Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Bekerja atau beramal saleh

Bekerja atau beramal saleh ? Bekerja seringkali dipisahkan dan bukan Amal Saleh. Atas dasar itulah banyak orang memisahkan bekerja dan amal saleh, dan akibatnya seolah-olah bekerja mempunyai aturan sendiri dan amal saleh aturannya sendiri. Bekerja cenderung urusan dunia dan amal saleh urusan akhirat. Bekerja dan beramal saleh adalah dua hal yang berbeda.
Bekerja bertujuan cari uang untuk memenuhi kehidupan keluarga, sedangkan beramal saleh untuk mengumpulkan amalan agar masuk syurga. Jika dua hal itu digabung bisa jadi di saat bekerja kita tidak nilai negatif di mata Allah dan katakanlah beramal saleh ada, maka hasilnya seimbang atau bisa jadi negatif di mata Allah. Terus yang jadi pertanyaan adalah apakah kita hidup dengan bekerja dan beramal saleh itu menjadi mengurangi nilai di mata Allah ? Bisakah bekerja itu merupakan amal saleh sehingga nilai kita di mata Allah menjadi selalu positif ?
Bekerja berarti melakukan sesuatu atau tindakan, sedangkan Amal berarti perbuatan atau tindakan dan Saleh = baik menurut Allah. Jika diperhatikan kata "bekerja = Amal", kecenderungan bahwa seseorang bekerja yang baik untuk mendapatkan hasil (uang) yang baik (banyak). Bekerja yang baik itu masih berorientasi untuk mendapatkan uang, sedangkan amal saleh adalah bekerja (tindakan) yang baik di mata Allah. Maka dapat kita selaraskan bahwa bekerja (yang baik) bisa menjadi amal saleh, jika apa yang kita kerjakan itu sesuai dengan apa yang Allah perintahkan. Misalkan Bekerja diawali dengan niat dan bekerja untuk Allah. Sebagai seorang salesmen, maka bekerja yang baik itu dengan cara memulai niat mencari rizki untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mengunjungi konsumen dengan cara yang santun yang diajarkan oleh Allah lewat petunjuknya, menawarkan produk dengan bertanggung jawab dan tidak berbohong, dan seterusnya. Bersyukur atas nikmat saat semua bisa kita lakukan dengan cara yang baik dan mendapatkan penjualan. Maka bekerja yang seperti itu sama dengan amal saleh. Dan amal saleh pasti dibalas oleh Allah dengan rezeki dan nikmatNya, berupa pahala dan bonus kehidupan di dunia.
Bisa kita bayangkan jika kita bekerja sebagai amal saleh (sebagai ibadah kepada Allah) dan melaksanakan ibadah khusus seperti shalat dan sedekah dan lain-lain, maka sepanjang hari kita selalu beramal saleh dan saling menunjang dari bangun tidur, bekerja dan ibadah. Insya Allah, Allah memberika kecukupan dalam hidup ini dengan ridha Allah atas amal saleh kita.

Adakah hidup yang lebih baik ?

Tak banyak bisa kita perbuat, karena semua dibatasi oleh waktu, kemampuan dan pikiran. Padahal 
Banyak yang ingin kita peroleh selama di dunia ini. Sejak kecil kita yang berada (orang tua berkecukupan) sudah melekat kenikmatan dunia dimana dunia melayani kita. Tapi sebaliknya mereka yang berkekurangan tentu lah tidak bisa merasakan dunia yang indah.
Saat ini, apakah masih ada kebaikan dunia ini buat kita sembari menunggu kematian ? Salah satu Yang bisa kita lakukan adalah bagaimana kita bersikap terhadap dunia. Tidak banyak yang bisa kita lakukan maka ada banyak cara melihat apa yang kita kerjakan dengan kacamata kebaikan. Kalau bekerja itu beban, maka ada banyak cara diantara bekerja sebagai perjalanan menuju keinginan kita, atau bekerja sebagai bentuk pemberian/melayani orang lain dan sebagainya.
Dengan terbatasnya waktu dan pikiran, maka jauh lebih menyenangkan jika kita mengerjakan untuk hal yang lebih besar. Apa yang besar itu ? Dzat yang Maha Besar yang Maha Pemberi dan Maha Adil .... Maka kita pun hanya butuh ikhlas dalam mengerjakan apapun sebagai rasa syukur diberi kehidupan dan iman hari ini. Kerja memang cari duit, yakinlah bahwa kerja itu merupakan upaya bersyukur atas pemberian Allah dengan tubuh, pikiran dan alam semesta ini ... Dan Allah memberi duit lewat hambanya dan benar-benar mencukupkan asal kita ikhlas. Sebaliknya ketidakikhlasan kita bisa dibalas dengan uang yang sama tapi tidak berkah, uang gampang habis yang akhirnya mengantarkan kita merasa selalu kekurangan uang.
Mari kita renungkan kehidupan ini bahwa masih ada cara yang mudah dan gratis untuk bisa menikmati hidup ini ? Cek rasa kekurangan kita terhadap dunia ... Jika kurang maka keikhlasan kita masih jauh atau dengan kata lain hanya mencari balasan (berharap selain Allah). Insya Allah kita diberi kemampuan untuk selalu berkecukupan dari hati ... Agar hati ini bisa membimbing kita menuju keikhlasan yang sebenarnya kepada Allah. Aamiin

Menulis menambah ilmu

Banyak orang males bikin laporan dan apalagi laporan itu rutin yang dibuat sama terus. Sebetulnya laporan itu nggak salah, yang membaca laporan juga terkadang males bacanya .. lalu yang buat laporanlah yang menentukan tulisan itu menjadi bermakna. Sekali lagi yang bikin laporan sudah tidak ada jiwanya sehingga hanya copy  paste saja.
Seorang temen juga ada yang males menulis alamat dan sebagainya, mana saya foto saja dari smartphone. Selesai. Solusi yang bagus tapi keseringan jadi tidak mendidik.
Menulis itu menggerakkan banyak hal,

  1. Mata yang membaca dan mengoreksi apa yang dilihat atau didengar atau dirasakan
  2. Pikiran selalu diajak untuk memahami apa yang ditulis
  3. Proses menginngat dari apa yang dilihat atau didengar atau dirasakan untuk dituangkan kembali dalam bentuk tulisan
  4. Mengeluarkan emosi yang sehat saat menulis.
  5. Seperti mengajak bicara (selftalk) yang mengasah kita untuk mengembangkan ide tulisan
  6. Apa yang kita tulis terus digali oleh pikiran untuk dipertanyakan, apa ? bagaimana ? dimana ? kok bisa ? dan banyak lagi pertanyaan lain yang membuat kita menjadi semakin terbuka dengan pendapat atau ilmu baru.
  7. Ada olah fisik oleh tangan kita yang mampu menyehatkan tubuh dengan aliran darah dari tangan yang bergerak.
  8. dan lainnya yang diperoleh makna setiap orang yang berbeda.
Dengan dasar itu mari jadikan menulis dan menulis apa saja yang membuat kita jadi sehat. Mau ? Siapkan waktu untuk mewujudkannya sekalipun 5 menit atau 10 menit bahkan lebih.

Cari duit

Setiap orang jika ditanya,"kerja buat apa ?", maka jawabannya 90% cari duit. Termasuk seorang penjahat pun niatnya mencuri atau melakukan kejahatan karena cari duit juga. Kalau begitu apa bedanya antara orang baik yang bekerja dengan penjahat ?
Mari kita dalami kedua hal itu .... kalimat "cari duit" bermakna benar-benar mencari duit atau mencari dan menemukan duit lalu mengambilnya. Tapi bukan itu yang Anda maksud. Jadi cari duit itu adalah cari kerja. Dengan cari kerja dibalas dengan uang atas apa yang dikerjakan.
Berarti jika benar-benar Anda kerja cari duit, maka sebenarnya Anda bukan cari duit tapi cari kerja. Untuk mendapatkan duit yang banyak maka Anda pun wajib cari kerja yang banyak atau kerja yang disenangin oleh yang memberi kerja atau kerja yang berkualitas (kerja yang jarang dikerjakan oran lain, yang susah, yang berat, yang jauh dan sejenisnya). Kalimat Cari kerja memberi dorongan aktif bagi Anda untuk selalu meminta atau mengambil kerja dari atasan (pemberi kerja). Sudahkah Anda benar-benar cari kerja ? Jika iya, maka Anda mendapatkan duit yang pantas (pendapatan).
Selanjutnya jika Anda sudah dapat duit, buat apa duitnya ? Buat keluarga, isteri dan anak. Artinya Anda disuruh kerja oleh isteri dan anak, seolah Anda tertekan dengan kewajiban itu, Agar cari kerja itu menjadi baik buat Anda, mari cari jawaban pertanyaan berikut. Apa niat Anda menikah ? Umumnya niatnya ibadah. Lalu Anda menerima isteri dengan niat ibadah alias ikhlas, lalu jika Anda mendapatkan anak ... apa niatnya ? Iya ibadah juga. Oke kalau begitu, maka dapat disimpulkan cari kerja (cari duit) berarti ibadah dong. Mari pahami dan renungkan bahwa cari kerja itu ibadah. Maksudnya menjadikan kerja yang Anda lakukan itu sebagai ibadah. Bagaimana caranya ? Apakah kerjanya harus ikhlas ? Kalau ikhlas berarti nggak dapat duit dong.
Kerja sebagai ibadah .... ditafsirkan kerja itu berupa tindakan atau amal (perbuatan). Untuk menghasilkan uang pastilah kita kerja yang baik, maka kerja itu brarti amal saleh (mengerjakan sesuai petunjuk Allah). Apa yang Anda peroleh jika beramal saleh ? Insya Allah, dibalas Allah dengan rezeki (pendapatan Anda) dan kebaikan dengan dicukupkan kehidupan Anda oleh Allah. Allah itu Maha Adil dan Maha Melihat apa yang hambanya kerjakan. Untuk itu kita beriman.
Dengan kata lain, bahwa cari kerja itu bisa diwujudkan berupa amal saleh dan amal saleh itu merupakan ibadah kita. Dan dengan demikian apapun yang kita kerjakan baik sebagai ayah, manager, pengusaha, bawahan dan sebagainya adalah ibadah yang menjadikan kita semakin beriman.
Disisi lain, penjahat betul itu cari kerja duit dengan cara cari kerja apa saja (dengan cara yang buruk) maka bukan amal saleh. Artinya cari duit dapet tapi pahalanya tidak. Mari jadikan motivasi kita, hindari diri kita sendiri berbuat yang baik BUKAN kerja yang buruk seaklipun sama mencari duitnya. Itulah perbedaannya.
Bisa jadi ada yang ngacung, pak, saya udah kerja yang baik kok nggak dapet duit yang cukup ? dan terasa juga hidup semakin susah. 
Jika cari kerja (orang baik) berarti benar-benar mencari kerjaan maka hasilnya bisa jadi ngga banyak. contoh kerja 15 hasilnya 10. Orang seperti ini memang gajinya nggak cukup tapi selalu dicukupkan (pahala) oleh Allah dalam kehidupannya.
Sebaliknya orang jahat kerja buruk atau orang kerja sedikit (karena bukan cari kerja tapi malahan nunggu kerja) dan berharap hasilnya banyak. Bisa jadi orang seperti ini selalu banyak mengeluh kekurangan sehingga kerjanya tidak banyak tapi pendapatan oke. Contoh kerja 5 dan hasilnya 10. Bisa jadi kondisi orang ini adalah dapat duit tapi nggak berkah dan semakin sulit hidupnya dengan banyak persoalan.
Insya Allah penjelasan di atas bisa menginspirasi kita selalu cari kerja dan dijadikan amal saleh (ibadah) sehingga menjadi ikhlas dalam melakukan apa pun yang baik. 

