Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Bekerja atau beramal saleh

Bekerja atau beramal saleh ? Bekerja seringkali dipisahkan dan bukan Amal Saleh. Atas dasar itulah banyak orang memisahkan bekerja dan amal saleh, dan akibatnya seolah-olah bekerja mempunyai aturan sendiri dan amal saleh aturannya sendiri. Bekerja cenderung urusan dunia dan amal saleh urusan akhirat. Bekerja dan beramal saleh adalah dua hal yang berbeda.
Bekerja bertujuan cari uang untuk memenuhi kehidupan keluarga, sedangkan beramal saleh untuk mengumpulkan amalan agar masuk syurga. Jika dua hal itu digabung bisa jadi di saat bekerja kita tidak nilai negatif di mata Allah dan katakanlah beramal saleh ada, maka hasilnya seimbang atau bisa jadi negatif di mata Allah. Terus yang jadi pertanyaan adalah apakah kita hidup dengan bekerja dan beramal saleh itu menjadi mengurangi nilai di mata Allah ? Bisakah bekerja itu merupakan amal saleh sehingga nilai kita di mata Allah menjadi selalu positif ?
Bekerja berarti melakukan sesuatu atau tindakan, sedangkan Amal berarti perbuatan atau tindakan dan Saleh = baik menurut Allah. Jika diperhatikan kata "bekerja = Amal", kecenderungan bahwa seseorang bekerja yang baik untuk mendapatkan hasil (uang) yang baik (banyak). Bekerja yang baik itu masih berorientasi untuk mendapatkan uang, sedangkan amal saleh adalah bekerja (tindakan) yang baik di mata Allah. Maka dapat kita selaraskan bahwa bekerja (yang baik) bisa menjadi amal saleh, jika apa yang kita kerjakan itu sesuai dengan apa yang Allah perintahkan. Misalkan Bekerja diawali dengan niat dan bekerja untuk Allah. Sebagai seorang salesmen, maka bekerja yang baik itu dengan cara memulai niat mencari rizki untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mengunjungi konsumen dengan cara yang santun yang diajarkan oleh Allah lewat petunjuknya, menawarkan produk dengan bertanggung jawab dan tidak berbohong, dan seterusnya. Bersyukur atas nikmat saat semua bisa kita lakukan dengan cara yang baik dan mendapatkan penjualan. Maka bekerja yang seperti itu sama dengan amal saleh. Dan amal saleh pasti dibalas oleh Allah dengan rezeki dan nikmatNya, berupa pahala dan bonus kehidupan di dunia.
Bisa kita bayangkan jika kita bekerja sebagai amal saleh (sebagai ibadah kepada Allah) dan melaksanakan ibadah khusus seperti shalat dan sedekah dan lain-lain, maka sepanjang hari kita selalu beramal saleh dan saling menunjang dari bangun tidur, bekerja dan ibadah. Insya Allah, Allah memberika kecukupan dalam hidup ini dengan ridha Allah atas amal saleh kita.

Adakah hidup yang lebih baik ?

