Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Berani menerima kenyataan

Bisa jadi kita sendiri tidak berani menerima kenyataan, kok gitu ? Pastilah saya terima kenyataan hidup ini. Bagaimana kita tahu bahwa kita menerima berani kenyataan ? Buktinya saya jalani hidup ini. Cukupkah itu ? 
Kata berani memberi makna bahwa mau mengambil tanggung jawab dan menerima resiko apapun. Jadi jika berani menerima kenyataan berarti kita mau mengambil tanggung jawab atas apa yang ada pada diri kita saat ini. Saat kita masih memiliki motor, maka saya dengan penuh tanggung jawab menggunakan motor itu dengan baik dan memanfaatkannya bagi kebaikan kita sendiri. Selain itu kita bisa menerima resiko atas penggunaan motor, ya kalau hujan harus meneduh atau kehujanan, ya panas-panas di perjalanan dan sebagainya. Begitu juga jika kita seorang karyawan, maka mau tidak mau mengambil tanggung jawab tugas yang diberikan sebagai karyawan untuk kebaikan diri sendiri dan perusahaan. Kondisi ini menciptakan suasana yang nyaman dan baik bagi perasaaan kita. Dan perasaaan itu bisa membangkitkan semangat dalam mengerjakannya.
Jadi berbeda jika kita tidak berani menerima kenyataan alias pasrah menerima kenyataan yang membuat kita menjadi tidak bersemangat dengan apa yang kita miliki. Bahkan kita sendiri sering menutupi keadaan itu dengan apa yang belum seharusnya kita miliki (dengan berhutang). Contoh, saat kita hanya punya hp jadul, maka saat kita berani menerima kenyataan ... Kita pun tetap menggunakannya dan bahkan memanfaatkan hp dengan luar biasa tanpa malu. Sebaliknya jika kita tidak menerima kenyataan maka kita pun berusaha mengganti hp dengan hp terbaru yang sebenarnya kita tidak mampu membelinya ... Tapi semua itu demi pergaulan kita berhutang.
Orang yang punya motor lalu tidak berani menerima kenyataan maka mereka membeli mobil dengan hutang dan apa saja yang merupakan barang konsumtif.
Bagaimana dengan iman kita ? Berani beriman berarti berani mengambil tanggung jawab atas iman saat ini yang masih rendah dan meningkatkannya. Kenyataan dengan iman yang rendah , bukan berarti kita menunjukkan amal saleh kita sebagai upaya menutupinya sehingga kita bisa tidak ikhlas.
Mari kita berani beriman yang memberi dorongan luar biasa untuk mengakui lemahnya iman kita lalu berusaha menigkatkannya. Maka kita berani memohon ampun dan semakin banyak lagi ibadah dan amal saleh yang kita lakukan.