Konsisten vs Hambatan

Kata konsisten atau kontinu atau kegigihan adalah bentuk aktivitas yang terus-menerus untuk meraih target atau tujuan. Dan kita bilang bahwa konsisten itu sudah kita lakukan tapi tidak membuahkan hasil. Maka kita pun beralih kepada tujuan yang lain.
Tidak banyak orang yang konsisten, mereka adalah yang meraih kesuksesan saat ini. Maka dapat dikatakan bahwa belum konsisten kalau belum sukses. Jika ada yang ngomong saya sudah konsisten dan belum sukses BERARTI saat mereka bicara itu sudah tidak konsisten sehingga belum sukses.
Mengapa konsistensi itu "terhenti" ? karena ada hambatan yang besar benar-benar memperlama atau bahkan menghentikan konsisten itu. Yang terpenting adalah tetap pada tujuan sehingga mampu mendorong untuk konsisten.
Apakah dengan adanya hambatan bisa menghentikan konsistensi ? Hambatan selalu ada baik yang kecil maupun yang besar. Jadi tidak perlu kita risaukan, maka yang mesti kita sikapi adalah bagaimana kita mampu melewatinya dengan ilmu dan trik yang benar. Tanpa ilmu dan trik (pengalaman), hambatan membuat kita tak melihat lagi tujuan sehingga mengurungkannya dan akhirnya berhenti untuk konsisten.
Konsisten butuh kesabaran untuk belajar ilmu dan trik (pengalaman) agar mampu melewati hambatan. Sama halnya iman ... belum tentu beriman kalau belum diuji (hambatan), maka iman itu menjadi sempurna dengan mengamalkan petunjuk Allah (ilmu dan teladan dari Nabi dan orang terpilih).
Mau sukses ? Mau ....

Semangat itu menyenangkan

Ada temen bilang,"bete banget kerja". Terus saya lanjutkan dengan pertanyaan,"lagi nggak semangat ya ?". Dengan tegas temen itu bilang,"semangat dong". Apakah ada hubungan antara semangat dengan perasaan ? Apakah orang yang semangat itu wajahnya menyenangkan atau sebaliknya bikin bete ?
Semangat itu memiliki energi lebih banyak dalam melakukan sesuatu karena ada motivasi tinggi untuk meraih apa yang diinginkan. Bisa dibayangkan saat kita bersemangat maka tubuh kita dapat merasakan kesenangan yang luar biasa, maka sebenarnya kondisi bete itu sangat kecil terjadi. Hal itu bisa terjadi saat kita menemukan kesulitan atau hambatan dalam perjalanan menuju impian. Atau kita membolak-balikkan dengan perasaan senang bisa membangkitkan semangat. Tidak ada aturan yang merumuskan itu.
Jadi alangkah baiknya saat kita termotivasi yang muncul dari dalam, maka semangat itu bisa menggelora yang memberi energi luar biasa dalam bertindak. Dan yang pasti menyenangkan sekalipun ada hambatan.
bandingkan saat perasaan senang itu muncul yang banyak dipacu oleh ransangan luar (eksternal), maka semangat yang muncul tidak begitu kuat. Saat bertemu hambatan bisa melemahkan semangat dan bikin kita juga bisa bete.
Agama mengajarkan kita untuk membangkitkan semangat dari dalam (internal) yang berupa ikhlas, bekerja untuk Allah. Kondisi ini betul-betul memberikan energi luar biasa sehingga diberikanlah kenyamanan hati dan perasaan oleh Allah. Pengen semangat dan menyenangkan, maka ikhlaslah dalam bekerja.

Bisa nggak sih berubah ??

Kalimat di atas merupakan ungkapan frustasi terhadap apa yang kita lakukan untuk merubah orang lain. Seakan-akan apa yang kita lakukan sudah maksimal tapi hasilnya tidak ada. Bisa nggak sih berubah ? Pertanyaan yang ditanyakan kepada kita sendiri dan kita sendiri pula yang menjawab. Pastilah Anda menjawab nggak bisa dan susah.
Jika kita ingin merubah orang lain, maka tentulah ada cara baru atau cara yang tepat yang bisa dilakukan orang lain untuk berubah. Perubahan itu hendaknya muncul dari dalam diri orang tersebut. Dan kita hanya sebagai pembangkitnya saja. Tapi kenyataannya, kita lah yang banyak melakukan apapun untuk merubah orang lain itu dengan cara-cara yang menurut kita baik, bahkan dengan sedikit memaksa.
Masihkah kita ingin memaksa perubahan itu dengan cara-cara kita pada orang lain ? dan menuntaskan dengan pertanyaan di atas yang seharusnya ditujukan kepada orang lain tapi selalu ditanyakan kepada diri kita sendiri.
Mengajari orang untuk berubah seperti menggurui yang mana tidak semua orang suka. Orang yang digurui merasa rendah dan tidak mau direndahkan yang akhirnya tidak mau digurui, oleh sebab itu banyak orang yang tidak mau berubah. Kalaupun berubah pastilah terpaksa.
Yang paling dasar yang wajib kita lakukan adalah mengajak orang tersebut untuk memahami pekerjaannya dan apa respon banyak orang terhadap mereka. Apakah yang dikerjakannya saat ini terasa berat ? jika iya, maka bangkitkan semangat bahwa mau nggak sih pekerjaannya jadi ringan ? pastilah mau ........ maka mulailah menghargai dorongan awal ini. Lalu jadilah teman agar dapat menerima masukan dari kita. Membantu dan mensupport mereka yang mau berubah selalu dikedepankan daripada kesalahan yang mereka perbuat.
Jadi pertanyaan di atas,"bisa nggak sih berubah ?" tidak perlu kita lontarkan kepada orang lain atau bahkan kepada diri kita sendiri. Karena sebenarnya kita sendirilah yang tidak berubah karena memaksa dengan cara-cara kita sendiri yang kita anggap benar tanpa mau memahami orang lain. Mari kita ciptakan yang tidak menyinggung perasaan orang lain dan membuat orang lain terdorong untuk melakukan sesuatu dengan cara yang santun.

Berlatih sabar

Sabar sudah menjadi kata yang sering kita ucapkan. Saat temen bilang,"ayo cepetan ... ntar terlambat". Dan dengan sigap kita pun menjawab,"sabar kenapa ?". Dilain peristiwa kita pun menerima nasehat,"sabar ya dengan keadaan sekarang, dan Insya Allah sabar itu berbuah manis". Orang marah atau sangat emosional, kata "sabar" sudah jadi paket yang disampaikan orang lain kepadanya.
Semua orang hampir pasti tahu makna sabar, diantaranya sabar diartikan "jangan marah" atau sabar dimaksudkan untuk kita menunggu hasil yang diharapkan. Hampir pasti bahwa kata sabar kita sampaikan kepada orang lain sebagai nasehat, dimana orang tersebut lagi tidak sabar. Apa yang terjadi ? Komunikasi dari 2 pihak tersebut "tidak connect" karena yang satu lagi emosi dan yang satu tidak emosi dan bisa terpancing emosi.
Pernahkah kita terpikir untuk menasehati diri sendiri untuk sabar ? Pastilah menasehati diri sendiri terjadi saat kita sedang tidak emosional. Kondisi yang sangat kondusif untuk menjadikan kita sabar. Dan menasehati orang lain untuk sabar tetap terus kita sampaikan.
Di awal pastilah pikiran dan perasaan kita begitu kondusif untuk bersabar. Dan saat marah, hal tadi kalah sehingga kita marah lagi. Kalau ini yang terjadi maka lakukan terus kesadaran kita untuk sabar ... dan masih terjadi tidak sabar karena hal itu sudah menjadi kebiasaan. Merubahnya perlu waktu dan latihan. Jadi tetaplah bersabar dalam berlatih sabar.
Saat kita sabar, ada saja godaan dan ransangan untuk tidak sabar dengan berbagai alasan yang logis,"gemana mau sabar, sedangkan dia aja suka marah sama saya".Tapi TETAPLAH BERSABAR.
Saat kita sudah merasa mampu bersabar pun masih ada rayuan untuk tidak sabar,"buat apa sabar dan yang lain saja nggak gitu, Capek". Tapi TETAPLAH BERSABAR
Dan saat kita sudah merasa biasa bersabar, "kok sampai kapan ya saya harus bersabar, katanya Allah bersama orang yang sabar". Kalau begitu kita hanya belajar bersabar terus agar waktu menunggu (yang bisa merusak kesabaran) .. tidak jadi fokus.
SUDAH MEMBIASA SABAR pun tidak luput dari godaan agar tergelincir menjadi tidak sabar. Orang sabar bisa bikin bangga diri dan sombong ... Lalu TETAPLAH BERSABAR dan memurnikan niat hanya kepada Allah.
Insya Allah semua perjalanan menjadi sabar itu disempurnakan Allah dengan kekuasaan dan kekuatanNYA. Aamiin