Tak banyak bisa kita perbuat, karena semua dibatasi oleh waktu, kemampuan dan pikiran. Padahal 
Banyak yang ingin kita peroleh selama di dunia ini. Sejak kecil kita yang berada (orang tua berkecukupan) sudah melekat kenikmatan dunia dimana dunia melayani kita. Tapi sebaliknya mereka yang berkekurangan tentu lah tidak bisa merasakan dunia yang indah.
Saat ini, apakah masih ada kebaikan dunia ini buat kita sembari menunggu kematian ? Salah satu Yang bisa kita lakukan adalah bagaimana kita bersikap terhadap dunia. Tidak banyak yang bisa kita lakukan maka ada banyak cara melihat apa yang kita kerjakan dengan kacamata kebaikan. Kalau bekerja itu beban, maka ada banyak cara diantara bekerja sebagai perjalanan menuju keinginan kita, atau bekerja sebagai bentuk pemberian/melayani orang lain dan sebagainya.
Dengan terbatasnya waktu dan pikiran, maka jauh lebih menyenangkan jika kita mengerjakan untuk hal yang lebih besar. Apa yang besar itu ? Dzat yang Maha Besar yang Maha Pemberi dan Maha Adil .... Maka kita pun hanya butuh ikhlas dalam mengerjakan apapun sebagai rasa syukur diberi kehidupan dan iman hari ini. Kerja memang cari duit, yakinlah bahwa kerja itu merupakan upaya bersyukur atas pemberian Allah dengan tubuh, pikiran dan alam semesta ini ... Dan Allah memberi duit lewat hambanya dan benar-benar mencukupkan asal kita ikhlas. Sebaliknya ketidakikhlasan kita bisa dibalas dengan uang yang sama tapi tidak berkah, uang gampang habis yang akhirnya mengantarkan kita merasa selalu kekurangan uang.
Mari kita renungkan kehidupan ini bahwa masih ada cara yang mudah dan gratis untuk bisa menikmati hidup ini ? Cek rasa kekurangan kita terhadap dunia ... Jika kurang maka keikhlasan kita masih jauh atau dengan kata lain hanya mencari balasan (berharap selain Allah). Insya Allah kita diberi kemampuan untuk selalu berkecukupan dari hati ... Agar hati ini bisa membimbing kita menuju keikhlasan yang sebenarnya kepada Allah. Aamiin

Menulis menambah ilmu

Banyak orang males bikin laporan dan apalagi laporan itu rutin yang dibuat sama terus. Sebetulnya laporan itu nggak salah, yang membaca laporan juga terkadang males bacanya .. lalu yang buat laporanlah yang menentukan tulisan itu menjadi bermakna. Sekali lagi yang bikin laporan sudah tidak ada jiwanya sehingga hanya copy  paste saja.
Seorang temen juga ada yang males menulis alamat dan sebagainya, mana saya foto saja dari smartphone. Selesai. Solusi yang bagus tapi keseringan jadi tidak mendidik.
Menulis itu menggerakkan banyak hal,

  1. Mata yang membaca dan mengoreksi apa yang dilihat atau didengar atau dirasakan
  2. Pikiran selalu diajak untuk memahami apa yang ditulis
  3. Proses menginngat dari apa yang dilihat atau didengar atau dirasakan untuk dituangkan kembali dalam bentuk tulisan
  4. Mengeluarkan emosi yang sehat saat menulis.
  5. Seperti mengajak bicara (selftalk) yang mengasah kita untuk mengembangkan ide tulisan
  6. Apa yang kita tulis terus digali oleh pikiran untuk dipertanyakan, apa ? bagaimana ? dimana ? kok bisa ? dan banyak lagi pertanyaan lain yang membuat kita menjadi semakin terbuka dengan pendapat atau ilmu baru.
  7. Ada olah fisik oleh tangan kita yang mampu menyehatkan tubuh dengan aliran darah dari tangan yang bergerak.
  8. dan lainnya yang diperoleh makna setiap orang yang berbeda.
Dengan dasar itu mari jadikan menulis dan menulis apa saja yang membuat kita jadi sehat. Mau ? Siapkan waktu untuk mewujudkannya sekalipun 5 menit atau 10 menit bahkan lebih.