Yang pertama atau yang berikutnya

Ada orang yang bilang masih ada kesempatan kedua tapi jarang, maka jangan pernah sia-siakan kesempatan pertama. Jika ada kesempatan atau kita sendiri merasa ada peluang, maka ambillah hal tersebut karena kita tidak pernah tahu apa yang terjadi besok. Jadi kesempatan bertindak dan beramal lebih awal ...
Tapi disisi lain, ada orang yang menunggu atau tidak memilih karena ingin ada yang lebih baik. Pastilah selalu ada yang lebih baik dari yang pertama. Dan bahkan setelah pilihan kedua yang kita pilih memunculkan pilihan baru yang lebih baik lagi. Jadi tak pernah habis atau selesai jika kita selalu memilih yang lebih baik.
Pilihan apapun yang kita pilih saat ini bukanlah yang terbaik, tapi semakin baik jika kita mulai mengisi dan memanfaatkan pilihan itu dengan semaksimal mungkin. Sikap ini mampu menjadikan kita selalu bersemangat untuk memanfaatkan dari waktu ke waktu, yang terpenting bagaimana kita mampu menemukan ilmu (belajar).
Bagaimana dengan iman kita dan nikmat yang telah Allah berikan, sudahkah kita mensyukurinya dengan mengisi dan memanfaatkan iman untuk kebaikan kita hari ini ? Sama halnya dengan kondisi di atas, nikmat yang kita inginkan seperti kesempatan yang kita tunggu terjadi dan kita tidak pernah tahu kapan, bahkan bisa jadi nikmat itu tidak pernah diizinkan Allah buat kita. Lalu ? Begitulah hendaknya kita bersyukur dengan nikmat sekarang dengan iman yang terus ditingkatkan sehingga nikmat menjadi semakin baik. Nikmat tidak ditambah oleh Allah jika iman kita tidak semakin baik, maka belajarlah membaca Al Qur'an dan beramal saleh agar iman itu semakin kuat dan mampu memanfaatkan nikmat yang telah Allah berikan. Dengan demikian hari demi hari dalam hidup ini banyak dipenuhi oleh tindakan belajar meningkatkan iman  dan beramal saleh, Insya Allah kita tidak disibukkan untuk meminta ini dan itu tapi hanya fokus mensyukuri nikmat yang ada.

Profesional dan ulama

Berikut ini saya kutif dari wikipedia 
Profesional adalah istilah bagi seseorang yang menawarkan jasa atau layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan menerima gaji sebagai upah atas jasanya.
Ulama (Arab:العلماء Ulamāʾ, tunggal عالِم ʿĀlim) adalah pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk mengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupum masalah sehari hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan
Membedakan keduanya profesional cenderung urusan dunia dan ulama urusan akhirat. Mengapa saya membahas kedua hal ini ? Saya ingin kita mampu menjadikan ulama yang profesional atau dibalik seorang profesional yang "berulama" (berdasarkan agama).
Seorang profesional belajar dan meningkatkan ilmu sesuai bidang dengan harapan bisa mendapatkannya kembali lewat service yang diberikan berupa uang atau materi. Orang ini sangat menguasai ilmunya dengan baik dan mampu menyampaikan/memberikan dengan baik pula. Sedangkan ulama sama dengan profesional karena menguasai ilmu agama dengan baik dan mampu pula menyampaikannya dengan baik pula. Yang berbeda adalah bidang ilmunya dan ulama tidak mengharapkan balasan alias ikhlas.
Bisakah kita menjadi keduanya ? Bisa tapi rasanya bisa tercampur. Mari kita renungkan ...
Ilmu agama itu adalah ilmu agama (berdasarkan Al Qur'an dan Hadist) bukan sekedar ilmu akhirat tapi juga membahas urusan dunia seperti manajemen, kemasyarakatan dan sebagainya. Jika benar seorang ulama itu menguasai betul ilmu agama maka dia juga termasuk profesional yang luar biasa. Perhatikan penemu-penemu ilmu matematika, fisika dan kedokteran adalah seorang pemikir agama yang mendalaminya sehingga menjadi ilmu (petunjuk) bagi ummat dalam kehidupan sehari-hari (urusan dunia). Mari kita memahami hal ini untuk menjadikan kita semakin kuat dalam mendalami agama (ilmu Al Qur'an dan Hadist) agar kita mampu menerapkannya dalam kehidupan ini (petunjukk kehidupan di dunia), menjadi ulama yang profesional. Belajar ilmunya ibadah dan menyampaikannya amal jari'ah. 
Bandingkan dengan seorang profesional yang "berulama" ?  