Saat tidak sabar, dunia berubah

Dalam hidup banyak pesan untuk kita bersabar, "sabar ya" dalam kondisi terpuruk atau kondisi yang membuat kita terpancing untuk emosi. "jangan dipikirin emang orangnya begitu" dan banyak kalimat lain yang mengajak sabar,"sabar aja, Allah bersama kita".
Bayangkan ujian kesabaran itu seringkali kita lewatkan begitu saja BUKAN menjadi sabar tapi hanya sekedar menahan emosi lalu mengabaikannya. Alhasil ujian sabar itu muncul lagi karena memang kita belum lulus, dengan sumber yang sama masalahnya atau dari sumber lain. Apakah kita disebut seudah bersabar ? Entahlah tapi rasanya belum bersabar.
Saat kesabaran itu tidak ada, maka dunia berubah tidak sesuai dengan keinginan kita. Kok bisa ? Kita menjadi sabar itu karena ingin harapan kita tercapai/terjadi. Kalau nggak sabar ya pastilah harapan kita pun tidak tercapai. Contoh, saat kita marah sama anak, artinya kita tidak sabar lagi untuk mencapai keinginan kita. Maka yang terjadi adalah bisa jadi anak mengikuti kita tapi dengan ngedumel (kondisi yang tidak sesuai dengan keinginan kita) atau bahkan anak kita melawan. Bagaimana dengan harapan kita agar tercapai ? Bersabarlah dengan apa yang sudah kita lakukan dan terus memperbaiki cara untuk bersabar dengan merubah/memberi contoh peringatan untuk anak ikut berubah dengan hatinya.
Untuk menjadi sabar bisa jadi wajib menghadapinya (apa yang menjadikan kita tidak sabar). Ada orang yang diajarin nggak bisa-bisa, maka akibatnya bikin kita tidak sabar saat ditanya lagi. Terucap,"otaknya udah bebel nggak bisa diajarin". Tapi ingat, bisa jadi memang kita yang ngajarinnya yang salah bukan orang yang bodoh. Dengan sikap ini, kita bisa membangun kesabaran itu yang membuat kita mau belajar dan mengajarkannya dengan lebih baik. BUKAN menghindar dari orang yang susah diajarin. Itulah kesabaran ... BUKAN sekedar menahan emosi tapi memberikan kebaikan bagi kita dan orang lain.
Atau saat kita kesel dengan seseorang yang tidak ada habis-habisnya, maka yang membuat kita sabar adalah kita percaya bahwa masih ada Allah yang mampu merubahnya. Tetap selalu menghadapi mereka dengan cara dan ilmu yang semakin baik DAN dibarengi doa agar Allah membukakan hati orang tersebut untuk tidak membuat kesel lagi.
Insya Allah dengan sabar dan sabar, menunjukkan kita mampu mengikuti perintah Allah dan kita terus menempuh perjalanan yang baik yang sesuai apa yang kita inginkan. Insya Allah kita dirahmati dalam menempuh kesabaran dalam segala hal dalam hidup ini. Aamiin

Kok bisa

Kalimat pendek itu seringkali muncul, "ya kok saya bisa begini ?" Atau kalimat itu bisa tertuju kepada orang lain juga. Seakan bertanya atas hal yang tidak umum terjadi atau peristiwa yang tidak diduga terjadi.
Begitulah kita yang saat ingat memunculkan banyak pertanyaan yang mengajak kita bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Kondisi ini bisa terjadi karena kita tidak sadar dengan kejadiannya, kok bisa nggak sadar ? Iya lah karena kita tidak fokus dan tidak menjalankan dengan hati (hanya fisik yang dirasakan atau dilihat bekerja). Makanya saat hati tersentuh barulah kita menyadari apa yang kita kerjakan atau apa yang kita lihat.
Selain itu "kok bisa ....." Bisa muncul karena kita melakukan sebuah aktivitas rutin atau melihat aktivitas rutin sehingga tidak mampu merasakan apa-apa lalu di saat hati tersentuh barulah kita sadar dan berkata kok bisa ya ?
Begitulah bahwa kesadaran itu membawa kita kepada keadaan yang semakin baik lewat hati. Dan seakan tidak percaya "kok bisa ?". Kesadaran itu didorong oleh kekuatan dan kekuasaan Allah sehingga kita pun berkata,"kok bisa ya ". Seolah tidak percaya.
Mari sikapi hal seperti itu dengan rasa syukur yang luar biasa sebagai bukti bahwa kita itu tidak memiliki kekuatan apa pun kecuali kekuatan dari Allah. Rasa syukur itu dengan memelihara kesadaran itu dengan meneruskannya lewat amal-amal saleh yang Allah rahmati sehingga hati selalu terjaga.

Sadar saat butuh pertolongan

Saat butuh pertolongan karena kita sudah merasa tidak melihat hasil yang menggembirakan kita, mengapa ? Karena kemampuan dan kekuasaan kita tidak cukup, lalu muncullah memohon pertolongan. Siapa yang bisa menolong kita ? Ada pasangan kita, orang tua kita, anak atau saudara dan sebagainya.
Siapapun yang menolong kita cenderung hanya untuk beberapa kali saja. Tapi sepertinya pertolongan selalu muncul sepanjang hidup kita. Wajarkah ? Iya wajar, tapi yang tidak wajar adalah pertolongan dari orang lain yang tidak bisa langgeng. Dan pertolongan itupun seringkali tidak memberikan hasil yang baik, sesuai keinginan kita.
Yang pasti pertolongan itu muncul secara naluriah dari dalam hati kita lewat kalimat doa, "ya Allah, kami mohon ....." Itulah bentuk kebaikan dari Allah yang menciptakan kita dan juga memlihara kita. Tapi kitalah yang tidak sadar tentang hal itu.
Saat butuh pertolongan itulah kita sadarkan untuk kembali kepada Allah, maka janganlah disia-siakan dan segeralah untuk ditindaklanjuti menjadi tindakan berupa amal saleh. Amal saleh itupun butuh ilmu yang dapat kita temukan berupa petunjuk dalam Al Qur'an. Agar kesadaran itu sempurna dan siap menjadi amal saleh maka banyaklah membaca Al Qur'an dan pahami petunjuknya dengan mengamalkannya. Insya Allah sat kita butuh pertolongan Allah selalu stand by karena kita selalu menjaga koneksi dengan Allah lewat amal saleh. Dengan demikian kita bisa pula menolong orang lain.

Jas hujan

Saat hujan pastilah meneduh atau selalu mempersiapkan jas hujan. Tapi ada juga orang yang tetap berhujan dengan perhitungan yang matang,"hujan segini ya tidak bikin sakit dan lagi pula ada urusan penting yang mesti dijalani". Begitulah kira-kira persiapan kita saat hujan.
Tapi ada juga sih yang cuek dengan turunnya hujan. Tidak ada persiapan dan jalani saja.
Dalam hidup ini pun kita memiliki banyak hal yang sama dengan hujan dan terlihat lebih pasti. Bukankah dalam hidup ini selalu ada hambatan dan gangguan saat bekerja ? Iya lah pasti ada. Hambatan dan gangguan itu seringkali mirip dengan hujan, tidak bisa diprediksi tapi ada. Saat kita menduga dia ada atau saat kita cuek maka hambatan dan gangguan itu muncul. Seperti halnya hujan, maka yang benar adalah selalu mempersiapkan jas hujan.
Untuk urusan kita, maka jas hujan itu adalah kesiapan kita. Hiduppun mesti disiapkan "jas hujan"nya yaitu ilmu yang selalu diperbarui, niat yang lurus dan kuat, bersabar untuk tekun beraktivitas, selalu berpikir baik dan lainnya. Dan yang pasti jangan lupa selalu "kontak dengan Allah" agar Allah selalu menolong kita saat diperlukan. Sudahkah kita mempersiapkan jas hujan kehidupan kita ?

Pilihan itu tidak ada

"Kok judulnya nggak oke kayaknya". Lalu Anda bilang seharusnya "Pilihan itu ada dan bahkan banyak". Oke lah kalo begitu ... Mari sama-sama kita telusuri arti judul di atas.
Pilihan itu tidak ada, apa betul ? Nggak betul. Pertanyaannya apa saja pilihan itu ? Misalkan kita mempunyai tujuan ke Bandung, maka ada beberapa pilihan menuju Bandung yaitu jalan tol Purbaleunyi, Bogor - Puncak - Cianjur, Cikampek - Padalarang - Cimahi dan banyak lagi. Kalo ada pilihan yang banyak pasti hanya satu kan yang dijalani. Artinya apa ? Hanya ada satu pilihan. Terus Anda pun tanya,"apa arti pilihan yang lain?" Pilihan yang lain itu hanya ingin mengajak kita memilih yang kita sukai atau yang paling logis. Dan pilihan lain itu bisa menggoda dan membuat kita memainkan perasaan dan logis saling beradu untuk jadi pemenang. Sebenarnya pilihan kita itu memang satu, lalu kita mikir sebentar atau berkomunikasi dengan orang lain maka muncul pilihan lain dan semakin banyak. Pilihan itu ternyata cara yang beraneka ragam TAPI pilihan kepada TUJUAN hanya satu.
Ingat bahwa semakin banyak pilihan membuat kita "bingung" yang seringkali membuat kita tidak memilih dan sebaliknya satu pilihan tidak memberi kesempatan untuk mikir lagi tapi langsung action. Dan akhirnya memang hanya ada SATU TUJUAN dan SATU CARA yang kita laksanakan.
Seiring waktu, pilihan yang sudah kita jalani bisa diganti dengan pilihan yang semakin baik untuk mendekatkan kita menuju TUJUAN. Itulah proses dari satu pilihan ke satu pilihan berikutnya yang dipengaruhi oleh evaluasi atas apa yang sudah kita dapatkan dalam menuju TUJUAN.

Kita selalu ingin ditolong

Judul itu sepertinya wajar. Jika Anda ditanya, apakah Anda perlu pertolongan saat ini ? Hampir semua orang menjawab iya. Tapi hal diawali dengan "prasangka" apa bener mau menolong ? Hari gini ada yang mau memberi pertolongan.
Kondisi yang mirip, saat Anda diberi uang/sesuatu oleh seseorang, jarang yang langsung mengucapkan "terima kasih". Yang ada "uang dari mana ?" atau "bener ?" atau sikap penasaran yang memunculkan banyak pertanyaan, "nggak percaya dengan keadaan itu".
Jika kedua hal itu ada benarnya, maka ada beberapa hikmah yang bisa kita ambil :
1. Hampir semua orang tahu bahwa perbuatan di atas selalu ada udang dibalik batunya alias tidak ikhlas.
2. Amal saleh itu sudah jarang dirasakan oleh banyak orang.
3. beramal saleh saja belum tentu ada yang mau menerimanya.
Hikmah itu hendaknya menjadi cermin buat kita sendiri, apakah hal di atas terjadi juga pada diri kita ? Jika iya mulailah untuk intospeksi agar kita bisa memperbaiki kualitas apa yang kita lakukan.

Belajar dan mempraktekkan amal saleh yang bisa kita lakukan dengan ikhlas :

Bantulah orang lain tanpa dia tahu apa yang kita perbuat. Buatlah situasi dimana orang tersebut merasa dibantu tapi tidak tahu siapa yang membantunya. Hal kecil saja, merapikan meja kerja teman atau bos atau bawahan kita, memberikan makanan ringan atau minum yang sudah kita siapkan sebelum seseorang menempati ruangannya atau kita mengirimkan makan siang yang menjadi kesukaan seseorang.

Insya Allah apa yang kita lakukan di atas bisa memberi kebaikan buat kita, minimal orang yang dibantu memberikan doa buat seseorang yang telah membantunya. Dan kondisi ini mendidik kita semakin ikhlas.
Mari kita memotivasi diri kita agar tergerak (termotivasi) untuk menjadi semakin baik hari ini. Motivasi ini bersifat spiritual (spiritual motivasi). Adanya motivasi menjadi semakin kuat untuk semakin banyak berbuat untuk sesama.