Cari duit

Setiap orang jika ditanya,"kerja buat apa ?", maka jawabannya 90% cari duit. Termasuk seorang penjahat pun niatnya mencuri atau melakukan kejahatan karena cari duit juga. Kalau begitu apa bedanya antara orang baik yang bekerja dengan penjahat ?
Mari kita dalami kedua hal itu .... kalimat "cari duit" bermakna benar-benar mencari duit atau mencari dan menemukan duit lalu mengambilnya. Tapi bukan itu yang Anda maksud. Jadi cari duit itu adalah cari kerja. Dengan cari kerja dibalas dengan uang atas apa yang dikerjakan.
Berarti jika benar-benar Anda kerja cari duit, maka sebenarnya Anda bukan cari duit tapi cari kerja. Untuk mendapatkan duit yang banyak maka Anda pun wajib cari kerja yang banyak atau kerja yang disenangin oleh yang memberi kerja atau kerja yang berkualitas (kerja yang jarang dikerjakan oran lain, yang susah, yang berat, yang jauh dan sejenisnya). Kalimat Cari kerja memberi dorongan aktif bagi Anda untuk selalu meminta atau mengambil kerja dari atasan (pemberi kerja). Sudahkah Anda benar-benar cari kerja ? Jika iya, maka Anda mendapatkan duit yang pantas (pendapatan).
Selanjutnya jika Anda sudah dapat duit, buat apa duitnya ? Buat keluarga, isteri dan anak. Artinya Anda disuruh kerja oleh isteri dan anak, seolah Anda tertekan dengan kewajiban itu, Agar cari kerja itu menjadi baik buat Anda, mari cari jawaban pertanyaan berikut. Apa niat Anda menikah ? Umumnya niatnya ibadah. Lalu Anda menerima isteri dengan niat ibadah alias ikhlas, lalu jika Anda mendapatkan anak ... apa niatnya ? Iya ibadah juga. Oke kalau begitu, maka dapat disimpulkan cari kerja (cari duit) berarti ibadah dong. Mari pahami dan renungkan bahwa cari kerja itu ibadah. Maksudnya menjadikan kerja yang Anda lakukan itu sebagai ibadah. Bagaimana caranya ? Apakah kerjanya harus ikhlas ? Kalau ikhlas berarti nggak dapat duit dong.
Kerja sebagai ibadah .... ditafsirkan kerja itu berupa tindakan atau amal (perbuatan). Untuk menghasilkan uang pastilah kita kerja yang baik, maka kerja itu brarti amal saleh (mengerjakan sesuai petunjuk Allah). Apa yang Anda peroleh jika beramal saleh ? Insya Allah, dibalas Allah dengan rezeki (pendapatan Anda) dan kebaikan dengan dicukupkan kehidupan Anda oleh Allah. Allah itu Maha Adil dan Maha Melihat apa yang hambanya kerjakan. Untuk itu kita beriman.
Dengan kata lain, bahwa cari kerja itu bisa diwujudkan berupa amal saleh dan amal saleh itu merupakan ibadah kita. Dan dengan demikian apapun yang kita kerjakan baik sebagai ayah, manager, pengusaha, bawahan dan sebagainya adalah ibadah yang menjadikan kita semakin beriman.
Disisi lain, penjahat betul itu cari kerja duit dengan cara cari kerja apa saja (dengan cara yang buruk) maka bukan amal saleh. Artinya cari duit dapet tapi pahalanya tidak. Mari jadikan motivasi kita, hindari diri kita sendiri berbuat yang baik BUKAN kerja yang buruk seaklipun sama mencari duitnya. Itulah perbedaannya.
Bisa jadi ada yang ngacung, pak, saya udah kerja yang baik kok nggak dapet duit yang cukup ? dan terasa juga hidup semakin susah. 
Jika cari kerja (orang baik) berarti benar-benar mencari kerjaan maka hasilnya bisa jadi ngga banyak. contoh kerja 15 hasilnya 10. Orang seperti ini memang gajinya nggak cukup tapi selalu dicukupkan (pahala) oleh Allah dalam kehidupannya.
Sebaliknya orang jahat kerja buruk atau orang kerja sedikit (karena bukan cari kerja tapi malahan nunggu kerja) dan berharap hasilnya banyak. Bisa jadi orang seperti ini selalu banyak mengeluh kekurangan sehingga kerjanya tidak banyak tapi pendapatan oke. Contoh kerja 5 dan hasilnya 10. Bisa jadi kondisi orang ini adalah dapat duit tapi nggak berkah dan semakin sulit hidupnya dengan banyak persoalan.
Insya Allah penjelasan di atas bisa menginspirasi kita selalu cari kerja dan dijadikan amal saleh (ibadah) sehingga menjadi ikhlas dalam melakukan apa pun yang baik. 