Katanya membaca Al Qur'an itu berpahala

Hampir setiap muslim tahu bahwa membaca satu huruf dari Al Qur'an saja mendapat pahala. Terus jika didalami lebih lanjut Al Qur'an yang dibaca adalah petunjuk Hidup manusia atau solusi hidup atau pedoman hidup orang yang beriman. Bisa dibayangkan jika kita membaca setiap hari .... Bukankah pahalanya banyak. Dan pahala itu bisa untuk mengimbangi dosa yang kita perbuat.
Faktanya lagi banyak pula orang bisa dengan fasih membaca Al Qur'an tapi kalau ditanya apakah mereka sering membacanya ? Sepertinya jarang. Bahkan orang yang memahami dengan baik ilmu tentang Al Qur'an bisa jadi juga tidak sering membacanya.
Perhatikan metode iqra dalam belajar Al Qur'an yang menganut konsep bukan cara cepat tapi belajar membaca sedikit demi sedikit yang akhirnya sampai bisa membaca Al Qur'an. Anak saya pun melakukan itu. Tapi ada orang yang belajar cepat membaca Al Qur'an dan terbukti sebagian bisa, apa yang terjadi setelah itu mereka yang sudah membaca tidak membaca lagi. Cukup bisa membaca saja.
Dalam salah satu bukunya "urusan lancar dengan Al Qur'an", Yusuf Mansyur mengutip hadist bahwa siapa saja yang membaca dan memahami serta mengamalkan Al Qur'an merupakan keluarga Allah (hadist riwayat Ahmad dan Ibnu Majah). Mesti kita mulai berpikir untuk membaca Al Qur'an.
Membaca dan memahami Al Qur'an bukan perkara sudah bisa atau sudah mahir atau sudah hafal tapi persoalannya mau nggak baca setiap hari dan setiap hari juga mau memahami dan mau juga mengamalkan secara bertahap seperti halnya Al Qur'an diturunkan secara bertahap pula. Sudah saatnya kita bertanya, saat waktu kematian tiba. Malaikat bertanya, mengapa kamu tidak beramal ini dan itu ? Bisa jadi kita menjawab,"sudah". Tapi malaikat menajamkan pertanyaannya, "tahukah kamu cara beramal yang benar ?" Jawaban atas pertanyaan inilah yang kayaknya kita jawab,"saya melakukan apa yang sudah diajarkan orang tua atau guru saya". Tahukah cara yang kita lakukan itu benar atau salah ? Ya percaya saja. Kemudian malaikat bertanya," bukankah cara beramal yang benar dan sempurna itu ada dalam Al Qur'an ? Kalau begitu kamu tidak pernah membaca Al Qur'an
Mari kita ambil hikmahnya, bukan sekedarnya mendapatkan pahala tapi jadikan membaca untuk bisa beramal saleh yang diperintahkan Allah dalam Al Qur'an. Amal saleh itu adlah solusi hidup kita di dunia ini.pahalanya adalah kebaikan Allah dalam menyempurnakan kita dalam beramal saleh.