Munir Hasan Basri
Trainer 

Bosan

Kata bosan seringkali kita alami dan menghinggapi semua kalangan. Bosan ya bosan, mengerjakan sesuatu yang sama berulang-ulang setiap hari. Misalnya seseorang yang tiap hari makan tempe setiap pagi, maka suatu hati dia bilang,"tempenya nggak enak dan bikin bosan". Solusi yang mudah adalah merubah objeknya yaitu mengganti tempe dengan yang lain.
Yang menjadi persoalan adalah jika dengan tempe itu adalah makan yang mampu dia beli. Maka bisa jadi tidak bosan. Terpaksa ... Iya. Dari sisi lain ada orang mengatakan nggak bosan makan tempe karena saya senang sih. Atau ada juga yang bilang biar bikin tidak bosan masak tempenya yang berbeda-beda, kadang goreng tepung, kadang goreng biasa, bacem dll.
Dari contoh di atas, maka bosan bukan melulu objeknya yang salah, lalu kita ganti dengan objek lain. Yang sama terjadi dengan karyawan yang bosan kerja, bukan berarti kerja yang harus diganti atau perusahaannya yang harus diganti. Tapi kemampuan meramu pekerjaan menjadi semakin bernilai memberi tantangan yang bikin seseorang jadi tidak bosan. Kemampuan meramu adalah soal keinginan untuk belajar dan latihan.
Sebenarnya orang yang bosan itu lagi tidak sadar dengan kondisi saat itu, bayangkan dan renungkan bahwa tempe yang kita makan pun tidak pernah sama setiap hari. Tempe diproduksi dengan kedele yang berbeda, dibuat di hari yang berbeda, orang yang membuat berbeda perasaannya setiap hari, suasana makannya pun berbeda baik hari dan tanggal tidak sama dan seterusnya.  Perbedaan itu tidak pernah kita sadari dan selalu memandang sama untuk satu hal.
Pengen tidak bosan dengan cara mudah dan murah adalah menyadari kondisi dan suasana saat itu yang mampu melihat sesuatu selalu berbeda. Tidak perlu mengganti objeknya, belajarlah untuk melihat dan memaknai suasana yang bikin kita berbeda setiap saat.
Inilah motivasi yang baik dan sederhana untuk memotivasi diri untuk menjadi semakin baik hari ini. Mari berlatih hari ini.

Bentuk kesadaran

Sebenarnya dalam hidup ini banyak sekali kesadaran terjadi pada diri kita, dalam bentuk apa saja kesadaran itu ?
1. Saat kita mampu melihat bahwa ini adalah perbuatan buruk, tapi emosi kita merasa enak untuk dikerjakan.
2. Saat kita menyesal dengan perbuatan kita, lalu mengapa hal itu terjadi ?
3. Saat kita melihat orang yang menzalimin orang lain, "wah tuh orang jahat banget ?"
4. Saat kita sakit dan tak berdaya atau mendapat musibah.
5. Saat menolong orang lain yang terluka atau memgantarkan orang yang meninggal 
Apa yang terjadi dengan kesadaran di atas ? Kesadaran itu hanya sesaat dan setelah itu hanya sedikit menindaklanjuti dengan amal saleh.
Bagaimana saat kita sadar yang diikuti dengan amal saleh ?
Saat kita sabar, tentunya kesabaran kita hanya bergantung kepada Allah. Artinya kesadaran itu konsisten dan terus sadar dengan menindaklanjuti kesadaran dengan amal saleh.
Hal yang sama dengan saat kita ikhlas, syukur, istiqamah yang terus menerus. Kesadaran yang diikuti dengan amal saleh. 
Yang menarik untuk kita gali adalah saat sadar memunculkan sikap dan pikiran positif yaitu mampu melihat yang baik dan yang buruk. Kesadaran ini menjadi hilang saat kita tidak menindaklanjuti dengan perbuatan yang baik (amal saleh). Mari jadikan hal ini untuk memotivasi diri menjadi semakin baik hari ini, motivasi spiritual.
Alhamdulillahi rabbil alamin, Insya Allah kita dimampukan untuk menjadikan kesadaran dengan amal saleh yang diridhaiNya. Aamiin

Apa yang Anda hasilkan hari ini ?

Banyak dari kita hanya fokus bekerja dan bekerja. "Yang penting kerja", ucap kita. Memang tidak ada yang salah, tapi saat ditanya,"apa hasilnya ?". Jawaban ini mungkin masih bisa menjawab "ada". Terus apakah pekerjaan yang sudah dilakukan menambah nilai tambah bagi kita ? Apakah lebih berilmu atau apakah lebih cepat atau apakah lebih bermakna atau apakah lebih hebat dan sebagainya ? Jika ada jawaban dari salah satunya maka pekerjaan itu memberi kebaikan bagi kita untuk menjadi semakin baik. Ingat jawaban itu dijawab sendiri dan tidak perlu diinfokan ke orang lain agar jawaban kita lebih jujur.
Jika pertanyaan di atas tidak memberi jawaban positif, maka apa yang kita kerjakan menunjukkan pekerjaan rutin saja. Mengerjakan hal yang sama dan hasil yang sama alias tidak ada yang berubah. Renungkan lebih lanjut .... Agar kita menjadi manusia yang bersyukur dengan qpa yang sudah kita miliki.
Perhatikan pula untuk menjawab lebih lanjut pertanyaan berikut, apakah yang sudah kita kerjakan itu memberi kebaikan pula bagi banyak orang ? Jika iya berterima kasihlah kepada Allah. Dan jika hanya untuk kebaikan kita sendiri maka semua itu sangat sedikit berkahnya.
Cukupkah sampai disitu ? Mestinya tidak demikian. JawabLah pertanyaan pamungkas, apakah apa yang sudah kita kerjakan itu mampu semakin menambah keimanan atau kedekatan kita kepada Allah ? Jika iya, maka berbahagialah kita telah menjadi hamba Allah yang bersyukur atas nikmat iman.
Mari kita renungkan semua hal di atas agar mampu memotivasi diri agar menjadi manusia spiritual yang benar. Motivasi spiritual menjadi kunci bagi kehidupan kita.

Orang Berani

Banyak orang bilang,"dia hebat loh udah bisa dagang". Begitulah komentar orang yang tidak punya keberanian. Bahkan orang pintar banyak berkomentar,"dagangannya kurang bagus harusnya begini dan begitu". Fakta membuktikan orang berani itu terus berdagang dan bisa menghidupi diri dan keluarganya.
bagaimana dengan kita ? yang hanya memberi komentar ini dan itu, bahkan suka memberi saran saja. Si Berani tadi senang mendengarkannya dan menjalankan semua komentar dan saran agar dagangannya semakin maju. Dan sekali lagi, kita tetap di tempat.
Soal ilmu dan kemampuan sudah kita miliki dan bahkan modal pun cukup, tapi hanya tidak punya keberanian membuat kita tidak memulai dagang/bisnis untuk hidup mandiri. Keberanian tidak bisa dicari seperti ilmu dan kemampuan, maka kita yang merasa dengan ilmu dan kemampuan membuat kita berani untuk berdagang ... ternyata salah.
Keberanian itu tidak banyak didukung oleh ilmu dan kemampuan yang mumpuni. Bisa jadi keberanian itu karena memang lemahnya ilmu dan kemampuan sehingga mendorong untuk berdagang/berbisnis. Setelah berbisnis mulai jalan mereka pun menambah ilmu dan kemampuannya. mari belajar untuk berani ... mandiri bagi kehidupan kita.

Bekerja ikhlas tanpa batas

Dalam bekerja ditafsirkan banyak orang untuk mencari uang. Pada sebagian karyawan berusaha bekerja luar biasa untuk menambah pundi-pundi uangnya, tapi sebagian lain pundi-pundi uang itu tidak bertambah karena hanya menerima gaji saja.
Apa yang terjdi ? Sebagian yang pertama menjadikan bekerja selalu diukur dengan uang. Ada uang ada kerja yang bagus. Atau mau kerja yang lebih baik lagi hasilnya ? Maka ada ukuran yang didapat sebagai pemicunya. Sah-sah saja, tapi jika kita renungkan orang seperti ini hanya dibutuhkan saat mereka diperlukan saja dan saat mereka tidak produktif ya bisa disingkirkan.
Pada sebagian yang lain yang bekerja tidak memberikan tambahan banyak pada pundi-pundi uangnya, mereka yang seperti ini pun sama bekerjanya sesuai SOP atau bekerja apa adanya. Mau lebih hebat kinerjanya, naikin dulu gajinya. Alhasil tidak jauh beda dengan mereka yang orientasi uang. Dan menjadi karyawan yang disayang jika penurut dan jika bermasalah dengan kinerja pastilah menjadi karyawan yang dicuekin.
Salah satu solusinya dalah bekerja ikhlas, bekerja bukan lagi sekedar cari uang tapi bekerja untuk mengabdi keapda sang Pencipta. Dan perusahaan tempat kita bekerja adalah wadahnya dan hasilnya kerja ikhlas memberi efek kebaikan bagi perusahaan. Bekerja ikhlas itu membangun sikap positif dengan kesungguhan, mau belajar untuk menghilangkan rintangan, mau menembus batas waktu dan keterbatasan dan yang pasti menjadi asyik dengan pekerjaan yang dijalani. Tidak ada stress. Mau ? Kita tidak butuh biaya dan tidak apapun Hanya mengerjakan yang sama dengan niat kepada ikhlas kepada Allah. Mari jadikan hal ini sebagai motivasi diri yang dibangun dengan motivasi spiritual yang membawa kita kepada kebaikan.

Harapan itu kosong

Banyak orang menciptakan harapan dan menjadikan harapan sebagai motivasi untuk mengerjakan sesuatu. "Masih punya harapan nggak ?" Jika kita menjawab tidak, maka kita pun sudah tidak mau mengerjakan apa-apa lagi dan cenderung pasrah. Apakah harapan itu bisa hilang ? 
Harapan adalah sesuatu yang tidak nyata sebagai gambaran kita tentang keadaan masa depan yang ingin kita raih. Semakin besar harapan semakin besar tindakan yang kita lakukan dan harapan seringkali menjadi pegangan hidup. Oleh karena itu harapan itu tidak pernah hilang/kosong tapi yang kita anggap tidak ada harapan lagi itu adalah tindakan kita tidak mampu menuju harapan itu.
Jadi tidak ada yang salah dengan harapan, karena ada sesuatu yang tidak mungkin bisa terjadi. Yang pasti kita tidak boleh berhenti melakukan sesuatu secara kuantitatif maupun kualitatif. Seperti orang berjalan, maka berjalan satu langkah itu sudah mendekatkan kita satu langkah kepada harapan kita. Kesungguhanlah yang menuntun kita selalu mengatakan harapan itu selalu masih ada.
Hidupkan harapan itu dengan selalu memotivasi diri untuk menjadi semakin baik hari ini lewat tindakan yang terarah sekalipun pelan. Bukan persoalan jika harapan itu tidak tercapai, tapi menjalani langkah demi langkah sudah menapaki harapan itu.