Konsisten vs Hambatan

Kata konsisten atau kontinu atau kegigihan adalah bentuk aktivitas yang terus-menerus untuk meraih target atau tujuan. Dan kita bilang bahwa konsisten itu sudah kita lakukan tapi tidak membuahkan hasil. Maka kita pun beralih kepada tujuan yang lain.
Tidak banyak orang yang konsisten, mereka adalah yang meraih kesuksesan saat ini. Maka dapat dikatakan bahwa belum konsisten kalau belum sukses. Jika ada yang ngomong saya sudah konsisten dan belum sukses BERARTI saat mereka bicara itu sudah tidak konsisten sehingga belum sukses.
Mengapa konsistensi itu "terhenti" ? karena ada hambatan yang besar benar-benar memperlama atau bahkan menghentikan konsisten itu. Yang terpenting adalah tetap pada tujuan sehingga mampu mendorong untuk konsisten.
Apakah dengan adanya hambatan bisa menghentikan konsistensi ? Hambatan selalu ada baik yang kecil maupun yang besar. Jadi tidak perlu kita risaukan, maka yang mesti kita sikapi adalah bagaimana kita mampu melewatinya dengan ilmu dan trik yang benar. Tanpa ilmu dan trik (pengalaman), hambatan membuat kita tak melihat lagi tujuan sehingga mengurungkannya dan akhirnya berhenti untuk konsisten.
Konsisten butuh kesabaran untuk belajar ilmu dan trik (pengalaman) agar mampu melewati hambatan. Sama halnya iman ... belum tentu beriman kalau belum diuji (hambatan), maka iman itu menjadi sempurna dengan mengamalkan petunjuk Allah (ilmu dan teladan dari Nabi dan orang terpilih).
Mau sukses ? Mau ....

Semangat itu menyenangkan

Ada temen bilang,"bete banget kerja". Terus saya lanjutkan dengan pertanyaan,"lagi nggak semangat ya ?". Dengan tegas temen itu bilang,"semangat dong". Apakah ada hubungan antara semangat dengan perasaan ? Apakah orang yang semangat itu wajahnya menyenangkan atau sebaliknya bikin bete ?
Semangat itu memiliki energi lebih banyak dalam melakukan sesuatu karena ada motivasi tinggi untuk meraih apa yang diinginkan. Bisa dibayangkan saat kita bersemangat maka tubuh kita dapat merasakan kesenangan yang luar biasa, maka sebenarnya kondisi bete itu sangat kecil terjadi. Hal itu bisa terjadi saat kita menemukan kesulitan atau hambatan dalam perjalanan menuju impian. Atau kita membolak-balikkan dengan perasaan senang bisa membangkitkan semangat. Tidak ada aturan yang merumuskan itu.
Jadi alangkah baiknya saat kita termotivasi yang muncul dari dalam, maka semangat itu bisa menggelora yang memberi energi luar biasa dalam bertindak. Dan yang pasti menyenangkan sekalipun ada hambatan.
bandingkan saat perasaan senang itu muncul yang banyak dipacu oleh ransangan luar (eksternal), maka semangat yang muncul tidak begitu kuat. Saat bertemu hambatan bisa melemahkan semangat dan bikin kita juga bisa bete.
Agama mengajarkan kita untuk membangkitkan semangat dari dalam (internal) yang berupa ikhlas, bekerja untuk Allah. Kondisi ini betul-betul memberikan energi luar biasa sehingga diberikanlah kenyamanan hati dan perasaan oleh Allah. Pengen semangat dan menyenangkan, maka ikhlaslah dalam bekerja.

Bisa nggak sih berubah ??