Kematian dan amal saleh

Jika seseorang ditanya tentang kematian, maka jawabannya "semua juga mati termasuk saya". Dan bisa jadi merasa kematian datangnya masih lama karena masih muda. Bagi yang tua merasa kematian itu sudah dekat dan seolah menunggu. Tapi di saat kita mendengar orang yang meninggal dunia dan baru saja kita bertemu, rasanya tak percaya. Semua itulah fakta yang tidak bisa dibantah lagi. Bagaimana dengan kita ?
Saat tak berdaya seperti mendapat musibah seperti sakit dan kecelakaan hebat, maka kematian itu terasa lebih dekat. di saat itulah kita merasa tak berdaya dan mengakui keberadaan Allah lalu segera memohon ampun. Dan segera sekuat tenaga untuk berbuat sesuatu yang baik.
Satu hal lagi saat kita mengantarkan orang terdekat meninggal dunia mulai dari dimandikan, dikafani, dishalatkan sampai dimakamkan (dan kita sempat menemani saat meninggalnya) atau kita sering melihat orang meninggal dan mengantarkannya ke kuburan, maka muncul hikmah yang yang menggugah hati kita saat itu .... Ternyata mereka pergi meninggalkan dunia tanpa membawa apapun dan hanya sendirian. Bagaimana jika kita yang meninggal dengan kondisi begitu ? Apakah kita masih mengumpulkan harta, murah, mobil, jabatan atau apa saja yang kita inginkan di dunia dengan berdoa kepada Allah untuk mengabulkannya ? Sedangkan semua materi itu dan doa kepada Allah itu hanya sebatas dunia yang tidak bermanfaat sama sekali saat kita memasuki kuburan. Astaghfirullah al azhiim.
Ketiga hal di atas jika kita maknai di saat sehat, maka kematian itu yang datangnya pasti dan tidak diketahui kapan datangnya. Mesti memacu kita untuk mempersiapkan banyak amal saleh yang dirahmati Allah.
1. Hendaknya membuat kita smakin Percaya dan yakin dengan kekuasaan Allah yang Besar
2. Berdoa hanya untuk Allah berikan iman dan kemampuan beramal saleh yang banyak.
3. Menjadikan hari demi hari hanya untuk beramal saleh demi mengabdi kepada Allah
4. Jadikan amal saleh itu untuk kebaikan di dunia bagi diri sendiri, keluarga, teman, perusahaan, masyarakat dan rahmatan lil alamin
Untuk mengapilkasikannya maka bangun tidur kita, mandi kita, subuh, sarapan kita, berangkat kerja dan semua pekerjaan yang kita lakukan, isitirahat kita, silaturahmi kita dan semua aktivitas bisa menjadi amal saleh dengan menerapkan petunjuk Allah. Sempurnakan dari hari ke hari sehingga menjadikan kita semakin tenang hati ini dan siap selalu sadar kepada Allah. Percayalah semua itu jika diridhai Allah kita mendapatkan pahala kebaikan di akhirat dan BONUS kebaikan di dunia (apa yang kita inginkan). Insya Allah hari ini kita diberi cahaya yang menerangi hati untuk semakin beriman dan beramal saleh. Aamiin

Bekerja atau beramal saleh

Bekerja atau beramal saleh ? Bekerja seringkali dipisahkan dan bukan Amal Saleh. Atas dasar itulah banyak orang memisahkan bekerja dan amal saleh, dan akibatnya seolah-olah bekerja mempunyai aturan sendiri dan amal saleh aturannya sendiri. Bekerja cenderung urusan dunia dan amal saleh urusan akhirat. Bekerja dan beramal saleh adalah dua hal yang berbeda.
Bekerja bertujuan cari uang untuk memenuhi kehidupan keluarga, sedangkan beramal saleh untuk mengumpulkan amalan agar masuk syurga. Jika dua hal itu digabung bisa jadi di saat bekerja kita tidak nilai negatif di mata Allah dan katakanlah beramal saleh ada, maka hasilnya seimbang atau bisa jadi negatif di mata Allah. Terus yang jadi pertanyaan adalah apakah kita hidup dengan bekerja dan beramal saleh itu menjadi mengurangi nilai di mata Allah ? Bisakah bekerja itu merupakan amal saleh sehingga nilai kita di mata Allah menjadi selalu positif ?
Bekerja berarti melakukan sesuatu atau tindakan, sedangkan Amal berarti perbuatan atau tindakan dan Saleh = baik menurut Allah. Jika diperhatikan kata "bekerja = Amal", kecenderungan bahwa seseorang bekerja yang baik untuk mendapatkan hasil (uang) yang baik (banyak). Bekerja yang baik itu masih berorientasi untuk mendapatkan uang, sedangkan amal saleh adalah bekerja (tindakan) yang baik di mata Allah. Maka dapat kita selaraskan bahwa bekerja (yang baik) bisa menjadi amal saleh, jika apa yang kita kerjakan itu sesuai dengan apa yang Allah perintahkan. Misalkan Bekerja diawali dengan niat dan bekerja untuk Allah. Sebagai seorang salesmen, maka bekerja yang baik itu dengan cara memulai niat mencari rizki untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mengunjungi konsumen dengan cara yang santun yang diajarkan oleh Allah lewat petunjuknya, menawarkan produk dengan bertanggung jawab dan tidak berbohong, dan seterusnya. Bersyukur atas nikmat saat semua bisa kita lakukan dengan cara yang baik dan mendapatkan penjualan. Maka bekerja yang seperti itu sama dengan amal saleh. Dan amal saleh pasti dibalas oleh Allah dengan rezeki dan nikmatNya, berupa pahala dan bonus kehidupan di dunia.
Bisa kita bayangkan jika kita bekerja sebagai amal saleh (sebagai ibadah kepada Allah) dan melaksanakan ibadah khusus seperti shalat dan sedekah dan lain-lain, maka sepanjang hari kita selalu beramal saleh dan saling menunjang dari bangun tidur, bekerja dan ibadah. Insya Allah, Allah memberika kecukupan dalam hidup ini dengan ridha Allah atas amal saleh kita.