Kebahagiaan yang semu

Tak banyak orang yang betul-betul bahagia. Ada seorang ibu dan anaknya di mall hanya icip-icip makan saja tidak mau berdiri dan mengambil posisi duduk. Begitu luar biasa kebiasaan makan yang diajarkan Allah yang memberi banyak kebaikan. Saat itu bagi saya kok aneh ya. Ternyata tidak.
Dia hanya menjalankan petunjuk dengan konsisten dan Insya Allah ibu itu merasakan kebagiaan yang luar biasa. Bukan lagi kebahagiaan semu seperti ditunjukkan oleh banyak orang dan bistermasuk kita didalamnya, yaitu terus beraktivitas tanpa banyak amalan yang dilakukan sesuai Al Qur'an dan Hadist.
Petunjuk Allah tidak mengenal waktu dan tempat serta keterbatasan apapun, semua menjadi mudah bagi mereka yang mau melakukannya. Sudahkah kita melakukan satu hal kecil saja sesuai Petunjuk Allah ? Saling mengingatkan kepada kebaikan menjadi awal petunjuk untuk sadar spiritual kepada Allah.
Ya Allah beri kami petunjuk sempurnaMu dan jadikan kami mampu mengamalkannya. Aamiin

Jika ada maka ada

Ada nasehat yang baik dari seorang temen,"belajarlah biar nanti pintar". Kedengarannya sih standard nasehat itu, apalagi jika anda udah pada gede. Pastilah anda bilang,"semua orang juga tahu". Lah terus artinya apakah anda sudah mengerjakannya ? Jawabannya,"belum"
Isi nasehat selalu baik dan ditujukan kepada orang yang lagi "tidak baik". Orang dinasehati itu pun seringkali mengatakan,"saya sudah kerjain tapi hasilnya beda". Dan memang nasehat itu bukan untuk dikerjakan pula saat itu, tapi mereka membutuhkan temen untuk bisa merasakan bersama.
Yang kita telusuri adalah bahasa nasehat di atas,"belajarlah biar nanti pintar" dapat kita tafsirkan pesannya adalah disuruh belajar dan hasilnya pintar. Kalimat ini seperti jika .... maka ...., tapi pada kenyataannya orang belajar belum tentu semakin pintar atau tambah pintar. Pertanyaannya buat apa sih kita belajar ? Jika Kita belajar untuk tahu, maka kita hanya sekedar tahu saja tapi belum tentu pintar menghadapi persoalan yang kita hadapi. Jika kita belajar untuk menyelesaikan persoalan yang kita hadapi maka kita menjadi pintar beneran terhadap persoalan yang kita hadapi. Rumus inipun ternyata tidak berlaku untuk semua orang, ada yang pintar bisa menyelesaikan masalah tapi ada juga orang pintar tidak mampu menyelesaikan masalah.
Hikmah yang dapat kita ambil adalah menjadi bijak jika kita belajar bukan ilmunya dulu tapi belajarlah mengenal masalahnya lalu temukan solusinya. Setiap persoalan yang sebenarnya sudah ditemukan maka solusinya merupakan tindakan sederhana.
Contoh, pengen jadi sabar bukan berarti kita banyak belajar ilmu sabar, tapi belajarlah bagaimana kita menjadi sabar dengan persoalan yang kita hadapi ? Pahami persoalannya dan temukan akar persoalannya. Kita tidak sabar karena ada yang cerewet, bagaimana agar si cerewet tidak cerewet lagi ? Disitulah kita menjadi sabar.
Mari kita belajar dan menjadi pintar untuk memotivasi diri menjadi semakin baik hari ini.

Badai pasti berlalu

Bergantinya malam dan siang, kerja dan istirahat, bangun dan tidur, dan banyak lagi peistiwa yang berganti dan berulang. Bahkan setiap kesulitan lalu ada kemudahan ... Maka sering kali kita mengikuti pola itu. Jika ada kesulitan maka jalani aja nanti juga hilang atau mereda dan kembali lagi seperti biasa. Persepsi ini berkembang menjadi pola pikir kita sampai hari ini. Kondisi ini seperti judul lagu badai pasti berlalu, apakah begitu ?
Lihatlah diri kita sendiri, tanpa banyak usaha untuk menyelesaikan banyak hambatan atau persoalan yang menimpa kita dianggap sebagai ujian dari Allah dan pada saat dicabut ujian itu maka kondisi kita menjadi normal. Kondisi ini hanya Allahlah yang tahu, kita hanya menafsirkan saja. Bisa salah dan bisa benar.
Dari makna tersirat bisa jadi kita diuji agar mampu bersyukur dengan mengembangkan potensi sehingga menjadi manusia beriman. Saat ini kita hanya percaya dengan ujian dari Allah dan Allah itu Maha Rahman dan Rahiim di saat kondisi apapun. Tapi di sisi lain hendaknya kita pun percaya bahwa Allah mempunyai petunjuk untuk diamalkan atas persoalan yang kita hadapi dan pasti janji Allah itu benar jika kita jalani petunjuk itu. 
Contoh saat kesulitan uang, maka kita diuji apakah kita percaya bahwa Allah Maha Pemberi Rezeki ? Dan apakah kita percaya pula apa yang harus kita lakukan dengan yakinlah amal saleh itu menjadi solusinya ? DisiniLah kita diajak oleh Allah dengan kasus by kasus agar kita bisa langsung memahaminya, seperti halnya bedah kasus di dalam dunia pendidikan atau bisnis. Faktanya kita lebih banyak mencari solusi selain dari Allah dan sedikit kurang pede dengan petunjuk Allah. Yang kita jalani untuk bisa dapat adqlah kerja dan ditingkatkannya hubungan komunikasi kepada Allah dengan intensitas tinggi dalam berdoa. Renungkanlah contoh di atas, kesulitan uang juga merupakan ujian dari Allah dan solusinya pun datang dari Allah. Mari berpikir dan menyakini bahwa Allah lah sumber dari segala sumber kehidupan kita.
Kesulitan uang bisa jadi kita selama ini pelit, maka bersedekahlah. Kesulitan uang itu bisa jadi karena kita banyak memperoleh dengan cara yang tidak benar, maka perbaiki cara yang jujur. Kesulitan uang itu bisa jadi karena dosa kita selama ini, maka taubat dan perbanyaklah amal saleh. Kesulitan uang itu bisa jadi karena kita sombong atas apa yang telah kita raih sebelumnya, maka rendahkan hati untuk tunduk kepada Allah. Dan kesulitan uang saat ini bisa jadi memang kita belum mampu menghasilkannya tapi lebih banyak karena faktor pemberian dari orang lain atau bantuan orang lain, maka sadariLah untuk meningkatkan kemampuan yang sebenarnya.
Insya Allah semua itu menjadikan kita semakin baik hari ini dan sekaligus menjadi motivator dalam diri untuk terus menjadi yang terbaik.

Tip sabar

Take a look at @munirhasanbasri's Tweet: https://twitter.com/munirhasanbasri/status/640873153871216640?s=09

Kesadaran yang memampukan

Seorang tanya, kok mau kerja sih mas ? "dengan lugas dijawab iyalah, karena butuh uang". Percakapan ini sederhana tapi bisa kita ambil maknanya, orang tadi bekerja karena butuh uang, uang telah diyakini hanya dapat diperoleh dengan kerja. Orang tersebut terus bekerja demi uang yang diinginkannya. Itulah kesadaran terhadap uang.
Bagaimana dengan orang yang sakit parah ? Apakah dia mau sembuh ? Pasti dia mau sembuh karena tidak mau mengalami sakit. Sadarkah orang ini ? Selama sehat dia tidak menyadari penting untuk hidup sehat, maka baru tersadarkan setelah sakit. Maka untuk sembuh dia melakukan apa saja. Itulah kesadaran untuk sehat.
Setiap hari seorang pengemis berharap mendapatkan belas kasihan orang lain. Sadarkah untuk bekerja ? Pengemis ini tidak sadar untuk bekerja untuk mendapatkan rezekinya, tapi dia sadar dengan belas kasihan orang lain itu mudah. Untuk itu dia berusaha berbagai cara agar bisa dikasihani.
Kesadaran yang sesungguhnya adalaha kematian. Ada dilakukan seseorang jika tahu dirinya segera mati ? Semua orang menjawab yang sama untuk berbuat baik terhadap apa yang telah ditinggalkannya atau meninggalkan kesadaran yang semu untuk kepentingan sesaat. Itulah kesadaran yang kita butuhkan.
Ternyata kesadaran kepada Allah menjadi kunci bagi kesadaran yang lain, kesadaran terhadap uang menjadi lebih mudah, kesadaran untuk sehat merupakan suatu anugrah, dan lainnya. Masihkah kita berpikir sebaliknya bahwa kesadaran untuk mendapatkan uang bisa memunculkan kesadaran kepada Allah, atau kesadaran menjadi sehat bisa membuat kita sadar kepada Allah ... Jawabannya belum tentu. Mari memotivasi diri kita untuk semakin sadar kepada Allah agar selalu dibimbing untuk menjalani keasadaran yang lainnya. Aamiin

Kehidupan di luar rumah

Banyak orang berpikir bahwa kehidupan di luar rumah menjadi bagian awal untuk membuat kehidupan di dalam rumah menjadi baik. Konsep bekerja seharian, berteman dengan berbagai aktivitas, dan yang membuat orang berlomba untuk terlihat baik dengan penampilan dan perilakunya. Bisnis asesoris dari kehidupan di luar rumah itu seperti perhiasan, pakaian, parfum, gadget, kendaraan dan sejenisnya menjadi berkembang pesat. Begitulah banyak orang memerlukan itu semua untuk penampilan demi menjaga hubungan baik dengan sesuatu yang di luar rumah.
Dan akibatnya adalah kelelahan lalu istirahat di rumah. Apa artinya ? Kehidupan sudah tidak lagi ditopang dengan kehidupan di dalam rumah dan rumah hanya sebagai tempat tidur alias hotel. Di dalam rumah sebenarnya sumber kehidupan, "jadikanlah rumah sebagai syurgamu". Di dalam rumah ada potensi besar untuk kebaikan kita, tapi kehidupan di luar rumah mengaburkan dan meniadakannya dengan menciptakan syurga dunia saja.
Oleh sebab itu hendaknya kita mulai berpikir bahwa kehidupan di dalam rumah itu harus diperbaiki dengan aktivitas yang berbasis kesadaran spiritual kepada Allah agar mampu memberi kebaikan di dalam rumah itu sendiri dan apapun yang kita lakukan di luar rumah. Aktivitas di luar rumah terjadi karena efek dari aktivitas di dalam rumah.
Insya Allah renungan ini menjadi bagian motivasi hidup untuk selalu menjadi diri kita semakin baik hari ini.