Kalimat di atas merupakan ungkapan frustasi terhadap apa yang kita lakukan untuk merubah orang lain. Seakan-akan apa yang kita lakukan sudah maksimal tapi hasilnya tidak ada. Bisa nggak sih berubah ? Pertanyaan yang ditanyakan kepada kita sendiri dan kita sendiri pula yang menjawab. Pastilah Anda menjawab nggak bisa dan susah.
Jika kita ingin merubah orang lain, maka tentulah ada cara baru atau cara yang tepat yang bisa dilakukan orang lain untuk berubah. Perubahan itu hendaknya muncul dari dalam diri orang tersebut. Dan kita hanya sebagai pembangkitnya saja. Tapi kenyataannya, kita lah yang banyak melakukan apapun untuk merubah orang lain itu dengan cara-cara yang menurut kita baik, bahkan dengan sedikit memaksa.
Masihkah kita ingin memaksa perubahan itu dengan cara-cara kita pada orang lain ? dan menuntaskan dengan pertanyaan di atas yang seharusnya ditujukan kepada orang lain tapi selalu ditanyakan kepada diri kita sendiri.
Mengajari orang untuk berubah seperti menggurui yang mana tidak semua orang suka. Orang yang digurui merasa rendah dan tidak mau direndahkan yang akhirnya tidak mau digurui, oleh sebab itu banyak orang yang tidak mau berubah. Kalaupun berubah pastilah terpaksa.
Yang paling dasar yang wajib kita lakukan adalah mengajak orang tersebut untuk memahami pekerjaannya dan apa respon banyak orang terhadap mereka. Apakah yang dikerjakannya saat ini terasa berat ? jika iya, maka bangkitkan semangat bahwa mau nggak sih pekerjaannya jadi ringan ? pastilah mau ........ maka mulailah menghargai dorongan awal ini. Lalu jadilah teman agar dapat menerima masukan dari kita. Membantu dan mensupport mereka yang mau berubah selalu dikedepankan daripada kesalahan yang mereka perbuat.
Jadi pertanyaan di atas,"bisa nggak sih berubah ?" tidak perlu kita lontarkan kepada orang lain atau bahkan kepada diri kita sendiri. Karena sebenarnya kita sendirilah yang tidak berubah karena memaksa dengan cara-cara kita sendiri yang kita anggap benar tanpa mau memahami orang lain. Mari kita ciptakan yang tidak menyinggung perasaan orang lain dan membuat orang lain terdorong untuk melakukan sesuatu dengan cara yang santun.

Berlatih sabar

Sabar sudah menjadi kata yang sering kita ucapkan. Saat temen bilang,"ayo cepetan ... ntar terlambat". Dan dengan sigap kita pun menjawab,"sabar kenapa ?". Dilain peristiwa kita pun menerima nasehat,"sabar ya dengan keadaan sekarang, dan Insya Allah sabar itu berbuah manis". Orang marah atau sangat emosional, kata "sabar" sudah jadi paket yang disampaikan orang lain kepadanya.
Semua orang hampir pasti tahu makna sabar, diantaranya sabar diartikan "jangan marah" atau sabar dimaksudkan untuk kita menunggu hasil yang diharapkan. Hampir pasti bahwa kata sabar kita sampaikan kepada orang lain sebagai nasehat, dimana orang tersebut lagi tidak sabar. Apa yang terjadi ? Komunikasi dari 2 pihak tersebut "tidak connect" karena yang satu lagi emosi dan yang satu tidak emosi dan bisa terpancing emosi.
Pernahkah kita terpikir untuk menasehati diri sendiri untuk sabar ? Pastilah menasehati diri sendiri terjadi saat kita sedang tidak emosional. Kondisi yang sangat kondusif untuk menjadikan kita sabar. Dan menasehati orang lain untuk sabar tetap terus kita sampaikan.
Di awal pastilah pikiran dan perasaan kita begitu kondusif untuk bersabar. Dan saat marah, hal tadi kalah sehingga kita marah lagi. Kalau ini yang terjadi maka lakukan terus kesadaran kita untuk sabar ... dan masih terjadi tidak sabar karena hal itu sudah menjadi kebiasaan. Merubahnya perlu waktu dan latihan. Jadi tetaplah bersabar dalam berlatih sabar.
Saat kita sabar, ada saja godaan dan ransangan untuk tidak sabar dengan berbagai alasan yang logis,"gemana mau sabar, sedangkan dia aja suka marah sama saya".Tapi TETAPLAH BERSABAR.
Saat kita sudah merasa mampu bersabar pun masih ada rayuan untuk tidak sabar,"buat apa sabar dan yang lain saja nggak gitu, Capek". Tapi TETAPLAH BERSABAR
Dan saat kita sudah merasa biasa bersabar, "kok sampai kapan ya saya harus bersabar, katanya Allah bersama orang yang sabar". Kalau begitu kita hanya belajar bersabar terus agar waktu menunggu (yang bisa merusak kesabaran) .. tidak jadi fokus.
SUDAH MEMBIASA SABAR pun tidak luput dari godaan agar tergelincir menjadi tidak sabar. Orang sabar bisa bikin bangga diri dan sombong ... Lalu TETAPLAH BERSABAR dan memurnikan niat hanya kepada Allah.
Insya Allah semua perjalanan menjadi sabar itu disempurnakan Allah dengan kekuasaan dan kekuatanNYA. Aamiin