Adakah hidup yang lebih baik ?

Tak banyak bisa kita perbuat, karena semua dibatasi oleh waktu, kemampuan dan pikiran. Padahal 
Banyak yang ingin kita peroleh selama di dunia ini. Sejak kecil kita yang berada (orang tua berkecukupan) sudah melekat kenikmatan dunia dimana dunia melayani kita. Tapi sebaliknya mereka yang berkekurangan tentu lah tidak bisa merasakan dunia yang indah.
Saat ini, apakah masih ada kebaikan dunia ini buat kita sembari menunggu kematian ? Salah satu Yang bisa kita lakukan adalah bagaimana kita bersikap terhadap dunia. Tidak banyak yang bisa kita lakukan maka ada banyak cara melihat apa yang kita kerjakan dengan kacamata kebaikan. Kalau bekerja itu beban, maka ada banyak cara diantara bekerja sebagai perjalanan menuju keinginan kita, atau bekerja sebagai bentuk pemberian/melayani orang lain dan sebagainya.
Dengan terbatasnya waktu dan pikiran, maka jauh lebih menyenangkan jika kita mengerjakan untuk hal yang lebih besar. Apa yang besar itu ? Dzat yang Maha Besar yang Maha Pemberi dan Maha Adil .... Maka kita pun hanya butuh ikhlas dalam mengerjakan apapun sebagai rasa syukur diberi kehidupan dan iman hari ini. Kerja memang cari duit, yakinlah bahwa kerja itu merupakan upaya bersyukur atas pemberian Allah dengan tubuh, pikiran dan alam semesta ini ... Dan Allah memberi duit lewat hambanya dan benar-benar mencukupkan asal kita ikhlas. Sebaliknya ketidakikhlasan kita bisa dibalas dengan uang yang sama tapi tidak berkah, uang gampang habis yang akhirnya mengantarkan kita merasa selalu kekurangan uang.
Mari kita renungkan kehidupan ini bahwa masih ada cara yang mudah dan gratis untuk bisa menikmati hidup ini ? Cek rasa kekurangan kita terhadap dunia ... Jika kurang maka keikhlasan kita masih jauh atau dengan kata lain hanya mencari balasan (berharap selain Allah). Insya Allah kita diberi kemampuan untuk selalu berkecukupan dari hati ... Agar hati ini bisa membimbing kita menuju keikhlasan yang sebenarnya kepada Allah. Aamiin

Menulis menambah ilmu

Banyak orang males bikin laporan dan apalagi laporan itu rutin yang dibuat sama terus. Sebetulnya laporan itu nggak salah, yang membaca laporan juga terkadang males bacanya .. lalu yang buat laporanlah yang menentukan tulisan itu menjadi bermakna. Sekali lagi yang bikin laporan sudah tidak ada jiwanya sehingga hanya copy  paste saja.
Seorang temen juga ada yang males menulis alamat dan sebagainya, mana saya foto saja dari smartphone. Selesai. Solusi yang bagus tapi keseringan jadi tidak mendidik.
Menulis itu menggerakkan banyak hal,