Sesuatu yang membiasa bikin hilang kesadaran

Setiap kali kita diminta untuk bisa sesuatu dan setelah itu kita pun wajib menjalaninya terus-menerus sehingga menjadi sebuah kebiasaan. Dan inilah citra diri kita. Sering bangUn pagi maka kita dikenal orang yang rajin bangun pagi, dan jika kita terlambat bangun pastilah banyak orang bertanya,"kok sibangun pagi belum bangun, ada apa ya ?" Kejadian sangat positif bagi kita yang bangun pagi karena adanya feedbak dan peringatan dari orang lain yang tidak kita bayar tapi mau melakukannnya.
Bagaimana sebaliknya yang tidak bangun pagi, rasanya kita sering memberi sebutan,"si malas yang bangun pagi" dan tidak kepedulian banyak orang untuk merubahnya. Dan si malas bangun pagi menjadi jarang dilibatkan dalam banyak hal.
Tapi hati-hati juga jika kita sudah biasa, ada gangguan yang membuat kita jadi malas karena sudah menjadi sebuah kebiasaan. Terkadang terlintas dalam pikiran,"nggak bangun sekali ya nggak apa-apa". Mengapa ini terjadi ? Karena kita membandingkan aktivitas bangun pagi kita dengan mereka yang malas bangun pagi dan seolah-olah kita menang. Maka kita pun sedikit mengeremnya.
Inilah kebiasaan yang menjadikan kita malas ... Hindari mengukur kepada yang tidak baik. Mengukur pada diri kita sendiri itu untuk semakin baik hari ini adalah yang terbaik. Kita bertanggungjawab dan menanggung resikonya. Orang lain hanya sampai berempati saja. Jika bangun pagi sudah menjadi biasa, maka yang perlu dilakukan adalah
1. Mengisi dan memaknai bangun pagi dengan berbagai aktivitas yang memberi kebaikan pada diri kita dan orang di sekitar kita.
2. Temukan hal-hal baru dari apa yang kita kerjakan dan bila perlu kita memperdalam apa makna yang sudah kita lakukan
3. Menambah ilmu dan pengetahuan agar selalu update
Jika kita melakukan 3 hal di atas, maka Insya Allah kita menjadi manusia yang selalu memberi kebaikan dengan kebiasaan kita.
Mari kita ciptakan diri kita dengan tindakan baik atau amal saleh atau akhlak baik sebagai kebutuhan hidup untuk semakin baik hari ini. Inilah motivatornya dan menjadi motivasi diri kita.

Doa yang menjadi biasa

Berdoa itu diajarkan sejak kecil untuk dihafalkan dan dibaca. Memang tak banyak orang yang tahu artinya dan maknanya. Doa bangun tidur bisa jadi kita tahu artinya, tapi belum tahu maknanya. Tidak ada kata waktu terlambat ... Sebelum ajal tiba.
Berdoa banyak hal yang bisa kita maknai ....
1. Implementasi iman kepada Allah sebagai perintah.
2. Menyadari bahwa kita adalah makhluk Allah dan semua milik Allah
3. Doa itu merupakan langkah untuk memohon izin dan dirahmati atas apa yang kita inginkan
4. Memotivasi diri untuk mengerjakan sesuai petunjuk Allah
5. Konsistenlah untuk melaporkan point 1 sampai 4 melalui komunikasi langsung, shalat dan doa
Doa dan ucapan yang baik seperti Bismillahi rahmani rahiim, dalam keseharian kita seringkali memperpendek doa itu menjadi Bismillah. Benar atau nggak, yang pasti diajarkannya dengan lengkap. Dan rasanya aneh jika kita tidak mengikutkan kata rahmani rahiim, maka membaca lengkap menjadi sempurna dan tertuju kepada Allah yang kita sifati yang sebenarnya rahman dan rahiim.
Mari kita belajar dan mempraktekkan (mengamalkan) mulai saat ini dan menyempurnakannya setiap saat.
Jadikan doa sebagai motivator kuat untuk menjalani hidup ini dengan sungguh-sungguh dan menekuni dengan mudah dan nyaman.

Doa yang menjadi biasa

Berdoa itu diajarkan sejak kecil untuk dihafalkan dan dibaca. Memang tak banyak orang yang tahu artinya dan maknanya. Doa bangun tidur bisa jadi kita tahu artinya, tapi belum tahu maknanya. Tidak ada kata waktu terlambat ... Sebelum ajal tiba.
Berdoa banyak hal yang bisa kita maknai ....
1. Implementasi iman kepada Allah sebagai perintah.
2. Menyadari bahwa kita adalah makhluk Allah dan semua milik Allah
3. Doa itu merupakan langkah untuk memohon izin dan dirahmati atas apa yang kita inginkan
4. Memotivasi diri untuk mengerjakan sesuai petunjuk Allah
5. Konsistenlah untuk melaporkan point 1 sampai 4 melalui komunikasi langsung, shalat dan doa
Doa dan ucapan yang baik seperti Bismillahi rahmani rahiim, dalam keseharian kita seringkali memperpendek doa itu menjadi Bismillah. Benar atau nggak, yang pasti diajarkannya dengan lengkap. Dan rasanya aneh jika kita tidak mengikutkan kata rahmani rahiim, maka membaca lengkap menjadi sempurna dan tertuju kepada Allah yang kita sifati yang sebenarnya rahman dan rahiim.
Mari kita belajar dan mempraktekkan (mengamalkan) mulai saat ini dan menyempurnakannya setiap saat.
Jadikan doa sebagai motivator kuat untuk menjalani hidup ini dengan sungguh-sungguh dan menekuni dengan mudah dan nyaman.

Kesadaran yang hilang

Setiap hari kita merasa sadar dengan kondisi kita. Tetapi apakah betul kita dalam kesadaran penuh kepada Allah ? Ada sebagian menjawab,"iya dong dan saya inget lagi ngapain". Saat bekerja saya inget kerja atau saya inget saat makan dan seterusnya.
Semua itu betul, tapi apakah Kita menyadari betul keadaan saat kita melakukan aktivitas ? Contoh sederhana adalah tentang bekerja ...
Saat kita bekerja pastilah kita tahu sedang kerja, tapi apakah saat bekerja itu kita merasakan semua keadaan saat itu ? Suasana ruangan kerja, proses pikiran kita berpikir dalam menyelesaikan pekerjaan dan sebagainya. Bisa jadi kita bekerja tetapi pikiran kita yang ada selalu bergantian mengerjakan, kadang serius bekerja dan kadang pula berpindah kepada jam kerja dengan segala kemacetannya, kadang bekerja dan kadang pula tertekan oleh target untuk menyelesaikan pekerjaan, dan banyak lagi. Apa yang kita rasakan setelah bekerja ? Begitu capek dengan hasil kerja yang tidak maksimal. Hal ini disebabkan oleh tidak sepenuhnya kita sadar dengan pekerjaan itu sendiri dan banyak pikiran atau bahkan tindakan yang berbeda.
Dapat kita tafsirkan dengan bekerja tanpa penuh kesadaran, yaitu emosi, pikiran dan khayalan tidak harmonis dalam melakukan pekerjaan. Kesadaran yang penuh memberikan kebaikan yang banyak bagi setiap orang yang mengerjakan ... Cenderung mendorong seseorang bekerja dengan baik dan bersemangat serta dilakukan dengan sungguh-sungguh. Saya sebut kesadaran ini adalah kesadaran kepada pekerjaan (sesuatu selain Allah) dan menjadi semakin baik dengan meningkatkan kesadaran itu kepada kesadaran kepada Allah ... Lakukan semua pekerjaan itu dengan niat hanya untuk Allah dan melakukan pekerjaan sesuai petunjukNya dan orang disekitar kita (bos atau anak buah) adalah media atau fasilitas yang diberikan Allah untuk bekerja. Dengan demikian hal itu merupakan pengabdian kepada Allah, itulah kesadaran kepada Allah (sadar spiritual).
Mau ? Sesuai janji Allah pasti benar, maka jadikan Allah sebagai motivator diri untuk selalu memelihara iman yang tidak saja dengan shalat dan ibadah lainnya tapi dapat dilakukan dalam setiap tindakan kita yang dalam hal ini bekerja.

Aneh tapi ngga aneh

Seseorang telah menjadi dirinya sendiri karena membiasa. Tapi kadang kala perubahan itu membuat seseorang menjadi "aneh", itulah yang terlihat oleh banyak orang disekitarnya. Padahal apa yang dilakukan itu tidak cenderung buruk atau jelek dalam etika. Aneh aja katanya, karena tidak biasa.
Banyak orang protes atas semua itu karena banyak orang ingin seseorang menjadi orang seperti biasanya. Itulah yang repot ... Bahwa seseorang itu bukan untuk menjadi konsumsi orang lain tapi dia ingin menjadi semakin baik bagi dirinya. Dan semua itu terjadi karena situasi dan keadaan berubah, tidak ada yang tahu itu termasuk orang disekitarnya. Mereka yang disekitarnya hanya melihat penampilan dan wajah saja. Hidup seseorang tidak bisa dihidupi oleh siapapun tapi seseorang menanggung dirinya sendiri dan orang sekitar hanya penonton.
Mereka yang melihat seseorang berubah dengan perilaku anehnya tidak perlu dikomentari karena tak ada untungnya. Ada sih yang ingin berempati tapi tetap saja mereka tidak suka dengan keanehan tersebut. Sekali lagi orang tidak suka dengan perilaku aneh.
Tapi disisi lain, ada orang aneh beneran dengan perilaku seperti orang gila dijalanan atau orang yang berlaku kasar, tidak beretika umum dan sebagainya. Semua itu memang aneh tapi tidak ada yang peduli. Banyak memang tidak tahu sama sekali jalan pikiran mereka.
Renungkan kembali diri kita dan orang disekitar kita, yang perlu dan penting hanya kita sendiri yang tahu diri kita, kita sendiri yang bisa menjadikan diri kita sekalipun ada peran orang lain. Kuatkanlah diri kita untuk mampu menghadapi kenyataan hidup. Inilah motivasi yang kuat untuk mendorong kita semakin baik.

