Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

kekuatan Allah dalam diri

Apa yang ada di dalam diri kita ini terasa memang kita yang memilikinya dan berkuasa atas segala halnya. Pikiran (otak) adalah pengendali dari tubuh dan emosi. Jika pikiran (otak) bilang,"tidur !", maka kita pun tidur. Mau makan, mau berjalan dan berbagai aktivitas dikendalikan pikiran.
Itulah pikiran  yang memunculkan kemampuan atau kekuatan yang dapat dilanjutkan tindakan. Tapi bagaimana situasinya pikiran tidak menjadi kekuatan. Seperti apa itu ? Perhatikan saat kaki capek dan lelah, maka tubuh menjadi ikut lemah dan seolah pikiran memaklumi. Pikiran lalu mengajak tubuh untuk istirahat atau tidur. Tapi adakala pikiran menolak ajakan tubuh untuk istirahat, pikiran malah melawan tubuh dengan memerintahkan aktivitas yang mesti dilakukan. Begitulah pikiran yang menjadi pengendali dan pengatur tubuh bisa menang dan bisa kalah. Jika menang maka pikiran menjadi sebuah kekuatan, kekuatan yang mampu beraktivitas.
Saat kita lemah atau sakit ... pikiran dapat memakluminya, tapi pikiran bisa menjadi raja atau pengendali terhadap tubuh yang lemah atau sakit. Pikiran bisa memerintah beraktivitas dengan minum obat terlebih dahulu atau malah membangkitkan semangat dalam beraktivitas atau pikiran memerintahkan tangan untuk memijat bagian yang sakit dan sebagairnya.
Apa saja yang menggerakkan aktivitas kita ? Biasanya tujuan atau tanggung jawab. Karena ada tugas yang harus diselesaikan maka pikiran benar-benar menjadi kekuatan yang memudahkan kita beraktivitas. Atau karena sudah janji dimana kita tidak mau melanggar janji atau ada kepentingan yang kita ingin capai atau juga bisa dari ancaman/keburukan yang kita terima jika tidak dilaksanakan.
Ada cara lain untuk membangkitkan kekuatan pikiran itu, adalah Allah. Bagaimana caranya ? Aktifkan hati kita, hati yang aktif berarti kita connect (nyambung dengan Allah). Hati yang baik bisa membuat seluruh tubuh menjadi baik, termasuk pikiran. Maka apa yang kita kerjakan adalah otomatis dorongan dari Allah. Jika memang dorongan itu datang dari Allah, maka mau nggak mau kita pun harus bertanggung jawab kepada Allah. Dengan kata lain, "bos" dari aktivitas kita adalah Allah. 
Disisi lain saat kita mampu beraktivitas, maka ada kesadaran tentang peran Allah sehingga kita tidak riya dan sombong.
Dengan penjelasan ini kita mampu beraktivitas berkat dorongan Allah (karunia Allah). Jika kita lemah, maka kita wajib menyambung diri kita kepada Allah agar kita disupport Allah dalam beraktivitas. Kita beriman (yakin) kepada Allah Yang Maha Kuat dan Berkuasa, Insya Allah kekuatan itu jadi nyata dengan cara yang baik dan benar.



Malas dan Prasangka buruk

Pernahkah kita bertanya, mengapa kita malas ? Bangun aja malas, mau kerja malas, mau ngapain juga malas. Kayaknya memang sifat manusia jadi malas. Ada dua hal yang bisa bikin malas itu berkurang dan hilang, yaitu keberanian untuk hidup lebih baik dengan adanya impian atau kebutuhan untuk hidup yang bermakna. Solusi Allah sederhana, beriman dan beramal saleh. Iman itu percaya sama Allah dan percaya dengan apa yang disampaikanNya, maka saat beriman konsekuensinya beramal saleh. Beramal saleh itu beraktivitas yang baik, beraktivitas itu melawan malas. Allah mengajak kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan bukan untuk menang tapi menang terhadap diri kita sendiri. Pemenangnya adalah siapa yang banyak kebaikannya dan dirahmati Allah dan siapapun bisa jadi pemenang (BUKAN satu juaranya). 
Malas adalah akibat dari prasangka buruk. Mengapa kita tidak mau kerja ? Umumnya kita berkata,"kerja dan ngga kerja sama aja. Hasilnya sama". ungkapan itu merupakan prasangka buruk yang berakibat pada 'malas" kerja. Semakin malas menambah prasangka buruk itu jadi benar atau banyak prasangka buruk lainnya yang mendukung. Bagaimana jika berprasangka baik kepada Allah, "saya kerja untuk ibadah", maka untuk meraih amalan maka saya jadi beraktivitas (beramal saleh) yang bisa menghilangkan sifat malas. Prasangka yang baik itu adalah keyakinan kita kepada Allah, dan akvitiasnya adalah amal saleh. 
Jadi dengan percaya kepada Allah dan menyakini betul apa yang Allah sampaikan kepada kita sebagai petunjuk, maka muncullah prasangka baik. Prasangka baik bikin kita rajin (tidak malas) karena keyakinan kita itu menuntun kita untuk beramal saleh. Amal saleh itu adalah kerja.
Insya Allah dengan diberinya kita pikiran untuk mampu beriman dan diberikannya tubuh ini agar kita dimampukan untuk beraktiivitas. Aamiin

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...