Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Terus bekerja Vs Belajar memperbaiki

Kalau ditanya, kerja apa Anda hari ini ? Ya kerjalah, ya itu dan ini. Besok lagi ditanya lagi dan jawabannya sama. Dan seterusnya sama. Apa yang berbeda dari apa yang Anda kerjakan hari ini dan seterusnya ? Sama saja, begitu-begitu saja. Bisa jadi Anda hanya merasa berbeda pada perasaan Anda yang mempengaruhi Anda bekerja. Saat Anda senang, maka pekerjaan pun menjadi menarik. Tapi sebaliknya, saat Anda lagi bete maka pekerjaan pun menjadi membosankan. Padahal, sekali lagi pekerjaan itu sama dari waktu ke waktu.
Bagaimana kalau Anda menambah ilmu untuk memperbaiki cara kerja Anda sehingga menghasilkan sesuatu yang berbeda ? Maka sikap ini menjadi penting untuk menjadikan Anda semakin menarik dan mendapatkan hasil luar biasa.
Coba tanya Anda sekarang ? 3 tahun, 2 tahun dan tahun lalu menunjukkan hasil yang sama dengan sekarang. Semua berubah karena desakan lingkungan dan gaji Anda pun naik karena inflasi (penyesuaian).  Disisi lain kebutuhan hidup kita meningkat yang membuat kita berubah BUKAN karena kemampuan hidup yang meningkat sehingga kita membutuhkan yang tercukupi dengan baik.
Bangunlah hidup kita untuk terus berubah seperti tanaman yang tumbuh dan tumbuh sehingga menghasilkan buah, dengan buah itu (hasil tumbuh itu) kita bisa berbagi kepada siapapun yang kita mau.

Sabar ada batasnya .... ?

Kalimat di atas seringkali kita ucapkan karena kita sudah tak tahan menderita atas penderitaan atau perlakuan yang kita terima. Bagaimana kita bisa sabar, kita menderita terus ????? Penderitaan dan perlakuan dzalim yang menjadi alasan kita tidak sabar.
Gemana seharusnya ? Saat kita bersabar menghadapinya, itulah yang terbaik dengan cara-cara dan sikap yang baik. Sikap apa ? Tetap tenang agar kita tidak terpancing emosi dan dalam keadaan tenang kita masih bisa berpikir sehat. Bila diteruskan kita tak mampu maka menjauhi dengan cara yang santun sebagai langkah lanjutan agar kita tetap bersabar.
Jadi salahlah kita bersabar tapi terus menderita dan terdzalimi yang akhirnya keluar kata "sabar itu ada batasnya".

Resep sukses = resep gagal

Kita suka menutupi segala sesuatu yang buruk saat kita gagal, yang terucap adalah "belum waktunya" atau "saya sudah berusaha luar biasa" dan sebagainya. Kalimat tersebut untuk menutupi kegagalan kita agar terlihat kita bukan yang salah dalam bertindak tapi disebabkan orang lain atau belum waktunya.
Apa yang terjadi saat kita gagal ? kegagalan terjadi karena kita tidak sempurna dalam ACTION, menjalaninya dengan ikhlas dan menyenangi ACTION itu. Dengan kata lain, kegagalan itu adalah belum sempurna dalam melaksanakan resep sukses.
Resep sukses = resep gagal
Maka yang perlu diperhatikan adalah niat sebagai motivasi harus ada   saat kita melaksanakan resep sukses, kesungguhan yang ditunjukkan oleh perasaaan senang dalam melaksanakannya, lakukan dengan sempurna yang dilakukan secara bertahap dengan terus belajar.

Bisakah menjadi semakin baik ?

Terkadang ada orang yang biasa saja ilmunya dengan ketekunan menjadi berhasil. Ada pula yang sudah mempunyai ilmu yang tinggi masih saja biasa-biasa saja. Dan sebaliknya ada yang ilmunya biasa-biasa dan tidak belajar lagi hidupnya begitu-begitu saja dan disisi lain ada yang berilmu tinggi menuai sukses. Terus apa ya yang menjadi kunci agar kita menjadi semakin baik ? 
Ketekunan dan ilmu saling melengkapi yang diiringi oleh faktor utama adalah IZIN Allah swt. Artinya kita harus memulai keberhasilan itu dengan ACTION lalu belajar, ACTION lagi dan belajar lagi dan seterusnya, dan terus-menerus melakukan hal itu yang berbuah kepada ketekunan kita. Dan keberhasilan adalah hasil dari yang sudah kita lakukan, dan ini ditentukan oleh izin Allah. Maka jadikan setiap apa yang kita kerjakan mesti memohon doa (komunikasi) dengan Allah swt.

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...