Syukur dengan kerja yang apa adanya bukan yang diinginkan

Pada saat kita sudah memiliki sesuatu berupa benda atau apapun, hanya digunakan sesaat saja dan seiring waktu tidak menarik lagi serta bahkan tidak digunakan lagi. Contoh saat membeli kamera, diawal begitu luar biasa digunakannya dan hampir setiap momen digunakan. Bagaimana setelah satu bulan ? Makin jarang digunakan dan setelah dua bulan menjadi pajangan yang disimpan. Begitu juga saat beli sepeda, saat beli tv baru yang canggih yang awalnya membeli fitur canggih tapi akhirnya hanya menonton seperti tv biasa, dan banyak lagi.
Memang ada beberapa barang yang kita gunakan terus-menerus, tapi tidak banyak. Apakah artinya semua yang jarang kita pakai itu mubazir ? Mungkin iya jika beli dengan cicil. Memaksa beli tanpa kemampuan yang bisa diartikan sebagai memenuhi emosional saja.
Lalu apa yang harus kita perbuat ? Mulailah belajar menyadari apa yang kita miliki dan belajar dengan ilmu agar mampu memanfaatkan apa yang kita miliki. Contoh, sepeda yang kita miliki bukankah kita mesti menggunakannya semaksimal mungkin tidak hanya untuk berolahraga tapi digunakan untuk keperluan lain. Seperti berbelanja, bersilaturahmi dan sebagainya. Bukankah semua itu dikerjakan bisa memberi kebaikan bagi kita. Untuk semua itu kita perlu fasilitas agar sepeda itu bermanfaat seperti  helm, masker, dan asesoris lainnya. 
Contoh lain, seseorang membeli smartphone yang bisa menulis (note) karena terpikir oleh pembeli untuk selalu menulis dan bisa menulis dimana saja dan tidak bergantung kertas/pulpen. 
Tapi fakta menunjukkan bahwa kita lebih banyak bermimpi yang lebih lagi dan meninggalkan atau jarang menggunakan lagi. Punya sepeda memunculkan keinginan pengen motor, punya note memunculkan keinginan membeli note terbaru dan sebagainya.
Terkadang qpa yang sudah kita miliki dan disimpan cenderung rusak atau tidak berfungsi normal atau bqhkan rusak. Bisa jadi hal ini merupakan peringatan untuk menggunakannya dengan maksimal. Dan tidak itu saja bahwa kondisi ini pun mengingatkan untuk tidak terlalu bernafsu untuk memiliki yang belum dipunyai .... 
Ada yang bisa kita renungkan, jika kita memanfaatkan sepeda dengan maksimal maka rasa syukur kita menjadi benar ... Dan Insya Allah kita siap dimampukan dan mampu menerima nikmat berikutnya berup motor, atau dengan kita pun siap dengan note terbaru karena begitu banyak membantu kita dalam menulis yang banyak dan cepat.
Marilah bersyukur dengan memaksimalkan pemakaian apa yang kita miliki agar Allah membalasnya dengan nikmatNya Bukan bersyukur dengan cara menerima apa adanya tanpa banyak berbuat banyak terhadap apa yang kita miliki.
Jadikan apa yang kita miliki untuk memotivasi diri agar kita menjadi hidup semakin baik dan diberkahi.


Beramal tapi tidak beramal saleh

Awalnya kita ingin beramal, maka banyak cara untuk mendorongnya. Kita mencari ilmunya lewat teman, guru dan lainnya. Ilmu didapat dan kita pun semakin yakin untuk beramal saleh. Dorongan lain pun menjadi kita cari untuk menguatkan nilai amal saleh itu .... semangat yang bisa muncul di dalam lingkungan orang baik atau pahala dan balasan atas amal saleh. Semakin tinggi nilai amal saleh.
Ada kebanggaan dalam diri yang membuat hati jadi tenang, amal saleh dari yang kecil sampai yang besar bisa kita lakukan. Syukur Alhamdulillah, tiada hari tanpa amal saleh. Senyuman yang paling sering kita lakukan kepada siapa saja mendapatkan gelar Mr. Smile. Kondisi ini menjadikan kita semakin merasa "saya adalah orang yang beriman".
Hati-hati tingkatan ini bisa menjerumuskan kita kepada amal saleh yang bukan amal saleh. Mari kita perhatikan dan renungkan berikut  ini :
1. Pengakuan diri atas segala yang dirasakan 
2. Pujian dari orang lain 
3. Rutinitas yang menjadikan kita mengerjakannya secara otomatis.
Ternyata ketiga hal di atas tidak mengurangi semangat dan tidak pula oleh ilmu yang tidak memadai. Semua terasa sempurna. Tapi ingat lebih dalam bahwa ketiga hal itu mengikis nilai amal saleh itu yang bersemanyam di dalam hati.
Dalam perjalanan menuju amal saleh, seringkali kita melupakan untuk banyak melibatkan hati untuk banyak berperan dalam amal saleh. Hati yang kuat yaitu hati yang dekat dengan Allah yang menciptakan kondisi kita selalu dirahmati dan dibimbing Allah.
Untuk itu amal saleh memerlukan penyegaran yang dimaksudkan meningkatkan aktivitas hati dengan banyak berdzikir, beribadah dan beramal saleh yang terus-menerus.
Sekolah lebih banyak mengajarkan kita ilmu dalam beramal dan lingkungan mengajarkan kita pentingnya beramal saleh. Tapi Allah mengajak kita untuk dekat agar amal saleh itu adalah amal saleh yang dirahmati Allah, semua amal saleh itu merupakan amal yang digerakkan Allah.
Insya Allah ... kita dimampukan dan dirahmatiNya. Aamiin

Semakin sukses semakin bahagia ?

Masih kuat dalam pikiran kita dan telah menjadi apa yang kita inginkan, bahwa kesuksesan itu membawa kepada kebahagiaan. Fakta menunjukkan bahwa hidup tidak bisa bahagia tanpa kecukupan makan dan minum. Dengan kata lain, orang yang makan dan minum tercukupi dalam jumlah dan kualitas mampu memberikan kebahagiaan. Begitulah slogan,"semakin sukses semakin bahagia".
katakanlah saat Anda ingin mencapai kesuksesan itu terwujud dalam meraih materi atau jabatan, umumnya menjadi kaya dan memiliki harta yang banyak itu merupakan tanda kesuksesan. Pertanyaannya adalah apakah dengan mobil Mercy membuat Anda puas dan cukup mengantarkan Anda kepada kesuksesan  ? Bisa jadi Anda tidak cukup dengan mobil Mercy dan ingin menambah Mercy nya dan mobil merek terkenal lainnya. dan terus berlanjut tak berujung. Jika perjalanan itu tidak berujung, apakah ada kesuksesan ? 
Oke lah banyak orang meragukan kalimat sebaliknya, " semakin bahagia semakin sukses". Benar itu, tapi bagaimana caranya ? Terkadang kita merasa bahagia tapi cenderung meninggalkan kehidupan dunia. Artinya ada orang bahagia tidak sukses atau ada orang tidak bahagia tapi orang sukses.
Tip mudah ... Kesuksesan itu mewujudkan kerja untuk memuaskan/memenuhi kebutuhan pikiran dan emosional dan Kebahagian adalah mewujudkan kerja yang melibatkan hati untuk tenang/nyaman. Jadi jauh lebih mudah mendapatkan kebahagiaan yang membuat kita semakin sukses ....daripada semakin sukses semakin bahagia. Mewujudkan kerja kita dengan melibatkan hati yang memimpin pikiran dan emosional kita.
Insya Allah kita mampu meraih kebahagiaan yang memenangkan hati yang juga mampu mengendalikan emosional dan pikiran sehingga mudah berpikir yang sehat.

Apa motivasi hidupmu ?

Seorang teman ditanya, buat apa kamu kerja ? Dengan yakin dijawab buat cari duit lah. Dan ada teman yang lain menjawab kerja buat keluarga dan buat orang tua serta buat memenuhi kebutuhan hidup. Saya pastikan lagi, apakah jawaban itu benar dan yakin.
Oke, saya lanjutkan dengan pertanyaan, "jika kamu kerja buat uang, artinya kamu kerja dimotivasi oleh uang. Segala buat uang. Tapi apakah Anda sudah mendapatkan uang banyak ?". Dengan agak ragu Anda menjawab,"belum". Bukankah uang sudah bisa membuat Anda bekerja luar biasa untuk uang yang banyak. Sama halnya mereka yang menjadikan kerja buat keluarga, orang tua dan memenuhi kebutuhan hidup.
Yang perlu kita pahami Ada orang yang bekerja luar biasa tapi tidak mendapatkan uang yang banyak dan sebalik ada pula orang yang bekerja biasa malah mendapatkan uang banyak. Sebetulnya uang itu bukan dari bos tempat kita bekerja saja tapi uang itu merupakan pemberian Allah buat kita melalui bos kita. Bos kita pun memberikan uang karena melihat hasil kerja kita dalam memajukan perusahaan. Allah yang menggerakkan bos kita ... Bos bisa lihat kerja dan bisa juga tidak melihat kerja kita .. Itulah kekuasaan Allah.
Oleh sebab itu yakinlah kita percaya Allah dan berpikirlah bahwa kita bekerja untuk Allah. Insya Allah karena Allah maka motivasi kerja pun sudah semestinya untuk Allah. 

Tidak sama bersyukur dengan kufur ?

Judul yang mengajak kita berpikir tentang banyak hal. Saat kita tidak berdaya seringkali kita berkata, "bersyukur aja" ... bisa jadi memang kita tidak berbuata apa-apa lagi, maka ucapan itu semacam menenangkan hati kita. Tapi begitu juga saat kita menerima sesuatu dari orang lain, maka yang diucapkqn hampir sama, padahal apa yang kita terima tidak berarti banyak buat kita. Lalu apakah kita sudah bersyukur ?
Kala mengklaim,"sudah sih". Tapi jika kita telusuri judul di atas ... Makna kufur bisa bermakna menutupi kebenaran atau dengan arti lain menutupi nikmat yang telah kita terima. Yang baru kita terima masih terlihat tapi yang sudah kita miliki seringkali tidak terlihat sehingga yang kita inginkan adalah mau menerima lagi dan menerima lagi. Inilah orang yang tidak bersyukur atau kufur.
Jadi untuk menjadi bersyukur yang pasti berbeda dengan kufur adalah beranilah kita melihat apa yang sudah ada dan mau bersyukur yaitu mau memanfaatkan apa yang sudah menjadi sesuatu yang bernilai tambah. Ada pikiran dan hati yang menuntun kita untuk memanfaatkannya.
Orang bersyukur berarti lebih banyak memberi .... Tapi sebaliknya orang yang kufur lebih banyak menerima. Insya Allah semua ini menjadi bekal kita untuk mulai banyak bersyukur

Perbuatan baik itu tidak sama dengan amal shaleh

Terjemahan untuk amal shaleh adalah perbuatan baik. Terjemahan yang maksimal karena bisa jadi jika diterjemahkan menjadi panjang. Yang paling baik adalah tetap menggunakan bahasa aslinya yaitu amal shaleh. Sekalipun amal diartikan perbuatan atau tindakan, maka tindakan yang baik tidak sama dengan amal shaleh.
Amal shaleh sudah pasti perbuatan baik, tapi perbuatan baik belum tentu amal shaleh. Perbuatan baik hanya mendasarkan perbuatannya dengan etika dan adat di tempat tertentu, perbuatan baik di Amerika belum tentu perbuatan baik di Indonesia. Maka perbuatan baik itu bukan amal shaleh. Sedangkan amal shaleh merupakan tindakan yang mengacu pada syariat Allah yang ditujuan hanya kepada Allah. Contoh sederhana adalah soal makan. Bagi orang Barat makan dengan sendok dan garpu adalah perbuatan baik, dan bisa menjadi amal shaleh jika kita memulai makan dengan niat dan doa dan menutupnya dengan doa pula. Sikap makan pun mengikuti petunjuk atau syariat Allah yaitu makan yang halal, thayib bagi kesehatan dan berkah. Makanlah selagi lapar dan berhenti sebelum kenyang. Penjelasan di atas semakin membedakan dengan jelas perbuatan baik atas amal shaleh.
Bagi muslim kita mesti tidak sekedar berbuat baik karena tidak punya nilai pahala tapi hanya sekedar fisik saja. Maka pelajarilah amal shaleh yang Allah turunkan dalam Al Qur'an dan hadist dari perilaku Rasulullah. Bisa dibayangkan dalam setiap perbuatan bisa mendatangkan keridhoan Allah jika benar-benar kita mampu beramal shaleh.