  1. Mata yang membaca dan mengoreksi apa yang dilihat atau didengar atau dirasakan
  2. Pikiran selalu diajak untuk memahami apa yang ditulis
  3. Proses menginngat dari apa yang dilihat atau didengar atau dirasakan untuk dituangkan kembali dalam bentuk tulisan
  4. Mengeluarkan emosi yang sehat saat menulis.
  5. Seperti mengajak bicara (selftalk) yang mengasah kita untuk mengembangkan ide tulisan
  6. Apa yang kita tulis terus digali oleh pikiran untuk dipertanyakan, apa ? bagaimana ? dimana ? kok bisa ? dan banyak lagi pertanyaan lain yang membuat kita menjadi semakin terbuka dengan pendapat atau ilmu baru.
  7. Ada olah fisik oleh tangan kita yang mampu menyehatkan tubuh dengan aliran darah dari tangan yang bergerak.
  8. dan lainnya yang diperoleh makna setiap orang yang berbeda.
Dengan dasar itu mari jadikan menulis dan menulis apa saja yang membuat kita jadi sehat. Mau ? Siapkan waktu untuk mewujudkannya sekalipun 5 menit atau 10 menit bahkan lebih.

Cari duit

Setiap orang jika ditanya,"kerja buat apa ?", maka jawabannya 90% cari duit. Termasuk seorang penjahat pun niatnya mencuri atau melakukan kejahatan karena cari duit juga. Kalau begitu apa bedanya antara orang baik yang bekerja dengan penjahat ?
Mari kita dalami kedua hal itu .... kalimat "cari duit" bermakna benar-benar mencari duit atau mencari dan menemukan duit lalu mengambilnya. Tapi bukan itu yang Anda maksud. Jadi cari duit itu adalah cari kerja. Dengan cari kerja dibalas dengan uang atas apa yang dikerjakan.
Berarti jika benar-benar Anda kerja cari duit, maka sebenarnya Anda bukan cari duit tapi cari kerja. Untuk mendapatkan duit yang banyak maka Anda pun wajib cari kerja yang banyak atau kerja yang disenangin oleh yang memberi kerja atau kerja yang berkualitas (kerja yang jarang dikerjakan oran lain, yang susah, yang berat, yang jauh dan sejenisnya). Kalimat Cari kerja memberi dorongan aktif bagi Anda untuk selalu meminta atau mengambil kerja dari atasan (pemberi kerja). Sudahkah Anda benar-benar cari kerja ? Jika iya, maka Anda mendapatkan duit yang pantas (pendapatan).
Selanjutnya jika Anda sudah dapat duit, buat apa duitnya ? Buat keluarga, isteri dan anak. Artinya Anda disuruh kerja oleh isteri dan anak, seolah Anda tertekan dengan kewajiban itu, Agar cari kerja itu menjadi baik buat Anda, mari cari jawaban pertanyaan berikut. Apa niat Anda menikah ? Umumnya niatnya ibadah. Lalu Anda menerima isteri dengan niat ibadah alias ikhlas, lalu jika Anda mendapatkan anak ... apa niatnya ? Iya ibadah juga. Oke kalau begitu, maka dapat disimpulkan cari kerja (cari duit) berarti ibadah dong. Mari pahami dan renungkan bahwa cari kerja itu ibadah. Maksudnya menjadikan kerja yang Anda lakukan itu sebagai ibadah. Bagaimana caranya ? Apakah kerjanya harus ikhlas ? Kalau ikhlas berarti nggak dapat duit dong.
Kerja sebagai ibadah .... ditafsirkan kerja itu berupa tindakan atau amal (perbuatan). Untuk menghasilkan uang pastilah kita kerja yang baik, maka kerja itu brarti amal saleh (mengerjakan sesuai petunjuk Allah). Apa yang Anda peroleh jika beramal saleh ? Insya Allah, dibalas Allah dengan rezeki (pendapatan Anda) dan kebaikan dengan dicukupkan kehidupan Anda oleh Allah. Allah itu Maha Adil dan Maha Melihat apa yang hambanya kerjakan. Untuk itu kita beriman.
Dengan kata lain, bahwa cari kerja itu bisa diwujudkan berupa amal saleh dan amal saleh itu merupakan ibadah kita. Dan dengan demikian apapun yang kita kerjakan baik sebagai ayah, manager, pengusaha, bawahan dan sebagainya adalah ibadah yang menjadikan kita semakin beriman.
Disisi lain, penjahat betul itu cari kerja duit dengan cara cari kerja apa saja (dengan cara yang buruk) maka bukan amal saleh. Artinya cari duit dapet tapi pahalanya tidak. Mari jadikan motivasi kita, hindari diri kita sendiri berbuat yang baik BUKAN kerja yang buruk seaklipun sama mencari duitnya. Itulah perbedaannya.
Bisa jadi ada yang ngacung, pak, saya udah kerja yang baik kok nggak dapet duit yang cukup ? dan terasa juga hidup semakin susah. 
Jika cari kerja (orang baik) berarti benar-benar mencari kerjaan maka hasilnya bisa jadi ngga banyak. contoh kerja 15 hasilnya 10. Orang seperti ini memang gajinya nggak cukup tapi selalu dicukupkan (pahala) oleh Allah dalam kehidupannya.
Sebaliknya orang jahat kerja buruk atau orang kerja sedikit (karena bukan cari kerja tapi malahan nunggu kerja) dan berharap hasilnya banyak. Bisa jadi orang seperti ini selalu banyak mengeluh kekurangan sehingga kerjanya tidak banyak tapi pendapatan oke. Contoh kerja 5 dan hasilnya 10. Bisa jadi kondisi orang ini adalah dapat duit tapi nggak berkah dan semakin sulit hidupnya dengan banyak persoalan.
Insya Allah penjelasan di atas bisa menginspirasi kita selalu cari kerja dan dijadikan amal saleh (ibadah) sehingga menjadi ikhlas dalam melakukan apa pun yang baik. 

