannya tenang di hati , maka lakukanlah yang membuat anda tenang atau senang. Libur salah satunya tapi tidak menghilangkan stress, bagaimana jika kita dekat dengan Allah dengan ibadah dan beramal shaleh ? Perasaan senang dan tenang membuat kita menjadi semakin mampu mengendalikan suasana dan pekerjaan. Jika solusi ini kita laksanakan maka semua memberi kebaikan bagi kita dan keluarga.
Insya Allah kita mendapat hikmah dan menemukan solusi persoalan hidup kita.

Kesenangan itu hanya sekian detik

Begitu luar biasa banyak orang sangat ingin mencapai apa yang diinginkannya, meraih uang agar terpenuhi kebutuhannya, menghabiskan waktu untuk berlibur dengan menyenangkan, bersama dengan orang yang dicintai, menyelesaikan proyeknya dan banyak lagi. Tenaga dan pikiran serta perasaan menyatu yang diselimuti semangat yang menyenangkan. Akhirnya mereka pun meraih .... apa yang sebenarnya yang mereka dapatkan ?
Hanya kesenangan yang memuaskan hati hanya sesaat saja. Bukankah Anda atau saya pun merasakan yang sama. Dan jika kita perhatikan dengan seksama, maka saat kita merasakan kesenangan dan kepuasan hati itu terjadi dimana orang lain (satu orang atau banyak orang) merespon apa yang kita lakukan. Saat kita punya banyak uang karena ada orang yang melihat kita membelanjakan uang itu untuk dibelikan sesuatu atau orang lain melihat kita memiliki banyak barang. Saat orang sudah bilang,"hebat ya punya mobil baru dan rumah mewah", maka muncullah kesenangan itu yang membuat hati jadi puas. Perlu kita ingat orang yang merespon kita mempunyai beragam motivasinya, ada yang ingin dijadikan teman, ada yang ikhlas, ada yang iri dan sebagainya. Bagaimana jika Anda bilang,"saya banyak uang", tapi tidak ada yang tahu atau melihatnya ? Tentunya kesenangan dan kepuasan hati itu tidak ada. Sadarkah kita dengan hal ini .... maka bisa jadi saat seseorang memiliki banyak uang dan tidak ada yang meresponnya, maka diantara mereka membuat sensasi yang mengundang orang lain untuk melihatnya. Hal ini sering kita lihat banyak orang melakukan sesuatu yang ingin dilihat oleh orang banyak ... respon yang kita sebut dengan pengakuan.
Memang Kesenangan yang kita peroleh hanya sebentar dapat memberi kesan atau menyimpan memori yang menyenangkan jika diingat, lalu kita ingin meraihnya kembali dan kita pun melakukan lagi. Mari kita pahami bahwa kesenangan yang langgeng itu adalah kebahagiaan, masihkah kita meraih kesenangan sesaat yang sangat bergantung pada orang lain ? Padahal Allah siap memberikan kebahagiaan itu sekalipun dalam kesendirian atau dengan orang-orang yang baik didatangkan oleh Allah. Mudah sekali, beriman dan beramal shaleh saja. Mau ? Mari kita buktikan ya.

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...