Bercermin

Di saat kita bersilaturahmi banyak hal yang kita bisa maknai, yang utama adalah menyambung hubungan dengan saling berinteraksi untuk berbincang kebaikan. Dengan interaksi itu pastilah kedua belah pihak mempunyai kondisi yang berbeda. Ada yang lebih baik dari yang lain. Untuk itu pahami lebih dalam ... Untuk bercermin.
Apa yang mesti dilihat dengan bercermin itu ? Pastilah kebaikan dari orang lain atau cerita orang lain yang kita dengar.
1. Ada sikap untuk menonjolkan diri dan keluarga. Sah-sah saja, maka kebaikannya adalah kita mesti semakin banyak beramal shaleh agar dirahmati Allah derajatnya. Dengan kedudukan yang dirahmati Allah maka kita tidak perlu menonjolkan diri ... Dan malah membuat kita semkin rendah hati dan sederhana.
2. Keyakinan seseorang untuk lepas dari ketergantungan pada hal yang dilarang Allah, misalkan utang. Hari gini nggak utang, mana mungkin. Jika demikian salah dong petunjuk Allah itu. Beriman berarti kita pasti mengatakan petunjuk Allahlah yang benar, maka mohon diberi hati yang terbuka untuk menyempurnakan ilmu hidup tanpa utang bisa kita jalani. Yang pasti kita mesti menguatkan shalat dan ibadah yang lain agar kita semakin kuat bergantung kepada Allah dan semakin kecillah ketergantungan kepada dunia, khususnya utang.
Mari kita melihat sisi kesuksesan seseorang bukan dari hasilnya tapi lihat apakah mereka mengikuti petunjuk Allah atau tidak.

Saya yakin kepada Allah maka saya bertindak

Ada sebagian orang merasa bahwa saat mereka bertindak merupakan keputusan yang didasari oleh pengetahuan yang sudah mereka miliki. Seperti halnya nasehat berikut ini, "mikir dulu sebelum melakukan sesuatu". Begitulah yang menjadi keseharian kita untuk selalu berpikir agar lebih banyak tahu sebelum bertindak.
Mari kita renungkan sejenak tentang hal di atas, apakah betul kita benar-benar tahu tentang apa yang ingin kita lakukan ? "Iya dong", kata kita. Tapi bukankah sebenarnya kita tidak tahu banyak, karena kita hanya tahu sedikit. Itupun ke-tahu-an kita hanya pada proses atau cara yang ingin kita lakukan dan begitu optimis dengan hasilnya. Perhatikan banyak tindakan kita yang salah atau hasilnya meleset.
Di lain sisi jika ditanya, dimana peran Allah ? Tidak ada. Karena kita bertindak atas ilmu yang kita miliki dan kita cari tahu untuk melakukan sesuatu dan sok tahu tentang hasilnya. Semua itu terwujud dalam keyakinan kita, lalu kita bertindak.
Dimana peran Allah sebagai orang yang beriman ? Bukankah shalat dan ibadah kita hanya untuk Allah dan begitu pula dengan hidup kita hanya untuk Allah. Bertindak hanyalah sebagian kecil dari hidup kita yang seharusnya kita persembahkan kepada Allah. Dimana peran allah sebagai orang bertindak dalam implementasi hidup kita kepada Allah ? Kayaknya belum ada. Untuk itu kita melibatkan Allah dalam niat dan doa.
Mari kita merenungkan semua hal di atas agar kita mampu bertindak karena kita yakin kepada Allah Bukan karena kita yakin atau tahu (kepada proses atau hasilnya). Yakin kepada Allah merupakan perwujudan kita beriman. Keyakinan itu mesti diikuti dengan yakin untuk membaca, memahami dan mengikuti petunjuk Allah (bertindak) Al Qur'an.

Antara bersabar atau bermasalah

Kehidupan ini lebih mudah untuk berkata tegas kata kita sih. "Kalau begitu udah aja dibilang kok nggak ngerti-ngerti .... " inikah sikap yang diajarkan nabi ? Insya Allah semua sudah memahaminya, tapi soal memilih mana yang mau diterapkan .. Tetap bersabar yang benar atau mengambil sikap
Kita adalah milik Allah dan orang lain pun milik Allah. Nabi tidak bisa mengislamkan pamannya, tapi apakah nabi mesti tegas terhadap hal ini ? Bisa jadi banyak hal yang tidak kita ketahui dengan skenario Allah, oleh karena itu bukankah semestinya kita mengintensifkan hubungan dengan Allah untuk menemukan jawaban apa yang kita hadapi.
Insya Allah dengan selalu beribadah dan bekerja dengan petunjuk Allah ...kita dibimbing dalam menemukan tindakan yang benar

Percaya dan lakukan atau mengerti baru percaya

Dari sebuah percakapan film anak-anak, ada orang tua yang tak percaya dengan aktivitas anaknya yang bisa terbang. Lalu anaknya berkata, "ayah tak perlu mengerti tapi ayah percaya saja semua bisa terjadi".
Percakapan ini menarik pikiran kami, bagaimana dengan kita beriman kepada Allah ? Bukankah kata beriman itu berarti percaya, lalu lakukan apa yang diperintahkannya. Dalam perjalanan amal kita tadi barulah kita mengerti apa artinya percaya itu dengan bukti-bukti yang Allah tunjukkan lewat hati, mata, telinga dan pikiran. Disinilah kita mengerti bahwa shalat itu bermanfaat bagi kesehatan saat ini tapi zaman dulu orang hanya shalat saja. Begitu pula puasa dan iabdah lainnya baru kita ketahui kebaikannya tapi orang dulu hanya beribadah dan beribadah saja.
Masihkah kita menjadi percaya setelah memahaminya dengan benar. Orang beriman dan beramal shaleh ... Merupakan kalimat yang sering diungkap oleh Allah dalam Al Qur'an. Beriman ... Percaya dan beramal shaleh ... Lakukan saja perintahNya. Allah tidak menyuruh kita mengerti dulu baru percaya. Insya Allah pemahaman ini menjadi kebaikan buat kita dan menjalankannya. Aamiin

Modernisasi Lebaran

Puasa sudah kita lewati, tibalah saatnya bulan syawal hari Lebaran hari meraih kemenangan jika kita mampu berpuasa dengan benar. Sekalipun puasa yang telah kita lakukan banyak pula kelalaian dan belum sempurnanya menahan nafsu, selalu ada optimisme kita menjalani Lebaran dengan suasana yang menciptakannya. Suasana "maaf saya puasa" di saat bekerja dan menghadapi orang yang tidak berpuasa, sahur, berbuka dengan bukbernya, taraweh dengan kajian keislaman, persiapan Lebaran dengan baju dan makanan yang ngangenin dan banyak lagi .... Hal itulah yang mengantarkan kita kepada kePDan menuju hari yang fitri.
Dan semakin sempurnalah Lebaran itu dengan kecanggihan teknologi terutama smartphone. Lebaran yang identik dengan silaturahmi yaitu saling berbalas kunjung dengan saudara atau teman. Silaturahmi itu sudah luntur dengan "silaturahmi" lewat pesan bbm atau pesan what app dan lainnya. Masihkah ada nilai silaturahmi itu ? hanya anda yang tahu. Tidak ada lagi sapaan yang asli ... Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Salam itu kita baca pada pesan dari orang lain oleh kita sendiri dan kita sendiri yang jawab. Bagitu pula tak ada lagi .... bersalaman tangan dengan senyum. Semua itu masih bisa sih diganti dengan emoticon. Yang terakhir ... Kata mohon maaf bukan lagi dari ucapan orang lain kepada kita tapi sekali lagi kita membaca pesan "mohon maaf dari mulut kita sendiri dan kita pun menjawabnya ... Atau ala kadarnya tanpa menjawab". Masihkah ada makna silaturahminya ? Silaturahmi tidak bisa digantikan dengan alat apapun dan hanya silaturahmi jika kita saling berkunjung. Paling tidak menelpon lebih baik daripada lewat pesan. Mari belajar untuk mengembalikan nilai silaturahmi disaat Lebaran. Insya Allah dibimbing dan diberkahi. Aamiin.

Kesadaran kepada Allah

Hanya orang banyak beraktivitas apa yang diperintahkan Allah saja yang mempunyai kesadaran kepada Allah, itupun masih ada rayuan untuk meninggalkan kesadaran itu. Bagaimana denga Anda ? Bisa jadi kesadaran itu ada tapi oesadaran kepada apa yang kita inginkan. Mengapa ? Yang ada di pikiran Anda hanya keinginan yang mesti dicapai. Keinginan Anda banyak tentang kesenangan dunia yang hanya bisa dicapai di dunia. Mumpung masih didunia ya mesti diraih.
Kesadaran kepada Allah memberikan bukan saja kesadaran kepada Allah tapi kesadaran tentang dunia seperti yang Anda inginkan. Jadi mengapa kita tidak meningkqtkan kesadaran kepada Allah ? Mari untuk memperbanyak hal tentang Allah terutama memahami petunjukNya.

Manusia itu suka mengeluh

Mengeluh menjadi dasar setiap manusia, mulai males bangun pagi sampai enggan melakukan sesuatu karena hal sepele. Keluhan itu mulai dari yang kecil sampai yang besar, jika kita terus memanjakannya maka semua itu menjadi kebiasaan dan karakter kita. Yang pasti sangat mempengaruhi produktivitas.
Jadi sifat mengeluh itu bisa berubah asal kita action ya beramal ya bekerja. Memulai langkah awal saja berat tetapi tetaplah action lagi ya beramal terus dan bekerja terus. Maka menghasilkan produktivitas.

Banyak atau berkualitas

Banyak orang sangat ingin mengerjakan amal yang berkualitas, tapi sulit dilakukan. Hari ini merasa berkualitas dan hari berikutnya merasakan yang lebih baik lagi. Jadi apakah ada yang berkualitas itu ? Tidak ada dan yang ada adalah mengerjakan sesuai harapan atau persyaratan yang ada. Harapan atau persyaratan itulah yang menjadi rujukan kualitas kerja. Untuk menjadi berkualitas memerlukan waktu maka kerjakan saja amal itu dan terus membenahi ilmu agar besok menjadi berkualitas.
Dengan kondisi di atas, mengerjakan amal itu secara bertahap menuju semakin baik mengajarkan kita untuk tidak khawatir salah/kurang. Mari berpikir sederhana lakukan saja sesuai ilmu kita miliki dan teruslah membuatnya semakin baik.

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...