Konsisten vs Hambatan

Kata konsisten atau kontinu atau kegigihan adalah bentuk aktivitas yang terus-menerus untuk meraih target atau tujuan. Dan kita bilang bahwa konsisten itu sudah kita lakukan tapi tidak membuahkan hasil. Maka kita pun beralih kepada tujuan yang lain.
Tidak banyak orang yang konsisten, mereka adalah yang meraih kesuksesan saat ini. Maka dapat dikatakan bahwa belum konsisten kalau belum sukses. Jika ada yang ngomong saya sudah konsisten dan belum sukses BERARTI saat mereka bicara itu sudah tidak konsisten sehingga belum sukses.
Mengapa konsistensi itu "terhenti" ? karena ada hambatan yang besar benar-benar memperlama atau bahkan menghentikan konsisten itu. Yang terpenting adalah tetap pada tujuan sehingga mampu mendorong untuk konsisten.
Apakah dengan adanya hambatan bisa menghentikan konsistensi ? Hambatan selalu ada baik yang kecil maupun yang besar. Jadi tidak perlu kita risaukan, maka yang mesti kita sikapi adalah bagaimana kita mampu melewatinya dengan ilmu dan trik yang benar. Tanpa ilmu dan trik (pengalaman), hambatan membuat kita tak melihat lagi tujuan sehingga mengurungkannya dan akhirnya berhenti untuk konsisten.
Konsisten butuh kesabaran untuk belajar ilmu dan trik (pengalaman) agar mampu melewati hambatan. Sama halnya iman ... belum tentu beriman kalau belum diuji (hambatan), maka iman itu menjadi sempurna dengan mengamalkan petunjuk Allah (ilmu dan teladan dari Nabi dan orang terpilih).
Mau sukses ? Mau ....

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...