Saat tidak sabar, dunia berubah

Dalam hidup banyak pesan untuk kita bersabar, "sabar ya" dalam kondisi terpuruk atau kondisi yang membuat kita terpancing untuk emosi. "jangan dipikirin emang orangnya begitu" dan banyak kalimat lain yang mengajak sabar,"sabar aja, Allah bersama kita".
Bayangkan ujian kesabaran itu seringkali kita lewatkan begitu saja BUKAN menjadi sabar tapi hanya sekedar menahan emosi lalu mengabaikannya. Alhasil ujian sabar itu muncul lagi karena memang kita belum lulus, dengan sumber yang sama masalahnya atau dari sumber lain. Apakah kita disebut seudah bersabar ? Entahlah tapi rasanya belum bersabar.
Saat kesabaran itu tidak ada, maka dunia berubah tidak sesuai dengan keinginan kita. Kok bisa ? Kita menjadi sabar itu karena ingin harapan kita tercapai/terjadi. Kalau nggak sabar ya pastilah harapan kita pun tidak tercapai. Contoh, saat kita marah sama anak, artinya kita tidak sabar lagi untuk mencapai keinginan kita. Maka yang terjadi adalah bisa jadi anak mengikuti kita tapi dengan ngedumel (kondisi yang tidak sesuai dengan keinginan kita) atau bahkan anak kita melawan. Bagaimana dengan harapan kita agar tercapai ? Bersabarlah dengan apa yang sudah kita lakukan dan terus memperbaiki cara untuk bersabar dengan merubah/memberi contoh peringatan untuk anak ikut berubah dengan hatinya.
Untuk menjadi sabar bisa jadi wajib menghadapinya (apa yang menjadikan kita tidak sabar). Ada orang yang diajarin nggak bisa-bisa, maka akibatnya bikin kita tidak sabar saat ditanya lagi. Terucap,"otaknya udah bebel nggak bisa diajarin". Tapi ingat, bisa jadi memang kita yang ngajarinnya yang salah bukan orang yang bodoh. Dengan sikap ini, kita bisa membangun kesabaran itu yang membuat kita mau belajar dan mengajarkannya dengan lebih baik. BUKAN menghindar dari orang yang susah diajarin. Itulah kesabaran ... BUKAN sekedar menahan emosi tapi memberikan kebaikan bagi kita dan orang lain.
Atau saat kita kesel dengan seseorang yang tidak ada habis-habisnya, maka yang membuat kita sabar adalah kita percaya bahwa masih ada Allah yang mampu merubahnya. Tetap selalu menghadapi mereka dengan cara dan ilmu yang semakin baik DAN dibarengi doa agar Allah membukakan hati orang tersebut untuk tidak membuat kesel lagi.
Insya Allah dengan sabar dan sabar, menunjukkan kita mampu mengikuti perintah Allah dan kita terus menempuh perjalanan yang baik yang sesuai apa yang kita inginkan. Insya Allah kita dirahmati dalam menempuh kesabaran dalam segala hal dalam hidup ini. Aamiin

Kok bisa

Kalimat pendek itu seringkali muncul, "ya kok saya bisa begini ?" Atau kalimat itu bisa tertuju kepada orang lain juga. Seakan bertanya atas hal yang tidak umum terjadi atau peristiwa yang tidak diduga terjadi.
Begitulah kita yang saat ingat memunculkan banyak pertanyaan yang mengajak kita bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Kondisi ini bisa terjadi karena kita tidak sadar dengan kejadiannya, kok bisa nggak sadar ? Iya lah karena kita tidak fokus dan tidak menjalankan dengan hati (hanya fisik yang dirasakan atau dilihat bekerja). Makanya saat hati tersentuh barulah kita menyadari apa yang kita kerjakan atau apa yang kita lihat.
Selain itu "kok bisa ....." Bisa muncul karena kita melakukan sebuah aktivitas rutin atau melihat aktivitas rutin sehingga tidak mampu merasakan apa-apa lalu di saat hati tersentuh barulah kita sadar dan berkata kok bisa ya ?
Begitulah bahwa kesadaran itu membawa kita kepada keadaan yang semakin baik lewat hati. Dan seakan tidak percaya "kok bisa ?". Kesadaran itu didorong oleh kekuatan dan kekuasaan Allah sehingga kita pun berkata,"kok bisa ya ". Seolah tidak percaya.
Mari sikapi hal seperti itu dengan rasa syukur yang luar biasa sebagai bukti bahwa kita itu tidak memiliki kekuatan apa pun kecuali kekuatan dari Allah. Rasa syukur itu dengan memelihara kesadaran itu dengan meneruskannya lewat amal-amal saleh yang Allah rahmati sehingga hati selalu terjaga.

Sadar saat butuh pertolongan

Saat butuh pertolongan karena kita sudah merasa tidak melihat hasil yang menggembirakan kita, mengapa ? Karena kemampuan dan kekuasaan kita tidak cukup, lalu muncullah memohon pertolongan. Siapa yang bisa menolong kita ? Ada pasangan kita, orang tua kita, anak atau saudara dan sebagainya.
Siapapun yang menolong kita cenderung hanya untuk beberapa kali saja. Tapi sepertinya pertolongan selalu muncul sepanjang hidup kita. Wajarkah ? Iya wajar, tapi yang tidak wajar adalah pertolongan dari orang lain yang tidak bisa langgeng. Dan pertolongan itupun seringkali tidak memberikan hasil yang baik, sesuai keinginan kita.
Yang pasti pertolongan itu muncul secara naluriah dari dalam hati kita lewat kalimat doa, "ya Allah, kami mohon ....." Itulah bentuk kebaikan dari Allah yang menciptakan kita dan juga memlihara kita. Tapi kitalah yang tidak sadar tentang hal itu.
Saat butuh pertolongan itulah kita sadarkan untuk kembali kepada Allah, maka janganlah disia-siakan dan segeralah untuk ditindaklanjuti menjadi tindakan berupa amal saleh. Amal saleh itupun butuh ilmu yang dapat kita temukan berupa petunjuk dalam Al Qur'an. Agar kesadaran itu sempurna dan siap menjadi amal saleh maka banyaklah membaca Al Qur'an dan pahami petunjuknya dengan mengamalkannya. Insya Allah sat kita butuh pertolongan Allah selalu stand by karena kita selalu menjaga koneksi dengan Allah lewat amal saleh. Dengan demikian kita bisa pula menolong orang lain.

Jas hujan

Saat hujan pastilah meneduh atau selalu mempersiapkan jas hujan. Tapi ada juga orang yang tetap berhujan dengan perhitungan yang matang,"hujan segini ya tidak bikin sakit dan lagi pula ada urusan penting yang mesti dijalani". Begitulah kira-kira persiapan kita saat hujan.
Tapi ada juga sih yang cuek dengan turunnya hujan. Tidak ada persiapan dan jalani saja.
Dalam hidup ini pun kita memiliki banyak hal yang sama dengan hujan dan terlihat lebih pasti. Bukankah dalam hidup ini selalu ada hambatan dan gangguan saat bekerja ? Iya lah pasti ada. Hambatan dan gangguan itu seringkali mirip dengan hujan, tidak bisa diprediksi tapi ada. Saat kita menduga dia ada atau saat kita cuek maka hambatan dan gangguan itu muncul. Seperti halnya hujan, maka yang benar adalah selalu mempersiapkan jas hujan.
Untuk urusan kita, maka jas hujan itu adalah kesiapan kita. Hiduppun mesti disiapkan "jas hujan"nya yaitu ilmu yang selalu diperbarui, niat yang lurus dan kuat, bersabar untuk tekun beraktivitas, selalu berpikir baik dan lainnya. Dan yang pasti jangan lupa selalu "kontak dengan Allah" agar Allah selalu menolong kita saat diperlukan. Sudahkah kita mempersiapkan jas hujan kehidupan kita ?

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...